KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan *

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium

POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT


III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK

KEMAMPUAN TANAMAN Shorea leprosula DALAM MENYERAP CO 2 DI PT SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Berat Basah (gram) Diameter (cm) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

IV. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

IV. METODE PENELITIAN

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun :

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

BAB I. PENDAHULUAN. Nasional Penurunan Emisi gas Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memenuhi

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI KARBON TERSIMPAN DAN PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA HUTAN Pinus Mercusii DI HPT BATUALU

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELlTlAN

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PENGUKURAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

Transkripsi:

KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan * ABSTRACT Forest is able to contribute in national development need to contribute for industry and home industry. This research aims to identify natural forest potential of ampupu species (Eucalyptus urophylla) in producing of stem wood volume. This research is conducted upon Eucalyptus urophylla species within natural forest. Potential assessment is conducted by forest inventore with line plot sampling method. Sampling intensitas to used (10%). This volume form factor devided between actual stem wood volume than silinder wood volume at diameter breat high (Dbh) than total tree high. Tree sample with measurement 1179 trees for total quadrats number than 80 quadrats. Dbh Average is 37,7 cm than smaller diameter is 1,59 cm and highest diameter 155,67 cm. High average 11,8 m range tree high 1,8 to 32 m. Wood density is 0,93 gr/cm 3.. Trees potential at Eucalyptus urophylla species within natural forest is 370,58 m 3 /ha than form factor 0,69. Keywords: Eucalyptus urophylla, tree volume, wood density ABSTRAK Hutan mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional sebagai penyedia bahan baku bagi kebutuhan industri dan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian dilakukan pada hutan jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam. Pendugaan potensi dilakukan melalui kegiatan inventore hutan dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Kerapatan kayu diperoleh 0,93 gr/cm 3. Potensi tegakan di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) adalah 370,58 m 3 /ha dengan faktor bentuk 0,69. Kata kunci : Eucalyptus urophylla, volume pohon, kerapatan kayu

Hutan merupakan bentuk penutupan lahan yang banyak dijumpai di muka bumi ini. Hal ini bermula sejak manusia mempunyai hubungan yang erat dengan hutan. Hutan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan hutan pada keadaan semula, sehingga perlu dijaga dan dikelola secara arif dan bijaksana. Fungsi hutan sebagai penghasil kayu sangat memegang peran penting dalam keberlangsungan kehidupan dimuka bumi ini. Peranan strategis hutan dalam pembangunan nasional selama ini hampir sepenuhnya tertumpuh pada hutan alam yang harus menyediakan bahan baku bagi kebutuhan industri. Informasi mengenai inventore hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan hutan tersebut dalam menghasilkan kayu batang. Pengelolaan sumber daya hutan sampai saat ini walaupun sudah memperhatikan keanekaragaman hayati dan kepentingan masyarakat setempat, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang menitikberatkan pada pemenuhan fungsi ekonomi, sedangkan produk-produk lainnya (khususnya jasa lingkungan) belum begitu banyak diperhatikan (Simon, 1999). Jika pengelolaannya lestari, maka pembangunan hutan tidak saja bermanfaat dari sisi produk kayunya saja, tetapi juga mempunyai prospek sebagai penyedia jasa lingkungan, yaitu sebagai penyerap gas CO 2. Untuk itu penelitian mengenai kandungan volume kayu batang yang ada di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) sangat dibutuhkan. Penelitian ini difokuskan pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla), mengingat Ampupu adalah khas tumbuh di Nusa Tenggara Timur yang sampai saat ini belum banyak diketahui kemampuannya dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi volume kayu batang pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla). Sedangkan penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang kemampuan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) menghasilkan volume kayu batang yang selanjutnya akan menjadi masukan bagi semua pihak yang membutukan informasi tentang Ampupu (Eucalyptus urophylla). Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2009 meliputi kegiatan inventore hutan Alam Eucalyptus urophylla. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kompas/gps untuk menentukan arah dan penentuan letak petak ukur di lapangan, phiband untuk mengukur diameter pohon, hagameter untuk mengukur tinggi pohon, meteran dan patok untuk mengukur dan membuat petak ukur di lapangan. Pengukuran inventore hutan digunakan teknik dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Dalam jalur tersebut dibuat plot dengan luas 0,1 ha yang selanjutnya dilakukan pengukuran diameter (Dbh) dan tinggi total (H). Pembuatan petak ukur untuk mengetahui pertumbuhan tegakan harus menyebar merata pada semua areal dan berbagai kualitas tempat tumbuh. Untuk penentuan interval diameter dilakukan penetuan range dan kelas diameter terdahulu. Pengukuran faktor bentuk (f) dilakukan dengan menebang pohon sampel yang telah dipilih. Pada penelitian ini ditebang pohon yang diambil menyebar di seluruh lokasi hutan jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) yang ada di Amfoang. Sampel pohonnya yang ditebang, kemudian dilakukan pengukuran panjang batang aktual pohon. Setelah itu batang dibagi menjadi segmen-segmen. Volume tiap segmen dihitung dengan rumus Smallian sebagai berikut : Vs = [ lbds p + lbds u ] x l dimana, lbds = 1/4πD 2 Keterangan : Vs : Volume tiap segmen kayu lbds p : Luas bidang dasar pangkal lbds u : Luas bidang dasar ujung l : Panjang Segmen Pengukuran faktor bentuk volume dilakukan untuk menaksir volume pohon dalam kondisi tegakan berdiri (standing stock). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Data penelitian terbagi atas 2 bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pengukuran, pengamatan, perhitungan, pencatatan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait yang

