RUMPAKA TEMBANG CIANJURAN JENIS SASTRA TRANSFORMASI

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi

GLOSARIUM. : salah satu watak pupuh Kinanti : salah satu cara menyuarakan sebuah nyanyian : istilah ornamentasi dalam tembang Sunda

Bagian Satu. Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi yang serba maju ini masih berkembang berbagai. macam karya seni warisan nenek moyang kita, yang disebut dengan seni tradisi.

LIRIK TEMBANG SUNDA CIANJURAN (Kajian Struktural Dinamik dan Etnopedagogik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN 5.1 Struktur Teks Ridwan Nugraha F, 2013

Komponen dalam Tembang Sunda Cianjuran

Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate)

SILABUS. Mata Kuliah TEMBANG (SM 103)

BAB 3 METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

Sedangkan menurut Hartanto (2002: 406), karakter adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

DESKRIPSI / DEFINISI ACARA PROGRAMA 4 TAHUN 2016 RRI BANDUNG

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume VII No. 2 / Desember 2017

KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD)

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

Kelas X MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA. Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan Madrasah Aliyah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang

Peranan R. A. A. Wiranatakusumah V Dalam Penyebaran Tembang Sunda Cianjuran

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

Etty Rohayati. Key Word: Bahasa Daerah, Strategi pengajaran, Suku non Sunda

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. lokal di sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan

NASIHAT DAN DOA DALAM RUMPAKA TEMBANG CIANJURAN: Pemahaman Intertekstualitas

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau

B. Dasar C. Tujuan D. Tema

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB III METODE PENELITIAN

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Aceh Tengah, Provinsi D.I. Aceh Kesenian Didong

BAB III SKETSA KEHIDUPAN TOKOH APUNG S. WIRATMADJA

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

G.J TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN:

Analisis Ornamen pada Lagu Dangdanggula Degung dalam Tembang Sunda Cianjuran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK. Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

Haji Hasan Mustapa: Agamawan, Budayawan, dan Sastrawan. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 21 Januari 2009

RUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN MUSIC)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki berbagai ragam kesenian dan kebudayaan. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

Transkripsi:

RUMPAKA TEMBANG CIANJURAN JENIS SASTRA TRANSFORMASI Oleh Dr. Kalsum, M. Hum FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN Juli 2008

K A T A P E N G A N T A R Tulisan ini disampaikan kepada Harian Pikiran Rakyat untuk menyongsong Pasanggiri Tembang Sunda yang diselenggarakan di Garut. Tulisan ini menunjang Mata Kuliah Sejarah Sastra dan Teori Sastra. Bandung Juli 2008

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL ARTIKEL RUMPAKA TEMBANG CIANJURAN JENIS SASTRA TRANSFORMASI Mengetahui Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Drs. Taufik Ampera, M. Hum

