Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

Zaimahwati, Impregnasi Kayu Kelapa Sawit dengan Larutan Polivinil Klorida Komersial

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB 1 PENDAHULUAN. juta ton berat basah per tahun. PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN-III) sendiri

3 Metodologi penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

PEMANFATAN LIMBAH PLASTIK (POLISTIRENA) DAN KERTAS BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN FIBER BOARD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) M k M g M t ρ air Ρ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

PENGGUNAAN SEKAM PADI DENGAN ANYAMAN BAMBU SEBAGAI PAPAN SEMEN DEKORATIF

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

4. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

4. Hasil dan Pembahasan

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

BAB III BAHAN DAN METODE

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3 PENGUATAN SIFAT MEKANIK KAYU KELAPA SAWIT DENGAN TEKNIK IMPREGNASI REAKTIF MONOMER STIRENA M. Said Siregar Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: msaidregars@gmail.com Abstract The impregnation technic can be done to improve the quality of palm wood. The dried palm wood specimens were impregnated with styrene monomer and heated at 120 C for 30 minutes. The physical and mechanical properties of impregnated palm wood improved. The outer of palm wood and sixth metres high which impregnated with styrene 20% were the best physical and mechanical properties. The specimen be long to wood classification III ( Indonesian National Standard, SNI 033527-1994). Keywords: palm wood, mechanical properties, impregnation, styrene. Abstrak Teknik impregnasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kayu kelapa swit. Spesimen kayu kelapa sawit kering diimpregnasi dengan monomer stirena dan dipanaskan pada suhu 120 C selama 30 menit. Sifat-sifat fisika dan mekanik kayu kelapa sawit yang diimpregnasi meningkat. Kayu bagian luar dengan ketinggian enam meter dari tanah yang diimpregnasi dengan stirena 20% memiliki sifat fisika dan mekanik yang paling baik yang setara dengan kayu kelas III ( Standar Nasional Indonesia, SNI 033527-1994) Kata kunci: kayu kelapa sawit, sifat mekanik, impregnasi, stirena. A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia. Potensi kayu kelapa sawit (kks) di Indonesia cukup besar, dalam 1 hektar kerapatan penanaman kelapa sawit 130-143 pohon dan pada saat peremajaan terdapat 117 pohon per hektar. Diperkirakan pada tahun 2008-2015 jumlah pohon tua yang ditebang mencapai 11,7 juta pohon per tahun atau setara dengan 5,58 juta ton kayu kering 1. Jadi ketersediaan kayu kelapa sawit akan terus ada sepanjang tahun karena peremajaan tanaman kelapa sawit dilakukan terus menerus. Kayu kelapa sawit adalah kayu dengan kualitas rendah sehingga harus mengalami pengolahan khusus sebelum digunakan baik untuk bahan bangunan maupun kegunaan lainnya. Struktur kayu kelapa sawit tidak memiliki serat untuk fungsi mekanis, sehingga sangat rapuh dan tidak stabil. Untuk menjadi bahan yang baik, kayu kelapa sawit perlu dilakukan pengawetan maupun perlakuan kimia untuk meningkatkan kualitasnya. Upaya meningkatkan kualitas kayu kelapa sawit dari kayu berkualitas rendah menjadi kayu yang berkualitas tinggi telah banyak dilakukan, salah satunya meningkatkan kestabilan dimensi kayu. Kestabilan dimensi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode fisik dan metode kimia. Perlakuan metode fisik antara lain pengeringan kayu dalam oven, pelapisan permukaan kayu 2, sedangkan metode kimia antara lain dengan cara asetilasi dan formaldehidasi 3. Pengawetan kayu dengan cara oven atau dengan pengeringan dapat berlangsung secara merata sehingga pada kelembaman tertentu dimensi kayu menjadi stabil. Akan tetapi ini tidak bertahan lama, karena air dapat berdifusi kembali ke dalam kayu selama pemakaian 4. Untuk mencegah terjadinya difusi air dapat dilakukan pelapisan dengan cara memplitur atau sejenisnya 5. Namun apabila terjadi benturan dengan benda lain dapat berakibat permukaan kayu terbuka sehingga air berdifusi dan kayu dengan mudah menggembung. Pengisian pori-pori kayu dengan bahan kimia atau zat adiktif dapat mengurangi hidrofilitas kayu sehingga pengembangan atau penyusutan volume kayu berkurang 6. Cara ini pun kurang sempurna karena pada proses tertentu zat adiktif dapat berdifusi keluar dari pori-pori kayu. Jadi memungkinkan kayu kembali mengabsorbsi air. Pembentukan ikatan kimia antara komponen utama kayu dengan bahan adiktif kelihatan lebih permanen, sehingga ini dapat dijadikan metode peningkatan stabilitas dimensi kayu. Cara asetilasi dan formaldehidasi dengan pemakaian katalis asam klorida dan pelarut asam asetat glasial telah dikenal dengan metode yang cukup baik untuk meningkatkan stabilitas dimensi kayu. Untuk meningkatkan stabilitas dimensi kayu kelapa sawit, pemanfaatan material berbasis polimer dengan teknik impregnasi dapat dijadikan alternatif. Salah satu bahan polimer adalah monomer stirena 7. Penggunaan stirena memiliki kelebihan dalam berbagai hal yaitu ringan, mudah dibentuk, cukup kuat, relatif murah dan dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Monomer stirena yang terimpregnasi ke dalam pori-pori kayu kelapa sawit diharapkan akan mengalami polimerisasi 8 sehingga membentuk jaringan yang 147