berhubungan dengan objek yang diteliti. Data primer yang diperoleh meliputi data tegakan (diameter dan tinggi) dan luasan berdasarkan plot sampel yang dibuat. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain tetapi digunakan oleh peneliti. Data sekunder terdiri atas data administratif, data curah hujan, data sebaran tanah. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk memudakan pengukuran dan analisa variabel data tersebut diolah dengan bantuan software SPSS 16 dan Excell. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam petak ukur dilakukan pengukuran beberapa parameter pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon. Parameter tersebut adalah tinggi pohon dan diameter setinggi dada (Dbh) sebagai dasar penentuan volume pohon. Rata-rata Dbh dan tinggi pohon Ampupu areal sampel seluas 8 ha disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Data Dbh dan Tinggi Pohon Parameter Nilai (Eucalyptus urophylla) dari Minimum Maksimum Rerata Std. Deviasi N (8 ha) 1179 - - - Diameter (cm) 1,59 155,67 37,7 26,78 Tinggi (m) 1,80 32 11,8 5,90 Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Simpangan baku (standard deviation) merupakan suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari reratanya (Riduan, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk tinggi adalah 5,90. Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk diameter adalah 26,78 dengan rata-rata diameter 37,3 cm. Simpangan baku diameter ini tinggi karena adanya variasi diameter yang sangat tinggi sehingga diduga bahwa hutan alam menumbuhkan bijinya menjadi anakan secara alami dan tidak ada penyeragaman dalam penanaman dan pemeliharaan. Lain halnya dengan hutan tanaman tingkat simpangan baku rendah karena selain ditanam dalam waktu yang relatif bersamaan juga dilakukan pengelolaan secara intensif. Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Dalam penelitian ini tinggi dan diameter diperlukan untuk menentukan volume. Pengukuran

ini dilakukan dengan menggunakan hagameter yang menggunakan prinsip trigonometri. Lokasi penelitian yang cenderung datar landai serta kerapatan pohon tidak terlalu tinggi memungkinkan untuk digunakan hagameter. Pengukuran dimulai dari pangkal pohon yang berbatasan langsung dengan tanah sampai pada tajuk teratas. Alasan pemilihan alat ini adalah keakuratannya tinggi dan pengukuran jarak horizontal dari pohon ke tempat pengukuran tidak mengalami kesulitan yang berarti pada hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla). Dalam penelitian ini, kesalahan diusahakan untuk seminimal mungkin. Dari hasil penelitian dimana jumlah sampel total 1179 pohon dengan tinggi rata-rata 11,8 m. Tinggi minimum adalah 1,80 m dan tinggi maksimum adalah 32 m. Pendugaan Volume Tegakan Pohon Berdiri Dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor bentuk pada hutan alam Eucayptus urophylla dilakukan dengan mengukur dimensi Dbh dan tinggi pohon total sampai selanjutnya dilakukan penebangan pada pohon tersebut. Pohon yang sudah tumbang kemudian dibagi-bagi dalam beberapa segmen untuk diukur luas bidang dasar pangkal dan luas bidang dasar ujung serta panjang segmen. Tujuannya adalah untuk mendapatkan volume batang aktual. Pohon yang ditebang berdasarkan pendekatan rumus Sturges (seperti pada metode penelitian). Dalam penelitian ini jumlah sampel pohon yang ditebang ada 9 dimana pohon tersebut diperoleh dengan mengambil rata-rata dari kelas diameter. Sampel yang ditebang ada 9 pohon dengan kelas diameter yang berbeda. Hasil pengelolaan data faktor bentuk (f) untuk tegakan Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2.Faktor Bentuk Tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Ampupu No Dbh Rata-rata (cm) Tinggi Total (m) Faktor Bentuk (f) 1 7,6 6 0,66 2 22,2 10 0,70 3 37,3 9,6 0,73 4 52,5 12 0,73 5 67,5 20,3 0,68 6 82,8 23 0,69 7 97,1 25 0,70 8 111,5 26 0,63

