BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siklus II. Pada tindakan siklus II ternayata indikator penelitian telah tercapai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang- Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen II) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman siswa

PROSES BERPIKIR SISWA SMP NEGERI 4 PATI DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DENGAN LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

PENGARUH PENGGUNAAN PROGRAM CABRI 3D TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM MENENTUKAN JARAK TITIK KE GARIS PADA RUANG UNTUK SISWA KELAS X SMA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

LAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika

USAHA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF (PTK SD N MUNCAR I KELAS IV)

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam KTSP 2007 tingkat kependidikan dasar adalah mengembangkan logika,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) guru masih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kayu Batu Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan. 2013/2014 yang berjumlah 14 siswa. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan siswa sekarang maupun masa yang akan datang. dengan perkembangan zaman. Di SDN Semampir mata pelajaran Bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

Skripsi Untuk MemenuhiSebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

JURNAL PUBLIKASI. Untuk Menenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. universal, sangat banyak kegunaan penerapannya dalam kegiatan kehidupan

UPAYA PENINGKATAN INTENSITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIC SMPN 3 Sawit Boyolali)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 17 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. percobaan nuklir, pencakokan jantung, pendaratan dibulan dan sebagainya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Matematika di sekolah dasar (SD) memiliki beberapa ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sedangakan model yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas III SDN 2 Tudi Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran

BAB I PENDAHULUAN. agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Guru dapat. informasi, pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik. Menurut Krisna,.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIB SDN Inpres Dodung Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Melalui Penggunaan Media Peraga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Bangun Datar dan Segitiga. serta menentukan ukurannya. : 1 x 40 menit

BAB I PENDAHULUAN. diberikan setiap jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Yosepha Sumarjilah 9. Kata Kunci: Hasl Belajar, Matematika, Media Kongkrit. 9 Guru SDN Rejoagung 01 Jember

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan paradigma lama yaitu teacher center. adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

UPAYA PENINGKATAN KEBERANIAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL GEOMETRI DI DEPAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang perhitungan secara sistematis, sehingga matematika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami perhitungan pada alam sekitar secara ilmiah, karena pada dasarnya matematika merupakan ilmu pasti. Sebagai ilmu pasti, matematika tidak pernah lepas dari kegiatan sehari hari manusia, antara lain dalam perindustrian, perekonomian, pendidikan, bahkan dalam menentukan jatuhnya suatu hari tertentu, dapat dihitung menggunakan ilmu matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang terstruktur dan sistematis. Setiap konsep matematika tersusun secara hirarkis, antara satu konsep dengan konsep lainnya berkaitan erat. Karena itu untuk memahami konsep matematika perlu memahami konsep-konsep sebelumnya. Ini berarti bahwa belajar matematika harus bertahap atau berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Atas dasar inilah guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi pembelajaran yang harus dijalankan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya matematika, perlu adanya pengembangan dan pemahaman di bidang pendidikan antara lain terkait dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini terkait dengan pendidikan matematika selama ini tidak berhasil meningkatkan kualitas pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan matematika, karena salah atau tidak memilih model pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan dasar-dasar ilmu matematika sejak awal pada siswa, seperti bilangan, geometri dan pengukuran. Dengan demikian, diharapkan pada akhirnya dapat membantu mempermudah siswa memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Banyak usaha perbaikan pembelajaran matematika telah dilaksanakan, namun belum menampakkan hasil yang mengembirakan hal ini suatu isyarat bahwa ada kesulitan di dalam diri siswa, bahkan yang cukup mengkhawatirkan, matematika dianggap mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Mungkin karena matematika memiliki sifat abstrak. Penyebab kesulitan tersebut bersumber dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian materi pelajaran atau pembelajaran yang dilaksanakan. Banyak siswa mengatakan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Padahal matematika merupakan pelajaran yang penting bagi siswa, karena mata pelajaran berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan symbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat memperjelas dan membantu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kesulitan soal matematika sebenarnya bukanlah monopoli siswa dan guru, tetapi memang gejala umum dalam pelajaran matematika yang kurang menekankan analisis. Penyebab siswa sulit menerima matematika adalah kurang memahami apa arti matematika dan kegunaannya. Matematika itu untuk memecahkan masalah ataupun membantu kita lebih bisa memahami tata kerja alam yang selalu dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga melatih manusia untuk berpikir terstruktur dan tak perlu takut persoalan rumit tak dapat terpecahkan. Fenomena sekarang yang terjadi pada siswa kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara adalah banyak siswa yang mendapatkan nilai matematika yang relatif tinggi, tetapi kurang mampu menerapkan hasil yang diperolehnya baik berupa keterampilan, sikap serta pengetahuan dalam situasi tertentu terutama dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya apabila siswa menghadapi permasalahan yang penyelesainnya menggunakan materi pelajaran matematika yang diperolehnya, siswa masih banyak mengalami kesulitan bahkan belum dapat menyelesaikannya. Demikian pula dalam menyelesaikan soal matematika tentang menentukan besar sudut, masih banyak kesulitan yang dialami oleh siswa. Kebanyakan siswa menganggap bahwa dalam menentukan besarnya suatu sudut dengan menggunakan satuan tidak baku terlalu rumit Terlebih lagi bila mereka mengandalkan lembaga bimbingan belajar yang hanya mengajarkan caracara tepat dan praktis dalam menyelesaikan soal. Biasanya siswa-siswa berpikir

