GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

dokumen-dokumen yang mirip
Akuntabilitas, Transparansi & Pengawasan. Teguh Kurniawan, MSc

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia *

The 1 st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia Depok, 7 9 November 2007

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI NEGARA. Paper

PERGESERAN PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK: DARI PERILAKU MODEL KLASIK DAN NPM KE GOOD GOVERNANCE. oleh: Teguh Kurniawan *

Good Governance. Etika Bisnis

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

AKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK. Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP GOVERNANCE ASAL MUASAL

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Manajemen Strategis. Novia Kencana, S.IP., MPA

Departemen Ilmu Adminstrasi FISIP Universitas Indonesia. di Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII

Peran, Kegiatan, Tujuan dan Perbedaan Ilmu Administrasi Publik (Negara) dengan Administrasi Bisnis (Niaga)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mendorong masing-masing

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

1. Mengelola penyampaian bantuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin

LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

I. PENDAHULUAN. desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

Mata Kuliah Kewarganegaraan GOOD GOVERNANCE

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

Dr. Mardiyono: Kualitas Otonomi Daerah dari Perspektif Autopoiesis

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

MATERI KETIGA MENUJU COMMUNITY BASSED DEVELOPMENT YANG DAPAT DIREALISASIKAN.

Topik : Budaya dan Identitas Kemelayuan Sub Topik: Bahasa, Kearifan Lokal, Lingkungan dan Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

Transkripsi:

GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam pengelolaan masalah-masalah publik mulai menyebabkan menurunnya penyampaian pelayanan publik kepada masyarakat khususnya menyangkut barang-barang yang bersifat publik (public( goods). Barang-barang publik tersebut ternyata tidak dapat disediakan secara memadai melalui penerapan yang ketat dari kekuatan pasar Melalui penerapan yang berlebihan terhadap perilaku manajemen sektor privat telah menyebabkan sektor publik kehilangan orientasinya terhadap tanggungjawab yang diembannya untuk kepentingan umum publik Karenanya, dalam konteks inilah konsep governance yang memiliki fokus perhatian terhadap partisipasi, kepentingan masyarakat, kesetaraan, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan masalah-masalah publik mulai mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Melalui penerapan konsep governance diharapkan dapat mengembalikan perhatian dari Administrasi Publik terhadap kepentingan umum publik, khususnya dengan melibatkan partisipasi dari publik dalam proses pemenuhan kepentingan publik. Economic and Social Council UN, 2004

Konsep Governance Pengembangan dari gaya memerintah dimana batas- batas antara dan diantara sektor publik dan sektor privat menjadi kabur (Stoker,( 1998 dalam Ewalt, 2001) Sejalan dengan kebutuhan dari negara modern untuk lebih melibatkan mekanisme politik dan pengakuan akan pentingnya isu-isu menyangkut empati dan perasaan dari publik untuk terlibat sehingga memberikan kesempatan bagi adanya mobilisasi baik secara sosial maupun politik (Stoker, 2004) Partisipasi melalui pembangunan jejaring antara pemerintah dan masyarakat menjadi aspek yang sangat penting bagi keberlanjutan sebuah legitimasi kebijakan (Stoker, 2004)

Tantangan yang memunculkan Konsep Governance (Loffler( and Bovaird,, 2001) Di era globalisasi dan lokalisasi, pemerintah diharapkan untuk bersikap b pro aktif terhadap peluang-peluang positif dari ekonomi sebagaimana halnya bersifat defensif terhadap tekanan dari ekonomi yang negatif Perubahan demografi di banyak negara telah memberikan pengaruh yang y besar terhadap pemerintah baik sebagai penyedia pelayanan maupun sebagai pemberi kerja. Pertumbuhan masyarakat menyebabkan tingginya nya tuntutan akan pelayanan publik dan kesempatan kerja. Pada saat yang y sama, pemerintah harus bersaing dengan sektor privat untuk mendapatkan tenaga kerja yang terlatih. Padahal, gaji yang ada di pemerintahan an tidak se- atraktif di sektor privat. Karenanya sektor publik dituntut untuk k dapat memberikan insentif non-finansial agar mampu menarik orang yang berkualitas tinggi untuk bekerja di sektor pemerintahan. Sektor publik harus berhadapan dengan seperangkat harapan baru dari d masyarakat, dimana masyarakat sekarang lebih berpendidikan dan memiliki m banyak informasi dibandingkan masyarakat terdahulu. Masyarakat pada p satu sisi mengharapkan kualitas pelayanan yang lebih baik, sementara di sisi lainnya masyarakat membutuhkan kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan publik Harapan dari pegawai juga berubah sebagai akibat dari implementasi NPM Ketersediaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi modern menawarkan pendekatan baru dalam pengelolaan informasi, proses konsultasi, dan penyampaian pelayanan menjadi lebih inetarktif antara a pemerintah dengan masyarakat dan sebaliknya

