GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D.

dokumen-dokumen yang mirip
E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DADURAT (IGD) RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN IDENTIFY PATIENT CORRECLY DI RSUP RATATOTOK BUYAT KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya kekhawatiran mengenai keselamatan pasien, telah meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT. Key word: Nurse Service, Patient Satisfaction, Service Dimension RINGKASAN

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

SKRIPSI HUBUNGAN KOMUNIKASI, SUMBER DAYA, SIKAP DAN STRUKTUR BIROKRASI TERHADAP PENERAPAN CLINICAL PRIVILEGE

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA.

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INFORMED CONSENT PADA PASIEN YANG AKAN DI PASANG INFUS. Erwin Yektiningsih, Perdhana Petronila Puspita

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan

Pengetahuan Peserta BPJS Terhadap Alur Pelayanan Rawat Jalan Pasien BPJS Di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Periode Januari - Maret 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

HUBUNGAN ANTARA BAURAN PEMASARAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT INAP DI UPTD RUMAH SAKIT MATA PROVINSI SULAWESI UATARA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan. dilakukan dengan observasi, focus group discussion dengan tim

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

GAMBARAN KOMPETENSI MAHASISWA KEPERAWATAN TERHADAP PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU

BPJS PARTICIPANTS KNOWLEDGE ABOUT THE FLOW OF OUTPATIENT SERVICES PROCEDURES AT Dr. KARIADI HOSPITAL IN SEMARANG

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUMAH SAKIT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO Ni Luh Ayu Widyana Herman Warouw Rivelino S. Hamel Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email : a.yuwidy@yahoo.co.id Abstract: Patient Safety Goals is a requirement to be implemented in all hospitals accredited by the Commission on Accreditation of Hospitals. The use of patient s identification bracelet is the first implementation of the six targets Patient Safety Goals, that is the accuracy of the identification of patients that aims to be able to identify patients who were admitted to the hospital, appropriately, at the time of service or treatment. Purpose: to know the description of the patient knowledge about the installation of the patient identification bracelet in inpatient A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Methods: this study used a descriptive survey. The sampling technique used is total sampling of respondent with 90 patients. Results: the study showed that knowledge most of the patients shave lack knowledge about the definition (68.9%), lack about purpose (67.8%), good about the use (53.3%), and good about characteristics (61%). Conclusion: description of the patient knowledge about the installation of the patient identification bracelet includes definition, purpose, the use and charateristics in inpatient A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado is in either category. Suggestions: patient's knowledge needs to be maintained so that properly maintained patient safety with the setting up of leaflets about identification bracelet will optimize patient safety policies that have been implemented in hospitals. Keywords: Patient s Knowledge, Identification Bracelet Abstrak: Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Penggunaan gelang identifikasi pasien adalah implementasi sasaran pertama dari 6 Sasaran Keselamatan Pasien yaitu ketepatan identifikasi pasien yang bertujuan untuk dapat mengidentifikasi pasien yang dirawat inap di rumah sakit secara tepat pada saat dilakukannya pelayanan maupun pengobatan. Tujuan penelitian: untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang di instalasi rawat inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Desain penelitian: survey deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah responden 90 pasien. Hasil penelitian: menunjukkan bahwa pengetahuan pasien sebagian besar kurang tentang pengertian (68,9%), kurang tentang tujuan (67,8%), baik tentang pemakaian (53,3%), dan baik tentang karakteristik (61,1%). Kesimpulan: gambaran pengetahuan pasien tentang pemasangan gelang identifikasi pasien meliputi pengertian, tujuan, pemakaian, dan karakteristik di Instalasi Rawat Inap A adalah dalam kategori baik. Saran: pengetahuan pasien perlu dipertahankan agar keselamatan pasien terjaga dengan baik dengan pemasangan leaflet tentang gelang identifikasi akan mengoptimalkan kebijakan keselamatan pasien yang telah diterapkan di rumah sakit. Kata Kunci: Pasien, Gelang Identifikasi 1

