HIASAN CANDI KURUNG PURA BEJI DESA SANGSIT

dokumen-dokumen yang mirip
VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

RAGAM HIAS PURA DANGIN CARIK DI DESA TEJAKULA, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.

Arsitektur Tradisional ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI. Pola Tata Ruang Tradisional. Dasar Konsep Ruang. Tri Hita Karana

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI

Wujud Ajaran Tri Hita Karana pada Interior Pura Agung Jagad Karana Surabaya

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan oleh potensi yang dimiliki

DALEM SEGARA MADHU DI DESA JAGARAGA, SAWAN, BULELENG (LATAR BELAKANG BERDIRI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA)

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung Margo Wening di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Filosofi Arsitektur Tradisional Bali. B. Konsepsi-Konsepsi Arsitektur Bali

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA

Pola Ruang Pura Kahyangan Jawa Timur dan Bali Berdasarkan Susunan Kosmos Tri Angga dan Tri Hita Karana

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI

PENGARUH KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SOSIAL PERKOTAAN TERHADAP KONSEP PEMBANGUNAN PURA ADHITYA JAYA DI RAWAMANGUN JAKARTA

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Transkripsi:

HIASAN CANDI KURUNG PURA BEJI DESA SANGSIT Putu Gede Ary Pramana, Gede Eka Harsana Koriawan, Luh suartini Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail :{ Pramanary@ymai.com, Jadekori@yahoo.com, luhocasuartini@yahoo.com } Abstrak Candi Kurung Pura memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh Candi Kurung di Pura lain yang ada di kawasan Buleleng. Keunikan tersebut terletak pada hiasan topeng-topeng yang terdapat pada bagian badan Candi, hiasan topeng-topeng ini berkaitan dengan sejarah pembangunan Pura Beji Sangsit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah dan hiasan Candi Kurung Pura.Tujuan untuk mengetahui tentang (1) Sejarah Candi Kurung Pura (2) Hiasan yang terdapat di Candi Kurung Pura Beji Sangsit. Ditinjau dari tujuan, penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk menjabarkan (deskriftif) mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian (suryabrata, 1983: 19). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sejarah Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi 1660 M Beraban Batu Lepang yang dibantu oleh para pedagang Belanda mulai merenovasi Pura Beji dan motif ukiran, hiasan, patung hingga betuk bangunan pura dan Candi Kurung ditentukan oleh Beraban Batu Lepang dan para pedagang Belanda (2) Hiasan yang terdapat di Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi Pepatraan, Kekarangan, patung dan Topeng. pepatraan yang terdapat di Candi Kurung meliputi Patra Pungel, Patra wangga, Patra Pae, dan Patra Mas masan. Kekarangan yang terdapat di hiasan Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi Karang Tapel, Karang Boma, Karang Sae, Karang Goak, Karang Simbar, dan Karang Asti. Patung yang terdapat di hiasan Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi Patung Naga, Patung Kura-Kura, Patung Raksasa atau Kala, Patung Patih, dan Patung Bidadari. Topeng yang terdapat pada hiasan Candi Kurung merupakan topeng pasukan Tar-Tar dan diketuai oleh Berabadan Batu Lepeng. Kata Kunci: Hiasan, Candi Kurung, Pura

