J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS BAKSO DAGING SAPI PASCARIGOR

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

METODE PEMBERIAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS DAGING SAPI BALI PASCARIGOR

Effendi Abustam, Muhammad Irfan Said, Muhammad Yusuf, dan Hikmah M. Ali

TINGKAT PERUBAHAN KUALITAS BAKSO DAGING SAPI BALI BAGIAN SANDUNG LAMUR (Pectoralis profundus) SELAMA PENYIMPANAN DENGAN PEMBERIAN ASAP CAIR

PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA PEMBUATAN BAKSO DAGING DARI TIGA JENIS OTOT SAPI BALI

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

KARAKTERISTIK BAKSO DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN GELATIN PADA RASIO DAN LEVEL BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN

PENINGKATAN SIFAT FUNGSIONAL DAGING SAPI BALI (Longisismus dorsi) MELALUI PENAMBAHAN ASAP CAIR PASCAMERTA DAN WAKTU RIGOR

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

Aspek Mikrobiologi Dendeng Asap Dengan Daging yang Berbeda pada Pengasapan Tempurung Kelapa

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Kata kunci Key words

KUALITAS BAKSO DAGING SAPI DENGAN PENAMBAHAN GARAM (NaCl) DAN FOSFAT (SODIUM TRIPOLIFOSFAT/STPP) PADA LEVEL DAN WAKTU YANG BEBEDA

KAJIAN KUALITAS BAKSO SAPI HASIL RENDAMAN DENGAN PENGAWET DARI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum, L) SECARA FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI

PENGARUH TINGKAT PENAMBAHAN FOSFAT DAN ASAP CAIR TERHADAP KUALITAS NUGGET DAGING BROILER PRARIGOR BAGIAN PAHA DAN DADA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8ºC) SKRIPSI WAWAN KARYADI

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF KENARI (Canarium indicum L. SHELL LIQUID SMOKE. AKTIVITAS ANTIBAKTERI ASAP CAIR TEMPURUNG KENARI (Canarium indicum L.

PENGARUH PENGGUNAAN ASAP CAIR SEBAGAI PENGAWET TERHADAP KUALITAS NUGGET DAGING AYAM. Oleh : MALIKIL KUDUS SUSALAM

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

ANGKA LEMPENG TOTAL IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR GARAM SELAMA PENYIMPANAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

METODE PENELITIAN. Yijk = μ + Si + Pj + SPij + ε ijk. Keterangan :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan

PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR DAN METODE PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS DAN TINGKAT KESUKAAN DENDENG SAPI SELAMA PENYIMPANAN

Kualitas Daging Se i Babi Produksi Denpasar

Optimasi Penggunaan Asap Cair pada Pengawetan Bakso Filler Roti. Optimation of Liquid Smoke on Preservation of Meat Balls as Sweet Bread Filler

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

PENGARUH LAMA PERENDAMAN ASAP CAIR KONSENTRASI 10 % DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP DAYA IKAT AIR DAN DAYA PUTUS DAGING ABSTRACT

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

PENGARUH KETEBALAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP MUTU FILLET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) ASAP DENGAN MENGGUNAKAN ASAP CAIR

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP DAYA IKAT AIR DAN DAYA PUTUS DAGING ABSTRACT

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

STUDI COMPERATIVE JENIS KAYU TERHADAP FLAVOR IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) ASAP. Oleh: Abstrak

KUALITAS SENSORIK DAN HEDONIK BAKSO KELINCI PRARIGOR DAN PASCARIGOR DENGAN PENAMBAHAN KOMBINASI TEPUNG KANJI DAN TEPUNG SAGU PADA LEVEL YANG BERBEDA

KOMBINASI KITOSAN DENGAN KALIUM SORBAT, NATRIUM BENZOAT DAN EKSTRAK TERUNG PUNGO

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Kayu Manis dan Lama Perendaman Terhadap Umur Simpan Bakso Udang Pada Suhu Ruang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 3.3. Tahapan Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

[The Effect of Vacuum Packaging on Microbiological of Smoked Roasted-Chicken during Storage] ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

BAHAN DAN METODE. di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN KITOSAN DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN KURISI(Nemipterus nematophorus) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN DAN BEKU

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

AKTIVITAS ANTIBAKTERI ASAP CAIR DARI LIMBAH TEMPURUNG KELAPA TERHADAP DAGING KELINCI ASAP

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

METODE Lokasi dan Waktu Materi

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

SIFAT FISIK DAGING KERBAU YANG DIRENDAM DENGAN ASAP CAIR DAN ASAM SITRAT PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS SAPI DENGAN PERENDAMAN DALAM SUBSTRAT ANTIMIKROBA

