BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PENGOMPOSAN K1UDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA II.

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

PENGARUH SUSUNAN BAHAN TERHADAP WAKTU PENGOMPOSAN SAMPAH PASAR PADA KOMPOSTER BERAERASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Analisis Kandungan Karbohidrat Kulit Talas Kimpul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT ORGANIK (SAMPAH SAYURAN DAN AMPAS TEBU)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya diaplikasikan pada tanaman jagung manis (Zea Mays Saccharata

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Aisyah Azka Hidayati, Winardi D.N, Syafrudin

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

Ardhi Ristiawan, Syafrudin, Ganjar Samudro Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Abstract

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TI JAUA PUSTAKA NH 2. Gambar 1. Reaksi kimia selama pengomposan

BAB VIII UJI KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK HALAMAN KANTOR GEOSTECH PUSPIPTEK SERPONG. Rosita Shochib, Ikbal, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1 : Pengomposan Limbah Perkebunan Kelapa. organik sehingga dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU

PEMANFAATAN SLUDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH AIR INDUSTRI PUPUK SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK KOMPOS

PEMANFAATAN LIMBAH PISANG UNTUK PEMBUATAN KOMPOS MENGGUNAKAN KOMPOSTER ROTARY DRUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB didapat beberapa nilai parameter, parameter yang diukur adalah ph, kadar air, rasio C/N, Fe, Al, Mn, Ni, Pb. Untuk mengetahui hasil penelitian laboratorium lihat tabel 4.1 No Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Tabel 4.1. Hasil Analisa Kandungan Lumpur Baku Mutu (SNI 19-7030-2004 minimal maksimal 1. Kadar Air % 52.23-50 2. ph - 3.84 6.80 7.49 3. C / N Ratio - 86.20 10 20 4. Besi (Fe) % 0.041421 * 2.00 5. Aluminium (Al) % 0.0000005 * 2.20 6. Mangan (Mn) % 0.001451 0.10 7. Nikel (Ni) mg/kg 11.48 * 62 8. Timbal (Pb) mg/kg 2.62 * 150 32

33 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai kadar air 52%, ph lumpur adalah 3.84, yaitu bersifat asam, sifat asam secara umum memiliki sifat sebagai berikut: Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit, terutama bila asamnya asam pekat. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan cairan elektrolit Nilai C/N rasio sebesar 86.20, nilai C/N rasio yang tinggi menunjukkan bahwa kandungan karbon dalam bahan kompos tinggi sehingga tersedia banyak energi namun mikroorganisme tidak dapat memperbanyak secara cepat. Dengan rasio C/N yang tinggi, waktu pengomposan menjadi lebih lama. Parameter lainnya yang terkandung dalm lumpur adalah logam-logam seperti Fe, Al, Mn, Ni, Pb. Kandungan Fe sebesar 0.041421%, Kandungan Al sebesar 0.0000005 %, kandungan Mn sebesar 0.001451 %, Kandungan Ni sebesar 11,48 mg/l, Kandungan Pb sebesar 2,62 mg/l. Parameter-Parameter tersebut masih memenuhi standar baku mutu kompos menurut SNI 19-7030-2004. Menurut PP No. 101 Tahun 2014 mengenai pengelolaan limbah B3, logam berat yang termasuk limbah B3 salah satunya adalah Pb. Kandungan Pb sebagai logam berat yang terkandung dalam lumpur tidak membahayakan karena masih berada di bawah baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun (baku mutu Pb: 3 mg/kg) lampiran 3

34 4.2 Hasil Pengamatan Fisik Mingguan Kompos Pengamatan fisik dilakukan untuk mengetahui perubahan fisik bahan baku kompos selama waktu pengomposan, pengamatan fisik dilakukan setiap seminggu sekali selama waktu pengomposan berlangsung, pengamatan meliputi warna, bau dan kondisi fisik bahan baku kompos tersebut. Kompos berkualitas naik ciri-cirinya adalah berwarna cokelat gelap hingga hitam berbau tanah.untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 4.2 NO TANGGAL GAMBAR KETERANGAN 1 6-11-2015 - Berwana Coklat kehitaman Minggu Ke-1 - Berbau Limbah 2 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat kehitaman - Berbau Limbah 3 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat kehitaman - Berbau Limbah 4 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat kehitaman - Berbau Limbah -

