BAB II TINJAUAN UMUM IMAM MALIK BIN ANAS. Beliau dilahirkan di kota Madinah, suatu daerah di negeri Hijaz tahun 93

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BIOGRAFI IMAM MALIK. Imam Malik adalah imam yang kedua dari imam-imam empat. 10 rabi ul Awal 179 H / 798 M di Madinah pada masa pemerintahan

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB III BIOGRAFI MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB HANBALI. suatu daerah di negeri Hijaz tahun 93 H/12 M, dan wafat pada hari ahād, 10

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

BAB II BIOGRAFI IMAM MALIK. ibn Abi Amir ibn Umar bin Al-Haris (93H-179 H) 1. Datuk yang kedua Abu

BAB II BIOGRAFI IMAM MALIK. yang kemudian dinamakan Al-Madinah An-Nabawiyah atau dikenal dengan kota

BAB II BIOGRAFI IMAM MALIK. Imam Malik adalah Imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB SYAFI I DAN HANAFI. dizaman pertentangan antara aliran Ahlu Hadis (aliran yang cenderung terhadap

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

BAB III PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG HUKUMAN BAGI PEMERKOSA. bin Abi Amr bin al-haris bin Usman bin Jusail bin Amr bin al-haris al-

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB II AKAD SYIRKAH DALAM PERSPEKTIF MADZHAB MALIKI

PEMIKIRAN HUKUM ISLAM IMAM MALIK BIN ANAS (Pendekatan Sejarah Sosial)

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

BAB II BIOGRAFI IMAM HANAFI

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Pendidikan Agama Islam

`BAB I A. LATAR BELAKANG

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB III PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG ZAKAT HARTA ANAK YATIM. A. Biografi Imam Malik, Pendidikan dan Karyanya

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

FATWA MEROKOK. Oleh: Akbarizan*

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB III BIOGRAFI ABU HANIFAH. Nama lengkap Imam Abu Hanifah adalah an-nu man bin Tsabit yaitu nama

Pendidikan Agama Islam

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Staf Pengajar pada Jurusan Syari h STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB II BIOGRAFI IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I. 10 Rabi ul Awal 179 H/798 M di Madinah pada masa pemerintahan

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAZHAB HANAFI. Namanya al-imam al-a zam Abu Hanifah, an-nu man bin Tsabit bin

SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

Perdagangan Perantara

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

BAB III PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG IDDAH WANITA YANG HAID TIDAK TERATUR

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin

SKRIPSI LUQMAN BIN ABDUL HAMID NIM:

Pada dasarnya setiap persoalan yang berkaitan dengan mu amalah hukumnya halal, sehingga ada dalil yang mengharamkannya. (Lihat: Muhammad bin

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang meninggal dunia.

BAB III PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG MAHAR SEBAGAI RUKUN NIKAH. A. Biografi, pendidikan, guru, dan karya Imam Malik

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah

Bab 37 Hendaknya Yang Hadir Menyampaikan Ilmu kepada Yang Tidak Hadir Ini adalah perkataan Nabi yang dinukil Ibnu Abbas

STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG MAHAR MITSIL YANG BELUM DIBAYAR KETIKA SUAMI MENINGGAL DUNIA QABLA DUKHUL SKRIPSI

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB III ANALISIS PENDAPAT EMPAT IMAM MADZHAB TENTANG KHULU NYA WANITA SAFIHAH

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

POLA PEMIKIRAN IMAM SYAFI I DALAM MENETAPKAN HUKUM ISLAM. Oleh : Drs. Abdul Karim, M.Ag (Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar)

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

[SYARAT & KEHATI-HATIAN ULAMA SALAF DALAM BERFATWA]