DAFTAR PUSTAKA. Bahar, B Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Pengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

PENGARUH PERENDAMAN DAGING PRA KYURING DALAM JUS DAUN SIRIH TERHADAP KETENGIKAN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

PENGAWETAN IKAN LAYANG

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nucifera ) Terhadap Jumlah Total Bakteri (TPC) dan Kadar Protein pada Ikan Gurami (Ospronemus gouramy)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karakteristik mutu daging

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : 60 68 ISSN 1411-4674 PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS BAKSO DAGING SAPI PASCARIGOR The Effects of Coconut Shell Liquid Smoke and Storage Duration on the Quality of Postrigor Beef Meatballs Merpati 1, Effendi Abustam 2, Ambo Ako 2 1 Program Pascasarjana Ilmu dan Teknologi Peternakan, Universitas Hasanuddin 2 Staf Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin (E-mail: mety_virgo@yahoo.co.id) ABSTRAK Pemanfaatan asap cair sebagai antimikroba dan antioksidan alami dan ramah lingkungan telah banyak dilakukan pada ikan namun informasi tentang pemanfaatannya pada bakso daging sapi masih kurang. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas (mikrobiologi, fisik, kimia, dan sensorik) bakso daging sapi Bali pascarigor yang direndam asap cair pada konsentrasi dan lama penyimpanan berbeda pada suhu dingin (refrigerator). Penelitian ini menggunakan rancangan acap lengkap pola faktorial 4 x 4, dimana faktor 1: konsentrasi asap cair (0%, 5%, 10%,15%), faktor 2: lama penyimpanan (minggu ke -1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4) yang diulang 3 kali. Peubah yang diamati nilai TPC, nilai TBA, daya putus bakso (DPB), kualitas sensorik (residu pengunyahan) dan tingkat kesukaan. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi asap cair tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai TPC, nilai TBA, dan DPB, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap residu pengunyahan dan tingkat kesukaan. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai TPC, nilai TBA, DPB, residu pengunyahan dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kesukaan. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi asap cair dan lama penyimpanan terhadap semua parameter. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi asap cair tempurung kelapa cenderung meningkatkan kualitas bakso, tetapi lama penyimpanan menurunkan kualitas bakso. Kata Kunci: Bakso Daging Sapi, Pascarigor, Asap Cair, Lama Penyimpanan ABSTRACT Utilization of liquid smoke as antimicrobial and antioxisidant that is environmentally friendly has been widely used in fish, however, information regarding its utilization in beef meatballs is still limited. This study aimed to know the quality (microbiology, physical, chemical, and sensory) of postrigor Bali beef meatballs that soaked in liquid smoke at different concentrations and storage duration in a refrigerator. This study was designed using randomized completely of factorial pattern 4 x 4, whereas factor 1 was liquid smoke concentration (0%, 5%, 10%,15%), and factor 2 was storage duration (1 week, 2 weeks, 3 weeks and 4 weeks) with three replications. Parameters measured in the study were TPC value, TBA value, shear force value (DPB), sensory quality (mastication residue), and the level of preferences. The results of this study showed that liquid smoke concentration did not affected (P>0.05) the value of TPC, TBA value, and DPB value, however, it was significantly (P<0.05) affecting the sensory quality and the level of preferences. Storage duration was significantly affecting the value of TPC, TBA value, DPB value, the sensory quality (P<0.05) and the level of preferences (P<0.01). There was no interaction found (P>0.05) between liquid smoke concentrations and storage duration at all parameters. It can be concluded that increasing the concentration of coconut shell liquid smoke tended to increase the quality of meat balls but it the creased by increasing storage duration. Keywords: Beef Meatballs, Postrigor, Liquid Smoke, Storage Duration 60

