JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 01, Januari 2015

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

Bab 4 Data dan Analisis

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

Bab III Metodologi Penelitian

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

DAFTAR PUSTAKA. Dermawan, Herwan. Uji Kompaksi ASTM D698 dan ASTM D1557. Universitas Pendidikan Indonesia : Laboratorium Mekanika Tanah, 2009.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Bab 3 Metodologi Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Bab III Metodologi Penelitian

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

Bab IV Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIKBERBASIS BaNi x Al 6-x Fe 6 O 19 UNTUK BAHAN ABSORBER GELOMBANGELEKTROMAGNETIK SKRIPSI PRAHMADYANA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

ARIUM. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

PENGARUH KALSIUM TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT HASIL SINTESIS DENGAN METODA KO-PRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

REVIEW : ANALISIS THERMAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN UNTUK KARAKTERISASI SERBUK Ba 1-x Sr x TiO 3. Happy Bunga Nasyirahul Sajidah

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET STRONSIUM FERIT DENGAN BAHAN DASAR PASIR BESI

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 01, Januari 2015 Sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Heksaferit (BaFe 12 O 19 )Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO 3 ) dan Pasir Besi dari Daerah Pesisir Selatan M Arif Muhajir dan Dwi Asmi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Jl.Prof Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 E-mail :mochajir@gmail.com, asmid@unila.ac.id Diterima (12 Agustus 2014), direvisi (27 September 2014) Abstrak. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi bahan magnet barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) menggunakan bahan dasar barium karbonat (BaCO 3 ) dan pasir besi alam dari daerah pesisir selatan menggunakan metode teknologi serbuk. Pasir besi diekstraksi secara manual dan menggunakan metode oksidasi hidrotermal. Hasil karakterisasi menggunakan SEM-EDX menunjukan kemurnian ferit sebesar 92,15%. Bahan magnet disintesis dengan komposisi BaCO 3 17,027 % dan Fe 2 O 3 82,973 % dan dilakukan penghalusan menggunakan ball milling selama 10 jam. Hasil analisis termal menggunakan DTA menunjukan temperatur optimal untuk bahan magnet yaitu 1200 o C. Bahan magnet di sintering pada temperatur 900,1000,1100 dan 1200 o C (kode sampel X-900, X-1000, X-1100 dan X-1200). Hasil karakterisasi XRD sampel X-900 didominasi oleh fasa hematite (Fe 2 O 3 ), sampel X-1000 didominasi oleh fasa barium iron oxide (Ba 2 FeO 4 ), sampel X-1100 didominasi oleh fasa barium iron oxideatau barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) dan sampel X- 1200 didominasi oleh fasa pseudobrookite (Fe 2 TiO 5 ). Kurva histerisis bahan magnetik menggunakan teknik VSM menunjukan sifat magnetik bahan sampel X-1200 memiliki saturasi magnetik (M s ) 23,60 emu/gr,remanensi magnetik (M r ) sebesar 5,6066 amu/grdan koersivitas (Hc) sebesar 204 Gauss. Kata kunci.pasir besi alam, barium heksaferit, EDX, DTA, XRD, VSM. PENDAHULUAN Riset pengolahan pasir besi di Indonesia saat ini telah banyak dilakukan, bahkan karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus dilakukan guna memanfaatkan deposit pasir besi yang melimpah di Indonesia. Besi dan baja adalah produk yang banyak dihasilkan dari pengolahan pasir besi, tetapi jika diproduksi menjadi magnet, tentunya akan memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Umumnya, pasir besi yang ditemukan di alam mengandung ferit sebesar 58,39 60,23% berupa hematit (α-fe 2 O 3 ) dan maghemit (γ-fe 2 O 3 ) meskipun komposisi kimia kedua bahan tersebut sama namun fasa keduanya berbeda. Maghemit berfasa kubus dan hematit berfasa heksagonal. Para peneliti lazimnya menggunakan hematit sebagai bahan dasar proses sintesis serbuk magnet. Maghemit dapat diperoleh dengan proses oksidasi pasir besi pada temperatur 300 o C, sedangkan hematit dapat diperoleh dengan temperatur 700-800 o C (Yulianto, 2007). Selain maghemit dan dan hematit, ferit juga dapat ditemukan berupa magnetit (Fe 3 O 4 ) (Dunlop, 1997).Barium ferit mendapat prioritas besar dalam penelitian bahan magnet karena bahan ini dapat dibuat 9