n The ornament of Candi Kurung in Beji temple sangsit village Abstract Candi kurung Beji tample Sangsit having uniqueness which is not possessed by Candi Kurung in other existing Buleleng area. Uniqueness is located on an ornament mask that was found on the body of a temple, An ornament this mask deals with the history of the construction of beji temple sangsit The aims of this study are to know about (1) the history of Candi Kurung in beji temple, sangsit village (2) the ornaments which are there in Candi Kurung Beji temple Sangsit. In terms of the purpose, the research is descriptive kind of research with a qualitative approach. Descriptive research is ' who intends to outline research ( descriptive ) on the current situation or occurrence The result of the study showed that (1) the history of Candi kurung in beji temple, Sangsit was that in 1660 M, Beraban Batu Lepang helped by the dutch trader started to renovate the beji temple, in which the design of selupture, the ornament, the statue, and the form of the temple and Candi kurung was decided by the beraban batu lepang and the dutch traders, (2) the ornament in the Candi kurung beji temple, Sangsit consist of patra punggel, patra wangga, patra pae, and patra mas-masan. The kekarangan in the ornament of Candi kurung of beji temple, Sangsit consists of karang tapel, karang boma, karang sae, karang guak, karang simbar, and karang asti. The statue in the ornament of Candi kurung beji temple, Sangsit consist of dragon statue, turtle statue, and angel statue. The mask in the ornament of the temple are the mask of tar-tar troops which was leaded by Beraban Batulepang. Keywords; ornaments Candi kurung, beji temple Sangsit makrame.