Bakso Daging Sapi, Pascarigor, Asap Cair, Lama Penyimpanan ISSN 1411-4674 PENDAHULUAN Bakso adalah salah satu produk olahan daging yang mengandung zat gizi, ph, dan kadar air tinggi yang merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi mikroba, sehingga bakso memiliki daya simpan terbatas pada suhu ruang (suhu kamar). Beberapa pengolah bakso sering menambahkan boraks dan formalin agar diperoleh bakso yang kenyal dan awet namun kedua bahan ini sangat tidak dianjurkan dipakai pada makanan sebab sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap cair telah digunakan secara komersial sebagai bahan pemberi aroma pada ikan dan daging karena adanya komponen flavor dari senyawa-senyawa fenolik (Muratore dkk., 2005). Asap cair diketahui mengandung berbagai komponen organik yang berperanan, selain membentuk cita-rasa khas, asap cair juga dapat memberikan warna coklat keemasan pada produk daging (Daun, 1979). Asap cair mempunyai beberapa keunggulan, yaitu memiliki aktivitas antibakteri, penggunaan, dosis dan penanganan lebih mudah serta komponen-komponen yang berbahaya seperti tar yang mengandung hidrokarbon aromatik, termasuk benzo(a)-pyrene dapat dipisahkan (Mur atore dkk., 2007). Asap cair tempurung kelapa mempunyai aktifitas antibakteri yang tinggi karena mengandung senyawa asam, karbonil, dan fenol (Siskos dkk., 2007, Soldera dkk., 2008 dan Sunen dkk., 2001). Senyawa-senyawa tersebut menunjukkan aktivitas bakteriostatik dan antioksidan (Pszczola, 1995) sehingga memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan (Setiadji, 2000). Zuraida (2008) melaporkan bahwa bakso ikan dengan asap cair 2,5% yang disimpan pada suhu refrigerasi, memiliki nilai TPC yang lebih rendah dibandingkan tanpa asap cair dan secara mikrobiologis bakso ikan dengan asap cair 2,5% sampai hari ke-20 masih layak untuk dikonsumsi. Hasil penelitian Arnim dkk., (2012) menunjukkan bahwa penggunaan asap cair konsentrasi 7% pada bakso daging yang disimpan pada suhu 4±1 O C, meningkatkan umur simpan sampai 15 hari dan menghambat penurunan ph dan kadar air. Konsentrasi asap cair 10% dapat mempertahankan karakteristik kualitas daging sapi Bali (Longissimus dorsi) selama 2 minggu maturasi (Abustam d kk., 2013). Penelitian mengenai perubahan mutu ikan dan daging sapi menggunakan asap cair tempurung kelapa telah banyak dilakukan namun informasi tentang pemanfaatannya pada bakso daging sapi masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas bakso daging sapi Bali pascarigor yang direndam asap cair pada konsentrasi dan lama penyimpanan berbeda pada suhu dingin (refrigerator). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan (April hingga Agustus 2013), bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Bahan yang digunakan daging sapi Bali jantan umur 3 tahun dari jenis otot Longissimus dorsi (9 kg) berasal dari RPH Tamangapa Makassar, tepung tapioka, garam, es batu, bahan perasa (merica, bawang putih), asap cair tempurung kelapa diperoleh dari Laboratorium Rekayasa Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta, pereaksi TBA ( Thiobarbituric Acid), HCl 4 M, asam asetat glacial, aquades, buffer peptone water (BPW), dan Nutrient Agar (NA). Alat yang digunakan berupa peralatan untuk membuat bakso seperti food processor, kompor, panci perebusan, baskom, dan pisau. Alat untuk analisis adalah: autoclave, CD shear force, alat-alat gelas, plastik klip, waterbath, stomacher, inkubator, mikropipet, cawan petri, bunsen, gelas ukur, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan rancangan acap lengkap pola faktorial 4 x 4, faktor 1 konsentrasi asap cair (0%, 5%, 10%,15%), faktor 2 lama penyimpanan 61