M Arif Muhajir dkk:sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Heksaferit (BaFe 12 O 19 ) Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO 3 ) dan Pasir Besi dari Daerah Pesisir Selatan menjadi magnet permanen (hard magnet) yang memiliki sifat kemagnetan bahan yang baik dan banyak diaplikasikan dalam berbagai kebutuhan, selain itu bahan magnet barium ferit dinilai lebih ekonomis dan mudah dibuat. Berbagai metode digunakan dalam pembuatan magnet barium ferit utuk menghasilkan magnet yang lebih baik, misalnya microemulsion(wang, 2008), kopresipitasi (Jacobo. 1997), kristalisasi (Muller, 1999), sol-gel (Huang, 2003), sintesis hidrotermal (Wang, 1999), oksidasi asam nitrat dan pemanasan amonium nitrat (Sozeri, 2009). Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan sintesis dan karakterisasi bahan magnet barium heksaferit (BaO.6Fe 2 O 3 ) menggunakan bahan dasar barium karbonat (BaCO 3 ) dan pasir besi alam yang diperoleh dari daerah pesisir selatan Pandeglang Banten. Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam 2 tahap, yaitu ekstraksi pasir besi yang akan dilakukan dengan metode hydrothermal oxydation dan sintesis bahan magnet barium heksaferit menggunakan teknik metalurgi serbuk dengan harapan sifat magnet yang akan dihasilkan merupakan magnet permanen. METODE PENELITIAN Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengekstraksi pasir besi alam yang dilakukan secara manual dan metode hidrotermal dan oksidasi. Ekstraksi manual dilakukan menggunakan ayakan 120 mesh dan magnet permanen 6kG, sedangkan ektraksi hidrotermal dilakukan dengan cara melarutkan pasir besi kedalam HNO 3 40% dan dipanaskan pada temperatur 120 o C hingga larutan mengering. endapan dicuci dengan aquades untuk menghilangkan sisa pelarut dan bahan yang dihasilkan memiliki ph normal. Hasil yang berupa serbuk dikalsinasi pada temperatur 800 o C selama 10 jam, agar terjadi proses oksidasi maka kalsinasi tidak dibuat vacum. Pasir besi yang telah diekstraksi akan dikarakterisasi menggunakan EDX untuk mengetahui kemurnian ferit yang dihasilkan. Sintesis bahan magnet dilakukan menggunakan metode teknologi serbuk yang meliputi penghalusan dan pemanasan dimana perbandingan prosentase massa komposisi bahan berdasarkan stoikiometri yaitu barium karbonat 17,027 % dan ferit 82,973 %. Kedua bahan tersebut dicampur dan ditambahkan alkohol dengan konsentrasi 70% dan dimilling selama 10 jam agar butiran menjadi lebih kecil dan memiliki homogenitas yang tinggi. Untuk mendapatkan temperatur sintering yang optimal maka bahan magnet dikarakterisasi menggunakan teknik DTA dan untuk mengetahui pola fasa yang terbentuk dilakukan karakterisasi menggunakan teknik XRD serta sifat magnetik bahan yang dikarakterisasi menggunakan teknik VSM. HASIL DAN PEMBAHASAN EKSTRAKSI PASIR BESI Hasil ekstraksi (konsentrat) yang diperoleh setelah pengayakan menggunakan ayakan 120 mesh berkisar antara 40-50 % dari berat awal. Sedangkan prosentase magnetik atau magnetic domain (MD) yang diperoleh setelah ekstraksi mgnetik dengan magnet permanen 6 kg berkisar antara 70-80 % dari berat awal.proses ekstraksi dilanjukan dengan metode hidrotermal dan oksidasi. Hasil ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 1. 10

