HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA GROUND HANDLING BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI MANADO. Jootje. M. L. Umboh *, Hengky. Loho *, Siska Rosalita Pelafu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Sam Ratulangi Airport is an International airport, which is located in Subdistrict Mapanget of North Sulawesi Province. With so many plane that in and out at the airport, risk of exposure to noise labor that work in ground handling is high. The purpose of this study was to determine the Relationship Between Noise Intensity In Workplace With Hearing Threshold Values Of Ground Handling Labor In Sam Ratulangi Airport Manado. This was a cross sectional analytic approach with 28 population of labor that work in ground handling and the sample was a labor that meets the inclusion criteria and exclusion criteria are as many as 48 labor. Analysis of test data using chi square test (ƿ<0,05). the result obtained for airport noise intensity 85 db was in the Apron Take off Plane area, Apron Landing Plane area, and Gate room area (Baggage in). Noise intensity 85 db was in the Apron Boarding Plane Area, Gate Room Area (Baggage out) and the office area (Lion Air Room). Hearing threshold value of ground handling labor sam ratulangi airport shows that hearing threshold in the right ear on deaf category, the percentage was 50,0%. hearing threshold in the left ear on deaf category, the percentage was 4,7%. There was a Relationship Between Noise Intensity In Workplace With Hearing Threshold Values Of Groud Handling Labor In Sam Ratulangi Airport Manado (ƿ=0,000<0,05).the suggestion is, all of the new labor need to do the ear health test at the selection into employment, more discipline to wear a protective ear equpment like ear muff. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor ABSTRAK Bandar Udara Sam Ratulangi adalah Bandar udara yang bertaraf internasional, yang terletak dikecamatan mapanget Provisinsi Sulawesi Utara. Banyaknya frekuensi pesawat yang masuk keluar Bandar udara dengan intesitas bising yang cukup tinggi, sehingga resiko terpapar bising pada tenaga kerja di bagian Ground handling sangatlah beresiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar pada tenaga kerja ground handling di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado. Desain penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional study dengan populasi tenaga kerja dibagian ground handling 28 pekerja dan sampel penelitian ini yaitu pekerja yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 48 pekerja. Analisis data menggunakan uji Chi Square (ƿ<0,05). Hasil yang diperoleh di Bandar udara intensitas kebisingan 85 db yaitu pada area Apron pesawat Take Off, area apron pesawat Landing dan area Ruang Gapura (Bagasi Naik ). Sedangkan intensitas kebisingan 85 db yaitu pada area Apron pesawat Boarding, area Ruang Gapura (Bagasi Turun) dan area Kantor (Ruang Lion Air).Nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi dengan nilai ambang dengar pada telinga kanan pada kategori tuli yaitu dengan persentase 50,0%. Sedangkan nilai ambang dengar pada telinga kiri kategori tuli yaitu dengan persentase 4,7%.Terdapat hubungan intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi Manado (ƿ=0,000<0,05).saran yaitu Perlu melakukan tes kesehatan telinga pada seleksi masuk, lebih disiplin memakai alat pelindung telinga jenis ear muff (tutup telinga). Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Nilai Ambang Dengar, Tenaga Kerja Ground Handling
PENDAHULUAN Bandar udara Sam Ratulangi Manado merupakan salah satu bandara di Sulawesi Utara yang terletak di kecamatan Mapanget. Bandar Udara Sam Ratulangi Manado ditangani langsung oleh perusahan PT. Angkasa Pura (Persero) Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan lahan dan petugaspetugas yang ada didalamnya. Banyaknya frekuensi pesawat yang masuk dan keluar Bandar udara dengan intensitas bising yang cukup tinggi, maka resiko terpapar bising bagi tenaga kerja Ground Handling sangatlah besar. Ground Handling adalah aktivitas perusahan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, selama berada di Bandar Udara, untuk keberangkatan (Departure) maupun kedatangan pesawat (Arrival). Lingkungan kerja yang bising dapat memberikan efek yang merugikan terhadap produktivitas kerja, karena dengan adanya kebisingan di lingkungan kerja, maka akan mengganggu pendengaran pekerja yang mengakibatkan produktifitas kerja menurun. Di Indonesia intensitas kebisingan yang disepakati sebagai pedoman bagi perlindungan alat pendengaran agar tidak kehilangan daya pendengar untuk pemaparan selama 8 jam sehari dan 5 hari kerja atau 40 jam kerja dalam waktu seminggu adalah 85 dba. Menurut penelitian Tampubolon tahun 202 berdasarkan hasil pemeriksaan nilai ambang dengar dengan audiometer pada frekuensi berkala : 500Hz, 000Hz, 2000Hz, 4000Hz, dan 8000Hz terhadap 0 responden diperoleh data bahwa responden tenaga kerja Ground handling sebanyak 30% tenaga kerja mengalami tuli ringan pada telinga kiri dan 53,3% mengalami tuli ringan pada telinga kanan, sedangkan pada pegawai administrasi hanya 0% mengalami tuli ringan pada telinga kiri dan 0% mengalami tuli ringan pada telinga kanan. Dari data tersebut menunjukan bahwa responden pada bagian Ground Handling nilai ambang dengarnya lebih tinggi telinga kiri maupun telinga kanan bila dibandingkan dengan responden pada bagian Administrasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar pada tenaga kerja ground handling di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik, dengan pendekatan Cross sectional (potong lintang), yaitu untuk mengetahui ada hubungan antara intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar pada tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado Pengambilan data dan pengukuran dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 202. Populasi penelitian yaitu seluruh tenaga kerja ground handling yang berjumlah 28 orang. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan Dengan menggunakan rumus dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan pengambilan sampel secara Probability sampel atau dengan besar sampel yaitu 48 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ambang Dengar Tenaga Kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi. diketahui bahwa tenaga kerja Ground Handling yang dalam kategori normal pada telinga kiri sebanyak 28 orang atau sebesar 58,3% dan pada telinga kanan sebanyak 24 orang atau 50,0%, sedangkan pada telinga kanan paling banyak pekerja termasuk dalam kategori tuli ringan yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 47,9% dan pada telinga kiri sebanyak orang atau sebesar 33,3%. Pada kategori tuli sedang berjumlah 3 orang atau sebanyak,3% dan pada telinga kanan orang dengan persentase %, sedangkan hasil pemeriksaan pada kategori tuli berat hanya terdapat pada telinga kiri sebanyak orang dengan persentase %.