M. Said Siregar permanen di dalam kks sehingga memperkuat struktur 9 kayu kelapa sawit. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian peningkatan sifat-sifat mekanik kayu kelapa sawit dengan impregnasi kayu kelapa sawit dengan menggunakan monomer stirena, yang diharapkan dapat memperkuat kayu kelapa sawit. B. METODE PENELITIAN Bahan a. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini : - Monomer stirena. - Benzen, sebagai pelarut. - Benzoil Peroksida, sebagai inisiator pada proses polimerisasi. b. Sampel kayu kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini diambil dari batang dewasa pada saat peremajaan dengan umur 25 tahun dari perkebunan Aek Pancur, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, ketinggian 2 meter, 4 meter, 6 meter dan 8 meter. Penyediaan Spesimen Kayu Kelapa Sawit Kayu kelapa sawit diambil dari kebun Pusat Penelitian Kelapa Sawit, yang sedang diremajakan, dipotong melintang apada bagian tengah sepanjang 1 meter. Potongan batang kelapa sawit dikupas kulitnya dan dibelah membentuk papan dengan tebal 5 cm, yang kemudian dikeringkan di udara terbuka selama 8 jam. Spesimen dibentuk membujur dengan ukuran 15 x2 x 2,5 cm, yang dibedakan bagian pinggir (P), tengah (T) dan inti (I). Sebelum diperlakukan, semua specimen dibersihkan dan dikeringkan lebih lanjut dalam oven vakum pada suhu 40 C sampai diperoleh massa yang konstan. Impregnasi monomer stirena ke dalam kks Spesimen kks bagian pinggir (P), tengah (T) dan inti (I) dikering oven dengan suhu 40 C sampai di dapatkan massa konstan, direndam dalam gelas ukur 1000 ml yang berisi larutan monomer stirena (pelarut benzene) dengan berbagai konsentrasi, 10%, 15%, 20% dan 25% dan penambahan inisiator benzoil peroksida. Proses impregnasi spesimen kks dengan larutan monomer stirena dilakukan selama 48 jam. Kemudian kks yang sudah diimpregnasi dengan monomer stirena dipanaskan pada suhu 120 C selama 30 menit sehingga polimerisasi stirena terjadi. Spesimen kks hasil impregnasi dikarakterisasi uji sifat fisik (massa jenis), uji sifat mekanik (Modulus patah/mor, Modulus Elastis/MOE) dan FT-IR. Karakterisasi Spesimen kks Spesimen kks sebelum dan sesudah perlakuan impregnasi dikarakterisasi untuk dibandingkan dengan standar kayu, yang meliputi parameter : massa jenis (ρ: g/cm 3 ), Modulus Patah/Modulus Of Ruptur (MOR:kg/cm 2 ), Modulus Elastisitas/Modulus Of Elasticity(MOE: kg/cm 2 ). Uji massa jenis Pengujian massa jenis kks dilakukan dengan metoda water displasment. Massa jenis kks ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : W D = V dengan : D = Massa Jenis (g/cm 3 ) W = Berat Spesimen (g) V = Volume yang dipindahkan oleh spesimen (cm 3 ) Uji Modulus Patah (MOR) dan Modulus Elastisitas (MOE) Sifat keteguhan lentur patah dan sifat keelastisan kks setelah diimpregnasi dilakukan uji modulus patah dan uji modulus elastisitas. Pengujian modulus patah dan modulus elastisitas dilakukan dengan alat uji tekan terhadap spesimen. Spesimen diletakkan di dua titik dari masing-masing kedua bagian ujung spesimen sebagai penyanggah pada alat uji tekan dan kemudian dikenakan penekanan pada beban 1000 kg tepat di tengah-tengah spesimen dengan kecepatan tekanan 50 mm/menit kemudian dicatat beban maksimum (F max ) dan regangan pada saat spesimen patah 10. Rumus yang digunakan untuk menghitung modulus patah dan modulus elastisitas adalah : 3 P L MOR = 2 l t 2 MOE = dengan : P L 3 4 y l t 3 MOR = Modulus Patah ( kg/cm 2 ) MOE = Modulus Elastisitas (kg/cm 2 ) P = Beban Patah (kg) P = Beban pada yield (beban lentur)(kg) L = Jarak sanggah(cm) l = Lebar specimen (cm) t = Tebal spesimen (cm) y = Jarak defleksi (cm) C. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal kayu kelapa sawit 148