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 01, Januari 2015 Tabel 2. Prosentase senyawa yang terdapat pada bahan material pasir besi. No Senyawa Massa (%) 1 Al 2 O 3 1,55 2 SiO 2 2,26 3 TiO 2 6,6 4 Fe 2 O 3 92,15 Gambar 1. Ferit hasil ekstraksi Gambar 1merupakan pasir besi hasil ekstraksi menggunakan metode kimia secara hidrotermaldanoksidasiberwarna hitam kemerahan mendekati hematit komersil berwarna merah bata dan tidak terlihat adanya pengotor. KARAKTERISASI MENGGUNAKANSEM-EDX Hasil karakterisasi pasir besi menggunakan EDX dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 1. sebanyak 29,67 %, Al 0,82 %, Si 1,04 %, Ti 3,96 % dan Fe 64,51 %. Unsur-unsur pada material pasir besi membentuk senyawasenyawa oksida, yaitu Al 2 O 3, SiO 2, TiO 2 dan Fe 2 O 3. Prosentase massa unsur dapat dihitung untuk mendapatkan prosentase massa senyawa oksida. Massa senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Senyawa ferit (Fe 2 O 3 ) hasil ekstraksi pasir besi menggunakan metode hidrotermal dan oksidasimemiliki kemurnian sebesar 92,15%. Kemurnian ferit dalam pasir besi mengalami kenaikan yang signifikan dimana material pasir besi yang ditemukan di alam memiliki kemurnian antara 58,39 60,23% (Yulianto, 2007). Gambar 2. Spektrum hasil karakterisasi pasir besi menggunakan EDX KARAKTERISASI TERMAL MENGGUNAKANDTA / TG Karakterisasi DTA/TG dilakukan hingga temperatur 1200 o C dengan kelajuan sebesar 10 o C/menit dan mengalirkan gas nitrogen sebanyak 200 ml/menit.hasil karakterisasi dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan informasi pada Tabel 1, jenis unsur dan prosentase massa unsur yang terkandung pada bahan material pasir besi alam setelah diekstraksi yaitu O Tabel 1. Kandungan unsur pasir besi hasil ekstraksi. Element KeV Mass% Error% Atom K O 0.525 29.67 0.06 58.69 34.7054 Al 1.489 0.82 0.08 0.97 0.3635 Si 1.739 1.04 0.07 1.17 0.6042 Ti 4.508 3.96 0.08 2.62 3.8840 Fe 6.398 64.51 0.16 36.56 60.4428 Total 100 100 (a) 11

M Arif Muhajir dkk:sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Heksaferit (BaFe 12 O 19 ) Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO 3 ) dan Pasir Besi dari Daerah Pesisir Selatan adanya perubahan fasa pada kedua bahan material sampel (Fe 2 O 3 dan BaO) mulai mengalami transormasi fasa membentuk senyawa barium ferit (BaO.Fe 2 O 3 ) dan akan terus mengalami transformasi fasa seiring kenaikan temperatur hingga pada temperatur 1200 o C yang merupakan puncak eksotermis dimana fasa material sampel telah menjadi barium heksaferit. Gambar 3. (b) (a) kurva DTA, (b) kurva TG Pada Gambar 3(a), kurva DTA menunjukan adanya 2 puncak eksotermis (sampel menerima kalor) yaitu pada temperatur 335 o C dan 1200 o C serta 2 puncak endotermis (sampel melepas kalor) pada temperatur 434 o C dan 1064 o C. Dalam kurva tersebut tidak terdapat puncak endotermis yang berkaitan dengan penghilangan air (dehidrasi), hal tersebut sesuai dengan kurva TGA yang tidak menggambarkan kehilangan massa yang signifikan di awal pemanasan. Puncak eksotermis pada temperatur 335 o C dimana sampel menerima kalor tanpa adanya perubahan fasa pada material sampel, hal ini ditunjukan pada kurva TG dimana massa sampel tidak mengalami penyusutan massa yang signifikan. Puncak endotermis pada temperatur 434 o C dapat diidentifikasi sebagai proses perubahan fasa pada barium karbonat, dimana CO 2 mulai mengalami pelepasan (menguap). Hal ini dapat dilihat pada grafik TG yang menunjukan sampel mulai kehilangan massa sebesar -0,742% pada temperatur 434 o C dan terus mengalami penyusutan massa hingga -4.033% pada temperatur 801 o C dimana BaCO 3 sepenuhnya mengalami transformasi fasa menjadi BaO. Adapun puncak endotermik pada temperatiur 1064 o C memberikan informasi SINTESIS BAHAN MAGNET BARIUM HEKSAFERIT Berdasarkan informasi hasil uji termal yang telah dilakukan menggunakan teknik DTA, maka bahan magnet disintering dengan kelajuan temperatur sebesar 10 o C/menit dan penahanan waktu selama 120 menit pada temperatur 900 o C, 1000 o C,1100 o C dan 1200 o C dan dilakukan pengkodean terhadap masing-asing sampel yaitu X-900, X-1000, X-1100 dan X-1200. Hasil sintering bahan magnet barium heksaferit yang telah disintering memiliki perubahan warna dari hitam kemerahan menjadi hitam seiring dengan kenaikan temperatur. Hasil sintering dapat dilihat pada Gambar 4.. a c Gambar 4. Bahan magnet sampel (a) X- 900, (b) X-1000, (c) X-1100 dan (d) X-1200. d b 12