35 5 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat kehitaman - Berbau Limbah - 6 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat kehitaman - Berbau Limbah 7 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Berbau limbah Menyegat 8 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Berbau Limbah 9 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Berbau Limbah Menyengat

36 10 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Berbau Limbah 11 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Masih Berbau Limbah 12 6-11-2015 Minggu Ke-1 - Berwana Coklat Tua - Berbau Limbah 13 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Volume Sudah mulai menyusut - Mulai dipenuhi semut 14 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Mulai dipenuhi semut

37 15 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Mulai dipenuhi semut 16 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Mulai dipenuhi semut 17 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Mulai dipenuhi semut 18 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Bau Limbah sedikit berkurang - Mulai dipenuhi semut 19 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut

38 20 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut 21 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut 22 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut 23 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut 24 13-11-2015 Minggu Ke-2 - Masih Berbau Limbah - Mulai dipenuhi semut

39 25 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang 26 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang 27 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang 28 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang 29 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang

40 30 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Mulai berbau tanah - Belatung dan semut sudah mulai berkurang 31 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Masih sedikit berbau limbah - Jamur 32 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Masih Sedikit berbau limbah - Masih sedikit ada belatung dan semut 33 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Tidak Bau - Jamur 34 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Tidak Bau - Jamur

41 35 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Masih Sedikit Berbau limbah - Jamur 36 20-11-2015 Minggu Ke-3 - Masih Sedikit Berbau Limbah - Masih terdapat semut dan belatung 37 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah 38 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah 39 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah

42 40 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah 41 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah 42 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Sudah Berbau Tanah 43 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah 44 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah

43 45 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah 46 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah 47 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah 48 27-11-2015 Minggu Ke-4 - Mulai Berbau Tanah 49 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Berwarna Hitam - Berbau Tanah

44 50 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Berwarna Hitam - Berbau Tanah 51 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Berwarna Hitam - Berbau Tanah 52 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Sudah berbau tanah 53 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Sudah berbau tanah 54 4-12-2015 Minggu Ke-5 - Sudah berbau tanah Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Fisik Mingguan Kompos

45 4.3 Hasil Pengamatan Suhu Harian Komposter Kematangan kompos sebagai produk akhir dari pengomposan ditandai dengan suhu yang sudah dingin dan stabil atau sama dengan suhu lingkungan, serta struktur dan warna yang menyerupai tanah. Pada tahap pengomposan, data yang diambil selama proses berlangsung adalah suhu harian dari tumpukan bahan kompos. Pengukuran suhu dilakukan tiap hari dengan menggunakan termometer tusuk analog, yang ditancapkan ke dalam bahan baku kompos, Didapatkan data suhu harian lingkungan sekitar tempat pengomposan, suhu total tiap komposter merupakan hitungan rata-rata nilai dari ketiga titik pada suhu tiap komposter tabel dibagi menjadi 2, yaitu perbandingan waktu pengomposan 4 minggu dan waktu pengomposan 5 minggu. PENGAMATAN KOMPOSTER TERHADAP WAKTU (⁰C) HARI A1 A2 A3 C1 C2 C3 1 42⁰C 42⁰C 41⁰C 41⁰C 40⁰C 41⁰C 2 42⁰C 42⁰C 42⁰C 42⁰C 41⁰C 41⁰C 3 42⁰C 42⁰C 42⁰C 43⁰C 43⁰C 42⁰C 4 43⁰C 42⁰C 43⁰C 44⁰C 43⁰C 43⁰C 5 44⁰C 43⁰C 44⁰C 44⁰C 44⁰C 43⁰C 6 42⁰C 44⁰C 44⁰C 42⁰C 45⁰C 44⁰C 7 41⁰C 42⁰C 41⁰C 42⁰C 44⁰C 44⁰C 8 38⁰C 39⁰C 38⁰C 41⁰C 41⁰C 43⁰C 9 37⁰C 38⁰C 37⁰C 41⁰C 40⁰C 42⁰C 10 36⁰C 37⁰C 37⁰C 40⁰C 39⁰C 40⁰C 11 36⁰C 36⁰C 36⁰C 39⁰C 38⁰C 38⁰C 12 35⁰C 36⁰C 35⁰C 38⁰C 38⁰C 37⁰C 13 35⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 38⁰C 37⁰C 14 35⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 37⁰C 36⁰C 15 40⁰C 41⁰C 39⁰C 43⁰C 42⁰C 43⁰C 16 39⁰C 39⁰C 38⁰C 41⁰C 41⁰C 41⁰C 17 38⁰C 38⁰C 37⁰C 40⁰C 40⁰C 40⁰C 18 38⁰C 37⁰C 37⁰C 39⁰C 38⁰C 39⁰C 19 38⁰C 37⁰C 37⁰C 38⁰C 38⁰C 39⁰C 20 36⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 37⁰C 38⁰C 21 35⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 37⁰C 38⁰C