PENGUATAN KAYU KELAPA SAWIT DENGAN TEKNIK IMPREGNASI Spesimen kayu kelapa sawit, setelah dikeringkan di dalam oven suhu 40 ºC sampai massa konstan dilakukan karakterisasi awal yang meliputi sifat fisik (massa jenis), sifat mekanik (MOR, MOE). Sifat fisik dan mekanik Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa sifat-sifat fisik dan mekanik kks dipengaruhi oleh faktor ketinggian dan kedalaman batang kelapa sawit. Sampel 2P ketinggian 2 meter (paling rendah) dan bagian pinggir memiliki sifat fisik dan mekanik paling baik yaitu massa jenis 0,47 g/cm 3, MOR 217,3 Kg/cm 2, MOE 15.685,6 Kg/cm 2. Semakin tinggi batang dan semakin ke bagian dalam inti, kualitas kks semakin rendah. Hal ini berhubungan dengan kandungan serat dalam kks. Jika kandungan serat kks semakin tinggi maka kks semakin kuat. Kandungan serat pada kks tergantung pada ketinggian dan kedalaman batang. Semakin tinggi batang maka kandungan serat semakin sedikit, begitu juga jika semakin ke bagian dalam inti kandungan serat berkurang. Sedangkan kandungan air dan pati sebaliknya. Setelah kks dikeringkan, dimana air yang pada mulanya terdapat pada jaringan parenchim di daerah antara serat kks menjadi kosong meninggalkan rongga-rongga yang mengakibatkan menurunnya sifat-sifat fisik dan mekanik kks. Dari data table 4 maka kks kering termasuk klasifikasi kelas V menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03 3527-1994). Tabel 4. Data karakteristik sifat fisik dan mekanik kks kering. Spesimen Massa jenis (g/ml) MOR (Kg/cm 2 ) MOE (Kg/cm 2 ) 2P 0,47 217,3 15.685,6 2T 0,43 194,1 12.982 2I 0,35 190,5 11.008 4P 0,45 195,2 13.241 4T 0,37 189,7 11.782 4I 0,34 183,6 11.010 6P 0,38 190,4 12.201 6T 0,33 180,3 11.020 6I 0,27 175,2 10.112 8P 0,33 183,6 11.042 8T 0,28 175,3 10.100 8I 0,25 172,4 9.236 Keterangan: P = Pinggir T = Tengah I = Inti Karakterisasi kks terimpregnasi Sifat-sifat fisik kks Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa, spesimen kayu kelapa sawit setelah diimpregnasi dengan monomer stirena dan dipanaskan pada suhu 120 ºC selama 30 menit, mengalami pengembangan sehingga volume specimen bertambah. Diketahui bahwa jaringan parenchim, yang terdapat pada daerah antara serat kks merupakan bagian yang banyak mengandung air. Gambar 6. Spektrum IR kayu kelapa sawit kering. 149

