MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

Independensi Integritas Profesionalisme

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB I PENDAHULUAN. publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. berhubungan dengan aktivitas organisasi lainnya.

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

Independensi Integritas Profesionalisme

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota 4.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

RENCANA KERJA ( RENJA - SKPD )

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KORUPSI BISNIS DAN POLITIK: TANTANGAN UTAMA DAN SOLUSI YTH. SARIFUDIN SUDDING SH, MH WAKIL KETUA MAHKAMAH KEHORMATAN DPR RI

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA TENGAH

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Nomor : 04/P/M.KOMINFO/5/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BERITA NEGARA. No.450, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Program Aksi. Reformasi Birokrasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERAN KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Transkripsi:

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Seiring dengan upaya reformasi birokrasi dan lembaga-lembaga negara, setiap lembaga negara dan instansi pemerintah telah memiliki Rencana Strategis. Penyusunan Rencana Strategis dilakukan tentu tidak semata-mata karena merupakan amanat undang-undang atau sebagai persyaratan penyusunan rencana anggaran, tetapi benar-benar sebagai bagian dari proses perencanaan yang visioner dan terukur. Dokumen rencana strategis memberikan arah yang pasti postur dan kinerja lembaga yang hendak dicapai serta bagaimana cara mencapainya melalui tahapan-tahapan yang terukur. Dengan sendirinya Rencana strategis juga menjadi batu uji dalam proses evaluasi kinerja dan tingkat keberhasilan. Tulisan ini tidak hendak mengritisi substansi Rencana Strategis DPRRI 2010 2014 mengingat forum yang diselenggarakan adalah forum sosialisasi, bukan forum untuk penyusunan. Tulisan ini akan mengangkat beberapa isu di dalam Renstra yang menurut pandangan penulis memiliki kontribusi besar dalam upaya mewujudkan Visi DPR, yaitu menjadi Lembaga Perwakilan yang kredibel dalam mengemban tanggungjawab mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Hal itu akan didahului dengan gambaran peran DPR di era reformasi yang semakin penting. A. DPR di era reformasi DPR di era reformasi memiliki perbedaan besar dengan DPR sebelumnya, terutama di masa Orde Baru. Jika di masa lalu DPR dicitrakan dan memosisikan diri sebagai stempel karet bagi semua kebijakan pemerintah, DPR saat ini jauh lebih kuat dan seimbang kedudukannya dengan pemerintah. Bahkan ada beberapa pengamat yang menilai sudah mengarah pada legislative heavy. Pergeseran tersebut terjadi karena adanya perubahan paradigma kenegaraan, baik yang diterjemahkan ke dalam struktur organisasi kenegaraan maupun sistem politik nasional untuk mencapai cita-cita nasional sekaligus mencegah