46 22 35⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 37⁰C 38⁰C 23 35⁰C 35⁰C 35⁰C 37⁰C 37⁰C 37⁰C 24 35⁰C 35⁰C 35⁰C 36⁰C 37⁰C 37⁰C 25 35⁰C 35⁰C 35⁰C 36⁰C 37⁰C 37⁰C 26 35⁰C 35⁰C 35⁰C 36⁰C 37⁰C 36⁰C 27 35⁰C 35⁰C 35⁰C 36⁰C 37⁰C 36⁰C 28 35⁰C 35⁰C 35⁰C 35⁰C 36⁰C 36⁰C Tabel 4.3. Data Pengukuran Suhu Harian Komposter Perbandingan Selama 4 Minggu Dari Tabel tersebut diperoleh grafik sebagai berikut: Pengukuran Suhu Harian Komposter suhu celciuc 48 47 46 45 44 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 Hari Termofilik Mesofilik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 A1 A2 A3 C1 C2 C3 Grafik 4.1. Pengukuran Suhu Harian Komposter Perbandingan Selama 4 Minggu Dari grafik pengukuran temperatur tiap variasi kompos mengalami tiga tahap proses pengomposan. Pada tahap pertama yaitu tahap penghangatan (tahap mesofilik), mikroorganisme hadir dalam bahan kompos secara cepat dan temperatur meningkat. Mikroorganisme mesofilik hidup pada temperatur 10⁰C-45 ⁰C dan bertugas memperkecil ukuran partikel bahan organik sehingga luas permukaan bahan bertambah dan mempercepat proses pengomposan. Pada tahap kedua yaitu tahap termofilik. Mikroba hadir dalam tumpukan kompos ini ditunjukan dari kenaikan suhu, mikroba hidup pada suhu 45⁰C 60⁰C dan bertugas mengkonsumsi karbohidrat dan protein sehingga bahan

47 kompos dapat terdegrasi dengan cepat. Mikroorganisme berupa jamur termofilik mampu merombak celulosa dan hemicelulosa, kemudian proses dekomposisi mulai melambat dan temperatur puncak tercapai. Setelah temperature puncak tercapai tumpukan mencapai kestabilan dimana bahan lebih mudah terdekomposisikan. Tahap ketiga pendinginan dan pematangan. Jumlah mikroorganisme termofilik berkurang karena bahan makanan juga berkurang, hal ini menyebabkan mikroorganisme mesofilik mulai beraktifitas kembali. Mikroorganisme akan merombak selulosa dan hemiselulosa yang tersisa dari proses sebelumnya menjadi gula yang lebih sederhana. Bahan yang didekomposisi menurun jumlahnya dan panas yang dilepaskan relatif kecil. Pada penelitian ini, perubahan temperatur kompos variasi A1, A2, A3, C1, C2, C3, sudah mengikuti tahap penghangatan, temperatur puncak, pendinginan dan pematangan. Pada awal pengomposan, temperatur keempat variasi bergerak naik dengan cepat dan mencapai temperatur puncak. Tetapi hanya komposter C2 saja yang mengalami fase Termofilik. Temperatur puncak yang berhasil dicapai untuk masing-masing variasi adalah komposter A1 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-5, komposter A2 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-6, komposter A3 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-5&6, komposter C1 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-4&5, komposter C2 suhu puncak 45⁰C pada hari ke-6 dan komposter C3 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-6&7. Kenaikan temperatur terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik dengan oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk panas, CO2 dan uap air. Setelah hari ke 7 semua komposter perlahan-lahan turun suhunya, ini dinamakan proses pendinginan dan pematangan, dan naiknya semua suhu komposter pada hari ke-15 itu terjadi karena adanya pembalikan bahan baku kompos dan penambahan stater EM4 pada hari ke-14, bahan baku kompos kemudian aktif lagi oleh mikroorganisme dalam EM4 dan naik suhunya