Massa Jenis (g/ml) M. Said Siregar 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.47 0.43 0.35 0.45 0.37 0.34 0.38 0.33 0.27 0.33 0.28 0.25 P T I 0 0 2 4 6 8 10 Ketinggian (m) P, T dan I = Spesimen kks bagian pinggir, tengah dan inti. Gambar 7. Grafik Massa Jenis Vs Ketinggian Kayu Kelapa Sawit kering. Setelah kks dikeringkan bagian ini menjadi memiliki rongga-rongga kosong yang dapat menyerap impregnan. Rongga ini yang pada mulanya mengandung air keberadaannya pada kks dipengaruhi oleh ketinggian dan kedalaman batang.semakin tinggi dan semakin ke bagian dalam batang rongga ini semakin banyak sehingga impregnan lebih bayak diserap dan kks mengalami pengembangan lebih besar. Semakin tinggi dan semakin ke bagian dalam batang kelapa sawit komponen air kks makin besar. Setelah kks dikeringkan rongga yang pada mulanya mengandung air inilah yang kembali diisi oleh resin impregnan, sehingga pengembangan paling besar terjadi pada specimen kks yang semula mengandung air banyak yaitu specimen paling tinggi dan paling dalam. Kemudian kks yang diimpregnasi larutan stirena dengan berbagai konsentrasi mengakibatkan perubahan massa jenis, dimana massa jenis paling tinggi adalah kks bagian pinggir dan ketinggian 6 meter (6P) yang diimpregnasi dengan larutan stirena 20%. Kayu kelapa sawit sebelum diimpregnasi memiliki massa jenis yang dipengaruhi oleh ketinggian dan kedalaman batang. Spesimen dari kelapa sawit paling rendah dan paling luar (pinggir). Setelah diimpregnasi dengan stirena maka massa jenis kks juga dipengaruhi oleh banyaknya resin stirena yang masuk. Banyaknya resin stirena yang dapat terimpregnasi ke dalam kks semakin banyak jika rongga-rongga yang kosong makin banyak. Jadi ada tiga faktor yang mempengaruhi besarnya massa jenis kks terimpregnasi stirena yaitu ketinggian dan kedalaman batang kks serta banyaknya resin yang dapat diimpregnasikan. Sifat-sifat mekanik kks Sifat-sifat mekanik kks paling baik diperoleh untuk specimen kks 6P, kayu bagian pinggir ketinggian 6 meter dari permukaan dan larutan stirena 20%. Sebelum kks diimpregnasi, yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik adalah kandungan serat kks. Jika kandungan serat tinggi maka sifat-sifat mekanik kks meningkat. Kandungan serat kks semakin besar jika ketinggian rendah dan bagian pinggir. Setelah kks diimpregnasi dengan stirena, rongga-rongga terisi oleh resin dan terbentuknya jaringan polimer di dalam dan bagian luar specimen akan mempengaruhi (memperkuat) sifat-sifat mekanik kayu. Sehingga setelah kks diimpregnasi maka sifat-sifat mekanik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kandungan serat dan banyaknya jaringan polimer yang terbentuk. Kombinasi kedua faktor inilah yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik akhir spesimen kks. Molekul-molekul stirena mengisi ronggarongga kosong kks serta dengan adanya pemanasan akan terjadi polimerisasi monomer stirena menjadi polistirena yang membuat struktur tiga dimensi kks terisi dan menjadi padat oleh polistirena. Karena terbentuknya jaringan polimer stirena di bagian dalam pori-pori dan pada bagian luar specimen kks maka sifat-sifat mekanik kks meningkat; 3,4 kali (MOR); 5,43 kali (MOE). Karakteristik Polistirena Analisis gugus fungsi polistirena dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri Infra Mrah Transformasi Fourier (FT-IR). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis gugus fungsi yang terdapat dalam polistirena, spesimen kks setelah diimpregnasi dengan 150