Tabel. Distribusi nilai ambang dengar tenaga kerja berdasarkan kategori umur Hasil Pemeriksaan Umur Kategori Teling Kiri Telinga Kanan Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase(%) 2024 Normal 20 3 4,7,3 8 5 37,5 0,4 2529 Normal 2,5 4 3 8,3,3 3034 Normal 2,5 2,5 3539 Normal 4 2 8,3 4,2 2,5 40 Normal 2 4,2 3,3 Total 48 00 48 00 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pekerja yang paling banyak memiliki nilai ambang dengar masih dalam keadaan normal untuk telinga kiri yaitu pada kelompok umur 2024 tahun yaitu sebesar 4,7%, sedangkan untuk telinga kanan paling banyak pekerja yang memiliki nilai ambang dengar masih dalam keadaan normal yaitu pada kelompok umur 2024 tahun yaitu sebesar 37,5%. Pada telinga kiri kategori tuli ringan, pekerja yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 3034 tahun sebesar 2,5%,sedangkan untuk telinga kanan paling banyak pekerja yang memiliki nilai ambang dengar dalam kategori tuli ringan yaitu pada kelompok umur 3539 tahun sebesar 2,5%. Untuk kategori tuli sedang, pekerja yang paling banyak mengalami gangguan pada telinga kiri yaitu pada kelompok umur 3539 tahun yaitu sebesar 4,2%, sedangkan untuk pekerja yang mengalami tuli gangguan pada telinga kanan hanya pada kelompok umur 3539 tahun yaitu sebesar %. Gangguan untuk tuli berat hanya didapatkan pada telinga kiri pekerja kelompok umur 3539 tahun yaitu sebesar % sedangkan untuk telinga kanan tidak ada pekerja yang mengalami gangguan tuli berat. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Liwe yang menyatakan umur berpengaruh pada derajat parahnya ketulian. Liwe juga dalam penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara nilai ambang dengar umur, dimana semakin tinggi umur makin besar persentase kemungkinan mengalami kenaikan nilai ambang dengar.
Tabel 2. Nilai Ambang Dengar Tenaga Kerja Berdasarkan Masa kerja. Hasil Penelitian Masa Kategori Telinga kiri Telinga kanan Kerja Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 5 Normal 20 4,7 8 37,5 Tuli ringan 8,7 0 20,8 Tuli sedang Tuli berat Sangat berat 0 Normal 5 0,4 3,3 Tuli ringan 4 8,3 7 4, Tuli sedang Tuli berat Sangat berat 5 Normal 3,3 3,3 Tuli ringan 2 4,2 3,3 Tuli sedang Tuli berat Sangat berat 20 Normal Tuli ringan 2 4,2 3,3 Tuli sedang Tuli berat Sangat berat Total 48 00 48 00 Berdasarkan tabel di atas, pekerja yang paling banyak memiliki nilai ambang dengar masih dalam keadaan normal baik pada telinga kiri maupun telinga kanan pekerja yang paling banyak terdapat pada masa kerja 5 tahun yaitu 37,5 dan 5 tahun yaitu sebesar yaitu 4,7%. Pada kategori tuli ringan pada telinga kiri, pekerja yang paling banyak terdapat pada masa kerja 5 tahun, dimana pada kategori ini sebesar,7%, sedangkan pada telinga kanan pekerja yang paling banyak terdapat pada masa kerja 5 tahun sebesar 20,8%. Untuk kategori tuli sedang ratarata pada masa kerja 0 sampai 20 tahun dimana sebesar % dan untuk telinga kanan hanya pada masa kerja 20 tahun yaitu %, sedangkan pada kategori tuli berat hanya pada telinga kiri yaitu %. Penelitian yang dilakukan oleh Waspadha (2005) pada pekerja dilingkungan mesin Assembling PT. Kubota Indonesia didapatkan kelompok masa kerja 5 tahun memiliki daya dengar lebih baik daripada kelompok masa kerja >5 tahun. Penelitian yang dilakukan Yahda dkk (2008) terhadap pelayanan penumpang bandara (Ground Handling)Ngurah Rai Bali menunjukan bahwa dari 22 orang dengan masa kerja 20 tahun, sebanyak orang (37,5%) mengalami penurunan tajam dengar dan 0 orang (2,5%) normal, dari 22 orang dengan masa kerja 20 tahun, sebanyak 7 orang (77,3%) mengalami penurunan tajam dengar dan 5 orang (22,7%) normal. Tabel 3.Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja Bandar Udara Sam Ratulangi Manado Titik Pengukuran Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan (dba) Apron (take off) 89,9 2 Apron (Landing) 94,5 3 Apron (Boarding) 73,9 4 Ruang Gapura (Bagasi Naik) 8,2 5 Ruang Gapura (bagasi Turun) 83,9 Kantor (Ruang Lion Air) 8,9