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE Oleh Erwin Mazwardi

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN UMUM IMAM MALIK BIN ANAS A. Biografi Imam Malik Bin Anas Imam Malik adalah Imam yang kedua dari Imam mazhab sunni. Beliau dilahirkan di kota Madinah, suatu daerah di negeri Hijaz tahun 93 H/712 M, dan wafat pada hari Ahad, 10 Rabi ul Awal 179 H/798 M di Madinah pada masa pemerintahan Abbasiyah di bawah kekuasaan Harun Al- Rasyid. Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu Amir ibn Harits. Beliau adalah keturunan bangsa Arab dusun Zu Ashbah, sebuah dusun di kota Himyar, jajahan negeri Yaman. Ibunya bernama Siti al Aliyah binti Syuraik ibn Abdurrahman ibn Syuraik al- Azdidiyah 1. Imam Malik dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang kurang mampu dalam bidang material, tetapi keluarga tersebut taat dalam melaksanakan ajaran Islam dan benar-benar mempelajari ilmu agama Islam, terutama hadits-hadits Nabi. Kakek Imam Malik termasuk ulama tabi in yang banyak meriwayatkan hadits Nabi, yang diperoleh dari Umar ibn Khaththab, Utsman bin Affan, Thalhah. Hadits-hadits itu juga diriwayatkan oleh 1 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Perbandingan Mazhab, Realitas Pergulatan Pemikiran Ulama Fiqih, (Pekanbaru : Alaf Riau, 2006), h. 84-85. 12

13 cucunya, yaitu Imam Malik yang diterimanya dari Nafi dan Abu Sahal salah seorang guru Az-Zuhri 2. Imam Malik adalah seorang yang berbudi mulia, dengan pikiran yang cerdas, pemberani dan teguh mempertahankan kebenaran yang diyakininya. Beliau seorang yang mempunyai sopan santun dan lemah lembut, suka menjenguk orang sakit, mengasihi orang miskin dan suka memberi bantuan kepada orang yang membutuhkannya. Beliau juga seorang yang sangat pendiam, kalau berbicara dipilihnya mana yang perlu dan berguna serta menjauhkan diri dari segala macam perbuatan yang tidak bermanfaat 3. B. Guru dan Murid Imam Malik Bin Anas Kota Madinah merupakan pusat perkembangan sunnah, dalam bidang ini Imam Malik diantaranya ia berguru kepada Nafi Maula ibn Umar dan Ibn Syihab az Zuhri. Ilmu fikih ia pelajari diantaranya dari Rabi ah bin Abdurrahman yang terkenal dengan Rabi ah ar-ra yu, selain itu guru Imam Malik adalah Abu Az-Zinad, Hasyim bin Urwah, Yahya bin Said al Anshari, Muhammad bin Munkadir, dll 4. 1992), h. 59-60. 2 M. Bahri Ghazali dan Djumadris, Perbandingan Madzhab, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 3 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 85. 4 Zulkayandri, Fikih Muqaran, (Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2008) h.51.

14 Menurut riwayat yang dinukil Moenawar Cholil, bahwa di antara para guru Imam Malik yang utama tidak kurang dari 700 orang. Di antara sekian banyak gurunya itu, terdapat 300 orang yang tergolong ulama tabi in 5. Murid- murid Imam Malik yang terkenal dan mengumpulkan fatwa serta pendapat-pendapat Imam Malik, antara lain adalah 6 : 1. Abu Muhammad Abdullah bin Wahab bin Muslim, wafat tahun 197 H. 2. Abdur Rahman bin Al Qashim, wafat tahun 191 H. 3. Asyhab bin Abdul Aziz, wafat tahun 204 H. 4. Asad bin Al Furat, wafat tahun 217 H. 5. Abdullah bin Abdul Hakam, wafat tahun 214 H. 6. Sahnun Abdissalam At Tanuki, wafat tahun 240 H. 7. Abu Abdillah Ziyad bin Abdurrahman Al Kurtubi yang terkenal dengan nama Syahtu (Syahtun), wafat tahun 193 H. Jadi murid- murid Imam Malik menamakan buku/kitab kumpulan fatwa dan pendapat beliau dengan nama 7 : 1. Al-Mudaawanah 2. Al-Waadhinhah 3. Al-Mustakhrajah dan Al-Udbiyah. Ulama-ulama yang belajar kepada Imam Malik sangat banyak sekali. Di antara mereka ada yang menjadi guru-guru dari golongan tabi in, seperti h. 104. 5 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta : Logos, 1997), 6 M. Bahri Ghazali dan Djumadris, Op.cit., h. 65. 7 Ibid., h. 65.

