BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. magnet permanen generator dan lain-lain. Kebutuhan magnet di Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

Implementasi Sistem Produksi magnet Kuat untuk Komponen otomotif di PT. Sintertech

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

Gambar 2.1 Pola garis-garis gaya magnet

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

Bab 3 Metodologi Penelitian

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

Tony Kristiantoro* dan Novrita Idayanti

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET STRONSIUM FERIT DENGAN BAHAN DASAR PASIR BESI

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Unnes Physics Journal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pembangkitan Listrik Melalui Proses Kimia. dapat menghasilkan listrik DC. Proses kimia pembangkitan listrik (discharging)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bab 4 Data dan Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET STRONSIUM FERIT DENGAN BAHAN DASAR PASIR BESI

BAB 2 TINJAUAN PUTAKA

PREPARASI DAN KARAKTERISASI SERBUK CALCIUM ALUMINA FERRITE (CaAl 4 Fe 8 O 19 ) SEBAGAI BAHAN KERAMIK MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIK BARIUM HEKSAFERITE DARI MINERAL YAROSIT ALAM DAN KARAKTERISASINYA. Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

Aplikasi Magnet Permanen di Indonesia: Data Pasar dan Pengembangan Material Magnet

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

DAFTAR PUSTAKA. Dermawan, Herwan. Uji Kompaksi ASTM D698 dan ASTM D1557. Universitas Pendidikan Indonesia : Laboratorium Mekanika Tanah, 2009.

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEK PENAMBAHAN PADUAN, PERLAKUAN SINTERING, DAN PERLAKUAN HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN Nd-Fe-B DENGAN METODE METALURGI SERBUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

SIFAT MAGNET SKRIPSI HAFSAH KHAIRUNNISA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 Fe 2 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai Negara, penelitian dan pengembangan dalam bidang. elektronika khususnya komponen-komponen elektronik masih terus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

Pengaruh Ukuran Butir (garin size) pada pembuatan Bonded Magnet NdFeB

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang berperan penting dalam teknologi listrik, elektronik, otomotif, industri mesin, dan lain-lain. Magnet keras ferit yang digunakan untuk aplikasi-aplikasi teknologi tersebut masih diimpor dari luar negeri. Sampai saat ini, penelitian pembuatan magnet dengan karakteristik yang lebih unggul dari sebelumnya terus dikembangkan dan terutama diharapkan magnet yang dihasilkan dapat menjadi produk magnet keras ferit substitusi produk-produk impor. Magnet keras ferit yang banyak digunakan biasanya memiliki komposisi dari Barium atau Stronsium dengan Oksida Besi yang telah dikembangkan sejak awal 1960. Bahan magnet ferit memiliki sifat mekanik dengan kekerasan dan sifat magnetik yang cukup tinggi. Meskipun karakteristik energinya yang lebih rendah dibandingkan dengan magnet keras lainnya seperti NdFeB, SmCo, dan Alnico, tetapi magnet keras ferit masih banyak digunakan untuk apliksai magnet permanen karena bahannya yang melimpah dan murah. Pembuatan magnet barium ferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) sebelumnya telah dilakukan dengan bahan dasar oksida besi (Fe 2 O 3 ) dan barium karbonat (BaCO 3 ) menggunakan teknologi metalurgi serbuk. Pada penelitian sebelumnya diperoleh hasil waktu penggilingan optimum dari bahan dasar oksida besi selama 16 jam, waktu optimum penggilingan setelah pencampuran bahan aditif selama 6 jam, 1

temperatur kalsinasi optimum sebesar 1200 O C, tekanan optimum kompaksi sebesar 50 kg/cm 2, dan temperatur optimum sintering sebesar 1250 O C [Novrita,2002:10]. Teknologi metalurgi serbuk pada proses pembuatan magnet permanen Barium Ferit (BaO 6Fe 2 O 3 ) adalah proses mereaksikan semua bahan baku dalam bentuk serbuk dengan tahapan roasting, milling, mixing, kalsinasi, kompaksi dan sinterisasi [Novrita,2001:9]. Biasanya magnet yang dihasilkan dari proses pembuatannya dikarakterisasi dengan alat permagraph agar nilai karakteristik magnet diketahui. Proses kalsinasi dinilai salah satu tahapan proses yang sangat penting, karena pada tahap ini merupakan proses awal pembentukan ferit, sejauh mana pembentukan awal ferit telah terjadi, tergantung dari campuran bahan, besar temperatur dan lamanya kalsinasi [Goldman,1990:150]. Pada tahapan kompaksi, serbuk magnet ferit dibentuk oleh cetakan dengan besar tekanan yang akan mempengaruhi densitas dari magnet ferit. Densitas tersebut akan mempengaruhi besar karakteristik magnet keras ferit yang dihasilkan [Goldman,1990:155]. Bahan lain dapat digunakan dalam proses pembuatan magnet barium ferit yaitu Neodymium Iron Boron (Nd 2 Fe 14 B) sebagai zat aditif. Neodymium Iron Boron adalah magnet permanen rare earth (tanah jarang) yang memiliki kekuatan magnet sangat tinggi dibandingkan dengan magnet permanen lainnya seperti Alnico dan Samarium Cobalt, dan Ferit [Novrita,2002:11]. 2