48 mencapai suhu puncak, kemudian turun lagi perlahan untuk proses pendinginan dan pematangan kompos. Pada tahap pendingin komposter A lebih cepat daripada komposter C itu dikarenakan bahan baku limbah Sludge di komposter C lebih banyak daripada komposter A, sehingga tingkat pendinginan nya pun berbeda. Tahap selanjutnya adalah mengamati suhu harian pengomposan yang berlangsung selama 5 minggu pada tabel 4.4 PENGAMATAN KOMPOSTER TERHADAP WAKTU (⁰C) HARI B1 B2 B3 D1 D2 D3 1 41 41 42 42 42 43 2 40 42 43 41 43 43 3 41 42 43 43 44 45 4 42 42 43 43 43 45 5 41 42 44 43 44 45 6 40 40 43 44 45 44 7 40 40 42 43 44 43 8 38 37 37 42 42 43 9 38 37 37 42 41 42 10 36 36 36 41 39 40 11 36 36 36 39 39 38 12 36 36 35 38 37 37 13 35 36 35 38 37 37 14 35 36 35 36 36 36 15 40 40 41 43 42 43 16 39 38 39 40 39 41 17 38 37 38 39 38 40 18 38 37 38 38 37 39 19 37 37 38 37 37 39 20 36 35 37 37 36 38 21 35 35 35 37 37 38 22 35 35 35 37 37 37 23 35 35 35 36 36 37 24 35 35 35 36 36 37 25 35 35 35 36 36 36 26 35 35 35 36 36 36 27 35 35 35 36 36 36 28 35 35 35 36 36 36 29 35 35 35 35 36 35 30 35 35 35 35 36 35 31 35 35 35 35 35 35 32 35 35 35 35 35 35

49 33 35 35 35 35 35 35 34 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Tabel 4.4. Data Pengukuran Suhu Harian Komposter Perbandingan Selama 5 Minggu Dari Tabel tersebut diperoleh grafik sebagai berikut: suhu celciuc Pengukuran Suhu Harian Komposter 48 47 46 Termofilik 45 44 Mesofilik 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Hari B1 B2 B3 D1 D2 D3 Grafik 4.2. Pengukuran Suhu Harian Komposter Perbandingan Selama 5 Minggu Pada penelitian ini, perubahan temperatur kompos variasi A1, A2, A3, C1, C2, C3, sudah mengikuti tahap penghangatan, temperatur puncak, pendinginan dan pematangan. Hanya komposter D2 dan D3 saja yang mengalami fase Termofilik. Pada awal pengomposan, temperatur keempat variasi bergerak naik dengan cepat dan mencapai temperatur puncak. Temperatur puncak yang berhasil dicapai untuk masingmasing variasi adalah komposter B1 suhu puncak 43⁰C pada hari ke-5, komposter B2 suhu puncak 43⁰C pada hari ke-4, komposter B3 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-5, komposter D1 suhu puncak 44⁰C pada hari ke-6&7, komposter D2 suhu puncak 45⁰C pada hari ke-6 dan komposter D3 suhu puncak 45⁰C pada hari ke-4&5. Penjelasan kurang