15 al-zuhri, Ayyub al-syakhfiyani, Abu al-aswad, Rabi ah ibn Abi Abd al- Rahman, Yahya ibn Sa id al-anshari, Musa ibn Uqbah dan Hisyam ibn Arwah. Dari golongan tabi al-tabi in antara lain seperti Nafi ibn Abi Nu im, Muhammad ibn Ajlan, Salim ibn Abi Umayyah dan Abu al-nadri. Termasuk murid Imam Malik juga adalah Imam Syafi i. Selain itu ada juga Abdullah ibn Wahab, Abd al-rahman ibn Qasim, Asad ibn al-furat, bahkan Muhammad Hasan al-syaibani murid Abu Hanifah juga sempat berguru kepada Imam Malik 8. C. Pemikiran dan Karya-karya Imam Malik Bin Anas Imam Malik adalah seorang mujtahid dan ahli ibadah sebagaimana halnya Imam Abu Hanifah. Karena ketekunan dan kecerdasannya, Imam Malik tumbuh sebagai ulama terkemuka, terutama dalam bidang ilmu hadits dan fiqh. Sebagai bukti atas hal itu, adalah ucapan al-dahlawy, Malik adalah orang yang paling ahli dalam bidang hadits di Madinah, yang paling mengetahui keputusan Umar, yang paling mengetahui tentang pendapatpendapat Abdullah ibn Umar, Aisyah R.A. dan sahabat-sahabat lainnya. Atas dasar itulah dia memberi fatwa. Apabila diajukan kepadanya suatu masalah, dia menjelaskan dan memberi fatwa 9. Setelah mencapai tingkat tinggi dalam bidang ilmu, beliau mulai mengajar dan menulis kitab al-muwaththa yang sangat populer, karena 8 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 102. 9 Ibid., h. 86.

16 beliau merasa memiliki kewajiban untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain yang membutuhkannya. Banyak dari Muhadditsin besar yang mempelajari hadits dari beliau dan menjadi rujukan para ahi fiqh 10. Imam Malik selaku seorang Mufti yang dipercaya oleh ummat di masa itu sering menghadapi kekejaman dan keganasan fisik yang berat dari penguasa, karena beliau tetap mempertahankan pendapatnya tentang paksaan talak itu tidak sah. Beliau tetap tidak mencabut fatwanya yang bertentangan dengan Khalifah al-manshur dari Bani Abbas di Bagdad, maka beliau disiksa dan dihukum penjara. Imam Malik sangat teguh dalam membela kebenaran dan berani menyampaikan apa yang diyakininya 11. Dalam menetapkan hukum dan ketika memberi fatwa, beliau sangat berhati-hati, sebagaimana diriwayatkan, bahwa beliau pernah berkata, Saya tidak pernah memberikan fatwa dan meriwayatkan suatu hadits, sehingga 70 ulama membenarkan dan mengakui 12. Di antara karya-karya Imam Malik adalah kitab al-muwaththa. Kitab tersebut ditulis tahun 144 H, atas anjuran khalifah Ja far al-manshur. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Abu Bakar al-abhary, atsar Rasulullah SAW, sahabat dan tabi in yang tercantum dalam kitab al-muwaththa sejumlah 10 Ibid., h. 87. 11 Ibid. 12 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 105.

