BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

dokumen-dokumen yang mirip
A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam. makanan yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration),

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif,

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Uji disolusi dan difusi in vitro memiliki peran penting dalam

Formulasi dan Karakterisasi SNE (Self Nanoemulsion) Astaxanthin dari Haematococcus pluvialis sebagai Super Antioksidan Alami

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat modern semakin memperhatikan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Oksidasi dapat menyebabkan hilangnya nutrien, terbentuknya flavor yang

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

identik dengan semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben yang secara alami terdapat dalam buah blueberries, kulit buah berbagai varietas Vitis vinifera (Adrian dkk., 2000), dan daun V. vinifera (Langcake dkk., 1979). Hasil studi pre-klinik menunjukkan bahwa pterostilben memiliki aktivitas farmakologi di antaranya adalah anti-inflamasi (Choo dkk., 2014), antihiperglikemik (Manickam dkk., 1997), dan dapat menurunkan kolesterol (Pari dan Satheesh, 2006; Rimando dkk., 2005). Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Park dkk. (2010) dan Zhang dkk. (2012) pterostilben mampu menekan stres oksidatif intraseluler dan melindungi sel endotel terhadap aterogenik yang disebabkan oleh oxidized-ldl sehingga berpotensi untuk antiaterosklerosis. Meskipun pterostilben menunjukkan berbagai potensi aktivitas farmakologi akan tetapi senyawa ini memiliki kekurangan, yaitu kelarutannya dalam medium berair rendah yaitu sekitar 21 μg/ml (Bethune dkk., 2011). Studi yang dilakukan oleh Yeo dkk. (2013) menunjukkan bahwa rendahnya kelarutan pterostilben menjadi masalah terhadap absorpsinya pada pemberian secara oral sehingga untuk memastikan tercapainya efikasi terapi membutuhkan eksipien yang dapat meningkatkan kelarutannya. Di antara pendekatan yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut adalah digunakannya formulasi sistem

2 pengantaran berbasis lipid, yaitu pengantaran obat yang terdiri dari campuran isotropik komponen minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan. Salah satu sistem pengantaran berbasis lipid ini adalah self-nanoemulsifyig drug delivery system (SNEDDS) (Neslihan Gursoy dan Benita, 2004). Obat lipofilik akan meningkat kelarutannya dalam fase lipid komponen SNEDDS dan dapat membentuk sistem nanoemulsi dengan adanya surfaktan dan ko-surfaktan ketika didispersikan dalam medium berair. Karakteristik SNEDDS di antaranya adalah dapat teremulsi secara spontan (self-emulsified) ketika berada dalam cairan di saluran pencernaan dan membentuk nanoemulsi dengan ukuran droplet 20 200 nm (Mou dkk., 2008; Porter dkk., 2008). SNEDDS yang baik akan terdispersi dalam medium berair secara cepat (hitungan detik) hanya dengan pengadukan ringan (Pouton dan Porter, 2008). Hasil dispersi tampak bening atau slightly bluish appearance (Basalious dkk., 2010). Karakteristik-karakteristik tersebut merupakan parameter SNEDDS dan untuk memperolehnya diperlukan optimasi jenis dan perbandingan komponen penyusunnya, yaitu minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan (Date dkk., 2010). Surfaktan yang paling dianjurkan untuk formulasi self-emulsifying drug delivery system adalah surfaktan non-ionik dengan nilai hydrophile-lipophilebalance (HLB) relatif tinggi (Agubata dkk., 2014). Rancangan formulasi SNEDDS membutuhkan banyak surfaktan hidrofilik (HLB>12) dan ko-surfaktan untuk meningkatkan kapasitas drug loading serta untuk menghasilkan dispersi droplet fase minyak yang sangat halus (Cuiné dkk., 2007). Kandidat surfaktan dan ko-surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah surfaktan non-ionik

3 hidrofilik, yaitu Croduret 50 yang memiliki HLB 14,1 dan Tween 80 yang memiliki HLB 15. Surfaktan non-ionik hidrofilik tersebut dikombinasikan dengan surfaktan non-ionik yang lebih lipofil, yaitu Span 20 yang memiliki HLB 8,6, dan Span 80 yang memiliki HLB 4,3. Penggunaan amphipilic solubilizer, seperti propilen glikol, polietilen glikol, dan diethylene glycol monoethyl ether, untuk memformulasikan SNEDDS dapat meningkatkan waktu emulsifikasi dan loading obat (Date dkk., 2010). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah PEG 400. Bioavailabilitas obat yang diberikan menggunakan SNEDDS lebih tinggi dibandingkan sekedar pemberian obat langsung dalam bentuk dispersi minyak dan surfaktan (Nielsen dkk., 2008). Nasib obat yang diformulasikan dalam SNEDDS, ketika berada di saluran pencernaan akan dipengaruhi oleh faktor fisiologi yaitu proses pencernaan komponen minyak oleh enzim pencernaan (Pouton, 2000). Produk hasil pencernaan tersebut membentuk mixed micelles dengan garam empedu dan fosfolipid yang disekresikan oleh pankreas dalam lumen usus. Mixed micelles tersebut berperan dalam solubilisasi (micellar solubilization) dan transpor komponen obat lipofilik ke sel epitelium (Rao dkk., 2013). Secara umum, laju dan jumlah produk pencernaan komponen minyak yang terbentuk serta kemampuannya untuk membentuk mixed micelles berpengaruh terhadap absorpsi obat (Dahan dan Hoffman, 2008). Solubilisasi obat lipofilik akan meningkat jika mixed micelles yang terbentuk semakin banyak. Di sisi lain, solubilisasi tidak hanya dipengaruhi oleh mixed micelles yang terbentuk dari proses pencernaan komponen minyak tetapi juga oleh kapasitas solubilisasi asam lemak yang membentuk misel tersebut (Yang dan McClements, 2013). Fraksi komponen