PENDAHULUAN Pulau Bali merupakan pulau yang mayoritas umatnya beragama Hindu. Dalam melaksanakan ajaran agama percaya dengan adanya Tri Rna yaitu tiga jenis ketergantungan dalam hidup manusia yang mencerminkan ikatan hutang, tiga hutang itu antara lain Dewa Rna, Pitra Rna dan Rsi Rna. Untuk membayar tiga hutang tersebut dapat dilaksanakan dengan Panca Yadnya sehingga terwujudlah Tri Hita Karana yang merupakan pandangan hidup yang tangguh. Pada dasarnya ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dengan kehidupan di dunia ini, ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar dan hubungan dengan Tuhan yang terkait satu sama lain (Sudharta, 2005:9). Untuk melaksanakan hubungan manusia dengan Tuhan umat Hindu mendirikan tempat untuk melaksanakan pemujaan terhadap Tuhan yang disebut dengan Pura. Struktur tempat suci Pura umumnya mengikuti konsep Trimandala, yang memiliki tingkatan kesuciannya, yakni Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. Setiap struktur Pura ada bagian pembatasnya yakni di bagian Nista Mandala ke Madya Mandala terdapat Candi bentar, dan di bagian Madya Mandala ke Utama Mandala terdapat Candi Kurung, Candi ini bentuknya hampir sama dengan Candi Bentar, perbedaan antara Candi Kurung dan Candi Bentar adalah Candi Bentar kedua ujung dari pintu itu tidak bertemu, sedangkan di Candi Kurung kedua ujungnya bertemu membentuk sebuah krucut yang menyimbulkan sebagai sebuah puncak gunung yang diyakini adalah sebagai tempat yang paling suci oleh umat Hindu. Kedua candi ini dalam konsep pembangunan sebuah Pura di Bali akan selalu ada, karena Candi Bentar atau Candi Kurung memiliki filosofi sebagai penghalang hal-hal negatif yang terdapat pada manusia. Orang yang telah memasuki kawasan Pura, di bagian utama mandala sebagi tempat utama dalam persembahyangan hendaklah dalam keadaan suci lahir batin, menjauhkan diri dari pikiran-pikiran negatif, maka keberadaan Candi Kurung memiliki peranan penting dalam bangunan Pura. Candi Kurung merupakan bentuk kori yang paling sempurna jika dipandang dari material (Arsitektur Tradisional Bali 1981:10). Candi Kurung memiliki beberapa bagian yaitu Bagian Kepala, Bagian Badan dan Bagian Kaki, begitu juga yang terdapat pada Candi Kurung di Pura. Struktur dan hiasan Candi Kurung Pura memiliki corak yang sama dengan Candi Kurung di Pura Manasa, Pura Sari Besikan, dan Pura Desa Bungkulan. Kesamaan tersebut ada pada Pepatraan dan Kekarangan. Namun Pura memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh Pura Manasa, Pura Sari Besikan, dan Pura Desa Bungkulan. Keunikan Candi Kurung Pura terletak pada hiasan Topeng-topeng yang terdapat pada badan candi. hiasan Topeng-topeng ini berkaitan dengan Sejarah berdirinya Candi Kurung Pura. Hal itu menjadikan Candi Kurung Pura Beji Sangsit menarik untuk diteliti, sehingga banyak hal yang bisa digali dari Pura ini jika dipandang dari sudut kesenirupaan. Maka dilakukan penelitin yang berjudul Hiasan Candi Kurung Pura Beji di Desa Sangsit. METODE Ditinjau dari tujuan, penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk menjabarkan (deskriftif) mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian (suryabrata, 1983: 19). Wignjosoebroto (1994:16) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berakar pada simbolisme yang melihat realitas sosial sebagai jaringan makna yang terinterpretasi melalui berbagai simbol cultural. Dalam persektif aliran ini objek kajian sosial dan kemanusiaan bukan sebatas penampakannya didalam indrawi, melaikan lebih menyelinap ke berbagai hal yang terkandung didalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Candi Kurung Pura Beji Menurut Ketut Darmaya dan Ketut Sulaba Kekuasaan Beraban Batu Lepang di Kubu Tambahan dan Kubu Lebah dengan simbol kekuasaan Pura Brabadan atau Pura Pasek Menyali. Untuk menarik simpati Masyarakat Kubu Tambahan dan Kubu Lebah, agar loyal terhadap kekuasaannya, maka pada tahun 1660 M Beraban Batu Lepang yang dibantu oleh para pedagang Belanda mulai mendirikan dan merenovasi pura-pura yang ada di sekitar Kubu Tambahan dan Kubu Lebah lebih megah dibandingkan Pura-pura yang terdapat Kubu Jati dan Kubu Leleng. Mayoritas Purapura yang dibangun dan direnovasi oleh Beraban Batu Lepang terdapat Arca atau Relief Serdadu Belanda juga terdapat topeng-topeng Berabadan Batu Lepang dan topeng pasukan Tar-tar yang diajak oleh Beraban Batu Lepang untuk menyerang wilayah kekuasaan Kibarak Panji Sakti, sumber dana pembangunan Pura-pura berasal dari para pedagang Belanda. Pura Beji secara definitive berada di bawah kekuasaan Beraban Batu Lepang, beliau membangun pelinggih Pura Dewa Ngurah Beraban sebagai sombol kekuasaannya di sebelah Utara Gedong Agung Pura Beji. Pura Desa Beji dengan Bandar Pelabuhannya merupakan wilayah yang strategis bagi jalur perdagangan Belanda. Agar masyarakat Beji loyal terhadap kegiatan para pedagang Belanda, maka Pura Beji direnovasi secara besar-besaran atas bantuan dana dari Belanda, dan motif ukiran, hiasan, patung hingga betuk bangunan pura dan Candi Kurung ditentukan oleh Beraban Batu Lepang dan para pedagang Belanda. Ukiran yang dipakai merupakan bentuk ukiran Tar-Tar, ukiran Tar-Tar diambil dari nama pasukan Beraban Batu Lepang yang melambangkan bentuk ukiran besarbesar dan tidak memakai asta kosala kosali, hal ini terdapat pada ukiran di bagian badan Candi Kurung Pura (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 20 Septeber 2014). Letak Geografis Pura Beji Pura Beji terletak di Banjar Beji, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Banjar Beji mengambil areal palemahan sebelah utara jalan raya Sangsit membentang dari barat sampai timur hampir 2/3 panjang areal Desa Sangsit. Untuk mencapai pura ini sangat mudah karena dihubungkan oleh jalan desa beraspal sampai di depan pura yang berdekatan dengan pantai laut utara semenanjung utara Pulau Bali yang terdapat Bandar pelabuhan rakyat Pabean Sangsit. Pura Beji berjarak 89 km dari Denpasar yang bisa ditempuh dalam 2 jam perjalanan dan 7 km dari kota Singaraja yang ditempuh dalam 15 menit perjalanan. Batas-batas wilayah Pura Beji adalah: a. Sebelah Timur : kebun milik masyarakat setempat, dimana terdapat tempat pemujaan kecil

