I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Nilai Emisi (Rp Juta ) Perubahan (%) Jumlah Emiten

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modal telah menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi perusahaan go public. Salah satu jenis perusahaan go public

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melakukan ekspansi, perusahaan memerlukan tambahan dana. Umumnya

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. bahkan pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, Eduardus Tandelilin (2010 : 26), instrument yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. meningkatkan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan modal kerja maupun pemodalan investasi atau ekspansi. Sumber pembiayaan eksternal bisa didapatkan melalui pasar modal, salah satunya dengan menerbitkan obligasi. Meningkatnya aktivitas di pasar modal berimbas pada trend peningkatan pada pasar obligasi. Selama kuartal II 2011, pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi Indonesia tertinggi diantara negara-negara Asia yaitu sebesar 8,9% dibandingkan dengan rata rata Asia sebesar 4,4% (Syahid, 2011). Menurut Rahardjo (2003), ada tiga tujuan perusahaan menerbitkan obligasi. Pertama, mendapatkan dana tambahan yang lebih fleksibel yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Kedua, mendapatkan pinjaman dengan tingkat suku bunga fleksibel. Proses penentuan tingkat suku bunga (kupon) obligasi ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan serta memperhatikan kondisi tingkat suku bunga di perbankan. Ketiga, mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal. Peningkatan pasar obligasi juga didorong oleh trend penurunan suku bunga Bank Indonesia yaitu pada Desember 2005 suku bunga sebesar 12,75% dan pada bulan Juli 2011 turun menjadi 6,75%. Hal ini memicu peningkatan obligasi yang cukup pesat seperti terlihat pada Tabel 1 dimana jumlah emiten meningkat sebanyak 34 emiten baru dengan nilai emisi obligasi baru meningkat lebih dari dua kali lipat. 1

Tabel 1. Jumlah Emiten dan Nilai Obligasi Tahun 2005 2011 Tahun Jumlah Emiten Nilai Emisi Perubahan (Rp. Juta ) (%) 2005 159 91.190,75 9,9 2006 162 102.640,85 12,6 2007 175 133.915,85 30,5 2008 178 148.115,85 10,6 2009 183 175.330,85 18,4 2010 188 215.127,85 22,7 2011 Januari 189 215.727,85 0,28 Febuari 189 221.277,85 2,57 Maret 190 222.240,85 0,44 April 191 225.740,85 1,57 Mei 191 227.840,85 0,93 Juni 194 242.170,85 6,28 Sumber : Bapepam (2011) Peningkatan emisi obligasi tersebut, terkait dengan potensi pertumbuhan korporasi untuk melakukan ekspansi. Di saat kondisi makroekonomi dalam negeri dalam kondisi baik mendorong permintaan investasi dari masyarakat sehingga memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi. Penerbitan obligasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghimpun dana. Ada beberapa alasan yang membuat investor memilih berinvestasi pada obligasi yaitu volatilitas obligasi lebih rendah dibandingkan dengan saham, obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap (fixed income), pendapatan yang akan diperoleh dalam periode tertentu dapat diprediksi secara sistematis dan investor mempunyai hak klaim atas aset emiten lebih dulu jika perusahaan dilikuidasi sehingga obligasi lebih memberikan jaminan dibanding saham. Lebih dari 90% pembeli obligasi adalah lembaga seperti perusahaan sekuritas, asuransi, dana pensiun dan Bank (Darmawan, 2007). Perusahaan 2

tersebut menghimpunn banyak dana dari investor kecil dan memportofoliokannya ke dalam sekuritas sekuritas yang dapat mengurangi risiko seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Hampir 70% dana perusahaan tersebut diinvestasikan kedalam produk pasar modal dan lebih dari 50% dialokasikan pada obligasi yaitu 34,63% pada obligasi pemerintah dan 33,44% pada obligasi korporasi. 6% 4% SUN 5% 35% saham obligasi SB lainnya 33% reksadana 17% Tanah & Bangunan Sumber : Bapepam (2009) Gambar 1. Grafik Portofolio Investasi Perusahaan Dana Pensiun Krisis utang negara Eropa dan Amerika yang memicu krisis global, mendorong perusahaan asing untuk berinvestasi di negara emerging market seperti Indonesia dan pada produk pasar modal yang memiliki risiko relatif kecil. Berdasarkan data Bapepam dan LK per Juni 2011, investor asing memiliki obligasi korporasi senilai Rp 5,96 triliun atau naik empat kali lipat dibandingkan pada Juni 2010 yang mencapai Rp 1,53 triliun. Pemodal asing yang dominan berinvestasi pada obligasi korporasi adalah institusi keuangan sebesar Rp 2,53 triliun, perusahaan asing sebesar Rp 569,82 miliar, manajer investasi reksadana sebesar Rp 562,91 miliar dan Rp. 2.295 triliun lainnya. Kondisi ini menunjukkan minat investor asing terhadap obligasi korporasi Indonesia semakin meningkat. 3