PENDAHULUAN Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap issue keselamatan pasien. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit (Nursalam, 2011). Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien sering terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien. Maksud dari SKP adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Penggunaan gelang identifikasi pasien adalah implementasi sasaran pertama dari 6 Sasaran Keselamatan Pasien yaitu ketepatan identifikasi pasien. Hal tersebut terutama dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi pasien yang dirawat inap di rumah sakit secara tepat pada saat dilakukannya pelayanan maupun pengobatan. Pasien perlu diidentifikasi secara pasti ketika akan diberikan obat, darah atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau mendapatkan tindakan medis lainnya, sehingga terhindar dari kesalahan yang mungkin dapat berakibat fatal bagi keselamatan pasien (Kemenkes, 2011). World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan angkaangka penelitian rumah sakit di berbagai Negara: Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dengan rentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan pemicu berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan sistem keselamatan pasien (DepKes, 2008). Penelitian mengenai Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta, tercatat pada tahun 2009-2011 jumlah Insiden Keselamatan Pasien berjumlah 171 kasus. Dari jumlah tersebut sekitar 34,5% kasus terkait penggunaan obat (medication error) dan 65,5% kasus lainnya seperti pasien jatuh, salah identitas, salah hasil laboratorium, dan lain-lain. Dari semua insiden yang terjadi di Rumah Sakit X tersebut sekitar 60 % terjadi di ruang perawatan (Mulyana, 2013). Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta pada bulan November tahun 2011 terjadi suatu peristiwa kesalahan identifikasi pasien terkait dengan keselamatan pasien, yakni kesalahan pemberian obat akibat nama pasien yang sama (Meliawati, 2012). Penelitian mengenai Hubungan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, secara keseluruhan program patient safety sudah di terapkan, namun masalah dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah pernah mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada resiko pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat saat operan pasien yang mengakibatkan keselamatan pasien menjadi kurang maksimal (Bawelle, 2013). Jumlah Rumah Sakit (RS) di Sulawesi Utara adalah sebanyak 39, baik milik pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, swasta, TNI dan POLRI. 28 RS telah terakreditasi dan salah satunya yaitu RSUP. Prof. Dr. R.D 2

Kandou Manado. RS ini telah menerapkan program patient safety yang merupakan syarat yang diterapkan oleh semua RS yang terakreditasi, dalam hal ini pemasangan gelang identifikasi pada pasien telah dilakukan (Kemenkes, 2014). Survei awal yang dilakukan peneliti di instalasi rawat inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, terdata jumlah perawat pelaksana adalah 52 orang. Pelatihan pasien safety telah diikuti 51 perawat sedangkan 1 perawat belum mengikuti pelatihan karena baru diterima/baru bekerja di instalasi rawat inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Ruangan ini merupakan ruang percontohan bagi ruangan/instalasi yang lain dalam penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). Jumlah tempat tidur pasien di instalasi rawat inap A adalah sebanyak 105 buah dengan perhitungan BOR (Bed Occupancy Ratio/Angka penggunaan tempat tidur) pada bulan Juni 2014 adalah 85,5%. Semua pasien yang datang dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke instalasi rawat inap A dipasangkan gelang identifikasi pasien. Saat pengambilan data awal Senin, 07 April 2014, hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 pasien, 2 di antaranya mengatakan tahu sedangkan 8 sisanya mengatakan tidak tahu tentang. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Gambaran Pasien tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain survey deskriptif. Penelitian telah dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap A BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan alokasi waktu mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai penyusunan skripsi yaitu mulai dari bulan Pebruari sampai Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap yang ada di Instalasi Rawat Inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang berdasarkan jumlah tempat tidur sebanyak 105 buah dengan perhitungan BOR yaitu 85,5%. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling. Berdasarkan jumlah tempat tidur 105 buah dengan perhitungan BOR 85,5% maka didapatkan sampel dibulatkan menjadi 90. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 90 pasien rawat inap yang ada di instalasi rawat inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu pasien yang dirawat 1 x 24 jam di instalasi rawat inap A, yang bersedia menjadi responden, yang dapat membaca dan menulis, dan pasien yang tidak mengalami gangguan berkomunikasi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaittu pasien yang dalam keadaan tidak sadar dan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk mengukur pengetahuan pasien tentang. Lembar kuesioner penelitian sebanyak 16 item pernyataan dalam bentuk pernyataan benar atau salah. Cara mengukur pengetahuan pasien tentang dengan memberi skor pada jawaban responden menggunakan skala Guttman. Pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 jika menjawab benar diberi nilai 2 sedangkan jika menjawab salah diberi nilai 1 sedangkan untuk pernyataan nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan 16 jika menjawab benar diberi nilai 1 sedangkan jika menjawab salah diberi nilai Lalu dijumlahkan. Berdasarkan total skor yang diperoleh, kemudian diklasifikasikan menjadi dua kategori dengan rumus Slamet dalam Nanuru, (2011): 3