Government Governance vs Government Peserta sangat terbatas jumlahnya Umumnya adalah lembaga-lembaga pemerintah Sedikit/jarangnya konsultasi Tidak ada kerjasama dalam pembuatan/pelaksanaan kebijakan Issue kebijakan menjadi luas Batas-batas yang tertutup Batas berdasarkan kewilayahan (teritori) Keanggotaan yang tidak sukarela Kewenangan yang hirarkhis, kepemimpinan yang terkunci Interaksi yang saling berlawanan / hubungan yang cenderung konflik Kontak-kontak informal Kerahasiaan Otonomi yang besar dari Negara terhadap masyarakat (organisasi yang dikendalikan/steered organising) / dominasi Negara Tidak ada akomodasi terhadap kepentingan masyarakat oleh Negara Tidak adanya keseimbangan/simbiosis antar aktor Dimensi Aktor Fungsi Struktur Konvensi dari Interaksi Distribusi dari Kekuasaan Governance Jumlah peserta yang besar Terdiri atas aktor publik dan privat Lebih banyak konsultasi Adanya kemungkinan kerjasama dalam pembuatan/pelaksanaan kebijakan Issue kebijakan menjadi sempit Batas-batas yang sangat terbuka Batas berdasarkan fungsi (fungsional) Keanggotaan secara sukarela Konsultansi horisontal, intermobilitas Konsensus atas nilai-nilai teknokratik / hubungan kerjasama Kontak-kontak yang sangat informal Keterbukaan Otonomi yang rendah dari negara terhadap masyarakat (organisasi mandiri/selforganising) / dominasi negara yang tersebar Kepentingan masyarakat diakomodir oleh Negara Adanya keseimbangan atau simbiosis antar aktor Tabel diatas dibuat mengacu kepada elemen analisis dari van Waarden dan menunjukan kategori dimana 'statism' (government) memiliki karakteristik yang berbeda dengan 'issue networks' (governance). Sumber: Schwab and Kubler, 2001

Proposisi tentang Governance Governance merujuk kepada institusi dan aktor yang tidak hanya pemerintah Governance mengidentifikasikan kaburnya batas-batas dan tanggungjawab dalam mengatasi isu sosial dan ekonomi Governance mengidentifikasikan adanya ketergantungan dalam hubungan antara institusi yang terlibat dalam aksi kolektif Governance adalah mengenai self-governing yang otonom dari aktor-aktor Governance menyadari untuk memperbaiki sesuatu tidak perlu bergantung kepada kekuasaan pemerintah melalui perintah dan kewenangannya Stoker, 1998 dalam Ewalt, 2001

Model Kompetisi Paradigma Governance Administrasi Publik Tradisional New Public Management Citizen-centered governance Konteks Stabil Kompetisi Perubahan yang terus menerus Populasi Homogen Atomized (terfragmentasi) Berbeda-beda Kebutuhan/masalah Secara langsung, ditentukan oleh profesional Keinginan diekspresikan melalui pasar Kompleks, berubah-ubah dan cenderung beresiko Strategi Memfokuskan pada negara dan produsen Memfokuskan pada pasar dan konsumen Ditentukan oleh masyarakat sipil Governance melalui... Hirarkhi Pasar Jejaring dan kemitraan Aktor Aparat pemerintah Pembeli dan penyedia; klien dan kontraktor Kepemimpinan masyarakat Sumber: Benington dan Hartley sebagaimana dikutip dalam Meehan (2003)

Interaksi antar Aktor dalam Governance

Good Governance Sebuah cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional dari pemerintah Bagaimana memperkuat aturan hukum dan prediktibilitas serta imparsialitas dari penegakannya Mencabut akar dari korupsi dan aktivitas-aktivitas rent seeking,, yang dapat dilakukan melalui transparansi dan aliran informasi serta menjamin bahwa informasi mengenai kebijakan dan kinerja dari institusi pemerintah dikumpulkan dan diberikan kepada masyarakat secara memadai sehingga masyarakat dapat memonitor dan mengawasi manajemen dari dana yang berasal dari masyarakat Bappenas, 2002

Good Governance Good governance mengusung sejumlah isu seperti: keterlibatan stakeholder; transparansi; agenda kesetaraan (gender, etnik, usia, agama, dan lainnya); etika dan perilaku jujur; akuntabilitas; serta keberlanjutan (Loffler and Bovaird,, 2001)

Ciri / Prinsip Good Governance Akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawabannya; Transparan, artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan; Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan kan harus mampu melayani semua stakeholder; Setara dan inklusif, artinya seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan an sebuah kebijakan; Efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan d menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dengan cara yang terbaik; Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan ditegakan; Partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka ruang bagi keterlibatan banyak aktor; Berorientasi pada konsensus (kesepakatan), artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat. Bappenas, 2002