Peningkatan investasi pada obligasi mencerminkan perubahan preferensi atas tingkat risiko dan return yang ingin dicapai investor. Tujuan investor adalah untuk mendapat return yang tinggi. Return yang diperoleh di obligasi berupa yield dan capital gain. Obligasi korporasi memberikan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan surat utang negara (SUN) seperti terlihat pada Gambar 2. Lebarnya yield spread antara SUN dengan obligasi korporasi karena yield surat utang negara turun signifikan akibat terdapatnya upgrade peringkat SUN oleh Moody s, Fitch s, dan Japan Credit Rating (Bank Indonesia, 2011). Yield(%) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 korporasi SUN Sumber : Bank Indonesia (2011) Gambar 2. Grafik Perbandingan Yield Obligasi Korporasi dan Surat Utang Negara Dalam membuat keputusan investasi, investor juga mempertimbangkan risiko investasi yaitu besarnya peluang terjadiya risiko dan besarnya nilai kerugian apabila risiko tersebut benar benar terjadi. Risiko obligasi dapat dipengaruhi oleh kondisi internal perusahaan yaitu kinerja keuangan, potensi pertumbuhan dan kondisi eksternal yaitu kondisi perekonomian makro. Penelitian ini mengambil studi kasus perusahaan sektor pertambangan dan energi yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 4

2007 sampai 2010. Sektor pertambangan dan energi merupakan sektor yang memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertambangan merupakan penyedia sumber daya energi dan sektor energi sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian. Sektor energi dan pertambangan merupakan sektor yang sangat besar kontribusinya terhadap pendapatan negara. Tahun 2010, sektor energi dan pertambangan berkontribusi sebesar Rp 288,5 T yang melebih target yang telah ditetapkan sebelumnya yakni sebesar Rp 276,8 T (Nurismarsyah, 2011). Pertumbuhan perusahaan pertambangan dan energi memiliki perbedaan dengan sektor lainnya, dimana pertumbuhan mengikuti jumlah cadangan bahan tambang yang jumlahnya terbatas. Untuk itu, perusahaan pertambangan harus senantiasa menemukan cadangan bahan tambang sehingga membutuhkan dana besar, terutama untuk membiayai kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Sampai saat ini dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan masih kecil seperti terlihat pada Gambar 3. Jumlah Kredit (dalam Milyar Rupiah) 350 300 250 200 150 100 50 0 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa Sumber : Bank Indonesia (2009) Gambar 3. Grafik Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi 5

Dibandingkan industri lain, kredit perbankan pada sektor pertambangan masih rendah, yaitu 2,44% dari total kredit perbankan (Gambar 3). Pada triwulan III-2009, kredit ke sektor pertambangan menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu per September 2009 kredit sektor pertambangan turun 4,99% dari tahun sebelumnya. Untuk itu, perusahaan di sektor pertambangan dan energi mempertimbangkan alternatif pembiayaan nonbank yaitu pasar modal, salah satunya dengan menerbitkan obligasi yang berjangka panjang sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertambangan. Pertambangan memiliki karakteristik non-renewable (tidak dapat diperbarui), menempati sebaran ruang tertentu di dalam bumi dan dasar laut dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Sifatnya yang tidak dapat diperbarui tersebut membuat sektor pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti baru) atau pengembangan sumber alternatif yang terbarukan. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan. Risiko yang dihadapi antara lain risiko geologi (eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko yang mempengaruhi pertambangan, akan turut berdampak pada sektor energi karena sektor energi masih bergantung pada sektor pertambangan. Sebagian besar sumber 6

energi masih menggunakan energi fosil yang berasal dari minyak, gas dan batu bara. Risiko terebut berpotensi terjadinya gagal bayar (credit risk). Menurut Kagraoka, 2007, perubahan yield dipengaruhi oleh credit risk, risiko likuiditas dan biaya transaksi. Credit risk yaitu risiko yang berhubungan dengan ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon dan nilai obligasi. Rating merupakan indikator untuk menilai potensi gagal bayar sebuah perusahaan penerbit obligasi. Menurut Manurung, Saragih dan Nainggolan (2004), rating memiliki kelemahan yaitu rating diberikan atas permintaan emiten, terutama ketika akan memasarkan obligasinya, sehingga perubahan-perubahan dalam kondisi keuangan emiten selanjutnya akan senantiasa terlambat diantisipasi oleh ratingnya. Pernyataan ini didukung oleh Brigham dan Houston (2010) yang menyatakan bahwa rating obligasi tidak dapat langsung melakukan penyesuaian terhadap perubahan dalam mutu kredit, dalam beberapa kasus bisa jadi terdapat jarak yang cukup panjang antara perubahan mutu kredit dengan rating obligasi. Rating obligasi akan terus berubah sesuai dengan perubahan kinerja keuangan dan siklus bisnis. Darmawan (2007) juga menyatakan bahwa rating obligasi dari lembaga pemeringkat pada kenyataannya tidak dapat menjamin dengan pasti tingkat pengembalian terhadap investor. Chen, Liau dan Tsai (2011), mengatakan bahwa credit risk perusahaan dipengaruhi oleh internal likuiditas yaitu indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dan berpengaruh terhadap yield spread obligasi perusahaan. Internal likuiditas dapat diukur dari rasio keuangannya yaitu rasio solvabilitas dan volatilitas arus kas. Likuiditas penting 7