NT + NR IK = JK Keterangan : IK = Interval Kelas NT = Skor Tertinggi NR = Skor Terendah JK = Jumlah Kategori Dari rumus di atas diperoleh kategori pengetahuan tentang pemasangan gelang identifikasi ( ) = 24 yaitu: : > 24 : 24 Setelah data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tahap sebagai berikut: Editing (pemeriksaan kembali), Koding (pemberian kode), Processing (pemrosesan data), Cleaning (pembersihan data), dan Tabulating (penyusunan data). Etika dalam penelitian etika ini ditekankan pada Informed Consent, Anonimity, dan Confidentialy. HASIL dan PEMBAHASAN Tabel Distribusi frekuensi berdasar umur responden 3. 4. Umur < 21 21-40 41-60 > 60 13 27 31 19 14,4 30,1 34,4 21,1 Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden 3. 4. Pendidikan D3 SMA SMP SD 1 37 28 24 1,1 41,1 31,1 26,7 Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden 3. 4. 5. 6. 7. Pekerjaan Wiraswasta Swasta Buruh Tani IRT Pelajar Pensiunan 3 24 5 11 24 20 3 3,3 26,7 5,6 12,2 26,7 22,2 3,3 Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan pasien tentang pengertian pemasangan gelang identifikasi pasien Tabel Distribusi frekuensi berdasar jenis kelamin responden Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 53 37 58,9 41,1 tentang pengertian 28 62 31,1 68,9 4

Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan pasien tentang tujuan tentang tujuan 29 61 32,2 67,8 Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan pasien tentang pemakaian gelang identifikasi pasien tentang pemakaian 48 42 53,3 46,7 Tabel 8. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan pasien tentang karakteristik gelang identifikasi pasien tentang karakteristik 55 35 61,1 38,9 Tabel 9. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan pasien tentang pengertian, tujuan, pemakaian, dan karakteristik gelang identifikasi pasien tentang pengertian, tujuan,pemakaian, dan karakteristik 50 40 55,6 44,4 A. Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak yaitu responden yang berusia 41-60 tahun sebanyak 31 orang (34,4%). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2007). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu laki-laki sebanyak 53 orang (58,9%). Jenis kelamin yaitu tanda biologis yang membedakan manusia berdasarkan kelompok laki-laki dan perempuan. seseorang dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin namun tidak selamanya demikian karena harus dilihat berdasarkan objek tertentu yang ingin diketahui. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 37 orang (41,1%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa pendidikan yang tinggi, seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. (Notoatmodjo, 2007). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu IRT dan pekerjaan swasta yaitu masingmasing sebanyak 24 orang (26,7%). Hal ini terkait dengan teori yang menyatakan pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan 5

