Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern

dokumen-dokumen yang mirip
A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

Observasi Klinik Jamu Sebagai Dasar Ilmiah Terapi Kedokteran Modern

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar

BAB I PENDAHULUAN. bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

Obat tradisional 11/1/2011

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : HK T e n t a n g

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan. dan hanya sekitar 180 spesies yang telah dimanfaatkan dalam ramuan obat

Biodiversitas adalah berbagai variasi yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya Sekitar 59% daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JAVANESE HERBAL CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

Bab 1 Pendahuluan. Dunia medis sekarang berkembang dengan pesat. Pengobatan medis yang dulunya

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UJI KLINIK OBAT HERBAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PERGURUAN TINGGI PERSEPI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP OBAT HERBAL. Ketua/Anggota Tim

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN TANAMAN TOGA DENGAN METODE ELECTRE (ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE)

Kontroversi Pemakaian Obat Alami Untuk Diabetes

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tradisional dan obat tradisional sebagai bagian yang tidak dapat diabaikan dalam

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

2 obat tradisional asli Indonesia. Berdasarkan riset tersebut 95,60% (sembilan puluh lima koma enam puluh persen) merasakan manfaat jamu. Dari berbaga

Penggunaan Obat Herbal Berbasis Bukti (Evidence-Based Herbal Medicine)

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DALAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN DAYA SAING

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAHAN OBAT ALAM SUMBER PENDAPATAN PEMBANGUNAN. Nurkhasanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS JAMU

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Disampaikan oleh: Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Rakernas GP Jamu 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia yang kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

BAB 1: ILMU KEFARMASIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia mempunyai banyak potensi alam yang dapat dikembangkan untuk

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASAL 6 PERMENKES No.1109/MENKES/PER/IX/2007

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENDAHULUAN Misi Fakultas Farmasi, MASTER PLAN Perumusan Visi dan Misi Visi Jangka Panjang Fakultas Farmasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman. di dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 3A. OBAT TRADISIONAL. (Seri: Ketrampilan Komunikasi)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengobatan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal,

Transkripsi:

Peran Pendidikan Kedokteran sebagai Pendukung Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern Prof. Dr. dr. A. Guntur Hermawan, SpPD-KPTI, FINASIM Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi Surakarta Sejarah Perkembangan Herbal Obat herbal merupakan obat yang paling tua dan telah lama dikenal sebagai pengobatan yang digunakan oleh semua penduduk dan berbagai budaya hampir di seluruh dunia. Penggunaan obat herbal telah digunakan sebagai pengobatan sejak adanya kehidupan umat manusia. Para ahli arkeologi sudah menemukann bukti penggunaan herbal oleh kaum di Iraq sekitar enampuluh ribu tahun yang lalu. Semua umat manusia di masa lampau, orang Mesir, Yunani, Cina, India, dan Roma menggunakann herbal sebagai suatu bagian integral dari berbagai sistem pengobatan mereka. Sebagai pendahulu herbalis terkenal, yang menekankan akan pentingnya alam dalam penyembuhan, adalah Hippocrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Dua figur lainnyaa yang terkenal sebagai herbalis kedokteran dari Inggris adalah Culpeper dan Gerard. Kedua herbalis tersebut memproduksi herbal pada abad ke-17. Obat herbal banyak dikaitan dengan pengetahuan dan penggunaannya oleh kaum ortodoks, walaupun tetap tumbuh dengann subur sebagai kedokteran tradisional pada dua abad berikutnya. Pada abad pertengahan, para herbalis nampak tersingkirkan, yang kemudian diklaim sebagai profesi kaum ortodoks. Kejadian ini terjadi sepanjang pemerintahan Henry VIII, sampai pada tahun 1542 saat parlemen akhirnya membiarkan tindakan kaum herbalis untuk praktek tanpa ada campur tangan dari undang-undang medis. Herbalis mulai diakui undang-undang sejak 1948 ketika parlemen memperbolehkan secara hukum, setelah ada revisi hukum. Hal ini tidaklah berlangsung sampai akhir abad ke-19 di mana pengobatan kaum ortodoks mendominasi format perawatan di barat. Sesungguhnya, hal ini hanya terjadi di akhir tahun 75-an di mana obat yang mayoritas digunakan oleh para dokter kaum ortodoks merupakan bahan kimia sintetis, walaupun sebenarnya pada awalnya merupakan hasil ekstraksi dan disiapkan dari herbal. Sampai sekarang ini, herbalis merupakan satu-satunya praktisi pengobatan tradisional yang dikenal dan diakui di wilayah hukum Inggris. Pada tahun 1968, herbalis, termasuk unik di antara praktisi yang tak lazim, telah diberi perlindungan yang sah dibawah undang-undang kesehatan pada tahun itu, di mana perundang-undangan tersebut masih dalam bentuk yang memerlukan suatu peninjauan kembali, yang masih berlaku sampai sekarang. Pada bulan November 1994, obat herbal mendapatkan ancaman yang serius sampai ditekan oleh undang-undang, tetapi kampanye yang besar-besaran secara nasional akhirnya menyelamatkan warisan tersebut. 22