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan dengan tepat waktu dan pengeluaran pada saat kondisi tak terduga, sedangkan solvabilitas memberikan gambaran kemampuan perusahaan untuk memenuhi dan menjaga kemampuannya dalam membayar hutang hutangnya. Likuiditas dan solvabilitas merupakan dua ukuran yang sering dipergunakan dalam mengenali kondisi, situasi dan kemampuan keuangan perusahaan dalam menyelesaikan masalahnya secara cepat dan baik (Fahmi, 2011). Berdasarkan siklus hidup perusahaan, aktivitas pendanaan perusahaan di setiap tahapan berbeda, perusahaan yang sedang tumbuh akan menggunakan aliran dananya untuk investasi dan berekspansi sehingga membutuhkan dana dalam jumlah yang besar. Investasi tersebut memiliki risiko karena adanya ketidakpastian dimasa yang akan datang. Investasi yang tidak efektif akan mengganggu aliran kas perusahaan yang dapat menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dan berpotensi gagal bayar. Peluang pertumbuhan sektor pertambangan dan energi di Indonesia yang masih terbuka lebar, membuat ekspektasi meningkat karena investasi yang ditanamkan diharapkan mendapat return yang lebih tinggi dimasa yang akan datang. Peluang pertumbuhan terlihat dari proyeksi permintaan yang terus meningkat. Berdasarkan data dari World Energi Outlook 2008, menunjukkan bahwa permintaan energi primer dunia akan meningkat dari 10.034 Mtoe (Million tons of oil equipment) pada tahun 2000 menjadi 17.014 Mtoe pada tahun 2030 dan bahan bakar fosil masih akan menjadi sumber energi primer dominan sampai dengan tahun 2030. Penggunaan energi di Indonesia meningkat sejalan dengan 8

pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 122 GWth (674 juta SBM) pada tahun 2002 menjadi 304 GWth (1680 juta SBM) pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2% (Menristek, 2006). Pertumbuhan perusahaan menurut Smith dan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investments Opportunity Set/IOS). IOS merupakan variabel yang tidak dapat di observasi (variabel laten), oleh karena itu, diperlukan proksi. Selain itu, dalam sistem perekonomian terbuka, perkembangan ekonomi makro saling mempengaruhi antar variabel, dengan demikian, kinerja perusahaan dan investasi akan terpengaruh oleh kondisi makro dan kebijakan atas variabel variabelnya. Variabel ekonomi makro sulit untuk dihindari karena banyaknya faktor yang mempengaruhi dan sulit dikendalikan. Variabel tersebut memiliki sifat yang dinamis dan tergantung situasi dan kondisi pasar. Dalam membuat keputusan investasi yang menguntungkan, investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi membawa perubahan melalui pertumbuhan standar hidup masyarakat menjadi lebih baik. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kenaikan GDP (Gross Domestic Product) riil per kapita (Case dan Fair, 2002). Menurut Bodie, Kane dan Marcus (2006), peningkatan GDP menunjukkan perluasan ekonomi dengan memberikan kesempatan yang luas bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dengan demikian pertumbuhan pendapatan ini akan sangat menguntungkan bagi suatu perusahaan atau industri. 9