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Mubarak, 2007). B. pasien tentang pengertian Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pengertian pemasangan gelang identifikasi pasien dalam kategori kurang baik. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 5 dimana sebanyak 28 responden (31,1%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik sedangkan 62 responden (68,9%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang baik. Hal ini ditunjang dengan teori pengetahuan yang mendefinisikan bahwa pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Heri, 2011). Berdasarkan observasi, pasien mendapatkan pengetahuan tentang pengertian pemasangan gelang identifikasi melalui indera pendengaran yang diperoleh melalui perawat dan keluarga. C. pasien tentang tujuan Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang tujuan pemasangan gelang identifikasi pasien dalam kategori kurang baik dimana pada tabel 6 dapat dilihat sebanyak 29 responden (32,2%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik sedangkan 61 responden (67,8%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang baik. Hasil ini terkait dengan teori pengetahuan yang mendefinisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu terjadi setelah orang melakukan penginderaaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan observasi, pasien mendapatkan pengetahuan tentang tujuan pemasangan gelang identifikasi melalui indera pendengaran yang diperoleh melalui perawat dan keluarga. D. pasien tentang pemakaian gelang identifikasi pasien Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pemakaian gelang identifikasi pasien dalam kategori baik, dimana pada tabel 7 dapat dilihat sebanyak 48 responden (53,3%) memiliki pengetahuan dalam kategori baik sedangkan 42 responden (46,7%) memiliki pengetahuan dalam kategori kurang baik. Hasil ini terkait dengan teori pengetahuan yang mendefinisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu terjadi setelah orang melakukan penginderaaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan observasi, pasien mendapatkan pengetahuan tentang pemakaian gelang identifikasi melalui indera penglihatan dan pendengaran yang diperoleh melalui perawat dan keluarga. E. pasien tentang karakteristik gelang identifikasi pasien Hasil penelitian mengenai pengetahuan pasien tentang karakteristik gelang identifikasi pasien, didapatkan hasil dalam kategori baik. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 8 sebanyak 55 responden (61,1%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik sedangkan 35 responden (38,9%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang baik. Hasil ini terkait dengan teori pengetahuan yang mendefinisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu terjadi setelah orang melakukan penginderaaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). 6

Berdasarkan observasi, pasien mendapatkan pengetahuan tentang karakteristik gelang identifikasi melalui indera penglihatan dan pendengaran yang diperoleh melalui perawat dan keluarga. F. pasien tentang pengertian, tujuan, pemakaian, dan karakteristik gelang identifikasi pasien Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Rawat Inap A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil yang didapatkan dari pengetahuan tentang pengertian, tujuan, pemakaian dan karakteristik gelang identifikasi pasien diperoleh hasil pengetahuan dengan kategori baik, dimana dilihat pada tabel 9 sebanyak 50 responden (55,6%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik sedangkan 40 responden (44,4%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang baik. Hasil ini terkait dengan teori pengetahuan yang mendefinisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu terjadi setelah orang melakukan penginderaaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan observasi, pasien mendapatkan pengetahuan tentang pengertian, tujuan, pemakaian, dan karakteristik gelang identifikasi sebagian besar melalui indera penglihatan dan pendengaran yang diperoleh melalui perawat dan keluarga. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan pengetahuan pasien tentang pengertian adalah dalam kategori kurang baik, pengetahuan pasien tentang tujuan adalah dalam kategori kurang baik, pengetahuan pasien tentang pemakaian gelang identifikasi adalah dalam kategori baik, dan pengetahuan pasien tentang karakteristik gelang identifikasi adalah dalam kategori baik. Secara keseluruhan gambaran pengetahuan pasien tentang pengertian, tujuan, pemakaian, dan karakteristik gelang identifikasi pasien di Instalasi Rawat Inap A BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado adalah dalam kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Australian Commission for Safety and Quality in Health Care Level 7, 1 Oxford St, Darlinghurst, NSW (2010). Specifications for a standard patient identification band. Bred, A (2008). Patient Safety Rounds: A How-to Workbook. U.S.A.: Joint Commission Resources. https://www.google.com/search?t bo=p&tbm=bks&q=isbn:159940 2793 diakses 22 April 2014. Bawelle, C. S. Hubungan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Skripsi. PSIK FK UNSRAT: Manado. Boston Medical Center Policy and Procedure Manual Section 3.0 Clinical Care/Patient Rights. (2009). Patient Identification. Departemen Kesehatan R.I. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Edisi KKP-RS. Meliawati, (2012). Tinjauan Penerapan Identifikasi Pasien Dengan Benar Di Unit Rekam Medis Rawat Inap Terkait Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta: Karya Tulis Ilmiah. Universitas Esa Unggul: 7

Jakarta. http://digilib.esaunggul.ac.id/ueu- Undergraduate-2009-34-013/1058 diakses 22 April 2014. Mubarak, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Nursalam (2011). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. PMK 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang keselamatan pasien rumah sakit. Sheahan, S. (2010). Mid Western Regional Hospital, Mid Western Regional Orthopaedic Hospital, Mid Western Regional Maternity Hospital.Patient identification policy and procedure. 8