Merpati ISSN 1411-4674 (minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4) yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter dan teknik pengukuran Parameter penelitian meliputi uji TPC ( Total Plate Count), uji TBA (Thiobarbituric acid), daya putus bakso, residu pengunyahan, dan tingkat kesukaan panelis. Uji TPC digunakan menentukan total koloni bakteri yang terdapat pada bahan, karena bakteri merupakan faktor utama penyebab pembusukan bahan (Fardiaz, 1993). Uji TBA ( Thiobarbituric acid) dilakukan untuk mengukur tingkat oksidasi lemak yang terjadi pada bahan makanan selama penyimpanan yang diukur dengan penempatan bilangan TBA (Apriyantono, dkk., 1989). Daya Putus Bakso merupakan indikator penilaian keempukan bakso dengan menggunakan CD shear force (Abustam dkk., 2009). Uji organoleptik (residu pengunyahan) dan kesukaan (hedonik) menggunakan 15 orang panelis yang akan menilai bakso dengan bantuan skor penilaian yang berayun 1-6., dimana 1: sangat banyak residu dan sangat tidak suka, sedang 6: sangat sedikit residu dan sangat suka (Abustam dkk., 2009). Analisa data Data diolah dengan analisis of variance (anova) dilanjutkan uji BNT jika terdapat perbedaan nyata dengan menggunakan program bantuan SPSS. Model matematik rancangan percobaan yang digunakan adalah: Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ij, dimana Y ijk = nilai pengamatan bakso dagingt sapi ke-k yang memperoleh penambahan asap cair ke-i dan lama penyimpanan ke-j, µ = nilai rata rata umum, α i = pengaruh konsentrasi asap cair ke- i terhadap parameter yang diamati, β j = pengaruh lama penyimpanan pada suhu refrigerator ke-j terhadap parameter yang diamati, (αβ) ij = pengaruh interaksi konsentrasi asap cair ke i dan lama penyimpanan ke j, ij = pengaruh galat yang menerima perlakuan konsentrasi asap cair i dan lama penyimpanan ke j. Uji Organoleptik dan kesukaan dilakukan sampai pada penyimpanan minggu ke-3 karena bakso masih dalam keadaan baik secara fisik sedangkan pada penyimpanan minggu ke-4 bakso sudah rusak. HASIL Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asap cair tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai TPC, nilai TBA, dan daya putus bakso (DPB), tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap residu pengunyahan dan tingkat kesukaan. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai TPC, nilai TBA, DPB, residu pengunyahan dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kesukaan. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi asap cair dan lama penyimpanan terhadap semua parameter yang diukur. Total Koloni Bakteri (Total Plate Count) Tabel 1 menunjukkan semakin besar konsentrasi asap cair yang dipergunakan untuk merendam bakso, maka nilai TPC semakin kecil. Bakso tanpa direndam asap cair (0%) memiliki nilai TPC tertinggi, sebesar 2,67x10 8 CFU/g, sedangkan bakso yang direndam asap cair dengan konsentrasi 15% memiliki nilai TPC terendah, yaitu 4,93x10 7 CFU/g. Gambar 1 memperlihatkan semakin lama waktu penyimpanan maka nilai TPC bakso semakin besar, mengindikasikan kualitas bakso semakin menurun. Nilai TPC bakso pada penyimpanan minggu ke-1 (1,48x10 6 CFU/g) berbeda sangat nyata lebih rendah dibanding penyimpanan minggu ke-2 ( 9,76x10 6 CFU/g), minggu ke-3 (5,73x10 7 CFU/g), dan minggu ke-4 ( 6.03x10 8 CFU/g). Penyimpanan minggu ke-2 berbeda nyata lebih rendah dibanding minggu ke-3 dan ke-4; serta minggu ke-3 berbeda nyata lebih rendah daripada minggu ke-4. 62

Bakso Daging Sapi, Pascarigor, Asap Cair, Lama Penyimpanan ISSN 1411-4674 Nilai TBA (Thiobarbituric acid) Tabel 1 menunjukkan nilai TBA semakin kecil seiring dengan semakin besar konsentrasi asap cair yang digunakan untuk merendam bakso. Semakin kecil nilai TBA mengindikasikan semakin baik kualitas bakso tersebut. Nilai TBA tertinggi diperoleh pada bakso dengan konsentrasi asap cair 0% (kontrol) sebesar 0,046 mg MDA/kg sedangkan yang terkecil pada konsentrasi 15% yaitu 0,038 mg MDA/kg. Gambar 2 memperlihatkan semakin lama waktu penyimpanan nilai TBA semakin besar, mengindikasikan semakin menurun kualitas bakso tersebut. Tidak terdapat perbedaan nyata antara penyimpanan minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, begitu pula antara minggu ke-3 dan ke-4. Tetapi penyimpanan minggu ke-1, ke-2, dan ke- 3 berbeda nyata rendah daripada penyimpanan minggu ke-4. Tabel 1. Rata-rata total koloni bakteri bakso (TPC) dan nilai TBA, daya putus bakso (DPB), residu pengunyahan, dan kesukaan berdasarkan konsentrasi asap cair dan lama penyimpanan berbeda Parameter Konsentrasi asap cair (%) Lama penyimpanan (minggu) 0 5 10 15 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 TPC (log CFU/g) Nilai TBA (mg MDA/kg) DPB (kg/cm 2 ) Residu pengunyahan 2,67x 2,97x 5,81x 4,93x 1.48x 9.76x 5.73x 6.03x 10 8 10 8 10 7 10 7 10 6 (a) 10 6(b) 10 7(c) 10 8(d) 0,046 0,044 0,040 0,038 0,033 a 0,039 a 0,041 ab 0,056 b 0,20 0,18 0,17 0,17 0,20 b 0,20 b 0,17 ab 0,14 a 4,9 a 5,0 b 5,1 b 5,1 b 5,0 a 5,1 b 5,1 b Kesukaan )* 3,8 ab 4,1 b 4,2 b 3,7 a 4,3 a 3,9 ab 3,7 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) dan sangat nyata )* (P<0,01) Gambar 1. Grafik nilai TPC Bakso Sapi dengan Perendaman Asap Cair 63