50 lebih sama dengan penjelasan pengomposan dengan waktu 4 minggu namun, pada penelitian ini berlangsung 5 minggu. Diharapkan kompos tersebut lebih matang. 4.4 Analisa Kandungan Pupuk Kompos Hasil analisa kandungan kompos berdasarkan uji laboratorium pengujian IPB dengan Komposter A2 dan Komposter C1 yaitu variasi komposisi sludge dalam pengomposan. Serta perbandingan dengan bahan baku mutu kompos menurut SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 A2 Baku Mutu Hasil Parameter Satuan (SNI 19-7030-2004) Pemeriksaan No Minimal Maksimal 1 Kadar Air % 22.72-50 2 ph - 6.77 6.80 7.49 3 C/N Rasio % 25.17 10 20 4 Besi (Fe) % 0.0774.92 * 2.00 5 Alumininum (Al) % 0.0045.17 * 2.20 6 Mangan (Mn) % 0.0348.33 0.10 7 Nikel (Ni) mg/kg <0.026 * 62 8 Timbal (Pb) mg/kg 17.61 * 150 Tabel 4.5. Hasil Analisa Kandungan Mikro dan Unsur Lain Komposter A2 Keterangan: * : nilai lebih besar dari minum, lebih kecil dari maksimum Hasil analisa kandungan komposter A2 tersebut memiliki nilai kandungan unsur mikro dan parameter lain membandingankan dengan SNI 19-7030-2004. Untuk komposter A2 kandungan Kadar Air sebesar 22.72% memenuhi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu sebesar 50%. Kandungan ph sebesar 6.77 kurang dari baku mutu minimal kandungan ph menurut SNI 19-7030-2004 yaitu 6.80, namun angka ini masih bisa di terima karena perbedaannya tidak terlalu besar. Kandungan nilai C/N

51 Rasio sebesar 25.17% melebihi baku mutu maksimal SNI kompos yaitu sebesar 20% tapi angka ini masih bisa di terima karena perbedaan terlalu besar Kandungan unsur mikro yang terdiri dari logam berat berbahaya dan logam lainnya dan membandingkan SNI 19-7030-2004. Kandungan unsur yang diuji berdasarkan hasil laboratorium adalah Ni dan Pb. Kandungan Ni Pada Komposter A2 sebesar <0.026 mg/kg dan Kandungan Pb sebesar 17.61 mg/kg masih dibawah baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan Ni maksimal sebesar 62 mg/kg dan kandungan Pb maksimal 150 mg/kg. Kandungan Unsur lain yang uji adalah Fe, Al dan Mn. Kandungan Fe sebesar 0.0774.92 %, kandungan Al sebesar 0.0045.17, Kandungan Mn sebesar 0.0348.33 % tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 kandungan maksimal Fe 2.00 %, kandungan maksimal Al 2.20 % dan kandungan maksimal Mn 0.10 %. Selanjutnya Analisa kandungan komposter C1 untuk mengetahui kandungan unsur mikro, lihat tabel 4.6 C1 Baku Mutu Hasil Parameter Satuan (SNI 19-7030-2004) Pemeriksaan No Minimal Maksimal 1 Kadar Air % 36.22-50 2 ph - 7.10 6.80 7.49 3 C/N Rasio 20.81 10 20 4 Besi (Fe) % 0.069065 * 2.00 5 Alumininum (Al) % 0.002501 * 2.20 6 Mangan (Mn) % 0.033019 0.10 7 Nikel (Ni) mg/kg <0.026 * 62 8 Timbal (Pb) mg/kg 6.29 * 150 Tabel 4.6. Hasil Analisa Kandungan Mikro dan Unsur Lain Komposter C1 Keterangan: * : nilai lebih besar dari minum, lebih kecil dari maksimum Hasil analisa kandungan komposter C1 tersebut memiliki nilai kandungan unsur mikro dan parameter lain membandingankan dengan SNI 19-7030-2004. Untuk