penyalahgunaan kekuasaan melalui model pemisahan kekuasaan (separation of powers) dengan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). DPR menjalankan peran mengimbangi dan mengawasi cabang kekuasaan lain setidaknya melalui 3 fungsi yang dimiliki, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Sesungguhnya terdapat satu fungsi lain yang merupakan implementasi dari prinsip saling mengimbangi, yaitu fungsi nominasi yang diwujudkan dalam wewenang DPR dalam pengisian jabatan-jabatan publik. Fungsifungsi tersebut diperkuat secara konstitusional melalui Perubahan UUD 1945 dan berbagai undang-undang. Untuk fungsi legislasi, Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Ketentuan tersebut menempatkan DPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif, yang semula berada di tangan Presiden berdasarkan UUD 1945 sebelum perubahan. Sedangkan Presiden memiliki hak untuk mengajukan RUU kepada DPR berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945. Meskipun demikian, proses pembentukan undang-undang tetap membutuhkan peran Presiden. Hal itu karena Presidenlah yang akan menjalankan suatu undang-undang serta mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu ditentukan bahwa setiap RUU harus dibahas bersama-sama oleh DPR dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama, sebagaimana diatur dalam Pasal 20 Ayat (2) UUD 1945. Artinya, jika suatu RUU tidak mendapatkan persetujuan bersama DPR dan Presiden, tidak akan dapat menjadi undang-undang. Secara sepintas, bisa saja pergeseran dalam proses pembuatan undangundang tersebut tidak banyak bermakna karena dalam UUD 1945 pun pembahasan dilakukan bersama-sama. Namun dengan sistem politik nasional yang sudah berubah, tidak lagi monolitik, pergeseran itu sangat besar pengaruhnya dalam proses pembentukan undang-undang sehingga fungsi legislasi lebih dominan dimiliki oleh DPR dibanding pemerintah. Penguatan basis konstitusional DPR juga dapat dilihat dari penegasan ketiga fungsi yang dimiliki dalam Pasal 20A, serta hak-hak yang dimiliki guna menjalankan fungsi dimaksud, yaitu hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Di samping itu, setiap anggota DPR memiliki hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas. Kedudukan dan fungsi DPR yang semakin kuat tersebut membuat peran DPR semakin penting dalam penyelenggaraan negara. Tidak hanya dalam konteks mengawasi dan mengimbangi, DPR juga memiliki peran signifikan dalam menentukan arah dan upaya pencapaian masyarakat adil dan makmur. Hal itu karena UUD 1945 telah menegaskan bahwa negara kita adalah negara hukum yang sebagai konsekuensinya segala tindakan dan perbuatan penyelenggaraan negara memiliki dasar hukum dan dilaksanakan sesuai aturan hukum. DPR memiliki peran sentral dalam pembentukan hukum melalui fungsi legislasi yang dimiliki. DPR juga berperan menentukan kebijakan pembangunan melalui fungsi anggaran yang dimiliki. DPR berperan mengarahkan dan menentukan program apa yang akan dilakukan oleh instansi pemerintah dan lembaga negara serta berapa besar anggaran yang dialokasikan. Di sinilah peran DPR sebagai lembaga perwakilan dijalankan, yaitu menjadi wakil rakyat dalam pembentukan hukum dan kebijakan. Oleh karena itu sangat tepat jika visi yang diusung adalah mengedepankan jati diri DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat, yang tidak hanya sekadar berperan dalam konteks checks and balances, tetapi demi mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Tanggungjawab ini dijalankan memiliki tiga fungsi utama, legislasi, anggaran, dan pengawasan. B. Faktor-Faktor yang menentukan Untuk mewujudkan visi yang diusung tentu banyak faktor yang menentukan, baik internal maupun eksternal seperti yang telah dielaborasi dalam Renstra DPR RI. Secara sederhana, keberadaan DPR ditopang oleh 2 komponen. Pertama, komponen utama adalah anggota DPR. Kedua, sebagai pendukung adalah Sekretariat Jenderal. Peran DPR sebagai lembaga dengan jabatan majemuk dijalankan oleh anggota DPR. Oleh karena itu keberhasilan atau kegagalan DPR sebagai suatu lembaga ditentukan oleh tiap-tiap anggota DPR dalam melaksanakan tugas. Sungguh menggembirakan ketika di dalam Restra mengakui bahwa masih terdapat citra kurang baik terhadap DPR. Citra ini tentu dibangun oleh kualitas, integritas dan kinerja anggota DPR. Walaupun mungkin hanya sebagian kecil saja anggota DPR