Pada penelitian yang akan dilakukan adalah memvariasikan temperatur kalsinasi dan tekanan kompaksi pada pembuatan magnet permanen barium ferit dengan zat aditif Nd 2 Fe 14 B yang belum dilakukan penelitian sebelumnya. Dengan penambahan zat aditif Nd 2 Fe 14 B 20%, diharapkan karakteristik magnet yang dihasilkan dapat lebih baik daripada karakteristik magnet pada penelitian sebelumnya. 1.2. RUMUSAN MASALAH DAN BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah utama penelitian ini adalah ; Bagaimanakah karakteristik magnet yang dihasilkan oleh pengaruh variasi temperatur kalsinasi dan tekanan kompaksi pada pembuatan magnet permanen barium ferit dengan zat aditif Nd 2 Fe 14 B sebesar 20%?. Pengaruh variasi-variasi fisis pada tahapan roasting, milling, mixing, kalsinasi, kompaksi, dan sintering adalah variabel-variabel fisis yang berpengaruh pada sifat magnet permanen barium ferit yang dihasilkan. Namun pada penelitian ini difokuskan pada variasi temperatur kalsinasi, variasi tekanan kompaksi dan zat aditif Nd 2 Fe 14 B sebesar 20% sebagai variabel-variabel fisis yang berpengaruh pada sifat magnet permanen barium ferit yang dihasilkan sebagai penelitian tahap awal. Agar penelitian ini lebih terarah dan selalu mengacu pada pokok permasalahan, diperlukan batasan-batasan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah : 3

1. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Induksi Remanen (Br), Koersifitas (Hc), Energi maksimum (BH maks ) dari magnet barium ferit. 2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi temperatur kalsinasi ; 500 O C, 700 O C, 900 O C, 1100 O C, 1200 O C, dan tekanan kompaksi ; 25x10-3 kg/m 2, 50x10-3 kg/m 2, 100x10-3 kg/m 2, dan 150x10-3 kg/m 2. 3. Variabel tetap pada penelitian ini adalah : a. Temperatur roasting 600 O selama 4 jam yang merupakan hasil optimum dari penelitian sebelumnya [Novrita,2002]. b. Waktu penggilingan oksida besi 35 jam, setelah mixing 16 jam dan setelah ditambahkan zat aditif 6 jam yang merupakan hasil optimum dari penelitian sebelumnya [Novrita,2002]. c. Komposisi zat aditif CaO 0,75%, SiO 2 0,6% yang merupakan hasil optimum dari penelitian sebelumnya [Novrita,2002]. d. Temperatur sintering 1250 O C yang merupakan hasil optimum dari penelitian sebelumnya [Novrita,2002]. e. Penambahan zat aditif Nd 2 Fe 14 B yang dipilih sebesar 20%. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik magnet yang dihasilkan oleh pengaruh variasi temperatur kalsinasi dan tekanan kompaksi pada pembuatan magnet permanen barium ferit dengan zat aditif Nd 2 Fe 14 B 20%. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh temperatur kalsinasi dan tekanan kompaksi 4

optimum dengan zat aditif Nd 2 Fe 14 B 20% untuk mendapatkan magnet barium ferit dengan karakteristik yang optimum. Penambahan zat aditif Nd 2 Fe 14 B 20% diharapkan dapat menghasilkan karakteristik magnet barium ferit yang dihasilkan lebih baik daripada karakterisitik magnet barium ferit hasil penelitian sebelumnya dan secara luasnya dapat menjadi produk magnet keras ferit substitusi produk-produk impor. 1.4. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan magnet permanen barium ferit dengan karakteristik dan kemampuan yang baik untuk digunakan pada berbagai aplikasi teknologi kelistrikan dan elektronika. Magnet barium ferit dapat diaplikasikan untuk aplikasi-aplikasi seperti magnet loud speaker, mic, flow meter, motor listrik DC, dan lain-lain. Hasil dari penulisan ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian-penelitian pengembangan magnet permanen barium ferit selanjutnya. 1.5. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di : 1. Laboratorium Magnet PPET- LIPI Bandung. 2. Laboratorium pengujian XRD, Teknik Pertambangan ITB Bandung. 3. Laboratorium pengujian SEM, PPGL Bandung. 4. Perpustakaan LIPI dan perpustakaan UPI Bandung. 5