17 1.720 buah. Pendapat Imam Malik ibn Anas dapat sampai kepada kita melalui dua buah kitab, yaitu al-muwaththa dan al-mudawanah al-kubra 13. Kitab al-muwaththa ini adalah kumpulan hadits-hadits dan ilmu hadits yang disusun berdasarkan sistematika ilmu fikih dan di dalamnya diterangkan pokok-pokok pikiran Imam Malik tentang ilmu fikih, dan pokokpokok pikiran tersebut disusun dalam bentuk suatu fatwa. Dan pada bagian awal kitab ini diterangkan pokok-pokok pegangan dalam mengistimbathkan hukum, sebab-sebab Al Qur an dan Sunnah Rasul dijadikan sumber hukum yang pertama, sebab-sebab beliau menerima hadits mursal 14, hadits qath i dan hadits-hadits yang disampaikan kepadanya 15. Kitab al-mudawwanah al-kubra merupakan kumpulan risalah yang memuat tidak kurang dari 1.036 masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan Asad ibn al-furat al-naisabury yang berasal dari Tunis. Asad ibn Furat tersebut pernah menjadi murid Imam Malik dan pernah mendengar al-muwaththa dari Imam Malik. Kemudian ia pergi ke Irak. Al-Muwaththa ini ditulis Asad ibn al-furat ketika ia berada di Irak 16. Ketika di Irak, Asad ibn al-furat bertemu dengan dua orang murid Abu Hanifah, yaitu Abu Yusuf dan Muhammad. Ia banyak mendengar dari kedua murid Abu Hanifah tersebut tentang masalah-masalah fiqh menurut 13 Ibid., h. 117. 14 Hadits mursal yaitu hadits yang diangkatkan oleh tabi in kepada Rasul Saw dari perkataan atau perbuatan atau taqrir beliau. 15 M. Bahri Ghazali dan Djumadris, Op.cit, h. 65. 16 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 118.

18 aliran Irak. Kemudian ia pergi ke Mesir dan di sana bertemu dengan murid Imam Malik terutama ibn al-qasim. Masalah-masalah fiqh yang ia peroleh dari murid-murid Abu Hanifah ketika berada di Irak, ditanyakannya kepada murid-murid Imam Malik yang berada di Mesir tersebut, terutama kepada ibn al-qasim. Jawaban-jawaban ibn al-qasim itulah yang kemudian menjadi kitab al-mudawwanah tersebut 17. Ketika Asad ibn al-furat pergi ke Qairawan, Sahnun menuliskannya menjadi sebuah kitab. Kitab tersebut diberi nama al-asadiyah. Kemudian Sahnun pergi dengan membawa kitab tersebut dan menyodorkannya kepada ibn al-qasim pada tahun 188 H, yang kemudian ibn al-qasim melakukan beberapa masalah, lalu Sahnun kembali ke Qairawan pada tahun 192 H. Sahnun menerima al-mudawwanah dari Asad ibn Furat itu pada mulanya dalam keadaan belum tersusun dengan baik dan belum diberi bab. Sahnunlah yang menyusun dan memberikan bab-bab dalam kitab al-mudawwanah tersebut 18. D. Metode Istinbath Imam Malik Bin Anas Metode istinbath Imam Malik dalam menetapkan hukum Islam adalah berpegang pada: 17 Ibid., h. 119. 18 Ibid.

19 1. Al-Qur an Dalam memegang al-qur an ini meliputi pengambilan hukum berdasarkan atas zahir nash al-qur an atau keumumannya, meliputi mafhum al-mukhalafah dan mafhum al-aula dengan memperhatikan illatnya 19. 2. Sunnah Dalam berpegang kepada sunnah sebagai dasar hukum, Imam Malik mengikuti cara yang dilakukannya dalam berpegang kepada al- Qur an. Apabila dalil syar i menghendaki adanya penta wilan, maka yang dijadikan pegangan adalah arti ta wil tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara makna zhahir al-qur an dengan makna yang terkandung dalam Sunnah sekalipun zhahir (jelas) maka yang dipegang adalah makna zhahir al-qur an. Tetapi apabila makna yang dikandung oleh al-sunnah dikuatkan oleh ijma ahl al-madinah, maka ia lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam Sunnah daripada zhahir al-qur an (Sunnah yang dimaksud di sini adalah Sunnah al-mutawatirah atau al-masyhurah) 20. Contohnya adalah hak warisan seorang nenek. Al-Qur an tidak menjelaskan tentang hak ini dalam rincian warisan, kemudian datang 19 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 88. 20 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 106.