yang membuat citra negatif, tapi tentu dampaknya tertuju dan dirasakan oleh seluruh lembaga. Peningkatan kualitas, kinerja, dan integritas anggota DPR telah menjadi perhatian dalam Renstra 2010 2014. Upaya peningkatan kualitas memang tidak mudah karena sesungguhnya, dan seharusnya, yang bertanggungjawab membangun dan menyeleksi kualitas anggota DPR bukan lembaga DPR tetapi partai politik dari mana anggota DPR itu berjalan. Kualitas anggota DPR akan meningkat jika fungsi pendidikan dan pengaderan partai politik sudah berjalan dengan baik. Seperti yang telah disebutkan dalam Renstra, upaya peningkatan kualitas anggota yang dapat dilakukan oleh DPR adalah dengan menyediakan tenaga ahli yang profesional sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh anggota. Kondisi tenaga ahli saat ini memang masih memerlukan peningkatan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Beberapa tenaga ahli mungkin memang belum memenuhi kualifikasi keahlian dan profesionalisme yang diperlukan. Untuk menjaga integritas anggota dewan diperlukan kode etik dan infrastruktur penegakan yang aplicable. Hal inilah yang terlihat belum mendapatkan tempat yang cukup dalam Renstra 2010 2011. Kode etik yang lengkap dan akurat diperlukan guna menjaga citra dan kelembagaan DPR. Kode etik juga dapat berfungsi sebagai norma deteksi dini sehingga anggota DPR tidak mudah terpeleset ke dalam kasus-kasus pidana, terutama korupsi. Selain kode etik anggota, juga diperlukan kode etik tersendiri bagi pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI dan tenaga ahli DPR RI. Kedudukan dan hubungan mereka yang dekat dengan anggota DPR berpotensi dimanfaatkan oleh pihak lain yang bisa menjebak dan merugikan anggota DPR. Sekretariat Jenderal DPR, walupun merupakan aparatur pemerintah, tetapi memiliki kedudukan khusus karena bekerja untuk melayani anggota DPR dan bertanggungjawab secara kelembagaan kepada pimpinan DPR. Sekretariat Jenderal DPR tentu tidak hanya memberikan layanan yang bersifat teknis administratif serta sarana dan prasarana, tetapi juga menjalankan tugas penyediaan data dan telaahan yang menjadi akan menjadi bahan bagi anggota dalam pengambilan keputusan. Tugas ini tentu harus ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan pegawai

dengan jabatan fungsional. Hal ini juga telah menjadi bagian dari Renstra DPR 2010 2014. C. Mengawal Renstra Dalam ilmu manajemen, kematangan perencanaan telah menyubang 50% keberhasilan program. Renstra yang telah disusun secara komprehensif, fokus, dan terukur, merupakan langkah awal yang kokoh bagi pelaksanaan dan pencapaian visi DPR. Namun ada kalanya Renstra hanya menjadi dokumen semata yang tidak digunakan dalam penyusunan program dan kegiatan maupun dalam proses evaluasi keberhasilan. Implementasi Renstra utamanya bergantung kepada komitmen organisasi, dalam hal ini tentu saja adalah segenap pimpinan dan anggota DPR, serta pimpinan dan pegawai Sekretariat Jenderal DPR. Komitmen ini seharusnya tidak perlu diragukan lagi jika Renstra disusun secara ideal, yaitu melibatkan semua unsur pimpinan, anggota, dan pegawai. Namun proses yang demikian tentu sangat sulit dan tidak efisien sehingga Renstra pada akhirnya banyak yang disusun tim yang dibentuk khusus untuk itu. Sebagai konsekuensinya, diperlukan proses sosialisasi seperti yang dilakukan saat ini. Sosialisasi pasti sudah dilakukan kepada anggota DPR dan jajaran Sekretariat Jenderal DPR, karena merekalah yang akan mengjalankan Renstra. Namun, seperti acara ini, sosialisasi juga perlu dilakukan kepada stake holder. Dalam banyak hal, Renstra DPR terkait dengan lembaga atau organisasi lain. Terkait upaya peningkatan kualitas anggota DPR misalnya, Renstra ini sangat perlu diketahui dan diperhatikan oleh pimpinan partai politik. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan 3 fungsi yang dimiliki DPR, Renstra ini tentu juga harus diperhatikan oleh pemerintah.