PENGUATAN KAYU KELAPA SAWIT DENGAN TEKNIK IMPREGNASI polistirena (bagian dalam dan luar) dianalisis dengan teknik pellet KBr di Laboratorium Kimia Organik UGM Yogjakarta. Gambar 8. merupakan spektra polistirena yang dihasilkan pada polimerisasi stirena yang dilakukan di dalam beaker glass dengan konsentrasi monomer 20% dan pemanasan selama 30 menit. Gambar 8. Spektrum IR Polistirena standar Dari gambar 8. diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Hasil analisis gugus fungsi polistirena. Sampel Bilangan Gelombang (cm -1 ) 3024.2 2846.7 Polistirena 1600.8;1492.8 dan 1450.4 756.0 698.2 Gugus Fungsi yang diamati C H Aromatik Ulur C H alifatik Ulur gugus fenil Deformasi hydrogen Deformasi gugus fenil Gambar 9. Spektrum IR kks terimpregnasi stirena, bagian dalam. 151

M. Said Siregar Gambar 10. Spektrum IR kks terimpregnasi stirena, bagian luar. Spesimen kks kering juga dianalisis dengan FT- IR seperti ditampilkan pada gambar 6 Hasil analisis FT IR untuk specimen kks yang diimpregnasi dengan stirena dan pemanasan ditampilkan pada gambar 9 (kks bagian dalam) dan gambar 10 (kks bagian luar). Dari gambar 9 dapat diperoleh informasi bahwa stirena monomer yang diimpregnasi ke dalam kks sedikit yang mengalami polimerisasi menghasilkan polistirena. Sedangkan dari gambar 10 diperoleh informasi bahwa monomer stirena yang terimpregnasi menghasilkan polistirena. Ini ditandai oleh munculnya serapan pada bilangan gelombang 3024,2 ; 2846,7 ; 1600,8 ; 1492,8 ; 145,4 ; 756,0 dan 698,2 yang merupakan serapan khas untuk senyawa polistirena. D. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Impregnasi reaktif stirena terhadap kks dapay meningkatkan sifat-sifat fisik dan mekanik kks. 2. Data karakteristik kayu yang dihasilkan setelah diimpregnasi dengan stirena menyatakan bahwa kks tersebut termasuk klasifikasi kayu golongan III ( SNI 033527-1994). E. DAFTAR PUSTAKA 1. Prayitno dan Darnoko.1994. Karakterisasi Papan Partikel dari Pohon Kelapa Sawit. Berita PPKS. Medan. 2. Feingel. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, reaksi-reaksi. Cetakan pertama. Gajah Mada University Press. Yogjakarta. 3. Ahmadi. 1990. Kimia Kayu. Penelaah Wasrin Safii. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 4. Sjosron. 1984. Kimia Kayu, Dasar dan Penggunaan. Edisi kedua. UGM Press. Yogjakarta. 5. Lubis. 1994. Prospek Industri dengan Bahan Baku Limbah Padat Kelapa Sawit di Indonesia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 6. Tommimura. 1991. Chemical Characteristics of Oil Palm Trunk. Japan Agric. Tokyo. 7. James, D. H. 1985. Styrene Polymers, Monomer, Styrene Polymer. Volume 16. 8. Meister, B. J., Malanga M. T. 1985. Polymerization, Styrene Polymers. Volume 16. 9. Seymour. 1984. Structure Property Relationship in Polymer. Plenum Press. New York. 10. Wirjosentono, B. 1996. Struktur dan Sifat Mekanis Polimer. Intan Dirja Lela Press. Medan. 152