20 sunnah menjelaskan hal ini, di mana Rasulullah saw menetapkan seperenam baginya 21. 3. Ijma Ahl al-madinah Ijma ahl al-madinah yaitu ijma ahl al-madinah yang berasal dari an-naql, hasil dari mencontoh Rasulullah SAW, bukan dari hasil ijtihad ahl al-madinah, seperti tentang ukuran mud, sha dan penentuan suatu tempat, seperti tempat mimbar Nabi SAW, atau tempat dilakukannya amalan-amalan rutin seperti azan di tempat yang tinggi dan lain-lain. Ijma semacam ini dijadikan hujjah oleh Imam Malik 22. 4. Fatwa Sahabat Yang dimaksud dengan sahabat di sini adalah sahabat besar, yang pengetahuan mereka terhadap suatu masalah itu didasarkan pada al-naql. Ini berarti bahwa yang dimaksudkan dengan fatwa sahabat itu, adalah berwujud hadits-hadits yang wajib diamalkan. Menurut Imam Malik, para sahabat besar tersebut tidak akan memberi fatwa, kecuali atas dasar apa yang dipahami dari Rasulullah SAW. Namun demikian, beliau mensyaratkan fatwa sahabat tersebut tidak boleh bertentangan dengan hadits marfu yang dapat diamalkan dan fatwa sahabat yang demikian ini lebih didahulukan dari pada qiyas 23. 2009), 151. 21 Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri, Alih Bahasa Nadirsyah Hawari (Jakarta: Amzah, 22 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 89. 23 Huzaemah Tahido Yanggo,Op.cit., h. 108.

21 5. Khabar Ahad dan Qiyas Imam Malik tidak mengakui khabar ahad sebagai sesuatu yang datang dari Rasulullah, jika khabar ahad itu bertentangan dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh masyarakat Madinah, sekalipun hanya dari hasil istinbath, kecuali khabar ahad tersebut dikuatkan oleh dalil-dalil lain yang qath iy. Dalam menggunakan khabar ahad ini, Imam Malik tidak selalu konsisten. Kadang-kadang ia mendahulukan qiyas dari pada khabar ahad. Kalau khabar ahad itu tidak dikenal atau tidak populer di kalangan masyarakat Madinah, maka hal ini dianggap sebagai petunjuk, bahwa khabar ahad tersebut tidak benar berasal dari Rasulullah SAW. Dengan demikian, maka khabar ahad tersebut tidak digunakan sebagai dasar hukum, tetapi ia menggunakan qiyas dan mashlahah 24. Qiyas menurut istilah ahli ilmu Ushul Fiqh adalah mempersamakan suatu kasus yang tidak ada nash hukumnya dengan suatu kasus yang ada nash hukumnya, karena persamaan kedua itu dalam illat 25 hukumnya 26. Contohnya narkoba disamakan hukumnya dengan hukum meminum khamar, karena sama illatnya yaitu dapat menghilangkan akal (memabukkan). 24 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 91. 25 Illat adalah suatu sifat yang terdapat pada suatu ashl (pokok) yang menjadi dasar daripada hukumnya, dan dengan sifat itulah dapat diketahui adanya hukum itu pada far u (cabangnya). 26 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 66.

22 6. Al-Istihsan Istihsan adalah beralih dari satu qiyas ke qiyas lain yang dianggap lebih kuat dilihat dari tujuan syari at diturunkan. Artinya jika terdapat satu masalah yang menurut qiyas semestinya diterapkan hukum tertentu, tetapi dengan hukum tertentu itu ternyata akan menghilangkan suatu mashlahah atau membawa madharat tertentu, maka ketentuan qiyas yang demikian itu harus dialihkan ke qiyas lain yang tidak akan membawa kepada akibat negatif. Tegasnya, istihsan selalu melihat dampak suatu ketentuan hukum. Jangan sampai suatu ketentuan hukum membawa dampak merugikan. Dampak suatu ketentuan hukum harus mendatangkan mashlahat atau menghindarkan madharat 27. Ibnu al- Araby salah seorang di antara ulama Malikiyah memberi komentar, bahwa istihsan menurut mazhab Maliki, bukan berarti meninggalkan dalil dan bukan berarti menetapkan hukum atas dasar ra yu semata, melainkan berpindah dari satu dalil ke dalil lain yang lebih kuat yang kandungannya berbeda dari dalil yang ditinggalkan tersebut. Dalil yang kedua itu dapat berwujud ijma atau urf atau mashlahah mursalah 28. 27 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 109. 28 Ibid., h. 109.