Merpati ISSN 1411-4674 Gambar 2. Grafik nilai TBA Bakso Sapi dengan Perendaman Asap Cair Daya Putus Bakso (DPB) Tabel 1 menunjukkan semakin besar konsentrasi asap cair yang dipergunakan untuk merendam bakso, maka nilai DPB semakin kecil. Semakin kecil nilai DPB menandakan bakso semakin empuk, demikian sebaliknya. Nilai DPB terkecil pada konsentrasi asap cair 0% dan 15% (0,17 kg/cm 2 ) dan yang terbesar pada konsentrasi 0% (0,20 kg/cm 2 ). Semakin lama waktu penyimpanan, nilai DPB semakin kecil, menandakan bakso semakin empuk, demikian pula sebaliknya. Penyimpanan minggu ke-1 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pen yimpanan minggu ke-2 dan ke-3, tetapi berbeda nyata (P<0,05) dengan penyim - panan minggu ke-4. Residu Pengunyahan Tabel 1 menunjukkan skor residu pengunyahan berbeda nyata pada kosentrasi antara 0% dan 5%, serta sangat nyata pada konsentrasi 0% ke 10% dan 15%, tetapi tidak berbeda nyata pada konsentrasi 5% ke 10% dan 15%, demikian juga pada konsentrasi 10% ke 15%. Skor residu pengunyahan semakin meningkat seiring dengan semakin besar konsentrasi asap cair. Tidak terdapat perbedaan antara penyimpanan minggu ke-2 dan ke-3, tetapi minggu ke-1 berbeda nyata terhadap minggu ke-2 dan ke-3. Kesukaan Hasil penilaian panelis terhadap tingkat kesukaan bakso (Tabel 1) menunjukkan tingkat kesukaan panelis tertinggi pada konsentrasi 10% (4,2) dan terendah pada konsentrasi 15% (3,7). Tidak terdapat perbedaan antara penyimpanan minggu ke-1 dan ke-2 dan antara penyimpanan minggu ke-2 dan ke-3 tetapi penyimpanan minggu ke-1 berbeda nyata daripada minggu ke-3. PEMBAHASAN Nilai TPC pada bakso kontrol (0%) relatif sama dengan bakso yang direndam asap cair. Konsentrasi asap cair hingga 15% belum mampu memberi perbedaan yang berarti terhadap nilai TPC. Namun demikian, ada kecenderungan penurunan nilai TPC dengan meningkatnya consentrasi asap cair. Pada penyimpanan minggu ke-1 nilai TPC bakso kontrol relatif sama dengan perendaman 5% yaitu 5,99 log CFU/g ( 1,65x10 6 CFU/g) dan 6,01 log CFU/g (1,69x10 6 CFU/g ) sedangkan pada konsentrasi 10% dan 15% nilai TPC menurun yaitu 5,95 log CFU/g (1,39x10 6 CFU/g) dan 5,89 log CFU/g (1,1 9x10 6 CFU/g). Hal ini karena komponen aktif dari asap cair pada konsentrasi 0% dan 5% masih kurang sedangkan pada konsentrasi 10% dan 15% telah terjadi efek penghambatan pertumbuhan bakteri sebagai akibat peningkatan kadar fenol 64