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 01, Januari 2015 KARAKTERISASI MENGGUNAKAN X-RAY DIFRACTION (XRD) Karakterisasi x-ray diffraction(xrd) menggunakan merk Philip PW 1710terdapat di Pusat Laboratorium Terpadu UIN Jakarta. Pengukuran dilakukan dengan rentang sudut difraksi (2 ) sebesar 5 o -100 o dan step 0.02. Sedangkan target yang digunakan yaitu Cu- Kα dengan sebesar 1.54 angstrom dan tegangan sebesar 30 kv. Hasil karakterisasi XRDdapat dilihat pada Gambar 5. (a) (b) (c) Pada gambar 5dapat diketahui bahwa sampel X-900 didominasi olehhematit (Fe 2 O 3 )pada sudut 2 = 33.18 o dan fasa barium iron oxide (BaFe 2 O 4 ) pada sudut 2 = 33.08 o dengan intensitas sebesar 620 dan 466. Pada temperatur ini bahan magnet barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) sudah terbentuk namun intensitasnya masih kecil yaitu 434 dan pengotor berupa Al 2 O 3 dan CO 2 pada barium karbonat telah menguap pada temperatur dibawah 900 o C. Pada sampel X-1000 puncak intensitas didominasi oleh fasa baru yaitu barium iron oxide (Ba 2 FeO 4 )dengan intensitas 548. di sudut 2 = 29.00 o. Fasa hematit sudah mulai mengalami penurunan dan fasa barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) menunjukan kenaikan dengan intensitas 446di sudut 2 =34.14 o. Pada sampel X-1100 menunjukan fasa barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) mengalami kenaikan yang signifikan dan mendominasi dengan intensitas 548di sudut 2 = 34.16 o. Fasa yang hilang pada temperatur ini yaitu coesite (SiO 2 ) dan anatase (TiO 2 ). Adapun fasa baru yang terbentuk yaitu ilmenit (FeTiO 3 ) dengan intensitas 354. Sampel X-1200 menyisakan 4 fasa yang terbentuk dan didominasi oleh fasa pseudobrookite (Fe 2 TiO 5 ) dengan puncak intensitas 884 disudut 2 = 25.56 o. Adapun fasa barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) mengalami penurunan dengan intensitas 528 disudut 2 = 37.10 o. KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK MENGGUNAKAN VIBRATING SAMPLE MAGNETOMETER(VSM) Gambar 5. (d) Pola difraksi sinar-x sampel X-900 (a), X-1000 (b), X- 1100(c) dan X-1200 (d). Karakterisasi sifat magnetik menggunakan VSM MERKoxford 1,2 Hyang bekerja menggunakan metode induksi dengan tesla (T) sebagai satuan magnetisasi dan emu/gr sebagai satuan momen magnet. Pengukuran dilakukan dengan rentang pengaruh magnet luar (H) 13

