PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya) (The Influence Of Cooperative Teaching Model Guess The Word Type With Audiovisual Media Towards The Achievement Of Study Result Student On Human Foods Digestion System Sub Concept) Marlia Chusnul khotimah, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati Program Studi Pendidikan Biologi fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikann Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi no. 20 tasikmalaya-jawa barat, Email: Ayumarlya7@gmail.com ABSTRACT The aim of this research was to know the influence of cooperative teaching model guess the word type with audiovisual media towards the increasing of study result students at human foods digestion system sub concept. This research did on september, 2013 - April, 2015 in four public senior high school Tasikmalaya. The method that used in this research is true experimental. Population of this research is all science classes of XI th grade at the four public senior high school tasikmalaya as many 4 classes with students amount as many 123 people. And the sample of this research are as many as two classes which taken with cluster random sampling technique. The research instrument is study result test as many 30 questions multiple choice with 5 options. Analysis data technique that used in this research are average two difference test (t-test) with significant standard (α) = 5%, and descriptive t- test. Based on the research result, data analysis and hypothesis testing were gotten the value of t calculation = 6,67 dan t tabel = 2,00. There for, t calculation situated at H 0 rejection area, in this case show that there is the influence of cooperative teaching model guess the word type with audiovisual media towards the achivement of study result students at human foods digestion system subject Key word : guess the word teaching model, study result, human foods digestion system.
ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada sub konsep system pencernaan makanan pada manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan April 2015 di SMA Negeri 4 Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tasikmalaya sebanyak 4 kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 123 orang. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dengan jumlah siswa kelas X IPA 1 sebanyak 30 orang, dan XI IPA 2 sebanyak 31 orang, yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar berjumlah 30 butir soal yang berbentuk pilihan ganda dengan 5 options. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikan (α) = 5%, dan uji t deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis didapatkan nilai t hitung = 6,67 dan t tabel = 2,00. Maka t hitung terletak di daerah penolakan H 0, hal tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi system pencernaan makanan pada manusia. Kata kunci : model pembelajaran tebak kata, hasil belajar, sistem pencernaan makanan pda manusia Pendahuluan Untuk mendukung keaktifan siswa diperlukan adanya pengelolaan kelas yang baik oleh guru di sekolah sebagai pengajar, yang bertujuan agar terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Karena pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar yang baik dan tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa kendala yang berarti, namun sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak dapat selamanya dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki secara tiba-tiba, yang di luar kemampuan guru. Sebab terkadang siswa merasa jenuh dan bosan dengan cara mengajar yang diterapkan oleh guru yang bersangkutan, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut merupakan tugas dan kewajiban guru sebagai pengajar, yang bertujuan agar para siswa kembali belajar dengan suasana yang kondusif, dan lebih fokus terhadap materi dan tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga pencapaian nilai hasil belajar siswa diharapkan
menjadi lebih optimal dengan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan yang ditemukan di sekolah khususnya untuk pelajaran IPA, dalam proses pembelajarannya guru mengajar secara klasikal dan guru hanya berperan sebagai sumber informasi. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecendrungan siswa lebih bersifat pasif dan hanya menunggu sajian dari guru. Disamping itu juga, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan kurang tepatnya guru dalam memilih media pembelajaran. Akibatnya, proses belajar mengajar akan berlangsung secara kaku Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang terjadi di SMA Negeri 4 Kota Tasikmalaya kurang efektif. Hal ini ditunjukan oleh hasil belajar siswa terutama pada sub konsep Sistem Pencernaan pada Manusia masih dibawah KKM yaitu 65, sedangkan KKM di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya adalah 69. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa agar dalam proses belajar mengajar aktif dan giat terutama dalam konsep Sistem Percernaan Makanan pada Manusia tentunya banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru. Hal ini dapat berupa penggunaan model dan media pembelajaran yang salah satunya model pembelajaran kooperatif. Model dan media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual terhadap peningkatan hasil belajar siswa (Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia). Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual terhadap peningkatan hasil belajar siswa (Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia).