Perubahan inflasi dan suku bunga akan turut mempengaruhi perubahan yield obligasi yang akan diterima oleh investor. Kenaikan inflasi akan menyebabkan penurunan daya beli, mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya dan berpotensi menjadi penyebab turunnya kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan inflasi dapat meningkatkan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga sehingga profitabilitas perusahaan akan turun. Peningkatan suku bunga dapat menyebabkan meningkatnya tingkat return yang disyaratkan investor, bahkan investor dapat menarik investasinya dan memindahkannya pada investasi yang lain. Produk pertambangan memiliki harga yang fluktuatif dan berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi dan produksi yang dijalankan perusahaan. Peralatan dan teknologi pertambangan banyak diimpor dari luar negeri, selain itu produk tambang tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebagian besar di ekspor ke luar negeri. Terjadinya fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Adanya appresiasi/depresiasi rupiah terhadap dolar dalam besaran tertentu akan menyebabkan otoritas moneter (Bank Indonesia) menyesuaikan besarnya BI rate dengan menaikkan atau menurunkan BI rate, dimana BI rate merupakan suku bunga bebas risiko yang pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya yield yang diharapkan investor. Berdasarkan latar belakang diatas maka, pada penelitian ini berfokus pada analisis kinerja keuangan perusahaan dari sisi likuiditas dan solvabilitas, prospek pertumbuhan perusahaan yang diukur menggunakan IOS, perkembangan ekonomi makro Indonesia tahun 2007 2010 dilihat dari inflasi, suku bunga, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pengaruh kinerja keuangan, 10

pertumbuhan perusahaan dan kondisi makro ekonomi terhadap yield obligasi perusahaan tambang dan energi. 1.2. Rumusan Masalah Investor sering menggunakan yield sebagai ukuran untuk melakukan investasi. Dibandingkan dengan surat utang negara, obligasi korporasi memberikan yield yang lebih tinggi. Obligasi perusahaan pertambangan dan energi memberikan bunga kupon yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya tetapi kegiatan pertambangan yang sarat akan risiko membuat risiko pertambangan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Potensi risiko kredit obligasi dapat dianalisis dari perubahan kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari perubahan arus kas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, untuk itu kinerja keuangan di analisis dari rasio likuiditas dan solvabilitasnya. Adanya potensi pertumbuhan yang tinggi, meningkatkan ekspektasi terhadap return yang diperoleh. Pertumbuhan perusahaan dilihat dari proksi IOS. Selain itu, kondisi makro ekonomi turut mempengaruhi kinerja investasi dan kondisi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap imbal hasil yang akan diperoleh. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan dilihat dari rasio likuiditas dan solvabilitas pada perusahaan pertambangan dan energi yang mengeluarkan obligasi? 11

2. Bagaimana pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan proksi investment opportunity set berbasis investasi pada perusahaan pertambangan dan energi yang mengeluarkan obligasi? 3. Bagaimana kondisi ekonomi makro Indonesia tahun 2007 2010 dilihat dari suku bunga, inflasi, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi? 4. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan dan variabel makro terhadap yield obligasi perusahaan pertambangan dan energi? 5. Bagaimana implikasi manajerial atas pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan dan variabel makro terhadap yield obligasi perusahaan pertambangan dan energi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulisan tesis ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan dilihat dari likuiditas dan solvabilitas pada perusahaan pertambangan dan energi yang mengeluarkan obligasi. 2. Menganalisis pertumbuhan perusahaan dengan proksi investment opportunity set berbasis investasi pada perusahaan pertambangan dan energi yang mengeluarkan obligasi. 3. Menganalisis kondisi ekonomi makro Indonesia tahun 2007 2010 dilihat dari suku bunga, inflasi, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi. 12

4. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan dan variabel makro terhadap yield obligasi perusahaan pertambangan dan energi. 5. Merumuskan implikasi manajerial atas pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan dan variabel makro terhadap yield obligasi perusahaan pertambangan dan energi. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan yakni menganalisis pengaruh kinerja keuangan, investment opportunity set dan variabel makro terhadap yield obligasi perusahaan pertambangan dan energi, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pengambil keputusan, baik investor, perusahaan maupun pemerintah. Bagi investor untuk menghindari kerugian dalam pengambilan keputusan investasi dan membentuk strategi portofolio untuk mengoptimalkan yield. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan makro yang dapat mendukung iklim investasi yang kondusif. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh dibangku kuliah dalam kasus bisnis dan bagi akademisi, penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian yang pernah ada dan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian terkait dalam rangka kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa mendatang. 13

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yield obligasi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan perusahaan dan publikasi resmi lainnya. Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Pemilihan obligasi perusahaan pertambangan dan energi yang menjadi obyek penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan pertambangan dan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obligasi yang terbit dan beredar selama periode pengamatan yaitu tahun 2007 2010. Obligasi berbunga tetap. Perusahaan yang memiliki data lengkap. 2. Analisis kinerja keuangan hanya dilakukan dengan menganalisis rasio short term liquidity flow yaitu cash flow ratio dan cash flow to capital expenditures. Rasio long term solvency flow yaitu interest coverage dan cash flow to debt. 3. Pertumbuhan perusahaan dilakukan hanya dengan proksi Investment opportunity set berbasis investasi yaitu rasio investment net sales, fix asset dan capital expenditure to book value asset. 4. Variabel makro ekonomi yang digunakan adalah inflasi, suku bunga, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi. 14

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB