PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERLUASAN AREAL UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK KERBAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Prospek Pengembangan Usaha Peternakan Pola Integrasi

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN KERBAU DI PROVINSI BANTEN MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

Transkripsi:

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan DARYANTO 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 2 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu ABSTRACT Bengkulu Province owns the resources potency and agro-climate supporting beef cattle development. Farm for the width of 1.222.685 Ha have potency for the development of the effort ranch, special effort of beef cattle and also in the form of integration of beef cattle by oil palm plantation. Ability of beef cattle Addition in Bengkulu province of about 90.000 head, consisted of 45.000 head to fulfill regional capacity and 45.000 head for the system implementation of integrate the beef cattle oil palm. Beef cattle development in Bengkulu will affect at the increasing of earnings of farmers and labor utilization. Lacking of beef in Bengkulu gyrate 2.000 ton of each year. Strive to fulfill the beef request, conducted by through beef cattle development by agribusiness. Processing and marketing of beef more paid attention. Development of RPH and port go out to sea have also been done to support the marketing. Affect the cattle development is labor utilization 15.000 till 30.000 people and increasing of farmers income. Key words: Beef cattle agribusiness, prospect ABSTRAK Propinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam dan agroklimat yang mendukung pengembangan ternak sapi potong. Lahan budidaya seluas 1.222.685 Ha berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan, baik untuk usaha khusus temak sapi potong maupun dalam bentuk integrasi ternak sapi dengan usaha kebun kelapa sawit. Kemampuan penambahan ternak sapi potong di propinsi Bengkulu sekitar 90.000 ekor, terdiri atas 45.000 ekor untuk memenuhi daya tampung wilayah dan 45.000 ekor untuk implementasi sistem integrasi sapi-kelapa sawit. Pengembangan sapi potong di Propinsi Bengkulu akan berdampak pada meningkatnya pendapatan peternak dan penyerapan tenaga kerja. Kekurangan daging sapi di Bengkulu berkisar 2.000 ton per tahun. Upaya memenuhi permintaan daging sapi tersebut, dilakukan melalui pengembangan temak sapi potong secara agribisnis. Pengolahan dan pemasaran hasil petemakan lebih diperhatikan. Pembangunan RPH dan pelabuhan laut juga telah dilakukan untuk menunjang pemasaran. Dampak pengembangan sapi adalah penyerapan tenaga kerja 15.000 hingga 30.000 orang dan peningkatan pendapatan peternak. Kata kunci: Agribisnis sapi potong, prospek PENDAHULUAN Permintaan daging secara nasional menunjukkan trend meningkat, dalam kurun waktu tahun 2001 hingga 2005. Permintaan daging ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) sebesar 517,4 ribu ton pada tahun 2001, diprediksi meningkat menjadi 704,6 ribu ton pada tahun 2005. Kontribusi daging sapi sebesar 84,83 % dari permintaan daging ruminansia. Oleh karena itu, diperkirakan permintaan daging sapi pada tahun 2005 akan mencapai 597,7 ribu ton atau setara dengan 3.213.441 ekor sapi, dengan perhitungan tiap ekor sapi mampu menghasilkan 186 kg karkas. Jumlah penduduk di Propinsi Bengkulu pada tahun 2003 sekitar 1.670.645 jiwa dengan tingkat konsumsi daging mencapai 5,34 112

kg/kapita/tahun. Kontribusi konsumsi daging sapi diperkirakan mencapai 1,2 kg/kapita/tahun dari tingkat konsumsi daging tersebut. Pada tahun 2005 tingkat konsumsi daging sapi sebesar 2,70 kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi konsumsi tersebut, maka Propinsi Bengkulu masih membutuhkan produksi daging sapi sebanyak 2.862 ton atau setara dengan 15.387 ekor sapi, dengan asumsi rata-rata peningkatan jumlah penduduk Propinsi Bengkulu adalah 2,71%/tahun dan peningkatan konsumsi daging sapi rata-rata 4,20% per tahun. Bagi Propinsi Bengkulu, perkembangan permintaan dan kebutuhan konsumsi daging sapi tersebut di atas adalah merupakan suatu tantangan yang kemudian dijadikan peluang dalam rangka pengembangan ternak sapi potong. Sapi potong telah ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi Bengkulu sebagai komoditas unggulan Propinsi Bengkulu. Disamping itu, kondisi agroklimat dan potensi sumber daya alam propinsi Bengkulu merupakan dukungan bagi pengembangan ternak sapi potong. Luas lahan POTENSI LAHAN Propinsi Bengkulu terletak pada 2 s/d 5 Lintang Selatan dan 101 s/d 104 Bujur Timur dengan luas 19.788 Km2 atau 1.977.098 Ha. Dari luasan tersebut, seluas 1.222.685 Ha dipergunakan sebagai kawasan budidaya dan peruntukan penggunaan kawasan tersebut untuk perkebunan, sawah, ladang dan lain-lain, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pemanfaatan lahan di Propinsi Bengkulu dan luasnya Lahan Luas lahan (ha) Perkebunan 293.495 Sawah 55.497 Ladang 27.841 Hutan/Belukar 837.186 Lain-lain 8.666 Jumlah 1.222.685 Berdasarkan tata ruang di masing-masing daerah lahan tersebut dikategorikan untuk budidaya bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan. Namun di lain pihak, lahan seluas 1.222.685 Ha (Tabel 1) juga berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan, baik untuk usaha khusus temak maupun dalam bentuk integrasi ternak dengan usaha lainnya. Daya tampung ternak Hasil analisis daya dukung wilayah berdasarkan atas kemampuan menghasilkan hijauan pakan ternak secara alami (tanpa budidaya), menunjukan bahwa daya tampung wilayah untuk temak ruminansia dalam Satuan Ternak (ST) dari kabupaten/kota disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Daya tampung ternak per kabupaten/kota Kabupaten Daya tampung (ST) Bengkulu Utara, Muko-Muko 57.522,47 Bengkulu Selatan, Seluma, 26.332,29 Kaur Rejang Lebong, Kepahiyang, 26.073,66 Lebong Kota Bengkulu 1.036,64 Jumlah 110.965,04 ST = Satuan ternak Populasi temak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) di Propinsi Bengkulu pada tahun 2003, terdapat pada Tabel 3. Dari data populasi ternak (Tabel 3), bila dikonversikan ke dalam Satuan Ternak (ST), maka jumlah Satuan Ternak di Propinsi Bengkulu pada Tahun 2003 adalah 79.343,68 ST. Sementara itu, daya tampung wilayah Propinsi Bengkulu yaitu 110.965,04 ST (Tabel 2). Tabel 3. Populasi ternak ruminansia di Propinsi Bengkulu Jenis ternak Jumlah (ekor) Sapi 82.614 Kerbau 48.190 Kambing 122.534 Domba 2.227 Sumber: DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROPINSI BENGKULU (2004) 113

Berdasarkan data Tabel 2 dan 3, maka diperhitungkan jumlah ternak yang masih dapat ditambahkan untuk memenuhi daya tampung tersebut yaitu 110.965,04 ST dikurangi 79.343,68 ST adalah 31.621,36 ST atau setara dengan 45.174 ekor sapi. Dengan demikian, tanpa melakukan budidaya hijauan pakan temak secara besar-besaran, kemampuan daya tampung pengembangan ternak sapi yang masih dapat ditambahkan di Propinsi Bengkulu adalah sekitar 45.000 ekor. Apalagi jika fokus pembangunan peternakan diarahkan pada pengembangan sapi potong secara intensif dengan menggunakan teknologi, maka daya tampung tersebut sangat mungkin ditingkatkan. Di Propinsi Bengkulu, dengan ditemukan sistem integrasi sapi-kelapa sawit (SISKA), maka daya tampung ternak dapat ditingkatkan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa per hektar kebun sawit dapat digunakan untuk memelihara sapi sebanyak 1 3 ekor (DIWYANTO, 2003). Dengan demikian, dari kebun sawit seluas 45.873 Ha di Bengkulu, maka dapat ditambahkan pengembangan ternak sapi sekitar 45.000 ekor lagi. Prioritas lokasi pengembangan sapi potong di Bengkulu yang perlu dioptimalkan pengelolaannya adalah (1) lokasi perkebunan sawit yang tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara, Muko-Muko, Seluma, Bengkulu Selatan dan Kaur, (2) lokasi pengembangan padi dan sayuran di Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiyang dan Lebong, (3) Pulau Enggano seluas 40.014 Ha yang masih dalam bentuk kebun rakyat dan hutan/belukar sangat memungkinkan untuk pengembangan ternak sapi, dan (4) perkampungan ternak sapi di Desa Padang Penaik, Kabupaten Muko-Muko yang luasnya lebih kurang 400 Ha. POTENSI PASAR Gambaran potensi pasar, antara lain dapat dilihat dari perkembangan supply dan demand daging sapi di Propinsi Bengkulu selama 5 tahun, yaitu mulai Tahun 1998 hingga 2002, yang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan gambaran perkembangan Supply dan Demand daging sapi di Propinsi Bengkulu mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 (selama 5 tahun), dapat diketahui bahwa kekurangan daging sapi di Bengkulu berkisar antara 900 hingga 2.114 ton. Pada kurun waktu 3 tahun terakhir, kekurangan daging sapi berkisar 2.000 ton. Dalam upaya memenuhi permintaan daging kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, maka pengembangan ternak sapi potong akan diprioritaskan, karena Pemerintah Propinsi Bengkulu telah mencanangkan dan menetapkan ternak sapi potong sebagai Komoditas Unggulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal Propinsi Bengkulu, ternak sapi potong juga diprogramkan untuk memasok propinsi tetangga. Hal ini dimungkinkan karena dalam beberapa tahun terakhir ini Propinsi Bengkulu telah mengeluarkan ternak sapi potong. Adapun daerah tujuan adalah Propinsi Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jambi dan Propinsi Riau. Pengiriman ternak ini ditunjang oleh hubungan jalan darat yang sangat lancar. Disamping itu, dalam menunjang rencana kegiatan ekspor ternak sapi potong ini, Propinsi Bengkulu telah mempersiapkan Pelabuhan Laut Pulau Baai yang berlokasi di Kota Bengkulu dan Pelabuhan Laut PT Agricinal yang berlokasi di Kabupaten Bengkulu Utara. Tabel 4. Perkembangan supply dan demand daging sapi di Propinsi Bengkulu selama Tahun 1998 hingga 2002 (ton) Uraian Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 Demand 2.084 2.597 2.967 3.345 3.692 Supply 1.184 1.182 878 1.309 1.578 Kekurangan 900 1.415 2.089 2.036 2.114 Sumber: DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROPINSI BENGKULU (2004) 114