Bakso Daging Sapi, Pascarigor, Asap Cair, Lama Penyimpanan ISSN 1411-4674 sehingga jumlah bakteri yang tumbuh menurun. Sejalan dengan penelitian Arizona dkk. (2011) yaitu kadar fenol daging semakin tinggi dengan meningkatnya konsentrasi asap cair. Pada penyimpanan minggu ke-2 pada konsentrasi 0% dan 5% nilai TPC meningkat yaitu 7,90 log CFU/g ( 1.36x10 7 CFU/g) dan 7,63 log CFU/g ( 1.41x10 7 CFU/g) demikian pula pada penyimpanan minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini menunjukkan semakin lama penyimpanan nilai TPC semakin meningkat walaupun disimpan pada suhu dingin. Mendukung pernyataan Adams dkk. (2000), jumlah mikroorganisme bertambah dengan semakin lama penyimpanan disebabkan terdapat mikroorganisme tertentu yang tetap mampu hidup dalam suhu dingin. Sejalan dengan hasil penelitian Wiraswanti (2008) bahwa jumlah koloni mikroorganisme pada bakso ikan perlakuan penambahan karagenan 0,5% dan kitosan 0,1% dan perlakuan penambahan STPP 0,15% pada suhu dingin dari minggu ke-0 sampai minggu ke-3 cenderung mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 5 x 10 1 (1,70 log CFU/g) hingga 2,1 x 10 4 (4,32 log CFU/g) dan 10 x 10 1 (2,0 log CFU/g) hingga 2,19 x 10 4.(4,34 log CFU/g). Oksidasi lipida merupakan penyebab utarna kerusakan mutu daging dan produk-produknya yang disimpan (Ladi - kos dan Lougovois, 1990). Nilai TBA cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi asap cair. Namun penurun tersebut belum menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal ini menandakan bahwa asap cair pada konsentrasi tersebut mampu berperan sebagai antioksidan sehingga perubahan nilai TBA tidak signifikatif, sejalan dengan penelitian Abustam dkk, (2013) diperoleh kecenderungan nilai TBA daging menurun pada konsentrasi asap cair yang lebih tinggi. Hasil penelitian Tamaela (2003) diperoleh bahwa penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai larutan perendam efektif untuk menghambat oksidasi lipida yang ditunjukkan dengan nilai TBA (0,92 mg MDA/kg) pada steak cakalang asap yang direndam dalam asap cair pengenceran 2,5 kali lebih rendah, jika dibandingkan dengan pada pengenceran 5 kali (1,60 mg MDA/kg), dan tanpa asap cair (4,75 mg MDA/kg). Persentase peningkatan nilai TBA bakso pada rentang waktu penyimpanan minggu ke-2 ke minggu ke-3 dengan nilai 5.13%, minggu ke-3 ke minggu ke-4 yaitu sebesar 36.59% dan pada rentang waktu penyimpanan minggu ke-2 hingga ke-4 adalah 43,59%. Peningkatan ini disebabkan karena semakin lama waktu penyimpanan, kadar fenol cenderung mengalami penurunan (Ladikos dan Lougovoiz, 1990 dalam Tamaela, 2003), sehingga peran asap cair sebagai antioksidan semakin menurun. Daya putus bakso (DPB) merupakan indikator penilaian keempukan bakso dimana semakin kecil daya yang dikeluarkan untuk memutus bakso maka dinyatakan bakso tersebut semakin empuk (Abustam, 1993). Nilai daya putus bakso kontrol ( 0%) relatif sama dengan bakso yang direndam asap cair. Konsentrasi asap cair hingga 15% belum mampu memberi perbedaan yang berarti terhadap DPB. Namun ada kecenderungan meningkatnya keempukan seiring dengan meningkatnya konsentrasi asap cair. Persentase peningkatan keempukan bakso pada konsentrasi 0% ke 5% sebesar 11,11%, sedang konsentrasi 5% ke 10% lebih rendah yaitu 5,56%. Peningkatan terhadap keempukan kemungkinan disebabkan oleh kerja komponen asap cair (fenol, karbonil, asam) sebagai antioksidan yang menghambat terjadinya oksidasi protein sehingga daya mengikat air oleh protein meningkat. Penelitian lain dilakukan oleh Kompudu (2008), diperoleh bahwa peningkatan keempukan daging ayam pada pemberian asap cair sebagai antioksidan dimana dari tiga jenis antioksidan ( catechins tea, kayu manis, dan asap cair) terlihat bahwa asap cair menghasilkan daya putus daging terendah 65