23 Contohnya adalah bolehnya melihat aurat seseorang dalam pengobatan. Karena memelihara jiwa adalah pokok, sedangkan memelihara pandangan adalah pelengkap bagi yang pokok 29. 7. Al-Mashlahah al-mursalah Mashlahah Mursalah adalah mashlahah yang tidak ada ketentuannya, baik secara tersurat atau sama sekali tidak disinggung oleh nash. Dengan demikian maka mashlahah mursalah itu kembali kepada memelihara tujuan syari at diturunkan. Para ulama yang berpegang kepada mashlahah mursalah sebagai dasar hukum, menetapkan beberapa syarat untuk dipenuhi sebagai berikut: a. Mashlahah itu harus benar-benar merupakan mashlahah menurut penelitian yang seksama, bukan sekedar diperkirakan secara sepintas saja. b. Mashlahah itu harus benar-benar merupakan mashlahah yang bersifat umum, bukan sekadar mashlahah yang hanya berlaku untuk orang-orang tertentu. Artinya mashlahah tersebut harus merupakan mashlahah bagi kebanyakan orang. c. Mashlahah itu harus benar-benar merupakan mashlahah yang bersifat umum dan tidak bertentangan dengan ketentuan nash atau ijma 30. d. Sadd al-zara i 29 Iskandar Usman, Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), h. 20. 30 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 94.

24 Imam Malik menggunakan sadd al-zara i sebagai landasan dalam menetapkan hukum. Menurutnya, semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang haram atau terlarang, hukumnya haram atau terlarang. Dan semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang halal, halal pula hukumnya 31. e. Istishhab Istishhab adalah tetapnya suatu ketentuan hukum untuk masa sekarang atau yang akan datang, berdasarkan atas ketentuan hukum yang sudah ada di masa lampau. Misalnya: seorang yang telah yakin sudah berwudhu dan dikuatkan lagi bahwa ia baru sajamenyelesaikan shalat subuh, kemudian datang keraguan kepada orang tersebut tentang sudah batal atau belum wudhunya, maka hukum yang dimiliki oleh orang tersebut adalah bahwa belum batal wudhunya 32. f. Syar u Man Qablana Syar un Lana Menurut Qadhy Abd. Wahab al-maliky, bahwa Imam Malik menggunakan qaidah syar un man qablana syar un lana sebagai dasar hukum. Tetapi menurut Sayyid Muhammad Musa, tidak kita temukan secara jelas pernyataan Imam Malik yang menyatakan demikian 33. 31 Huzaemah Tahido Yanggo,Op.cit., h. 112. 32 Haswir dan Muhammad Nurwahid, Op.cit., h. 95. 33 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 113.