Berdasarkan tabel di atas, bahwa intensitas kebisingan tertinggi terletak pada lokasi pengukuran di bagian Apron saat Pesawat Landing di mana pada titik tersebut intensitas kebisingannya adalah 94,5 db. Hasil pengukuran ini menunjukan bahwa intensitas kebisingan tersebut telah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan selama 8 jam kerja yaitu sebesar 85 db. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar maka dipakai uji menggunakan uji Chi Square dimana untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling pada telinga kanan dapat dilihat pada tabel diatas dinyatakan dengan nilai ƿ = 0,000 nilai (α <0,05) berarti terdapat hubungan signifikan atau terdapat hubungan bermakna antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar pada telinga kanan. Sedangkan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling pada telinga kiri pada tabel diatas dinyatakan dengan nilai ƿ = 0,000 nilai (α<0,05) berarti terdapat hubungan signifikan atau terdapat hubungan bermakna antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar pada telinga kiri. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi dapat disimpulkan bahwa:. Intensitas kebisingan di lingkungan kerja diukur pada titik dengan hasil pengukuran yang berbedabeda yaitu pada intensitas kebisingan 85 db yaitu pada area Apron pesawat Take Off, area apron pesawat Landing dan area Ruang Gapura (Bagasi Naik ). Sedangkan intensitas kebisingan 85 db yaitu pada area Apron pesawat Boarding, area Ruang Gapura (Bagasi Turun) dan area Kantor (Ruang Lion Air). 2. Nilai ambang dengar tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi dengan nilai ambang dengar pada telinga kanan pada kategori normal dengan persentase 50,0%, dan pada kategori tuli yaitu dengan persentase 50,0%. Sedangkan nilai ambang dengar pada telinga kiri kategori normal yaitu dengan persentase yaitu 58,3% dan pada kategori tuli yaitu dengan persentase 4,7%. 3. Terdapat hubungan intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar telinga kanan tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi Manado dan terdapat hubungan intensitas kebisingan lingkungan kerja dengan nilai ambang dengar telinga kiri tenaga kerja Ground Handling Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. SARAN. Perlu melakukan tes kesehatan telinga pada seleksi masuk tenaga kerja Ground Handling dan melakukan pemeriksaan audiometri secara berkala dan teratur sehingga dapat mengetahui dampak yang diakibatkan oleh kebisingan. 2. Tenaga kerja harus disiplin dan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan terutama dalam hal pemakaian alat pelindung telinga jenis ear muff (tutup telinga). Bila perlu diterapkan sanksi oleh perusahaan kepada tenaga kerja jika pekerja tidak mengunakan APD. 3. Kepada peneliti selanjutnya sebaliknya mengukur kembali intensitas kebisingan di lingkungan kerja dan mengukur kembali nilai ambang dengar responden yang ditetapkan menjadi sampel pada penelitian ini dan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Liwe, H. R. 200 FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Nilai Ambang Dengar Pada Tenaga Kerja Grounf Handling Bandar Udara Sam Ratulangi Manado.
Tesis PS IKM UNSRAT. Manado: Universitas Sam ratulangi Mukono. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya; Airlangga University Press Natoadmodjo, S. 200. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT Rineka Cipta Natoatmodjo, S. 20. Kesehatan Masyarakat. Jakarta; PT Rineka Cipta Tampubolon Y. 202. Perbedaan Nilai Ambang Dengar Antara Tenaga Kerja Ground Handling Dengan Pegawai Administrasi Di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. IKM UNSRAT Manado; Universitas Sam Ratulangi Manado Waspadha S. 2005. Pengaruh Masa Kerja Terhadap Daya Dengar Prkrrja di Lingkungan Mesin Assembling PT. Kubota Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Keolaragaan Universitas Negeri semarang. Yadnya dkk. 2008. Tingkat Kebisingan Dan Tajam Dengar Petugas Ground Handling Di Bandara Ngurah Rai Balli. Bali; Pascasarjana UNUD