Press Release HASIL SURVEI NASIONAL Persepsi Publik terhadap Penanganan Terorisme & Rancangan Undang-undang Intelijen Dukuh Patra V no 48 Patra Residensial Jakarta Selatan CP : Rico Marbun MSc (08121379579) www.median.or.id
Metodologi Survei terselenggara berkat kerjasama antara Media Survei Nasional (MEDIAN) & The Future Institute (TFI) Survei Diadakan tanggal 15-24 Agustus 2011 Sampel : Jumlah Sampel 1385, dengan margin of error sebesar +/- 2.9% dengan tingkat Kepercayaan 95% Sampel : Dipilih secara random dengan teknik Multistage Random Sampling dan proporsional atas populasi propinsi, desakota dan gender Face to Face Interview
Latar Belakang & Target Survei Bulan September tahun ini bertepatan dengan peringatan 10 tahun aksi teror 9/11 yang meluluhlantakkan twin tower di Amerika Serikat. Umumnya bersamaan dengan itu, berbagai pembahasan tentang penanganan aksi teror semarak dilakukan Untuk konteks Indonesia, ancaman aksi teror masih tetap membayangi. Pada masa sidang DPR tahun ini Pemerintah telah mengajukan draf RUU intelijen yang sebagian klausulnya memberikan penambahan wewenang seperti penyadapan dan penangkapan terhadap tersangka pelaku teror
Pada dasarnya setiap pembahasan sebuah Undang Undang wajib memperhatikan aspirasi masyarakat, termasuk RUU intelijen. Maka dari itu survei persepsi kali ini ditujukan untuk mengetahui beberapa hal utama: 1. Mengetahui penilaian publik terhadap kinerja tiga lembaga (Polisi, TNI dan Intelijen yang dalam hal ini diwakili oleh BIN) dalam penanganan aksi teror 2. Mengetahui aspirasi dan pendapat publik terhadap wacana pemberian kewenangan khusus seperti penyadapan dan penangkapan terhadap Badan Intelijen Negara dalam RUU Intelijen
TEMUAN SURVEI 1. Peringkat Kepuasan Publik terhadap Penangan Aksi Terorisme
1. Apakah anda Puas dengan Kinerja Polisi dalam Menangani Aksi Terorisme? Tidak Tahu 25.65 Ya 48.01 Tidak 26.36 Ada 48.01% publik yang merasa Puas dengan Kinerja POLRI dalam menangani aksi teror, sementara ada 26.36% yang merasa tidak puas. 6
2. Apakah anda Puas dengan Kinerja TNI dalam Menangani Aksi Terorisme? Tidak Tahu 27.36 Ya 45.69 Tidak 26.95
3. Apakah anda Puas dengan Kinerja Badan Intelijen Negara dalam Menangani Aksi Terorisme? Tidak Tahu 33.25 Ya 34.97 Tidak 31.68
Tabel Perbandingan Kepuasan Kinerja POLISI TNI INTELIJEN PUAS 48.01 45.69 34.97 TIDAK PUAS 26.36 26.95 31.68 TIDAK TAHU 25.65 27.36 33.25
Grafik Perbandingan Kepuasan Kinerja 60 48.01 45.69 40 26.36 25.65 26.95 27.36 34.97 31.68 33.25 PUAS TIDAK PUAS 20 TIDAK TAHU 0 POLRI TNI INTELIGEN
Survei persepsi menunjukkan di antara ketiga lembaga POLRI, TNI dan Badan Intelijen Negara, POLRI memiliki peringkat tertinggi daalam hal keunggulan dalam penangangan terorisme. Ada 48,01% publik yang merasa cukup puas dengan kinerja POLRI dalam menangani terorisme Secara berturut turut tingkat kepuasan terhadap penanganan aksi teror ialah : POLRI 48.01%, TNI 45.69%, dan Badan Intelijen Negara 34.97%
TEMUAN SURVEI 1I. Persepsi Publik terhadap pemberian wewenang khusus terhadap Badan Intelijen Negara dalam Penanganan aksi Terorisme
1. Saat ini berkembang usulan bahwa Badan Intelijen Negara diberikan kewenangan untuk melakukan penyadapan terhadap tersangka Pelaku Terorisme tanpa persetujuan Pengadilan. Apakah Anda Setuju atau tidak bila Badan Intelijen Negara diiberi wewenang melakukan penyadapan tanpa izin pengadilan? 80.00 60.50 60.00 40.00 20.00 10.80 28.70 Ya Tidak Tidak Tahu 0.00 Badan Intelijen Negara 60.5% publik tidak menyetujui bila lembaga intelijen atau Badan Intelijen Negara diberi wewenang penyadapan tanpa persetujuan pengadilan?