yang disebut Pura Alit untuk memuja Dewa Ganapati (Hyang Sila Majemuh). b. Sebelah Selatan : Perumahan penduduk dimana terdapat tempat pemujaan kecil yang disebut Pura Alit untuk memuja Dewi Durgha (Hyang Ratu Mecaling). c. Selatan Barat : Halaman parkir dan perumahan penduduk, dimana terdapat Pura Alit tempat pemujaan Dewa Nandiswara (Hyang Ambu). d. Sebelah Utara: Persawahan dimana terdapat bekas tempat pemujaan Pura Alit untuk memuja Hyang Mahakala (hyang Gede Mecaling). e. Di Tengah : Terdapat pelinggih kecil yang disebut Pura Taman tempat pemujaan Dewi Nagaraja (Hyang Melilit). Pura Beji disungsung oleh warga subak beji yang beranggotakan 225 orang. Hari piodalan jatuh pada setiap Purnama Jyestha (Ngusaba) dan Purnama Kapat (Ngebek). Banjar Beji merupakan kawasan yang paling luas diantara dusun-dusun yang ada di Desa Sangsit yang arealnya didominasi oleh tanah pertanian/lahan subur. Di dusun ini terletak Pura Dalem Klod, Pura Segara, Pura Pasupati, Pura Limascatu, dan Pura Beji serta bale kulkul yang posisinya mengambil tempat di hulu Dusun Beji. Melihat luas dan letaknya, sepertinya Pura Beji adalah sentral dari pura-pura tersebut. Bila dilihat dari Pura Beji, maka Pura Pasupati menempati sisi barat (kauh), oleh sebab itu Pura Pasupati dulunya disebut Pura Kauh. Pura Dalem Klod, yang orang menyebutnya sebagai Pura Dalem Purwa karena kekunoannya, juga ada Pura Segara yang terletak di Pantai Sangsit (wilayah Pabean Sangsit), dan Pura Limascatu yang merupakan Pura Subak beji di tengah sawah serta Setra klod yang letaknya mengambil sisi kelod kangin di pinggir Tukad Gelung. Struktur Cadi Kurung Pura Beji Sangsit Struktur Candi Kurung Pura Beji Sangsit (sumber Gambar : Ary Pramana) Keterangan : A : Geber G : Anak Candi B : Raab H : Undag C : Menur I : Pondasi D : Tojeng X : Kepala Candi E : Lambe Dulang Y : Badan Candi F : Pokok atau Induk Candi Z : Kaki Candi Candi Kurung Pura Hiasan Candi Kurung Pura Beji di Desa Sangsit Kekhususan yang ada pada bangunan Candi Kurung Pura Beji, yaitu antara pintu tengah dengan dua pintu samping menyatu menjadi sebuah kori yang sangat besar, mungkin menjadi Candi Kurung terbesar di Bali. Bentuk ini sangat