Momen Magnet (emu/gr) M Arif Muhajir dkk:sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Heksaferit (BaFe 12 O 19 ) Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO 3 ) dan Pasir Besi dari Daerah Pesisir Selatan sebesar 1 sampai -1 T serta kecepatan pertambahan dan 30 20 10 0-1 -10 0 1-20 AM-01-30 Field (tesla) Gambar 6. Kurva histerisis Bahan Magnet BaFe 12 O 19. pengurangan medan magnet luar diatur 0,01 Tesla per-menit. Output dari VSM berupa kurva histerisis yang memberikan tiga informasi penting sifat magnetik, yaitu saturasi (M s ), remanensi (M r ) dan koersifitas (Hc). Pengukuran dilakukan terhadap bahan magnet barium heksaferit sampel X-1200 yang telah disintering pada temperatur 1200 o C. Hasil karakterisasi berupa kurva histerisis dapat dilihat pada gambar 6. Pada gambar 24 dapat diketahui besarnya nilai saturasi (M s ) bahan magnet sampel X-1200 yaitu 23,60 emu/gr yang membutuhkan medan magnet (H) sebesar 0.2081 T atau 2081 gauss. Pada kondisi ini, domain sampel X-1200 sudah searah atau terpolarisasi sepenuhnya secara magnetik sebagai akibat pengaruh dari medan magnetik luar (medan aplikasi). Sedangkan besarnya remanensi (M r ) atau besarnya medan magnet yang ada pada bahan ketika tidak ada pengaruh dari medan magnet luar (H=0) yaitu sebesar 5,6066 amu/gr. Adapun koersivitas (Hc)yaitu besarnya medan magnet luar (H) yang dibutuhkan untuk menghilangkan medan magnet dalam bahan magnet sampel X- 1200 yaitu sebesar 0.0204 T atau 204 gauss. Sifat magnetik yang diperoleh masih tergolong kecil hal ini disebabkan oleh kemurnian bahan dasar yang digunakan (hasil karakterisasi EDX), dimana kemurnian ferit hasil ekstraksi dari pasir besi alam yaitu sebesar 92 %. Adanya pengotor berupa SiO 2 dan TiO 2 akan mempengaruhi sifat kemagnetan karena pengotor akan bereaksi pada proses sintering (hasil XRD sampel X-1200). R.C O Handley dalam bukunya modern magnetic materials principles and applications mengatakan bahan magnet dengan kemurnian bahan tinggi (fasa tunggal) cenderung lebih tinggi dibandingkan magnet dengan fasa campuran. Tidak hanya itu, waktu milling 10 jam dirasa tidak cukup untuk mendapatkan serbuk yang relatif kecil (orde nano), yang akan berdampak pada sifat kemagnetan, dimana semakin kecil ukuran butirannya maka sifat kemagnetannya akan semakin baik (Idayanti, 2002). KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa prosentase kemurnian ferit (α-fe 2 O 3 ) hasil ekstraksi yaitu 92,15 % dan temperatur optimal yang dibutuhkan untuk sintering bahan magnet barium heksaferit yaitu 1200 o C. Hasil karakterisasi menggunakan XRD menunjukan barium heksaferit terbentuk mulai temperatur 900 o C namun fasa tertinggi berada pada temperatur 1100 o C dan uji sifat magnetik menggunakan VSM menunjukan bahwa bahan magnet barium heksaferit sampel X-1200 memiliki saturasi (M s )sebesar 23.60 emu/gr, remanensi (M r ) sebesar 5.6066 emu/gr serta koersivitas (Hc) sebesar 204 Gauss. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya 14