Pada pertengahan abad ke-19, asosiasi nasional herbalis medis telah dibentuk, suatu asosiasi kemudian melahirkan herbalis medis terkemuka masa kini, yang menjadi salah satu konsultan herbalis dan homeopat internasional ( membentuk dewan umum dan daftar konsultan herbalis) yang terkemuka di Inggris, dengan anggota dan para siswa berasal dari seluruh dunia. Dunia kesehatan Indonesia bisa dianggap sangat terpukau dan terpaku pada pengobatan medis/konvensional barat. Akibatnya, khazanah pengobatan tradisional yang beribu tahun mengakar pada bangsa ini terabaikan. Di sisi lain, pengobatan dunia barat saat ini diliputi semangat back to nature. Bagaimana halnya dengan Indonesia? Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa memiliki keanekaragaman obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat. Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30,000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat. Keanekaragaman hayati Indonesia ini diperkirakan terkaya kedua di dunia setelah Brazil. Hal ini menjadi suatu sejarah herbal yang panjang dan berkelanjutan, yang bersama-sama dengan penelitian ilmiah yang modern digunakan sebagai obat-obatan, dan menjadi dasar perkembangan herbal masa kini. Keselamatan, Kemanjuran, dan Kelayakan Pendapat tentang keselamatan, kemanjuran, dan kelayakan dari obat herbal sangatlah beragam di antara para medis dan paraa profesional kesehatan di negara-negara di mana pengunaan herbal telah mengalami perbaikan. Beberapa profesional menerima sejarah dan pengalaman empiris sebagai satu-satunya ukuran untuk kemanjuran obat herbal, sedangkan kelompok yang lain berpendapat bahwa semua herbal yang sudah mengalami perbaikan merupakan sesuatu yang berbahaya atau diragukan. Makalah Utama MU.6 Masalah lebih lanjut diperumit oleh adanya fakta bahwa banyak pasien memperoleh obat yang tersedia di pasaran dunia, di manaa obat herbal yang mengandung unsur non-herbal sering dijual. Penambahan unsur non-herbacontohnya merkuri ( Kang-yum dan Oransky, 1992), unsur beracun ( bubuk kalajengking), tersebut sering berupa logam berbahaya, atau obat yang diresepkan ( Catlin et al.., 1993). Pada umumnya obat tersebut diberi label obat herbal Cina, dan kebanyakan diproduksi di Thailand, Taiwan, atau Hongkong, dan selanjutnya diekspor ke Amerika Serikat dan akhirnya obat herbal tersebut dijual di toko pengecer. Departemen Pelayanan Kesehatan California dibantu oleh asosiasi herbal barupaten Asia yang populer yang terbukti mengandung baru ini mengumumkan daftar 20 obat ramuan beracun. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XV Solo, 9-10 November 2011 23