Rumpaka Tembang Cianjuran Jenis Sastra Transformasi Tembang Cianjuran didukung oleh perangkat, seni sastra, musik pengiring, dan vokal. Rumpaka tergolong yang disebut pertama, sebuah genre (jenis) - sastra khas. Sejumlah besar syair lagunya diambil dari karya-karya yang berbentuk pupuh. Kreasi tradisional ini berasal dari khasanah kesusastraan Jawa yang masuk pada abad ke-17 M. Yang dimaksud transformasi adalah, proses pengambilan syair lagu dari karya sastra terdahulu. Bukan saja seni sastranya yang merupakan transformasi, namun ada juga lagunya. Pada laras (nada?) Pelog ada wanda (lagam) Papantunan, Rarancagan, Dedegungan, dan Jejemplangan. Konon Papantunan baik syair maupun lagu berasal dari lantunan kesenian Pantun. Ceritera Pantun merupakan hasil kreasi masyarakat Sunda asli yang secara historis sudah ada sejak tahun 1518. Kata tersebut sudah disebut dalam naskah Sanghiyang Siksa Kanda ng Karesiyan. Lantunan Tembang Cianjuran meliputi laras dikenal umum Pelog, Sorog, dan Salendro. Syair lagunya hampir secara menyeluruh menggunakan pupuh. Pupuh terkenal dalam masyarakat Sunda sebanyak 17 macam. Di antaranya Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula yang tergolong Pupuh Ageung. Selebihnya termasuk Pupuh Alit. Keempat macam itulah yang banyak dilantunkan dalam seni suara ini. Rumpaka Tembang pada umumnya diambil dari ceritera wawacan dan guguritan (isinya bukan ceritera-naratif hanya berupa gambaran suatu keadaan). Keduanya dalam bentuk pupuh. Karena banyaknya syair - tembang, sulit dicari dari sumber mana sebuah bait diambil. Namun apabila terdapat pelaku ceritera, mudah ditebak. Umpamanya terdapat nama Patih Bastak, pasti bait itu berasal dari Wawacan Amir Hamzah. Guguritan Laut Kidul - pupuh Dangdanggula gubahan Kalipah Apo yang berjumlah sebanyak 23 buah, kerapkali dilantunkan dalam tembang. Lainnya Asmarandana Lahir Batin gubahan RA Bratadiwidjaja berjumlah 35 pada (bait). Karya yang disebut pertama hampir seluruhnya dijadikan rumpaka dari seluruh laras (sebagai rumpaka sandingan). Gubahan kedua hanya yang pertama, namun lirik ini sangat dikenal masyarakat Sunda. Kata-katanya sebagai berikut: Eling-eling mangka eling ingatlah ingat rumingkang di bumi alam mengembara di dunia darma wawayangan bae hanyalah seperti wayang raga taya pangawasa raga tak memiliki kekuatan lamun kasasar lampah apabila sesat dalam perilaku napsu nu matak kaduhung (melepas) nafsu berakibat penyesalan badan anu katempuhan ragalah yang merasakan akibatnya.

Siapa yang tidak mengenal syair tersebut. Kemungkinan sejak taman kanak-kanak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek loma, pernah mendengar dan hafal. Rumpaka sandingan itu dilantunkan dalam sejumlah lagu dalam seluruh laras. Tak disangsikan lagi Tembang Cianjuran merupakan lantunan nada-nada indah. Lebih memukau lagi apabila dimuati dengan kata-kata bermakna. Dengan kebeningan dan kesyahduan iramanya, jiwa terhanyut, batin dibawa ke dunia lain yang tentram dan sejuk. Efek ini dimanfaatkan pada perkawinan. Lantunan tembang dipakai dalam seluruh rangkaian adat, sejak siraman sampai selesai. Kearifan berupa petatah-petitih dikemas dalam lagu. Syair disesuaikan dengan situasi dan makna simbol. Dengan demikian mempelai dan hadirin dapat menghayati isi dengan menikmati seninya. Jenis musik ini kemudian merasuki segala bentuk momentum kedinasan. Lantunan syahdu terdengar pada Penerimaan Pejabat Baru. Irama sedih mewarnai perpisahan pegawai atau mengantar seseorang ketika akan menjalani masa pensiun. Luapan rasa dari dentingan kecapi, mengiringi rasa gembira dalam memeriahkan seseorang yang memperoleh kenaikan jabatan. Kemudian muncul penciptaan dengan kekhasan rumpaka. Syair semacam ini biasanya tidak dilantunkan dengan lagu lain (rumpaka sanggian). Di antaranya, Pegat Duriat gubahan Mang Engkos, Samagaha Pikir dan Bogoh teu Sapikir oleh Mang Bakang A. Konon Tembang Cianjuran ini mula-mula dirintis oleh Regent Cianjur Raden Aria Adipati Kusumahningrat yang bergelar Dalem Pancaniti (1834 1862). Sederet nama pengarang lagu yang malang-melintang turut mengembangkan kesenian ini antara lain: E Salamah, Uking S, R Entip Suarakusumah, Saodah H, Mang Tarya, Emung Purawinata, Mang Maman, Iim Ibrahim, RJ Rosadi, Mang Ebar Sobari, H. Siti Rokayah, Suwarna, Ida Achman, R. Achmad, dan Apung W. Lagu-lagu yang begitu berlimpah, dalam perjalanannya bisa saja hilang. Untunglah Sobirin seorang panembang menghimpunnya walau masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Ada hal yang sangat menarik dan perlu penelusuran kemudian. Syair-syair lagu Cianjuran mengusung sisindiran dangding. Istilah yang disebut terakhir berasal dari Jawa. Dalam khasanah kesusastraan Sunda adalah aturan menggubah pupuh. Sisindiran hasil kreasi asli Sunda kuna, dengan bentuk proto (asli) memiliki dua golongan besar yaitu paparikan (pantun dalam sastra Melayu) dan wawangsalan (berisi unsur teka-teki). Sastra ini tergolong sangat tua, dengan bukti historis seperti halnya pantun telah dikenal sejak tahun 1518 M. Kemungkinan keberadaannya dalam masyarakat Sunda sudah ada jauh