52 komposter A2 kandungan Kadar Air sebesar 36.22% memenuhi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu sebesar 50%. Kandungan ph sebesar 7.10 memenuhi kandungan ph menurut SNI 19-7030-2004, Kandungan nilai C/N Rasio sebesar 20.81% melebihi baku mutu maksimal SNI kompos yaitu sebesar 20 tapi angka ini masih bisa di terima karena perbedaannya tidak terlalu besar Kandungan unsur mikro yang terdiri dari logam berat berbahaya dan logam lainnya dan membandingkan SNI 19-7030-2004. Kandungan unsur yang diuji berdasarkan hasil laboratorium adalah Ni dan Pb. Kandungan Ni Pada Komposter C1 sebesar <0.026 mg/kg dan Kandungan Pb sebesar 6.29 mg/kg masih dibawah baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 yaitu kandungan Ni maksimal sebesar 62 mg/kg dan kandungan Pb maksimal 150 mg/kg. Kandungan Unsur lain yang uji adalah Fe, Al dan Mn. Kandungan Fe sebesar 0.069065 %, kandungan Al sebesar 25.01 x 10-4 %, Kandungan Mn sebesar 330.19 x 10-4 % (dari satuan mg/kg di konversi %) tidak melebihi baku mutu maksimal menurut SNI 19-7030-2004 kandungan maksimal Fe 2.00 %, kandungan maksimal Al 2.20 % dan kandungan maksimal Mn 0.10 % Analisa selanjutnya menguji Unsur Mikro Pada Keempat Komposter yang dipilih secara acak. Unsur Mikro yang dipilih adalah Komposter A2, Komposter B3, Komposter C1, Komposter D2. KOMPOSTER A2 No Parameter Satuan Hasil Minimal Maksimal Pemeriksaan 1 Kadar Air % 17.17-50 2 Phosfor % 0.937 0.10-3 C- Organik % 28.08 9.80 32 4 Nitrogen % 25.76 0.40 5 Kalium % 0.10 0.20 Tabel 4.7. Hasil Analisa Kandungan Makro Komposter A2

53 Hasil dari analisa unsur makro yang di uji dalam komposter A2 seperti Kadar Air, Phosfor (P), C Organik, Nitrogen (N), dan Kalium (K). Kandungan Makro tersebut membandingkan dengan SNI 19-7030-2004. Nilai unsur hara pada komposter A2 memiliki nilai 17.17% tetapi ada perbedaan nilai kandungan unsur hara dengan tabel 7, itu dikarenakan metode penelitian yang berbeda terlihat dalam lampiran, tetapi kedua nilai tersebut masih memenuhi SNI 19-7030-2004. Nilai kandungan P sebesar 0.973% memenuhi minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal sebesar 0.10%, nilai kandungan C-Organik sebesar 28.08% memenuhi nilai minimal maupun maksimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal 9.80% dan maksimal 32%, nilai kandungan N sebesar 25.76 memenuhi nilai minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 nilai minimal 0.40 dan nilai K sebesar 0.10% nilai tersebut masih kurang memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 KOMPOSTER B3 No Parameter Satuan Hasil Minimal Maksimal Pemeriksaan 1 Kadar Air % 17.14-50 2 Phofor % 1.22 0.10-3 C- Organik % 25.74 9.80 32 4 Nitrogen % 20.59 0.40 5 Kalium % 0.17 0.20 Tabel 4.8. Hasil Analisa Kandungan Makro Komposter B3 Hasil dari analisa unsur makro yang di uji dalam komposter B3 seperti Kadar Air, Phosfor (P), C Organik, Nitrogen (N), dan Kalium (K). Kandungan Makro tersebut membandingkan dengan SNI 19-7030-2004. Nilai unsur hara pada komposter B3 memiliki nilai kadar air 17.14% memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai maksimal 50%. Nilai kandungan P sebesar 1.22% memenuhi minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal sebesar 0.10%, nilai kandungan C-Organik sebesar