4 lipofilik yang tersolubilisasi ke dalam fase mixed micelle yang terbentuk setelah pencernaan lipid dalam usus halus dapat dijadikan sebagai penanda bioaksesibilitas obat tersebut (Ahmed dkk., 2012). Bioaksesibilitas (bioaccessibility) adalah fraksi komponen obat yang dilepaskan dari matriks sistem pengantaran ke dalam cairan pada saluran pencernaan (McClements dkk., 2009) atau dapat juga disebut sebagai fraksi yang tersolubilisasi dan yang tersedia untuk diabsorpsi (Ahmed dkk., 2012). Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula SNEDDS menggunakan minyak kedelai sebagai fase lipid dan kombinasi surfaktan terpilih dari hasil penapisan berbagai jenis surfaktan, yaitu Croduret 50, Tween 80, Span 20, dan Span 80. Pemilihan minyak kedelai sebagai fase lipid SNEDDS adalah karena kandungan asam lemak tidak jenuh terutama omega-3, seperti alpha-linolenic acid, merupakan asam lemak esensial yang dapat memberi kemanfaatan untuk kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler (He dan Chen, 2013) sehingga dapat bersinergi dengan efek pterostilben. Formula optimum SNEDDS ditetapkan berdasarkan karakteristik waktu emulsifikasi dan % transmitan. Formula optimum SNEDDS-pterostilben yang dihasilkan kemudian dievaluasi sifat fisiknya dan diuji secara in vitro menggunakan model cairan pencernaan untuk mengetahui % bioaksesibilitas dibandingkan terhadap pterostilben yang tidak diformulasikan ke dalam SNEDDS.

5 B. Rumusan Masalah 1. Apakah surfaktan dan ko-surfaktan yang dapat membentuk SNEDDS dengan minyak kedelai dan bagaimana perbandingannya untuk menghasilkan formula optimum SNEDDS-pterostilben yang memiliki karakteristik waktu emulsifikasi kurang dari 1 menit dan % transmitan hingga 100 %? 2. Berapakah % bioaksesibilitas pterostilben yang dihasilkan oleh formula optimum SNEDDS setelah diuji menggunakan model cairan pencernaan secara in vitro? C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sun dkk., 2015) adalah memformulasikan pterostilben dalam bentuk nanoemulsi menggunakan flaxeed oil dan olive oil. Hasil uji in vitro menggunakan model cairan pencernaan menunjukkan bahwa bioaccessibility pterostilben dalam nanoemulsi yang diformulasikan menggunakan olive oil dan flaxseed oil masing-masing adalah 44 dan 47 %. D. Pentingnya Penelitian Pterostilben memiliki potensi aktivitas farmakologi terutama sebagai antiinflamasi dan mencegah aterosklerosis. Akan tetapi rendahnya kelarutan pterostilben membatasi potensinya untuk dikembangkan lebih lanjut. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengembangan formulasi pterostilben dalam bentuk SNEDDS akan berkontribusi dalam menghasilkan sistem pengantaran yang

6 efisien. Sistem pengantaran ini dapat meningkatkan aplikasi pterostilben baik sebagai nutraceuticals maupun sediaan terapeutik. E. Tujuan Penelitian 1. Memperoleh jenis surfaktan dan ko-surfaktan yang dapat membentuk SNEDDS dan mengoptimasi perbandingan surfaktan dan ko-surfaktan dengan minyak kedelai untuk menghasilkan formula optimum SNEDDS-pterostilben yang memiliki karakteristik waktu emulsifikasi kurang dari 1 menit dan % transmitan hingga 100 %. 2. Mengetahui % bioaksesibilitas pterostilben, yaitu jumlah pterostilben yang tersolubilisasi ke dalam fase mixed micelle yang terbentuk setelah formula optimum SNEDDS-pterostilben diuji menggunakan model cairan pencernaan secara in vitro.