Bagi anda yang menjawab TIDAK SETUJU bila Lembaga Intelijen dalam hal ini Badan Intelijen Negara diberi wewenang melakukan penyadapan tanpa izin pengadilan, sebutkan alasannya! (Pertanyaan Terbuka) Tidak Jawab 22.30 TIDAK ADA YANG MENGAWASI MENIMBULKAN KERESAHAN BARU TAKUT SEWENANG-WENANG TIDAK JELAS PERTANGGUNGJAWABANNYA 6.40 7.50 8.80 14.60 KUATIR DISALAHGUNAKAN 40.40 0 10 20 30 40 50 Dari publik yang menyatakan TIDAK SETUJU, ada 40.4% yang beralasan kuatir wewenang menyadap akan disalahgunakan, &14.6% yang menyatakan wewenang itu tidak Jelas PertanggungJawabannya
2. Saat ini berkembang usulan bahwa Badan Intelijen Negara atau Lembaga Intelijen diberikan kewenangan untuk melakukan penangkapan dan pemeriksaan intensif Terduga Pelaku Aksi Terorisme tanpa didampingi oleh Penasihat Hukum. Apakah Anda Setuju atau Tidak? 80.00 62.00 60.00 Ya 40.00 20.00 14.50 23.50 Tidak Tidak Tahu 0.00 Badan Intelijen Negara Ada 62% publik tidak menyetujui bila lembaga intelijen atau Badan Intelijen Negara diberi wewenang penangkapan dan pemeriksaan intensif.
Bagi anda yang menjawab TIDAK SETUJU bila Lembaga Intelijen atau Badan Intelijen Negara diberi wewenang menangkap dan memeriksa Terduga Pelaku Aksi Terorisme. Sebutkan Alasannya!(Pertanyaan Terbuka) TIDAK JAWAB 24.80 KHAWATIR BANYAK ORANG HILANG MENIMBULKAN KERESAHAN BARU INTEL CARI INFORMASI SAJA INTEL CUKUP MEMBANTU POLISI SAJA MENANGKAP BUKAN TUGAS INTELIJEN LEMBAGA INTELIJEN BiSA SEMENA MENA 6.40 7.50 10.60 10.00 10.70 30.00 0 10 20 30 Dari publik yang menyatakan TIDAK SETUJU, ada 30% yang beralasan lembaga Intelijen bisa semena mena, &10.7% yang menilai Menangkap BukanlahTugas Intel
PUBLIK TIDAK Setuju Wewenang Penyadapan Tanpa Ijin Pengadilan dan Penangkapan Tanpa Pendampingan Pengacara dalam RUU Intelijen Dari dua wewenang khusus yang diwacanakan untuk diberikan kepada lembaga intelijen, publik menolak hal tersebut Terhadap Wewenang Lembaga Intelijen Untuk melakukan Penyadapan tanpa ijin pengadilan ada 60.5% publik yang menolak, hanya 10.8% yang setuju dan 28.7% yang tidak tahu. Terhadap wewenang Badan Intelijen untuk melakukan penangkapan terhada TERDUGA Pelaku Terorisme serta pemeriksaan tanpa didampingi Pengacara ada 62% publik yang tidak setuju/ menolak, hanya 14.5% yang setuju dan 23.5% yang tidak tahu.
Terlihat bahwa unsur kekuatiran atas kemungkinan munculnya kesemena-menaan bila wewenang tersebut diberikan menjadi alasan utama publik menolak wacana penambahan hak khusus pada lembaga intelijen dalam RUU intelijen Dalam hal penyadapan (tanpa diberikan opsi alasan) secara terbuka ada 40.4% publik yang kuatir kemampuan menyadap itu akan disalahgunakan. Dalam hal penangkapan dan pemeriksaan tanpa didampingi pengacara ada 30% publik (dari jumlah yang tidak setuju)yang menilai lembaga intelijen bisa bertindak semenamena. Kemudian ada 10.7% dan 10.6% yang berpendapat bahwa Tugas Utama Intelijen bukanlah menangkap, melainkan hanya mencari informasi saja.