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 01, Januari 2015 yaitu menggunakan pelarut asam yang tepat untuk mendapatkan kemurnian yang tinggi serta dilakukan penggilingan diatas 10 jam. UCAPAN TERIMAKASIH Dengan ini saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Asmi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis, Bpk priyambodo selaku teknisi Lab PLT UIN Jakarta, Bpk Wagiyo selaku teknisi Lab PTBIN BATAN Serpong serta staff Lab Fisika Material Unila, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Barsoum. (1997). Nano Porous Materials. McGrawHill.PublishingCompany, Inc. New York. Bhadeshia. (1997). Thermal Analysis Techniques. Materials Science & Metallurgy. Cambridge University Press. Billah, A. (2006). Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Stronsium Ferit dengan Bahan Dasar Pasir Besi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang: Semarang. Cullity, B.D. (1972). Introduction tomagnetic Material. Addison Wesley. Publishing Company, Inc. USA. Page 20-40. Dunlop, D.J. and O, Ozdemir. (1997).Rock Magnetism: Fundamental and Frontiers.Cambridge University Press. Vol 135. Page278-300. Fernandes. (2011). Makalah Sintesis Nano Partikel. Program Studi Kimia Pasca Sarjana Universitas Andalas: Sumatra Barat. Grega, K.J, Medved.and M, Primoz. (2009). Differential Thermal Analysis (DTA) and Differential Scanning Calorimetry (DSC) as a Method of Material Investigation. RMZ Materials and Geoenvironment.Vol. 57.No 1. Page 127 142. Haliday and Resnick.(1983). Listrik Magnet dan Termofisika:Fisika jilid 1 terjemahan. Penerbit Inistut Teknologi Bandung: Bandung. Idayanti. dan Dedi. (2002). Pembuatan Magnet Permanen Ferit untuk FlowMeter, Jurnal Fisika HFI. Vol A5. No 0528.Page 1-4. Kurnia. (2010). Sintesis dan Karakterisasi Partikel Nano Fe 3 O 4 yang Berasal dari Pasir Besi dan Fe3O4 Bahan Komersial (Aldrich). Jurusan Fisika Inisitut Teknologi Sepuluh November: Surabaya. Mashuri. N, Masruroh. A, Malik. E, Yahya. Triwikantoro. dan Darminto. (2007). Transformasi fasa pada nanokomposit Fe 3 O 4 -Fe 2 O 3. Jurnal Sains Material Indonesia Edisi Khusus Desember 2009. Vol 9.Page 135-140. Muljadi. (2010). Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Magnet Permanen Ba-Hexaferrite dan Sr- Hexaferrite. Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.Vol 29. No 1. Page 27-30. Saragi, Togar. (2011). International Symposium on Functional Material Science The Development of Advantage Research on Material Science in Indonesia Nusa Dua Bali. Schilling, A. dan M, Reibelt. (2007). Low Temperature Differential-Thermal Analysis to Measure Variations in Entropy.Winterthurerstrasse Physik- 15

M Arif Muhajir dkk:sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Heksaferit (BaFe 12 O 19 ) Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO 3 ) dan Pasir Besi dari Daerah Pesisir Selatan Institut der Universität Zürich Switzerland. Vol 78. Page 033904-033906. Setiyoko, A. (2009). Peningkaan Prosentase Fe 2 O 3 dari Pasir Besi sebagai Bahan Baku Magnet Permanen Keramik dengan Metode Hydrothermal Oxydation.Jurusan Teknik Fisika Inisitut Teknologi Sepuluh November: Surabaya. Shaise. and S.L, Jacob. (2010). Differential Thermal Analysis (DTA). Handbook Nirmala College of Pharmacy(Kerala). India. Smykatz, W. and Klos. (1982). Application of Differential Thermal Analysis in Mineralogy. Journal Thermal Analysis. Vol 23.Page 15-44. Snoek, J.L. (1947). New Development in Ferromagnetics Material. Elsevier Publication. New York. Wang, G.H. (1999). Synthesis of Nanometer Sized TiO 2 : Particles by a Microemulsion Method. Nanostructured Material. Vol 11. Page 663-668. Yulianto, A. S, Bijaksana. dan W, Loeksmanto. (2003). Produksi Hematit dari Pasir Besi:Pemanfaatan Potensi Alam Sebagai Bahan Industri Berbasis Sifat Kemagnetan. Jurnal Sains Material Indonesia. Vol 5. No 1. Page 51-54. Yulianto, S. (2007). Fasa Oksida Besi Untuk Sintesis Serbuk Magnet Ferit. Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol 8. Page 39-41. 16