Untuk meningkatkan potensi pasar daging sapi di Propinsi Bengkulu kedepan, paradigma pengembangan ternak sapi potong akan berorientasi kepada agribisnis, dimana sub sistem hilir yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil petemakan akan lebih diperhatikan. Kegiatan-kegiatan ini merupakan rangkaian sub sistem yang sangat strategis sebagai penghela subsistem lainnya. Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan di Propinsi Bengkulu akan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan penanganan pascapanen, pengolahan produk yang menghasilkan produk segar, produk olahan dan produk hasil ikutan lainnya termasuk pengembangan mutu produk untuk menghasilkan bahan pangan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Kegiatan ini diprioritaskan, karena nilai tambah terbesar dalam sistem agribisnis peternakan adalah sub sistem pengolahan dan pemasaran hasil (17 23%) dan adanya perubahan preferensi konsumen dari komoditas ke produk yang ASUH. Dalam rangka untuk memfasilitasi kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan khususnya daging Sapi, Pemerintah Propinsi Bengkulu telah mempersiapkan Rumah Potong Hewan (RPH) Type B yang terletak di Kota Bengkulu dan RPH Type C di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara serta bagi Kabupaten Muko-Muko, Seluma, Kaur, Kepahiyang dan Lebong yang sedang dalam tahap perencanaan. PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN Dalam pengembangan usaha sapi potong terjadi juga penambahan populasi ternak. Hal ini juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Dari data di atas, diketahui bahwa di Propinsi Bengkulu dapat ditambahkan 90.000 ekor ternak sapi. Bila 1 (satu) tenaga kerja pria dapat memelihara 3 6 ekor sapi, maka penambahan penyerapan tenaga kerja adalah 15.000 hingga 30.000 orang. Penambahan usaha sapi potong dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan petani. Hasil perhitungan dan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa keuntungan per tahun dari usaha penggemukan sapi rakyat di Bengkulu rata-rata Rp. 1.060.807 per ekor (DINAS PETERNAKAN DAN KESWAN PROPINSI BENGKULU, 2004). Bila dikembangkan 45.000 ekor sapi, maka jumlah penambahan pendapatan peternak mencapai Rp. 47.736.315.000 per tahun. Pengembangan sapi di perkebunan sawit secara integrasi akan memberikan keuntungan per tahun yang lebih besar dibandingkan pemeliharaan sapi tanpa integrasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan dari pemeliharaan sapi dewasa per ekor adalah Rp. 2.500.000 per tahun (GUNAWAN et al., 2004). Dengan demikian, dari 45.000 ekor sapi yang dikembangkan dengan sistem integrasi sapi sawit, maka akan diperoleh penambahan pendapatan peternak sebesar Rp. 112.500.000.000 per tahun. PENUTUP Propinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam dan agroklimat yang mendukung pengembangan ternak sapi potong. Pengembangan sapi potong di Propinsi Bengkulu akan berdampak pada meningkatnya pendapatan peternak dan penyerapan tenaga kerja. Kemampuan penambahan ternak sapi potong di propinsi Bengkulu sekitar 90.000 ekor, terdiri atas 45.000 ekor untuk memenuhi daya tampung wilayah dan 45.000 ekor untuk implementasi sistem integrasi sapi-kelapa sawit. Untuk memenuhi kekurangan daging sapi di Bengkulu sekitar 2.000 ton per tahun, maka dilakukan pengembangan ternak sapi potong secara agribisnis. Pengolahan dan pemasaran hasil peternakan menggunakan fasilitas Rumah Potong Hewan dan pelabuhan laut untuk membantu pemasaran. DAFTAR PUSTAKA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROPINSI BENGKULU. 2002. Informasi Potensi dan Peluang Pasar Komoditi Unggulan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu, Bengkulu. DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROPINSI BENGKULU. 2004. Prospek Pengembangan Sapi Potong di Propinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu, Bengkulu. 115

DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2003. Buku Statistik Peternakan Tahun 2003. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta. DIWYANTO, K., D. SITOMPUL, I. MANTI, I.W. MATHIUS dan SOENTORO. 2003. Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi. Bengkulu, 9 10 September 2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT. Agricinal. GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI DAN E.P. PRAPTANTI. 2004. Keragaan Model Pengembangan Integrasi Sapi Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak di Denpasar, Bali pada Tanggal 20 22 Juli 2004. 116