9 127,4 22,4 0,65 Rerata 67,32 17,14 0,69 Dari Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata faktor bentuk untuk tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Lelogama berkisar antara 0,63 0,73 dengan rata-rata adalah 0,69. Faktor bentuk yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan ketetapan faktor bentuk untuk hutan alam yang belum diketahui nilainya. Faktor bentuk untuk hutan alam ditetapkan sebesar 0,7. di atas bahwa volume pohon adalah ukuran tiga dimensi sehingga satuannya dalam meter kubik. Volume pohon diketahui dengan melakukan perhitungan data hasil pengukuran diameter batang setinggi dada, tinggi total pohon dan faktor bentuk. Dari hasil inventore hutan juga dapat diketahui potensi tegakan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) dengan pendekatan diameter pohon sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Potensi Tegakan Berdiri per Hektar Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Jenis Ampupu No Dbh Rata-rata (cm) TT (m) FK (f) Jumlah Pohon/ha Vol Phn (m 3 ) Vol Phn (m 3 /ha) 1 7,6 6 0,66 44 0,02 0,83 2 22,2 10 0,70 39 0,27 10,22 3 37,3 9,6 0,73 26 0,72 18,62 4 52,5 12 0,73 12 1,78 20,93 5 67,5 20,3 0,68 8 4,98 39,86 6 82,8 23 0,69 4 8,49 29,73 7 97,1 25 0,70 5 12,70 66,66 8 111,5 26 0,63 4 17,41 71,82 9 127,4 22,4 0,65 3 19,55 51,33 Re ra t a 67,32 17, 14 Potensi volume pohon per hektar untuk kelas diameter yang berbeda dapat kita lihat pada tabel diatas. Volume pohon per hektar untuk kelas diameter I sampai IX adalah 284,61 m 3 /ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69. 0, 69 144 65, 92 284, 61

volume (m 3 /ha) Potensi tertinggi dicapai pada diameter pohon 111,5 cm sebesar 71,822 m 3 /ha dan terendah pada diameter 7,6 sebesar 0,83 m 3 /ha. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa potensi tegakan dipengaruhi oleh luas bidang dasar dan jumlah pohon. Bila dicermati bahwa potensi pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) menurun pada diameter 82,8 cm dan naik lagi pada 97,1 sampai pada diameter 127,4 cm menurun lagi karena jumlah pohon per hertarnya juga menurun walaupun lbdsnya tinggi tapi jumlahnya kecil maka volume per hektarnya juga menurun. Jika digambarkan dalam grafik maka akan terlihat seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Potensi Tegakan Menurut Kelas Diameter Untuk mengetahui potensi kayu yang terdapat pada hutan alam Ampupu maka dengan menggunakan faktor bentuk dalam penelitian ini kemudian digunakan untuk menduga volume total berdiri (standing stock). Potensi kayu untuk seluruh kelas interval dengan diameter 1,59 sampai 155,6 adalah 370,58 m 3 /ha. Dengan luas lokasi penelitian 80 ha maka stok tegakan berdiri (standing stock) tanaman Eucalyptus urophylla 29.646,56 m 3. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelas Dbh (cm) Kerapatan Kayu dan Biomassa Kerapatan kayu (wood density) dalam penelitian ini merupakan suatu parameter penting yang perlu diketahui. Pengukuran kerapatan kayu dilakukan selain untuk mengetahui potensi kayu dari suatu kawasan yang umumnya dinyatakan dalam satuan berat kering (ton/ha), juga pendekatan biomassa batang diduga dengan kerapatan kayu. Hal ini karena untuk mengukuran biomassa dengan pendekatan berat basah total tidak mendukung untuk dilakukan dilapangan karena diamater pohon sampel yang besar.