Otonomi Daerah dan Good Governance Desentralisasi akan menjadi struktur direktif (pengarah) dalam penciptaan local good governance yaitu Pemerintahan Daerah yang berbasis pada transparansi, akuntabilitas, participatory democracy dan rule of law Implementasi elemen-elemen dari good governance tersebut dapat dilakukan dengan efektif jika unit-unit Desentralisasi menjadi motor dan katalisator pembangunan dan perubahan di Daerah Desentralisasi politik dan dukungan Administrasi Publik lokal menjadi salah satu instrumen penting dalam pengimplementasian good governance Prasojo, 2003

Otonomi Daerah dan Good Governance Kondisi ini hanya dapat terjadi apabila desentralisasi politik dapat dipahami sebagai instrumen demokrasi lokal dan partisipasi masyarakat dan tidak hanya sekedar sebagai instrumen maksimalisasi efisiensi pelayanan publik upaya mewujudkan good governance tidak bisa dilepaskan dari usaha mereformasi birokrasi Prasojo, 2003

Masalah yang mungkin dihadapi Ketidakmampuan Daerah secara personal dan finansial dapat menjadi hambatan keberhasilan proses tersebut Hal ini dapat terjadi jika proses transformasi dari sistem yang sentralistis-hirarkhis menjadi desentralistis-partisipatif tidak memiliki kejelasan peraturan pelaksanaan di lapangan Dalam hal ini, hukum harus menjadi dasar proses reformasi birokrasi untuk menuju good governance Prasojo, 2003

Hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan Good Governance Kondisi utama yang harus dimunculkan untuk mendukung reformasi governance adalah merupakan kombinasi dari faktor institusi dan karakteristik dari desain kebijakan (Goetz, 2004) penentuan batas waktu reformasi yang dibuat oleh institusi formal yang memiliki legitimasi dan berkelanjutan; penyerahan tanggungjawab untuk melaksanakan sebagian reformasi kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah; perubahan komposisi elit pemerintah untuk meminimalisir pengaruh pemegang kekuasaan lama; adanya pentahapan terhadap agenda reformasi yang akan dilakukan; keberagaman dan kemampuan yang mendalam dari masyarakat sipil; serta kapasitas teknis yang memadai dari institusi

Hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan Good Governance Perlu dilakukan sejumlah upaya dalam mereformasi birokrasi yang ada di daerah (Prasojo,, 2003) debirokratisasi struktur internal birokrasi; modernisasi proses birokrasi; serta peningkatan kapasitas aparat birokrasi

Hal lain yang dapat dilakukan Pemetaan terhadap kondisi dari birokrasi kita, sehingga melalui upaya pemetaan ini diharapkan dapat membantu dalam mendesain strategi reformasi birokrasi yang lebih tepat dan memadai Penguatan terhadap kapasitas dari masyarakat untuk dapat berpartisipasi juga perlu dilakukan mengingat esensi utama dari good governance terletak pada keterlibatan aktif masyarakat Pendekatan CLEAR

Faktor yang Mempromosikan Partisipasi: : CLEAR Faktor yang mempengaruhi partisipasi Can do (dapat melakukan) Like to (ingin melakukan) Enabled to (mampu melakukan) Asked to (diminta untuk melakukan) Responded to (tanggap untuk) Cara bekerjanya Sumberdaya individual yang dimiliki masyarakat untuk memobilisasi dan mengorganisasikan (berbicara, menulis, dan kemampuan teknis lainnya, serta kepercayaan diri untuk menggunakan kemampuan tersebut) akan membuat kapasitas yang berbeda dalam melakukan partisipasi Agar berkomitmen untuk berpartisipasi membutuhkan kesadaran untuk terlibat dalam entitas publik yang menjadi fokus keinginannya Infrastruktur kemasyarakatan dari kelompokkelompok dan organisasi payung dapat membuat perbedaan dalam berpartisipasi dikaitkan dengan struktur kesempatan yang dibuat agar masyarakat dapat berpartisipasi Memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dengan menanyakan input kepada mereka dapat membuat perbedaan besar dalam partisipasi Ketika masyarakat yang ditanya menyatakan akan terlibat jika mereka didengar, tidak sepenuhnya setuju, tetapi mampu melihat tanggapan Target kebijakan yang diinginkan Peningkatan Kapasitas: ukuran dukungan khusus atau pengembangan target Kesadaran komunitas; pelibatan masyarakat, modal sosial, dan citizenship Membangun infrastruktur kemasyarakatan sehingga kelompok-kelompok dan organisasi di sekitarnya dapat memfasilitasi partisipasi Skema bagi partisipasi publik yang beragam, menarik, dan refleksif Sistem pembuatan kebijakan yang dapat menunjukkan kapasitas untuk menanggapi Sumber: Stoker (2004)