Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

Universitas Mercu Buana. Ariani Wardhani. Pembuka. Faktor Kondisi. Presentasi. Video Presentasi. Daftar Pustaka. Akhiri Presentasi. Langkah Presentasi

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

DIKSI (PILIHAN KATA) Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Annijat Maimunah, M. Pd.

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010.

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

1.makna denotasi ; makna tersurat (cth-tangan,muka,hidung ;semuanya anggota badan) 2.makna konotasi ; makna tersirat (cth; bunga kemboja; kematian)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DALAM MAJALAH PATRIOTIK LPM UNIVERSITAS BATANGHARI EDISI XVI JULI-SEPTEMBER TAHUN 2016

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

Diksi : Pilihan kata Kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, baik dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

JENIS KALIMAT DAN VARIASI DIKSI DALAM KARTU UCAPAN ULANG TAHUN

BAB II DIKSI DALAM DAKWAH BIL LISAN

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa itu, biasanya akan dijawab, bahasa adalah alat komunikasi. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB V PENUTUP. Bab terakhir dalam tesis ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

BENTUK KATA DAN MAKNA

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB II RELASI MAKNA DALAM BAHASA DAYAK DIALEK JANGKANG JUNGUR TANJUNG. penting dalam kehidupan manusia, bahasa tidak hanya dipergunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

BAB V PENUTUP. Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan simpulan sebagai berikut:

KALIMAT EFEKTIF. Modul ke: Fakultas Ekonomi. Drs. Sri Satata, MM. Program Studi Akutansi & Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

VARIABEL DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

ANALISIS ANTONIMI DALAM TEKS TERJEMAHAN ALQURAN ALJUMANATUL ALI (SURAT FAATHIR)

Transkripsi:

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (bisa fonologis dan morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. Distribusi bebas tersebut dapat dilihat pada kalimat: Saya memukul anjing itu; anjing itu kupukul; kupukul anjing itu. Hal yang utama dari rangkain kata-kata tersebut adalah pengertian yang tersirat dibalik kata yang digunakan. Sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam penyampaian dan pemahaman. Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide, dengan kata lain kata-kata adalah penyalur gagasan yang akan disampaikan oleh pikiran kita. Kata-kata ibarat pakaian dari pikiran yang mempunyai jiwa. Sehingga semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. b) Pilihan Kata. Diksi/pilihan kata dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencangkup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Pilihan kata/diksi mencangkup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaiakan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuasa makna dari gagasan yang ingin disampaiakan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Contoh: kata meneliti bersinonim dengan kata menyelidiki, mengamati,menyidik dan kata turunannya adalah penelitian, penyelidikan,pengamatan, dan penyidikan.

c) Makna Kata.. Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk/ekspresi adan isi makna. Bentuk dan ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindria, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Misalnya: ketika ada orang yang berteriak Maling!, akan timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain. Jadi bentuk /ekspresinya adalah reaksi yang timbul pada orang yang sedang mendengar. Reaksi yang timbul dapat berwujud pengertian atau tindakan bahkan bisa keduanya. Dalam berkomunikasi terdapat unsur penting dalam mendukung rangkaian kata yaitu: 1. Pengertian, merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. 2. Perasaan, lebih mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis. 3. Nada, mencangkup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya. 4. Tujuan, yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. d) Macam-macam Makna. Secara umum makna dibedakan atas makna konotatif dan denotatif,penjabarannya sebagai berikut: a) Makna Denotatif. Makna denotatif dapat pula disebut sebagai makna denotasional, kognitif, konseptual, ideasional, referensial, dan proposisional.dinamakan makna denotasional, referensial,konseptual, atau ideasional karena makna itu menunjuk (denote) pada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar)menyangkut hal-hal yang dapat diserap panca indria atau kesadaran dan rasio manusia. Disebut sebagai makna proposisional karena bersifat faktual atau paling dasar pada sebuah kata. Contoh: Rumah itu luasnya 250 meter persegi. Makna denotatif dapat dibedakan atas dua amacam relasi, yaitu : (1) relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan (2) relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Jadi, pengertian kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.