Dalam penelitian ini pengukuran kerapatan kayu dilakukan dengan mengambil sampel dari disk batang pangkal, disk batang tengah dan disk batang ujung untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk kotak dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm dan dioven sampai mencapai berat kering tanur. Selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan berat atau massa dalam satuan gram (gr). Untuk volume kerapatan kayu diperoleh dari volume kotak diatas yang dinyatakan dalam satuan cm 3. Kerapatan kayu dalam penelitian ini dinyatakan dalam satuan gr/cm 3. Biomassa batang diperoleh setelah mengalikan antara kerapatan kayu dengan volume batang pohon (Purwanto, 2009). Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm 3 atau kg/m 3. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya yaitu proporsi volume rongga kosong (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber sumber genetik. Sebagai bahan perbandingan Hardjana (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia mangium kerapatan kayu 0,65 gr/cm 3 dan kerapatan kayu untuk jenis E. pellita 0,50 gr/cm 3. Sementara Adiriono (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia crassicarpa diperolah 0,44 gr/cm 3. Dalam penelitian ini kerapatan kayu untuk jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam diperoleh 0,93 gr/cm 3. Dengan membandingkan kerapatan kayu untuk jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa berarti kayu jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) lebih besar. Kerapatan kayu yang dinyatakan dalam satuan gr/cm 3 pada hutan alam jenis Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Kerapatan Kayu di Hutan Alam Jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla)

No Kelas Interval Dbh (cm) Dbh Rata-rata (cm) TT (m) WD (gr/cm 3 ) 1 1,59-14 7,6 6 0,75 2 15-29 22,2 10 0,99 3 30-44 37,3 9,6 0,93 4 45-59 52,5 12 0,93 5 60-74 67,5 20,3 0,93 6 75-89 82,8 23 0,93 7 90-104 97,1 25 0,95 8 105-119 111,5 26 0,98 9 120-134 127,4 22,4 0,99 Rerata 67,32 17,14 0,93 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kerapatan kayu pada diameter 7,6 cm sebesar 0,75 gr/cm 3 dan pada diameter 127,4 sebesar 0,99 gr/cm 3 dengan rata-rata sebesar 0,93 gr/cm 3. Dari hasil ini diinformasikan bahwa hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan biomassa. Kayu jenis ini sangat bagus dimanfaatkan untuk jenis pertukangan karena memiliki kerapatan kayu yang tinggi. Umumnya masyarakat di sekitar lokasi penelitian menggunakan sebagai bahan bangunan rumah terutama kusen. Sementara cabang dan ranting dimanfaatkan masyarakat sebagi bahan bakar karena sifat arangnya yang tahan lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian khususnya kadar abu di laboratorium yang rendah sehingga bagus untuk pembakaran. Kayu jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi di Kota Kupang dan sekitarnya baik dari kayu maupun dari kayu bakarnya. Untuk kayu bakar di Kota Kupang jenis ini bersaing dengan kayu jenis Kesambi (Schleichera oleosa) dalam segi harga. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi volume kayu per hektar untuk tanaman Eucalyptus urophylla di hutan alam Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan adalah 370,58 m 3 /ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69.

DAFTAR PUSTAKA Adiriono, T. 2009. Metode Pengukuran Karbon (Carbon Sock) pada Hutan Tanaman Industri Jenis Acasia crassicarpa. Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. BPS. 2007. Statistik Pertanian Kabupaten Kupang. Katalog BPS 5173.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS. 2008. Kabupaten Kupang Dalam Angka. Katalog BPS 1403.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS. 2008. Kecamatan Amfoang Selatan Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. Katalog 5173.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta. Jawa Tengah. Hardjana, A.K. 2009. Inventore Kandungan Karbon Jenis-Jenis Tanaman Penyusun HTI dan Kemampuannya dalam Menyerap Gas CO 2 dari Atmosfer (Studi Kasus di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur). Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Haygreen, J.G., Bowyer J.L,. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Purwanto, R.H,. 2009. Bahan Ajar Inventore Biomassa Hutan. Program Pascasarjana, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Riduan., Sunarto H. 2007. Pengantar Statistik untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi dan Bisnis. Lengkap dengan Aplikasi SPSS 14. Alfabeta. Bandung. Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Simon, H. 2009. Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Hutan. Jilid I Timber Management. Bahan Kuliah (belum dipublikasikan) Fakultas Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung. Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sutaryo, D. 2009. Penghitunan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.