Merpati ISSN 1411-4674 sekali pun tidak berbeda nyata dengan catechins tea. Nilai DPB pada peyimpanan minggu ke-1 sampai minggu ke-3 relatif sama. Pada rentang waktu penyimpanan sampai minggu ke-4 terjadi peningkatan keempukan secara nyata sebesar 30%, menandakan bahwa penyimpanan pada suhu dingin dapat memperbaiki keempukan bakso akibat aktivitas enzim cathepsin menyebabkan terjadinya proteolisis dan terjadi fragmentasi miofibriler sehingga otot menjadi empuk dan cita rasa semakin meningkat (Abustam, 2012). Berbeda dengan hasil penelitian Abustam dkk. (2012), dimana semakin lama penyimpanan daya putus bakso meningkat. Perbedaan ini disebabkan karena pada penelitian ini telah terjadi kontaminasi awal oleh bakteri sehingga terjadi hidrolisis protein oleh mikroba proteolitik menyebabkan perubahan tekstur pada produk, sehingga mempercepat pembusukan serta terjadinya penghancuran protein struktural seperti kolagen dan elastin (Nurwantoro, 1997). Skor residu pengunyahan bakso meningkat secara nyata dari konsentrasi 0% (4,9) ke 5% (5,0) dengan persentase peningkatan 2,04% dan meningkat sangat nyata dari konsentrasi 0% (4,9) ke 10% (5,1) dengan persentase peningkatan sebesar 4,08%. Hal ini menunjukkan kemampuan asap cair untuk meningkatkan keempukan daging yang dinilai dari sisa pengunyahan yang semakin sedikit dengan cara mengaktifkan kerja enzim-enzim protease mendegradasi protein-protein daging, khususnya protein struktural pada jaringan ikat (kolagen) sehingga residu pengunyahan berkurang. Menurut Purnomo dkk. (2000), kolagen merupakan protein struktural pokok pada jaringan ikat dan mempunyai pengaruh besar terhadap keempukan daging. Penilaian panelis terhadap residu pengunyahan bakso pada penyimpanan minggu ke-2 dan ke-3 relatif sama, tetapi skor residu pengunyahan pada minggu ke-2 dan ke-3 berbeda nyata lebih tinggi dibanding minggu ke-1, terjadi peningkatan sebesar 2%. Peningkatan ini disebabkan karena terjadi degradasi enzimatik pada protein miofibriler selama penyimpanan sehingga keempukan daging meningkat yang ditandai dengan berkurangnya residu pengunyahan. Hal ini mendukung pernyataan Bird dkk. (1980) dalam Abustam (2012) bahwa degradasi enzimatik pada protein miofibriler selama penyimpanan menyebabkan keempukan daging meningkat. Kesukaan panelis terhadap bakso pada konsentrasi antara 5% dan 15% berbeda nyata sama halnya antara konsentrasi 10% dan 15%. Panelis lebih menyukai bakso dengan konsentrasi 5% dan 10% dibanding 0% dan 15%. Pada konsentrasi asap cair 5% apresiasi panelis terhadap kesukaan bakso adalah 7,89% sedang pada konsentrasi 10% meningkat 10,53%. Hal ini berkaitan dengan kualitas bakso yang lebih baik pada konsentrasi 10% yang ditandai dengan keempukan lebih baik dan residu pengunyahan sedikit. Kesukaan panelis terhadap bakso pada penyimpanan minggu ke-1 tidak berbeda nyata dengan minggu ke-2, sama halnya pada penyimpanan minggu ke-2 dan minggu ke-3, tetapi pada penyimpanan minggu ke-1 apresiasi panelis berbeda sangat nyata lebih suka daripada bakso pada penyimpanan minggu ke-3. Hal ini karena semakin lama penyimpanan kualitas sensorik (kekenyalan, keempukan, dan flavor) bakso semakin menurun. Mendukung hasil penelitian Abustam dkk. (2012) bahwa semakin lama penyimpanan pada bakso daging sapi dengan penambahan asap cair 1% diperoleh kualitas sensorik bakso semakin menurun. KESIMPULAN DAN SARAN Konsentrasi asap cair tempurung kelapa memberikan hasil kurang lebih sama terhadap nilai TPC, nilai TBA, dan nilai daya DPB, tetapi kualitas sensorik 66