Pembahasan 1. Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajaranya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak Kata dengan Media Audiovisual Dalam penelitian yang telah dilakukan penulis, telah didapat data hasil penelitian yang proses pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual. Yang mana diperoleh nilai pretest x = 13,89 dengan = 9,45 dari = 3,07 dan nilai χ 2 hitung 3,60 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dan nilai posttest x = 23,53 dengan = 9,83 dari = 3,14 dan nilai χ 2 hitung 1,82 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 4 Tasikmalaya adalah 69,00. Dari hasil penelitian yang telah diuraikan rata-rata skor yang proses pembelajaranya menggunakan model tebak kata dengan audiovisual yaitu sebesar 23 skor dari jumlah soal sebanyak 30 soal, dari skor tersebut dapat dikonversi nilai rata-rata di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia adalah 78,00. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model tebak kata dengan audiovisual telah mencapai nilai KKM. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan model tebak kata dengan audiovisual pada konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia telah berhasil dalam pelaksanaanya, karena terbukti telah mencapai KKM yang telah ditentukan di SMA Negeri 4 Tasikmalaya. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model tebak kata dengan audiovisual siswa diberikan lembar kerja untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaranya, pengerjaan lembar kerja siswa ini dilakukan secara berpasangan. Untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa dalam pengerjaan LKS. Berikut ini hasil diskusi kelompok selama dua pertemuan:
Gambar 4.12 Diagram Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen Dari hasil diagram tersebut menjelaskan hasil diskusi kelompok pada pertemuan kesatu dan kedua, hasil diskusi tersebut dapat menggambarkan seberapa jauh pemahaman siswa dalam proses pembelajaranya. Dimana pada pertemuan kesatu nilai yang di peroleh tiap kelompok bervariasi, nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 4, 7 dan 10 dengan nilai 85 sedangkan nilai terendah di peroleh kelompok 1 dengan nilai 60. Pada pertemuan kedua nilai terbesar di peroleh kelompok 7 dan 10 dengan nilai 90, sedangkan nilai terkecil di peroleh kelompok 7 dengan nilai 70. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 85 berbeda dengan nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 70 dan nilai terbesarnya 90, hal ini membuktikan ada peningkatan pemahaman siswa dalam penerimaan materi yang diberikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil diskusi siswa dalam pengerjaan LKS dan pemahaman materi, diantaranya sebagai berikut :
a. pada pelaksanaaan pembelajaran ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan pada saat guru menayangkan video sistem pencernaan makanan sehingga siswa kurang memahami materi. b. pada saat mengerjakan LKS ada beberapa pasangan yang tidak kompak sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan LKS sesuai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pada pertemuan kedua kekurangan yang terjadi pada pertemuan pertama sebisanya telah diperbaiki, sehingga proses diskusi kelompok berjalan lebih efektif, dan hasil diskusi dan pemahaman siswa meningkat. 2. Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajaranya Menggunakan Model Langsung Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, telah didapat data hasil penelitian yang proses pembelajarannya menggunakan model langsung. Yang mana diperoleh nilai pretest x = 14,10 dengan = 8,11 dari = 2,85 dan nilai χ 2 hitung 3,03 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dan nilai posttest x = 19,30 dengan = 10,03 dari = 3,17 dan nilai χ 2 hitung 6,52 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran Biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya adalah 69,00. Dari hasil penelitian yang telah diuraikan rata-rata skor yang proses pembelajaranya menggunakan model langsung yaitu sebesar 19 skor dari jumlah soal sebanyak 30 soal, dari skor tersebut dapat dikonversi nilai ratarata di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia adalah 64. Jika di lihat dari nilai ratarata maka proses pembelajaran yang menggunakan langsung belum mencapai nilai KKM. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia kurang berhasil dalam pelaksanaanya, karena terbukti belum mencapai KKM yang telah ditentukan di SMA Negeri 4 Tasikmalaya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model langsung sama seperti sebelumnya siswa diberikan lembar kerja untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaranya, pengerjaan lembar kerja siswa ini dilakukan secara berpasangan. Untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa dalam pengerjaan LKS dan pengamatan yang telah di lakukan. Berikut ini hasil diskusi kelompok selama dua pertemuan. Gambar 4.13 Diagram Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol Dari hasil diagram tersebut menjelaskan hasil diskusi kelompok pada pertemuan kesatu dan kedua, hasil diskusi tersebut dapat menggambarkan seberapa jauh pemahaman siswa dalam proses pembelajaranya. Dimana pada pertemuan kesatu nilai yang di peroleh tiap kelompok bervariasi, nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 6 dengan nilai 85 sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 11 dengan nilai 60. Pada pertemuan kedua nilai terbesar di peroleh kelompok 7 dan 10 dengan nilai 85, sedangkan nilai terkecil di peroleh kelompok 1, 4 dan 13 dengan nilai 60. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 85 sama halnya dengan pertemuan kesatu nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan
kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 80. Hal ini membuktikan bahwa pada model pembelajaran langsung tidak terlalu banyak peningkatan pemahaman siswa dalam penerimaan materi yang diberikan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil diskusi siswa dalam pengerjaan LKS dan pemahaman materi yang sama dengan model sebelumnya, diantaranya sebagai berikut : a. Siswa jenuh dengan proses pembelajaran yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga siswa tidak termotivasi. b. Pada pertemuan pertama siswa tidak terlalu aktif bertanya Sedangkan pada pertemuan kedua kekurangan yang terjadi pada pertemuan pertama sebisanya telah diperbaiki, sehingga proses pembelajaran lebih efektif, dan pemahaman siswa meningkat. 3. Pengaruh Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajaranya Menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan Media Audiovisual dan Model Pembelajaran Langsung Dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti menggunakan dua sampel dengan perlakuan yang berbeda. Peneliti menggunakan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel dan model pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual sebagai perlakuan. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tebak kata dengan media audivisual diperoleh N-Gain x = 0,58 dengan = 0,01 dari = 0,1 dan nilai χ 2 hitung 6,66 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran Biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya adalah 69,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia adalah 78. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
tebak kata dengan media audiovisual telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model langsung diperoleh N-Gain x = 0,35 dengan s 2 = 0,01 dari s = 0,1 dan nilai χ 2 hitung 6,66 < χ 2 tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran Biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya adalah 69,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Tasikmalaya pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia adalah 64. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model langsung belum mencapai KKN yang telah ditentukan. Berdasarkan dari hasil belajar siswa terdapat perbedaan seperti yang dapat dilihat dari diagram berikut : Gambar 4.14 Daftar Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen, Kelas Kontrol dan KKM Berdasarkan diagram tersebut bahwa siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tebak kata dengan media audiovisual memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung. Yang mana nilai rata-rata kelas yang proses pembelajaranya menggunakan pembelajaran tebak kata dengan media audiovisual yaitu 78, sedangkan rata-rata kelas yang proses
pembelajaranya menggunakan langsung yaitu 64. Hal tersebut menunjukan ada pengaruh hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tebak kata dengan media audiovisual. Yang telah dihitung dengan menggunakan uji t dengan taraf 5%, dengan kesimpulan tolak H o, karena t hitung pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 21,90 berada di daerah penolakan dengan t tabel = 2.00. Sedangkan t hitung pretest dan posttest kelas kontrol adalah 11,30 berada di daerah penolakan dengan t tabel = 2.00. Dan t hitung N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 7,67 berada di daerah penolakan dengan t tabel = 2.00. Dalam pelaksanaanya pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual di SMA Negeri 4 Tasikmalaya, disambut dengan antusias oleh para siswa. Karena penggunaan model pembelajaran ini masih sangat jarang mereka rasakan, model pembelajaran ini mempusatkan proses pembelajaran kepada siswa sehingga siswa berperan aktif dan proses pembelajaran merasa lebih menyenangkan. Pada proses pembelajaran model pembelajaran tebak kata dengan media audiovisual, pertemuan pertama siswa sudah duduk berpasangan. Kemudian guru menayangkan video sistem pencernaan makanan. Siswa terlihat antusias sehingga pada saat penayangan video siswa fokus memperhatikan. Setelah selesai penayangan video setiap pasangan diberi LKS agar siswa mudah dalam memahami materi. Pada saat mengerjakan LKS hampir semua pasangan kompak bekerja sama mencari jawaban dari berbagai sumber namun ada beberapa kelompok yang kurang kompak sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan LKS sesuai waktu yang ditentukan. Pada tahap model pembelajaran tebak kata siswa sangat bersemangat sehingga hampir semua siswa dapat menjawab kartu soal. Disamping itu ketika sepasang siswa menebak soal didepan kelas siswa yang lainnya ikut memperhatikan pertanyaan pada kartu soal sehingga siswa yang lainya pun ikut berfikir jawaban pada kartu soal tersebut.