sempurna menyerupai sebuah kayonan (belabat) yang melambangkan sebuah gunung. Hampir disetiap pengawak penuh dengan ukiran khas Bali, sedangkan ragam hias yang ada pada setiap sudut tidak melulu hanya berupa simbar saja, melainkan juga karang tapel maupun karang boma. Bentuk mahkota dari kori memakai bentuk patra punggel yang dipasang agak berdiri simetris dengan sebelahnya, sehingga terlihat sangat indah dan bertaksu. Kemegahan candi kurung ini dikuatkan oleh begitu hidupnya karang boma yang dipasang ditiaptiap pintu dan di tempat lainnya. Candi Kurung di Pura sangat kaya akan hiasan-hiasannya, Berikut adalah hiasan berupa peptraan, kekarangan dan patung yang terdapat di Candi Kurung di Pura Beji Desa Sangsit Pepatraan a. Patra Punggel Patra Punggel yang menyerupai sayap ini terlihat di bagian depan candi dan bagian belakang candi, karena posisinya berada pada bagian atas Candi Kurung. (Wawancara pada hari rabu tanggal 15 Oktober 2014 ) Patra Punggel menjadi hiasan di Candi Kurung Pura yang mendominasi di bagian kepala Candi Kurung, dan banyak juga sebagai hiasan di kekarangan yaitu pada Karang Goak, Karang Tapel, dan Karang Boma. b. Patra Wangga Patra Wangga yang ada di Candi Kurung ini sangat mendominasi di bagian badan Candi yang diukir sangat rapi dan memenuhi seluruh bagian badan Candi Kurung bagian depan maupun bagian belakang. Patra Wangga yang ada di Candi Kurung di Pura sangat unik, menurut Darmaya patra wangga diukir dengan gaya ukiran Tartar yang artinya gaya ukirannya besar-besar dan tidak memakai asta kosala kosali melambangakan pasukan dari Braban Batulepang yang besar dan tidak patuh akan aturan. Patra Wangga ini dikombinasikan dengan Karang Sae yang sangat sederhana. (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 20 Septeber 2014). Patra Wangga di Candi Kurung Pura c. Patra Pae Patra Punggel di Candi Kurung Pura Patra Pae di Candi Kurung Pura Beji Sangsit Patra Pae yang terdapat di Candi Kurung Pura ini

difungsikan sebagai pembatas bagian kepala dan badan Candi Kurung Patra Pae ini letaknya di bagian badan candi tepatnya di bawah Lambe duoang dan diatas Karang Boma. d. Mas Masan Mas Masan yang terdapat di Candi Kurung Pura, terdapat dibagian kepala candi dan ditempatkan melingkar, tepatnya di atas lambe dulang terbagi atas 3 buah Karang Tapel di Induk Candi bagian tengah, dan 2 Karang Tapel masing-masing terletak di kanan kiri Induk Candi bagian tengah. Begitu pula Karang Tapel yang terdapat pada bagian belakang Candi Kurung Pura Beji Sangsit. b. Karang Simbar Mas Masan di Candi Kurung Pura Kekarangan a. Karang Tapel Karang Tapel di Candi Kurung Pura. Candi Kurung Pura Beji Sangsit memiliki 18 buah Karang Tapel yang letaknya di kepala Candi Kurung tepatnya di atas Lambe dulang, 9 buah Karang Tapel di bagian depan Candi Kurung dan 9 buah Karang Tapel di bagian belekang Candi Kurung. Dibagian depan Candi Kurung 9 buah Karang Tapel terletak di beberapa bagian, yaitu 5 buah di Induk Candi dan 4 buah di Anak Candi. 5 buah Karang Tapel yang terdapat di Induk Candi Karang Simbar di Candi Kurung Pura Karang simbar di Candi Kurung ini diletakkan di setiap sudut bangunan candi, pada bagian depan Candi Kurung ini terdapat 72 Karang Simbar yang sebaian besar letaknya di bagian badan Candi Kurung, pada bagian belakang Candi Kurung ini terdapat pula Karang Simbar yang berjumlah 60, yang letaknya sebagian besar terpadat pada bagian badan Candi Kurung. Karang Simbar ini juga banyak ditemukan sebagai pelengkap atau hiasan di beberapa kekarangan yang terdapat di Candi Kurung Pura yaitu pada Karang Tapel, Karang Boma, Karang goak atau manuk. c. Karang Goak atau Manuk Karang Goak yang terdapat pada hiasan Candi Kurung di Pura beji Sangsit, pada bagian depan Candi Kurung terdapat 18 Karang Goak berupa Tojeng letaknya di bagian kepala Candi Kurung dan terdapat pula 6 Karang Goak di bagian Apit Lawang depan, dan di