54 25.74% memenuhi nilai minimal maupun maksimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal 9.80% dan maksimal 32%, nilai kandungan N sebesar 20.59% memenuhi nilai minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 nilai minimal 0.40 dan nilai K sebesar 0.17% memang nilai tersebut masih kurang memenuhi standar baku mutu SNI 19-7030-2004, tetapi masih layak karena perbedaannya tidak terlalu besar KOMPOSTER C1 No Parameter Satuan Hasil Minimal Maksimal Pemeriksaan 1 Kadar Air % 18.13-50 2 Phofor % 0.894 0.10-3 C- Organik % 27.54 9.80 32 4 Nitrogen % 22.38 0.40 5 Kalium % 0.25 0.20 Tabel 4.9 Hasil Analisa Kandungan Makro Komposter C1 Hasil dari analisa unsur makro yang di uji dalam komposter C1 seperti Kadar Air, Phosfor (P), C Organik, Nitrogen (N), dan Kalium (K). Kandungan Makro tersebut membandingkan dengan SNI 19-7030-2004. Nilai kadar air pada komposter C1 memiliki nilai 18.13% tetapi ada perbedaan nilai kandungan unsur hara dengan tabel 8, itu dikarenakan metode penelitian yang berbeda terlihat dalam lampiran, tetapi kedua nilai tersebut masih memenuhi SNI 19-7030-2004. Nilai kandungan P sebesar 0.894% memenuhi minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal sebesar 0.10%, nilai kandungan C-Organik sebesar 27.54% memenuhi nilai minimal maupun maksimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal 9.80% dan maksimal 32%, nilai kandungan N sebesar 22.38% memenuhi nilai minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 nilai minimal 0.40 dan nilai K sebesar 0.25% memenuhi standar baku mutu SNI 19-7030- 2004 dengan minimal SNI 19-7030-2004 nilai sebesar 0.20%

55 KOMPOSTER D2 No Parameter Satuan Hasil Minimal Maksimal Pemeriksaan 1 Kadar Air % 17.79-50 2 Phofor % 0.824 0.10-3 C- Organik % 27.26 9.80 32 4 Nitrogen % 21.30 0.40 5 Kalium % 0.24 0.20 Tabel 4.10 Hasil Analisa Kandungan Makro Komposter D2 Hasil dari analisa unsur makro yang di uji dalam komposter B3 seperti Kadar Air, Phosfor (P), C Organik, Nitrogen (N), dan Kalium (K). Kandungan Makro tersebut membandingkan dengan SNI 19-7030-2004. Nilai unsur hara pada komposter B3 memiliki nilai kadar air 17.79% memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai maksimal 50%. Nilai kandungan P sebesar 0.824% memenuhi minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal sebesar 0.10%, nilai kandungan C-Organik sebesar 27.26% memenuhi nilai minimal maupun maksimal baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu nilai minimal 9.80% dan maksimal 32%, nilai kandungan N sebesar 21.30% memenuhi nilai minimal baku mutu SNI 19-7030-2004 nilai minimal 0.40 nilai minimal 0.40 dan nilai K sebesar 0.24% memenuhi standar baku mutu SNI 19-7030-2004 dengan minimal SNI 19-7030-2004 nilai sebesar 0.20% Berikut adalah tabel perbandingan keempat komposter tersebut membandingan dengan baku mutu SNI 19-7030-2004 Baku Mutu Hasil Pemeriksaan (SNI 19-7030-2004) No Parameter Satuan Komposter Komposter Komposter Komposter Minimal Maksimal A2 B3 C1 D2 1 Kadar Air % 17.17 17.14 18.13 17.79-50 2 Phofor % 0.937 1.22 0.894 0.824 0.10-3 C- Organik % 28.08 25.74 27.54 27.26 9.80 32 4 Nitrogen % 25.76 20.59 22.38 21.30 0.40 5 Kalium % 0.10 0.17 0.25 0.24 0.20 * Tabel 4.10 Perbandingan Komposter Kandungan Makro A2,B3,C1,D2

56 Dari Tabel tersebut diketahui unsur makro dalam keempat komposter memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 yaitu komposter C1 dan komposter D2, komposter A2 dan B3 hanya nilai kaliumnya yang kurang memenuhi baku mutu SNI 19-7030-2004 dengan nilai minimal 0.20%.