Berdasarkan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, makaa yang dimaksud dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia. Selanjutnya disebutkan dalam keputusan Kepala Badan POM tersebut, bahwa berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiatnya, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan secara berjenjang menjadi (1) Jamu; (2) Obat Herbal Terstandar; dan (3) Fitofarmaka. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan syarat yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, serta memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya, yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata secara tradisional digunakan untuk..., atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran. Untuk kelompok Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik dan telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Jamu dapat dikembangkan menjadi Obat Herbal Terstandar dengan memenuhi persyaratan sebagaimana a kriteria yang berlaku untuk Obat Herbal Terstandar. Selain jamu yang telah digunakann secara empiris dan turun temurun, obat bahan alam hasil penelitian ilmiah juga dapat dikembangkan menjadi Obat Herbal Terstandar dengan memenuhi persyaratan sebagaimana kriteria yang berlaku untuk Obat Herbal Terstandar. Untuk kelompok Fitofarmaka, klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik dan jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi. Dasar pemikirannya adalah bahwa obat tradisional baik dalam bentuk simplisia tunggal maupun ramuan, sebagian besar penggunaan dan kegunaannya masih berdasarkan pengalaman. Data yang meliputi kegunaan, dosis dan efek samping jamu sebagian besar belum didasarkan pada landasan ilmiah, karena penggunaan obat tradisional baru didasarkan kepada kepercayaan terhadap informasi berdasarkan pengalaman. Salah satu persyaratan agar obat tradisionalal dapat digunakan pada upaya pelayanan kesehatan adalah tingkat keamanan dan kemanfaatannya telah dapat dibuktikan secara ilmiah serta bersifat terulangkan (reproducible), baik dalam bentuk sediaan maupun keamanan dan manfaat penggunaannya. Beberapa tahapan perlu dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfatan obat tradisional. Setelah dilakukan observasi dan penilaian pemakaian obat tradisional di masyarakat dan ternyata obat tradisional tersebut berkhasiat secara empirik dan tidak memperlihatkan efek samping, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 24

Langkah I Langkah II Langkah III Fase IV Uji praklinik yang menentukan keamanan melalui uji toksisitas dan menentukan khasiat melalui uji farmakodinamik Standardisasi secara sederhana Teknologi farmasi yang menentukan identitas secara seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandardisasi Uji klinik pada orang sakit dan atau orang sehat Setelah langkah ke IV ini, dan terbukti manfaat dan keamanannya, maka obat tradisional dapat dipakai di dalam pelayanan kesehatan sebagai fitofarmaka. Peran Pendidikan Kedokteran Peran fakultas/universitas dalam mendukung perkembangan jamu di Indonesia sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah: Pendidikan Meningkatkan pengetahuan dengan memasukkan kurikulum dalam kuliah masalah yang berhubungan dengan jamu-jamuan terutama herbal. Dapat dilakukan secara inter-departemental, misalnya farmakologi, ilmu penyakit dalam, dan ilmu penyakit anak, serta bagian lainnya yang terkait. Dilakukan pendidikan lintas sektoral/antar fakultas misalnya fakultas pertanian yang memiliki dasar makanan, obat-obatan, tanaman (her bal) yang berada di Indonesia, fakultas MIPA dan fakultas kedokteran. Pada Rumah Sakit Pendidikan seyogyanya dibuka pelayanan dan pengobatan komplementer dan alternatif yang sudah dimulai beberapa Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia. Penelitian Meningkatkan penelitian manfaat jamu (herbal) bagi kesehatan serta keamanan dan efikasinya setelah tahap III dan IV dengan metode Translational Research (penelitian translasi), bench to bedside. Meningkatkan fungsi biomedik sebagai pusat penelitian biofarmaka mulai dari pembuatan dan fungsi hingga spesifikasi obat-obatan. Peningkatan penelitiann untuk penetuan dosis, cara pemakaian, cara pengemasan, dan cara pemasarannya. Pengabdian Masyarakat Meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan tentang tanaman obat dan obat-obat herbal. Menstimulasi masyarakat untuk membudidayakan tanaman obat (herbal). Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan dan memakai herbal sebagai pengobatan. Makalah Utama MU.6 Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XV Solo, 9-10 November 2011 25

Dalam rangka upaya integrasi pelayanann kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer di rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer, Direktorat Jenderal Bina Gizi & KIA dan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer menyelenggarakan Pertemuan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Alternatif dan Komplementer di Rumah Sakit wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penutup Sebagai penutup kami sampaikan bahwa Allah alami untuk manusia. sebenarnya telah menyediakan obat-obatan QS. Al-An'aam: 95 Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir umbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? QS. An-Nahl: 069 Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah -buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. Kepustakaan Ritiasa K, 2005. Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia menjadi Fitofarmaka. Dexa Media No. 3, Vol. 18, Juli-September, hal: 114-117 ------------, 2005. History of Herbal Medicine. www.irch.org/history_of_herbal_medicine.htm Depkes RI, 1995. Kualifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional BPOM, 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.2411. Depkes RI, 2000. Pedomam Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional Guntur HA, 2005. Prospek Herbal untuk Kesehatan. Simposium Nasional Prospek Herbal dan Makanan Fungsional untuk Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pertemuan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Alternatif dan Komplementer di Rumah Sakit, TU.08.01/B.IV.3/0980/2011 26