bagian belakang Candi Kurung terdapat 18 Karang goak berupa Tojeng yang letaknya di bagian kepala Candi Kurung dan terdapat pula 2 karang goak pada Apit Lawang. Karang Guak atau Manuk di Candi Kurung Pura d. Karang Boma Candi Kurung Pura Beji Sangsit memiliki 18 buah Karang Boma, 9 buah di bagian depan Candi Kurung dan 9 buah di bagian belekang Candi Kurung. Dibagian depan Candi Kurung 9 buah Karang Boma terletak di beberapa bagian, yaitu 5 buah di Induk Candi dan 4 buah di Anak Candi. 5 buah Karang Boma yang terdapat di Induk Candi terbagi atas 3 buah Karang Boma di Induk Candi bagian tengah, dan 2 Karang Boma masing-masing terletak di kanan kiri Induk Candi bagian tengah. Begitu pula Karang Boma yang terdapat pada bagian belakang Candi Kurung Pura Beji Sangsit. Ada perbedan antara Karang Boma yang terdapat di bagian depan dan belakang Candi Kurung. Perbedaan tersebut terdapat pada 2 Karang Boma di Anak Candi dimana Karang Boma tersebut memiki badan yang lengkap dengan tangan dan hiasannya, berbeda dengan Karang Boma di bagian belakang Candi Kurung yang tanpa badan dan tangan. Karang Boma di Candi Kurung Pura Karang Boma yang terdapat pada hiasan Candi Kurung Pura Beji Sangsit memiliki filosofi menurut Made Wartama sebagai tukang ukir di buleleng, yaitu di Candi Kurung Pura di bagian depan terdapat 9 Karang Boma yang disebut Yaksa, karena Yaksa merupakan keturunan Rudra (penjaga 9 arah mata angin) maka dari itu di buatlah 9 Karang Boma atau Yaksa yang diletakkan di depan Candi Kurung (Wawancara pada hari rabu tanggal 15 Oktober 2014 ). letak Karang Boma di Candi Kurung Pura (sumber gambar : Ary Pramana) e. Karang Sae Karang Sae yang terdapat di Candi Kurung ini diukir dengan sangat sederhana. Pada bagian depan Candi Kurung terdapat 6 Karang Sae yang dikombinasikan dengan Patra Wangga diantaranya

terletak pada bagian badan, bagian badan Candi Kurung sebelah kiri terdapat 3 Karang Sae dan pada bagian badan Candi Kurung sebelah kanan juga terdapat 3 Karang Sae. Pada bagian belakang Candi Kurung terdapat 2 Karang Sae yang hanya terdapat pada sisi bagian kiri bangunan, sama halnya dengan Karang Sae yang terdapat pada sisi depan bangunan, Karang Sae pada sisi belakang bangunan juga diukir dengan sangat sederhana dan dikombinasikan dengan Patra Wangga bentuknya sangat sederhana dan tanpa hiasan. Patung 1. Patung Naga Patung Naga di Candi Kurung Pura Karang Sae di Candi Kurung Pura Patung Naga yang berada di Candi Kurung Pura untuk fungsi ritual Patung Naga Bersayap digunakan untuk Pratima sebagai simbol pemujaan yang disakralkan, dan diletakan paling atas Candi Kurung tepanya di puncak Induk Candi yang bagian tengah-tengah sebagai puncak mahkota Candi. f. Karang Asti Karang Asti di Candi Kurung Pura Karang Asti pada hiasan Candi Kurung Pura Beji disangsit hanya terdapat di bagian depan yang berjumlah 2, letaknya di sudut kiri dan kanan bagian bawah tepatnya di pondasi atau di bagian kaki Candi, yang membuat beda adalah Patung Naga di Candi Kurung Pura Patung Naga sikap tegak bertumpu pada Kura-kura, ekor menjulang ke atas gelang dan permata diujung ekor. Dalam fungsinya sebagai hiasan dan stabilitas filosofis, Patung Naga yang membelit bedawang kura-kura