Bakso Daging Sapi, Pascarigor, Asap Cair, Lama Penyimpanan ISSN 1411-4674 meningkat ditandai dengan residu pengunyahan sedikit dan disukai. Semakin lama penyimpanan nilai TPC dan nilai TBA meningkat, nilai DPB dan kualitas sensorik bakso menurun. Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan untuk menggunakan konsentrasi asap cair 10% karena dapat memperbaiki kualitas sensorik bakso dan lama penyimpanan hingga minggu ke-3 masih dapat diterima berdasarkan nilai DPB dan kualitas sensorik tidak berbeda dengan penyimpanan minggu ke-1. DAFTAR PUSTAKA Abustam, E. (1993). Peranan maturasi (aging) terhadap mutu daging sapi bali yang dipelihara secara tradisional dan dengan sistem penggemukan. Laporan Hasil Penelitian. Proyek Peningkatan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Loan Bank Dunia No.3311-IND. SPK No. 670/P4M/DPPM/L. 3311/BBI/1992. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Abustam, E., J. C. Likadja dan A. Ma arif. (2009). Penggunaan Asap Cair Sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Bakso Daging Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Program Magister Ilmu Ternak Pasacasarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.. (2012). Ilmu Daging. Makassar : Masagena Press. Abustam, E., M. Yusuf, H.M. Ali, dan F.N. Yuliati. (2012). Karakteristik Bakso Daging Sapi Bali Melalui Penambahan Asap Cair pada Otot Prarigor dan Pascarigor. Penelitian Strategi Nasional. Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.. (2013). Karakteristik kualitas daging sapi Bali (M. Longis simus dorsi) pasca penambahan asap cair pada konsentrasi dan waktu maturasi yang berbeda. Prosiding. Seminbar Nasional Peternakan Berkelanjutan 5. Laboratorium Teknologi Daging dan Telur Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Adam M. R. & M. O. Moss. (2000). Food Microbiology. Royal Society of Chemistry. Cambridge. Arizona, R., E. Suryanto, dan Y. Erwanto. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap cair Tempurung Kenari dan Lama Penyimpanan Terhadap KUalitas Kimia dan Fisik Daging. Buletin Peternakan Vol. 35(1): 50-56. Apriyantono, A.D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Analisis pangan. Bogor : IPB Press. Arnim, Ferawati, & Y. Marlida. (2012). The effect of liquid smoke utilization as preservative for meatballs quality. Pakistan Journal of Nutrition 11 (11): 1078-1080. Daun, H. (1979). Interaction of Wood Smoke Component and Food. Food Tech. 35: 66-70. Fardiaz, S. 1993. Analisis mikrobiologi pangan. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa. Kompudu, A. (2008). Pengaruh antioksidan catechins tea, eugenol ekstrak kayu manis, dan asap cair terhadap terjadinya perubahan kualitas daging dada ayam pedaging (Skripsi). Makassar : Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ladikos, D. & V. Lougovois. (1990). Lipid oxidation in muscle foods. A Review. Food Chem, 35(4) : 295-314. Muratore, G., Licciardello, F. (2005). Effect of vacuum and modified atmosphere packaging on the shelflife of liquid-smoked swordfish (Xiphias gladius) slices. J Food Sci, 70:359-363. Muratore, G., Mazzaglia, A., Lanza, C.M., Licciardello, F. (2007). Process variables on the quality of 67

Merpati ISSN 1411-4674 swordfish fillets flavored with smoke condensate. J of Food Processing and Presetvation, 31: 167-177. Nurwantoro. (1997). Mikrobiologi pangan hewan nabati. Yogyakarta: Kanisius. Purnomo, H., D. Rosyidi dan H. Erwan. (2000). Substitusitepung lupin ( Lupinus sp) dalam pembuatan bakso daging sapi. Editor Lilis Nuraida, Ratih Dewanti, Hariadi Dan Slamet Budiarjo. Dalam: Prosiding Seminar Industri Pangan. Perhimpunan, Ahli Teknologi Indonesia. 9 10 Oktober 2001. Pszczola, D.E. ( 1995). Tour highlights production and users of smoke based flavours. FoodTechnology, (1)70-74. Setiadji, B.A.H. (2000). Asap cair tempurung kelapa. Asap cair sebagai pengawet alami yang aman bagi manusia. (Available on: www, asapcair.com), PPKT, Yogyakarta. Siskos, I., A. Zotos, S. Melidou and R. Tsikritzi. (2007). The effect of liquid smoking of fillets of trout ( Salmo gairdnerii) on sensory, microbiological and chemical changes during chilled storage. Food Chem, 101:458-464. Soldera S, Sebastianutto N., Bortolomeazzi R. (2008). Composition of phenolic compounds and antioxidant activity of commercial aqueous smoke flavorings. J Agric Food Chem, 56: 2727 2734. Sunen E, Fernandez-Galian B, Aristimuno C. 2001. Antibacterial activity of smoke wood condensates againts aeromonas hydrophila, Yersinia enterolitica and Listeria monocytogenes at low temperature. Food Microbiol 18:387-393. Tamaela, P. (2003). Efek Antioksidan asap cair tempurung kelapa untuk menghambat oksidasi lipida pada steak ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) asap selama penyimpanan. Ichtyos, 2: 59-62. Wiraswanti, I. (2008). Pemanfaatan karagenan dan kitosan dalam pembuatan bakso ikan kurisi (nemipterus nematophorus) pada penyimpanan suhu dingin dan beku (Skripsi). Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Zuraida, I. 2008. Kajian penggunaan asap cair tempurung kelapa terhadap daya awet bakso ikan (Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. 68