25 Apabila Al-Qur an atau Sunnah yang shahih menceritakan salah satu hukum syara yang disyariatkan oleh Allah kepada ummat-ummat yang mendahului kita, melalui lisan para rasul mereka dan menyatakan bahwa hukum itu diwajibkan atas kita sebagaimana diwajibkan kepada mereka, maka tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya hukum tersebut merupakan syariat untuk kita dan suatu undang-undang yang wajib diikuti, berdasarkan penetapan syara kita terhadapnya 34. Apabila Al-Qur an dan Sunnah yang shahih mengkisahkan suatu hukum dan ada dalil syar i yang menunjukkan penghapusan hukum tersebut dan mengangkatnya dari kita, maka juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa hukum itu bukanlah syariat bagi kita berdasarkan dalil yang menghapuskannya dari kita. Misalnya adalah sesuatu yang terdapat pada syariat Nabi Musa as., bahwasanya orang yang durhaka itu tidak bisa menebus dosanya kecuali apabila ia membunuh dirinya sendiri 35. Imam Malik dan imam-imam mazhab lainnya dari imam mazhab empat, termasuk golongan Ahl al-sunnah wa al-jama ah. Golongan Ahl al-sunnah wa al-jama ah ini terdiri dari dua aliran 36 : a. Aliran Ahl al-hadits 37 b. Aliran Ahl al-ra yi 38 34 Abdul Wahab Khallaf, Op.cit., h. 131. 35 Ibid. 36 Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., h. 114. 37 Aliran ahl al-hadits yaitu Malik bin Anas, Sufyan Ats Tsauri, Ahmad dan Daud. Mereka ini mendahulukan nash hadits atas qias jali dan qias khafi.

26 Imam Malik termasuk beraliran Ahl al-hadits. Berdasarkan keterangan al-syahrastany, Ahl al-hadits ini terdiri dari para Ahl al- Hijaz, pengikut Imam Malik, pengikut Al-Syafi i, pengikut Sufyan al- Tsaury, pengikut Ahmad bin Hanbal, pengikut Daud bin Ali bin Muhammad al-asfahany. Namun ini tidak berarti bahwa Imam Malik menolak secara mutlak terhadap al-ra yi, karena beliau juga menggunakan mashalih mursalah dan istihsan, yang keduanya adalah termasuk bagian dari al-ra yi 39. Begitu kuat keyakinan Imam Malik mengenai apa yang diperbuat penduduk Madinah terutama dalam bidang agama adalah hasil mencontoh generasi sebelumnya yang berpangkal dari mencontoh amalan Nabi SAW. Karenanya, ia menjadikan amalan penduduk Madinah sebagai dalil syar iy. Tetapi Imam Malik tidak mewajibkan orang-orang dari negeri lain untuk mengikuti amalan penduduk Madinah, karena beliau menjadikannya sebagai salah satu sumber hukum dan hanya sebagai salah satu pilihan 40. Kota Madinah adalah salah satu kota yang termasuk wilayah Hijaz. Penduduk Hijaz saat itu terkenal masih sangat sederhana kehidupannya, sehingga dengan Sunnah saja sudah dapat menyelesaikan hukum, dan Sunnah itu masih relevan untuk penduduknya, tidak 38 Aliran ahl al-ra yi yaitu sahabat-sahabat Abu Hanifah. Mereka ini mendahulukan qias jali dan hadits ahad. 39 Ibid. 40 Ibid., h. 115.

27 memerlukan penafsiran-penafsiran dan ta wil atau ra yi. Karena itu mazhab Maliki banyak diikuti orang Maghribi atau Afrika Utara dan Andalusia, karena pada masa itu negara-negara tersebut masyarakatnya masih sangat sederhana, belum disentuh oleh peradaban seperti di Irak 41. Di samping itu, kota Madinah menjadi ibu kota Daulah Islamiyah dari sejak zaman Rasulullah sampai awal pemerintahan Ali bin Abi Thalib.Pada masa khilafah Bani Umaiyah, ibu kota Daulah Islamiyah dipindahkan ke Damaskus, sehingga dengan demikian, Hijaz pada umumnya dan Madinah khususnya, semakin jauh dari pusat khilafah Islamiyah, yang berarti makin jauh dari kemajuan peradaban.akan tetapi walaupun demikian dalam bidang pergerakan keagamaan seperti fiqh dan hadits, Hijaz masih merupakan tempat yang utama, karena para sahabat Rasulullah SAW banyak yang tinggal disana serta masih merupakan tempat yang diminati para ulama untuk menuntut ilmu agama. Meskipun disana-sini terdapat perbedaan pendapat dalam bidang furu karena perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing mujtahid, tetapi mereka masih dapat bersatu dan tidak saling kafir-mengkafirkan satu sama lain 42. 41 Ibid., h. 116. 42 Ibid.