praktis hanya mempelajari jawaban dari contoh-contoh soal, lalu menghafalkannya, tanpa memahami konsep-konsep yang seharusnya dipelajari dan dipahami. Minimnya kemampuan siswa terhadap konsep matematika menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika khususnya tentang kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. Ketakutan-ketakutan yang muncul dari diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada pelajaran matematika. Guru kurang memperhatikan siswa yang tidak dapat mengerjakan soal dengan baik, hal ini dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Sehubungan dengan masalah di atas, serta hasil wawancara guru kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, pada kegiatan pembelajaran matematika di sekolah ditemukan beberapa masalah sebagai berikut: (1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran tidak tampak. Siswa kurang bertanya tentang materi yang belum diketahuinya, sekalipun guru sudah memberikan kesempatan bertanya, (2) Kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya pada materi kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku, banyak ditemukan siswa yang malas mengerjakan soalsoal latihan, mengerjakan pekerjaan rumah dan biasanya siswa baru menulis setelah soal dikerjakan oleh guru dan bahkan tidak sama sekali sampai diperintahkan untuk dicatat, (3) Faktor guru yang tidak bisa mengontrol siswa secara keseluruhan saat proses pemberian tugas.

Berdasarkan hasil observasi dan tes awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara yang berjumlah 11 orang, hanya 4 siswa atau 36,36% siswa mampu dan 7 siswa atau 63,64% siswa belum mampu menentukan besarnya sudut dengan satuan tidak baku. Kemampaun siswa masih rendah tersebut merupakan masalah serius dalam pembelajaran matematika di SD khususnya kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Kemampuan yang diperoleh siswa pada materi menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku rendah. Kemampuan siswa yang rendah ini sekaligus menunjukkan kurangnya kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam proses pembelajaran menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. Berdasarkan observasi di lapangan adanya temuan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktifitas guru masih besar dibandingkan dengan aktifitas siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan tentang menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku, adalah melalui pemilihan metode yang menarik perhatian dan kemampuan belajar siswa. Metode yang dimaksud yaitu metode demonstrasi. Dengan metode ini diharapkan siswa belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Mengingat suksesnya metode demonstrasi yang diterapkan di berbagai sekolah, maka tidak ada salahnya metode ini diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) pada materi menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku di kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

Dengan demikian, penulis merasa sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan Tidak Baku Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. 2. Sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal tentang menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. 3. Kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan metode pembelajaran yang tepat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Apakah melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku pada siswa kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara? 1.4 Cara Pemecahan Masalah Adapun langkah-langkah dalam pemecahan masalah melalui metode demonstrasi adalah: a. Mendemonstrasikan cara mengukur sudut dengan satuan tidak baku

b. Meminta siswa memberikan pengertian sudut lancip, siku-siku dan tumpul dari aktifitas yang dilakukan. c. Menegaskan kembali pengertian dari sudut di atas. d. Memberikan peragaan dengan menggunakan jam dinding untuk menunjukan/melihat sudut dan mengukur sudut dengan satuan tak baku. e. Membagi siswa dalam kelompok dan siswa diminta untuk mengerjakan LKS. f. Siswa menunjukan besar sudut yang dibentuk dari jam berdasarkan sudut satuan dengan cara mempresentasikan jawaban LKS didepan kelas. g. Siswa dituntun untuk memahami cara mengukur sudut dengan satuan tidak baku sudut siku-siku dan sudut lurus berdasarkan alat peraga. h. Evaluasi. i. Penutup. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku melalui metode demonstrasi pada siswa kelas IV SDN 1 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Bagi siswa Dapat memberikan kesan bahwa belajar Matematika itu mudah dan menyenangkan serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran

matenatika khususnya kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. 1.6.2 Bagi Guru Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan kemampuan pembelajaran matematika melalui metode demonstrasi dan sebagai bahan masukan bagi mereka yang berprofesi sebagai tenaga kependidikan untuk selalu mencari teknik penilaian yang lebih efektif dan efisien. 1.6.3 Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah dalam usaha memotivasi guru untuk menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. 1.6.4 Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman baru bagi peneliti, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.