raksasa ditempatkan pada dasar Padmasana. Patung Naga sebagai hiasan Candi Kurung di Pura Beji Sangsit di letakkan di tepi badan bagian kiri dan kanan yang membelit bedawang atau kura-kura sebagai simbul menstabilkan bangunan pura. 2. Patung Kura-Kura Patung Kura-Kura atau bedawang yang ada di Candi Kurung Pura diletakkan di dasar bangunan Candi sebagai filosofi kokoh dan dinamis. Keempat kakinya yang berjari 5 kuku runcing menerkam tanah. Kepalanya berambut api hidungnya mancung, gigi kokoh datar bertaring runcing mata bulat. Wajah angker memandang kearah atas depan berpandangan dengan naga yang membelitnya. Kepala Naga di atas kepala Bedawang dalam posisi berpandangan galak dinamis. Patung Kura-Kura atau Bedawang hanya terdapat di bagian depan Candi Kurung atau Kori Agung, di bagian depan terdapat 2 patung Kura-Kura atau Bedawang yang letaknya di sudut kiri dan kanan bawah. Gambar 4.20 Patung Patih di Candi Kurung Pura 4. Patung Raksasa atau Kala Patung Raksasa atau Kala di Candi Kurung Pura Beji di Sangsit berbadan kekar, sikap berdiri, kaki tegak, bertaring, mata bulat kesan galak, lengkap dengan senjata ditangan, penempatannya sebagai apit lawang pintu utama dan berfungsi sebagai penjaga lawang pintu utama di bagian depan ada 2 dan di pintu utama bagian belakang ada 2 Patung Raksasa atau Kala tepatnya di depan pintu Induk Candi yang paling tengah. Patung Kura-Kura di Candi Kurung Pura 3. Patung Patih Patung Patih di Candi Kurung atau Kori Agung Pura berjumlah 4, 2 patung sebagai apit lawang pintu masuk dan 2 patung sebagai apit lawang pintu keluar tepatnya di depan pintu Induk Candi bagian kiri dan kanan dan berfungsi sebagai penjaga lawang Patung Raksasa atau Kala di Candi Kurung Pura 5. Patung Bidadari Sesuai tempatnya Patung Bidadari yang ada di Candi Kurung Pura Beji Sangsit letaknya di paling atas atau di bagian kepala Candi, di bagian depan Candi tampak 11 Patung Bidadari dan di bagian belakang juga terdapat 11 Patung Bidadari,

SIMPULAN Gambar 4.22 Patung Bidadari di Candi Kurung Pura Topeng Topeng-topeng yang ini terdapat di badian badan belakang Candi Kurung yang jumlahnya 6 topeng. Menurut sejarah topeng-tipeng ini memiliki filosofi yang terpendam, topeng ini dinamakan topeng pasukan Tar-Tar, dan diketuai oleh Berabadan Batu Lepeng, Berabadan yang artinya kepala pengairan, dan Batulepang adalah nama orang Cina yang memperebutkan wilayah Kubu Tambahan dan Kubu Lebah dari Ki Barak Panji Sakti. Tujuan dibuatnya topeng-topeng ini adalah untuk mengabadikan wajah-wajah yang ikut memperebutkan wilayah Kubu Tambahan dan Kubu Lebah. Topeng Pasukan Tar-Tar di Candi Kurung Pura Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Sejarah Candi Kurung Pura Beji Sangsit Pura Beji pertama kali dibangun sejak tahun 683 Masehi yang berada di bawah kekuasaan Dapuntha Hyang Sri Mahanaga,. Pada Tahun 1660 M, Pura Beji berada di bawah kekuasaan Beraban Batulepang. Untuk menarik simpati Masyarakat Kubu Tambahan dan Kubu Lebah, agar loyal terhadap kekuasaannya, maka Berabadan Batu Lepang yang dibantu oleh para pedagang Belanda mulai mendirikan dan merenovasi pura-pura yang ada di sekitar Kubu Tambahan dan Kubu Lebah lebih megah dibandingkan Pura-pura yang terdapat Kubu Jati dan Kubu Leleng. Pura Desa Beji dengan Bandar Pelabuhannya merupakan wilayah yang strategis bagi jalur perdagangan Belanda. Agar masyarakat Beji loyal terhadap kegiatan para pedagang Belanda, maka Pura Beji direnovasi secara besar-besaran atas bantuan dana dari Belanda khususnya pada bagian Candi Kurung, sehingga Candi Kurung yang terdapat di Pura Beji sangsit menjadi sangat megah dan sangat berbeda di bandingkan Candi Kurung yang ada di kawasan Kubu Tambahan dan Kubu Lebah. Hiasan Candi Kurung Pura Beji di Desa Sangsit Hiasan Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi Pepatraan Kekarangan dan patung. Jenis pepatraan yang terdapat di hiasan Candi Kurung Pura meliputi Patra Pungel, Patra wangga, Patra Pae, dan Patra Mas masan. Kekarangan yang terdapat di hiasan Candi Kurung Pura Beji Sangsit meliputi Karang Tapel,