sebelumnya. Kata sisindiran disebut pada naskah Sanghiyang Siksa Kanda ng Karesiyan. Jenis ini tersebar pula dalam Ceritera Pantun. Ketika muncul pupuh, lahirlah sisindiran dalam gubahan jenis baru tersebut. Sejumlah wawacan dihiasi dengan kreasi baru ini. Yang sangat menarik keberad annya dalam tembang, adalah paparikan dangding yang terdiri dari sampiran dan isi. Pada umumnya sampiran digubah dalam satu bait kemudian isinya. Tembang banyak mengadopsi hasil dari penciptaan baru ini. Anehnya yang paling banyak digunakan, sampirannya. Sampiran paparikan dangding, tidak memiliki kesatuan makna. Kata-katanya antara lain seperti contoh berikut dalam pupuh Sinom: Siki tarum rinu kembang, badoang manuk badori, eunteup dina kalijaga, manuk walet jangjang beusi, cihcir disada peuting, dina kembang tunjung tutur, kuma piakareunana, melak supa samar jadi, daun bakung pisitan buah kokosan. Terjemahannya sebagai berikut: Biji tarum bunga rinu, badoang burung badori, hinggap pada kalijaga, burung walet sayap besi, cihcir berbunyi malam, pada bunga tunjung tutur, bagaimana akan berakar, menanam supa tak mungkin jadi, daun bakung pisitan buah kokosan. Syair tembang yang tak berkesatuan makna ini dikenal oleh para penembang, dilantunkan dalam berbagai lagu. Syair seperti ini perlu penelusuran isinya. Ada yang cukup menarik pula, yakni lagu-lagu tertentu menggunakan bahasa Jawa. Hal ini tak aneh sebab Pasundan pernah dikuasai Jawa. Yang paling menarik ada lagu kodok Ijo sebagai berikut: Orong-orong kang bisa nandure kopi, kodok ijo kang dadi wedana kota, bebek tikus lan bupatine lan bopatine, belentuk dadi tumenggung, kupat-kapit idering kopi, kadal kang dadi biskal, kodok buduk lurahepun, kidang kang dadi komandan, kancil kang dadi kulisi, gajah kang tunggon negoro, yo mas tunggon negoro. Bait di atas merupakan sindiran yang menunjukkan bahwa adanya keresahan dalam melaksanakan tanam paksa kopi. Kemungkinan bait ini diambil dari ceritera wawacan. Dalam teks Gandawerdaya, naskah yang berasal dari Sukabumi terselip satu bait menggambarkan situasi sama. Demikianlah gambaran Rumpaka Tembang Cianjuran, merupakan jenis sastra transformasi, walaupun sudah ada perkembangan dengan munculnya rumpaka sanggian. Penulis: Kalsum Pendidikan: Doktor Ilmu Sastra Bidang Kajian Utama: Filologi Pekerjaan: Staf Pengajar, Jurusan Sastra Sunda -Unpad Alamat: Jl. M Yusup no: 25, Desa Jati Endah, Rt 02 Rw 04 Kab. Bandung (40611) Tlp: (022) 7811630