Pada pertemuan yang kedua, sama halnya dengan pertemuan pertama, siswa duduk berpasangan. Kemudian guru menayangkan video sistem pencernaan makanan dan setiap pasangan diberi LKS, pada saat mengerjakan LKS siswa lebih serius dan kompak sehingga siswa dapat menyelesaikan LKS sesuai waktu yang telah ditentukan. Pada pelaksanaan model pembelajaran tebak kata siswa terlihat lebih bersemangat sehingga semua pasangan dapat menjawab kartu soal dengan tepat. Disamping itu ketika sepasang siswa menebak soal didepan kelas siswa yang lainnya ikut memperhatikan pertanyaan pada kartu soal sehingga siswa yang lainya pun ikut berfikir jawaban pada kartu soal tersebut. Sedangkan pelaksanaan model pembelajaran langsung pertemuan pertama guru menjelaskan materi kepada siswa. Pada saat guru menjelaskan materi siswa serius memperhatikan penjelasan dari guru namun setelah beberapa menit menjelaskan ada siswa yang malasmalasan, kurang memperhatikan dan ngobrol. Guru berusaha mengembalikan semangat siswa supaya dapat konsentrasi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa namun hanya bertahan beberapa menit saja. Kemudian siswa di beri LKS yang dikerjakan secara berpasangan, pada pelaksanaanya siswa kurang kompak mengerjakan LKS. Selanjutnya pada pertemuan kedua, sama halnya dengan pertemuan pertama guru menjelaskan materi kepada siswa. Untuk menghindari siswa yang jenuh seperti pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak kehilangan semangat pada saat mendengarkan penjelasan dari guru. pada saat pengerjaan LKS siswa lebih bersemangat terlihat dari kompaknya siswa dalam mengerjakan LKS. Dari pembahasan tersebut yang siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata lebih lebih aktif menerima proses pembelajaran dibanding dengan kelas yang menggunakan model langsung. Selain itu juga siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model
Kesimpulan tebak kata dengan media audiovisual lebih bisa diatur dalam pelaksanaan tahapan-tahapan model pembelajaranya. Sedangkan didalam pembelajaran model langsung siswa kurang aktif dalam menerima proses pembelajaran, hanya sebagian siswa saja yang mengikuti tahapan proses pembelajaran langsung sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif dan masih ada siswa yang masih kurang memahami materi. Oleh karena itu hal tersebut yang mempengaruhi hasil belajar yang proses pembelajaranya menggunakan model pembelajaran kooperatif tebak kata dengan media audiovisual lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya Siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tebak kata dengan media audiovisual menunjukan rata-rata hasil belajar yang lebih baik yaitu 23,53 dibandingkan dengan menggunakan tipe model pembelajaran langsung yaitu dengan ratarata 19,30 DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung. Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riwayat Hidup Marlia Chusnuul Khotimah adalah Mahasiswa angkatan 2010 pada Program Studi pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang sedang menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.