Karang Boma, Karang Sae, Karang Goak, Karang Simbar, dan Karang Asti. Patung yang terdapat di hiasan Candi Kurung Pura meliputi Patung Naga, Patung Kura- Kura, Patung Raksasa atau Kala, Patung Patih, dan Patung Bidadari. Melalui penelitian terdapat beberapa saran kepada mahasiswa dan masyarakat umum sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya yakni (1) Penelitian tentang Hiasan Candi Kurung Pura sebaiknya lebih diperluas lagi sehingga selain mengenal Candi Kurung Pura Beji Sangsit masih banyak juga purapura di Buleleng yang sangat menarik untuk di teliti dari segi arsitektur dan hiasannya. (2) Kepada pihak penyelenggara pendidikan, Hiasan dalam Candi Kurung yang menarik untuk dikembangkan kepada mahasiswa. Karena dalam Candi Kurung bukan hanya sebatas ukiran semata, melainkan banyak cerita maupun filosofi terpendam di balik ukiran tersebut. Sehinga mampu menghasilkan seniman muda yang tau akan seluk beluk dari ukiran tersebut. (3) Kepada para pembaca, dan pencinta seni rupa khususnya di bidang seni ukir, atau dunia ukir merupakan dunia yang menarik untuk dipelajari dan ditekuni. Selain menambah wawasan di bidang lain yang menggunakan seni ukir mampu menjadi penerus berkesenian khususnya di bidang seni ukir untuk kebudayaan Bali dan untuk kearah yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Buku : Ardana, 2010. Kedudukan Pura Beji Sangsit dalam tatanan Prahyangan Desa Pekraman Dauh Yeh (sesuai seminar tgl 6 pebuari 2010). Denpasar : Rukun Suka Duka Dharma Kanthi Warga Sangsit di Denpasar Darmaya, 2010. Sejarah Pura Beji Sangsit. Singaraja: Gema Aliansi Pemerhati Budaya Bali Utara Darmana, 2011. Sejarah Desa Sangsit. Singaraja : Gema Aliansi Pemerhati Budaya Bali Utara Glebet, 1981. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan proyek Inventarisasi dan Dokumntasi Kebudayaan Daerah Mikke. Susnto, 2011. Diksirupa kumpulan istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta : DiktiArt Lab, Yogyakarta dan Jagad Art Space, Bali Rai. Kalam, 1981. Kori Arsitektur Tradisional Bali. Denpasar : Pesta Seni Bali Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Wijaya, 2008. Buku Penunjang Agama Hindu. Denpasar : Tri Agung Internet : http://www.balipost.co.id/balipostceta k/2003/3/22/bd2.htm Ukiran Buleleng: Ekspresif dan ''Bergerak' diakses pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 09:45 WITA http://pusathotel.com/arsitektur-puradi-bali.html diakses pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 09:45 WITA http://www.babadbali.com/pustaka/b abad/dwijendra-tatwa.htm diakses pada tanggal 29 Desember 2014 pukul 15.30.