b) Makna Konotatif. Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi diatas isinya yang murni dan konseptual. Misalnya: Woman, secara konseptual dapat terdefinisikan melalui tiga sifat: manusia, perempuan dan dewasa (+HUMAN, -MALE, +ADULT). Akan tetapi makna kata Woman jika diperluas maknanya maka dapat diasumsikan bahwa woman mempunyai sifat tambahan yang tidak masuk kedalam kriteria dari makna konseptual tetapi dapat menjadi acuan dalam mendeskripsikan lebih luas lagi. Misalnya menggunakan parameter sifat fisik (berkaki dua, memiliki rahim), berdasarkan sifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan), diperluas dengan sifat tipikal yang belum tentu mutlak (pandai bicara, pandai memasak, memakai rok atau gaun), dapat diasumsikan juga dengan sifat putatif, yang acuannya disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat (lemah, gampang menangis, penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan, lembut, mudah menaruh simpati, suka kerja keras), sehingga makna konotatif bersumber dari pandangan individu, masyarakat, yang biasanya melekat pada suatu hal pada dunia nyata. Akan tetapi makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik dan mutlak. Contoh lain yang bisa diamati adalah Baby, dapat dikonotasikan secara visual dengan mengilustrasikan foto bayi, rengekan/tangisan, tanpa menggunakan konteks kata. c) Konteks Linguistis dan Nonlinguistis. Istilah referensi menyatakan relasi antara bahasa denga sesuatu yang bukan bahasa yang dimasukkan dalam bidang semantik. Sedangkan relasi antar unsur-unsur bahasa sendiri yang dikaitkan dengan dengan pengalaman seseorang biasanya disebut sebagai pengertian (sense). Sehingga terdapat dua macam relasi yaitu: relasi antara bahasa dengan dunia pengalaman (referensi/makna) dan relasi antar unsur-unsur bahasa (pengertian/sense) d) Konteks Nonlinguistis. Konteks linguistis mencangkup dua hal yaitu: (1) hubungan antara kata dengan barang/hal dan (2) hubungan antara bahasa dan masyarakat (konteks sosial). Menurut Firth (linguis Inggris), konteks sosial mencangkup: Ciri-ciri relevan dari partisipan: orang-orang atau pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Ciri-ciri tersebut dapat berwujud: aksi verbal partisipan dan aksi non verbal partisipan. Objek-objek yang relevan: pokok pembicaraan juga akan mempengaruhi bahasa para partisipan. Efek dari aksi verbal: efek yang diharapkan oleh partisipan juga akan mempengaruhi pilihan kata. e) Konteks Linguistis. Konteks linguistis adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistis mencangkup konteks hubungan antara kata dengan kalata dalam frasa atau kalimat, hubungan antar frasa dalam sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana. Dalam berbicara konteks maka diperlukan kolokasi. Kolokasi (collocation) adalah lingkungan leksikal dimana sebuah kata dapat muncul. Contoh: gelap berkolokasi dengan malam.

f) Struktur Leksikal. Yang dimaksud struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antarkata tersebut dapat berupa: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi. Kelima relasi makna tersebut dapat dikelompokkan atas: 1) relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi; (a) sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian denga satu makna. (b) polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna. 2) relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi; 1) hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain. 2) antonimi: posisi sebuah makna diluar sebuah makna yang lain. relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu pada dua referen yang berlainan. Sinonimi (syn = sama, onoma = nama). Adalah (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama; (2) keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama. Kesinoniman kata dapat diukur dari: (1) kedua kata harus saling bertukar dalam semua konteks (sinonim total), (2) kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama (sinonim komplit), sehingga pada kriteria tersebut terdapat empat macam (1) sinonim total dan komplet, yang jarang ada, dan dijadikan landasan untuk menolak adanya sinonim (2) sinonim yang tidak total tapi komplet (3) sinonim yang total tetapi tidak komplet (4) sinonim yang tidak total dan tidak komplit. Sinonim terjadi karena adanya proses serapan (borrowing) contoh: prestasi, produksi dll. Faktor lain yang menyebabkan kesinoniman adalah emotif (nila rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim itu tetap sama, hanya nilai evaluatif dan emotifnya yang berbeda. Contoh: ekonomis-hemat-irit, dara-gadis-perawan, dsb. Polisemi dan Homonimi. Polisemi (poly = banyak, sema = tanda) merupakan satu bentuk yang mempunyai beberapa makna. Sedangkan homonimi merupakan dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama. Hiponimi. Hiponimi: merupakan semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah atau di dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas disebut superordinat, sedangkan kelas bawah disebut hiponim. Contoh: bunga merupakan superordinat dan hiponimnya adalah mawar, melati, sedap malam,flamboyan, dll. Antonimi adalah makna satuan lingual yang berlawanan, disebut juga dengan istilah oposisi. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:

1. Oposisi kembar: oposisi yang mencangkup dua anggota (ciri utama: terjadinya penyangkalan yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lain, penegasan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain). Contoh: laki-laki-wanita, anak itu laki-laki=anak itu bukan wanita, anak itu bukan laki-laki=anak itu wanita. 2. Oposisi majemuk: oposisi yang mencangkup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Contoh: logam, species binatang, warna dsb.ciri utama: penegasan terhadap suatu anggota akan menyangkup penyangkalan atas tiap anggota lainnya secara terpisah, tetapi penyangkalan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenaikemungkinan dari semua anggota lain. Contoh: baju itu tidak hijau berarti baju itu bisa merah, putih dll. 3. Oposisi gradual: merupakan penyimpangan oposisi kembar yaitu antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh: antara besar dan kecil, tinggi dan pendek. Ciri utama:penyangkalan terhadap yang satu mencakup penegasan terhadap yang lain, walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup penyangkalan terhadap yang lain. Misalnya: rumah kami tidak besar, tidak mencakup pengertian rumah kami kecil. Walaupun rumah kami besar mencakup pengertian rumah kami tidak kecil. 4. Oposisi relasional (kebalikan): merupakn oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan. Contoh: orang tua-anak, suami-istri, utara-selatan,timur-barat, dll. Dalam kalimat: ali menjualseekor sapi pada tono- tono membeli seekor sapi dari ali. 5. Oposisi hirarkis: oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan oposisi majemuk, namun terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkat. Termasuk perangkat ukuran, penanggalan. Misalnya: inci-kaki-yard. 6. Oposisi inversi: oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa-semua, mungkinwajib, boleh-harus. Pengujian utama mengenai oposisi inversi mengikuti kaidah sinonim mencakup: (a) penggantian suatuistilah dengan yang lain, dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan. Misalnya: beberapa negara tidak memiliki pantai, sinonim dengan: tidak semua negara memiliki pantai.