BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang Undang Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Overview the Obstacle Dentist as Provider Oral health Service National Health Insurance (JKN) Era in Health Central Kulon Progo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Observasional deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN. Program pelayanan kesehatan di negara berkembang masih berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hasil. Riset Implementasi JKN pada Pelayanan Primer Siklus 1. Konas IAKMI, 3-5 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fasilitas kesehatan telah mengalami pergeseran paradigma, dari

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga harus dipenuhi sebagai upaya mencapai pembangunan negara di segala bidang (Saputra, 2013). Hadits Rasulullah SAW yang menunjukkan bahwa pemimpin wajib memenuhi kesehatan warganya adalah hadits riwayat Muslim 7/22, Rasulullah SAW telah mengutus seorang dokter (thabib) kepada Ubai bin Ka ab. Dokter itu memotong satu urat dari tubuhnya, lalu membakar (mencos) bekas urat itu dengan besi bakar. Hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah memberikan jaminan kesehatan kepada umatnya dengan mendatangkan seorang thabib untuk membantu seorang umatnya yang sedang sakit. Upaya pemerintah Indonesia dalam menjamin kebutuhan kesehatan adalah dengan membentuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai dijalankan di seluruh Indonesia pada tanggal 1 Januari 2014. Program ini dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS). Penyelenggaraan JKN berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS, Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan. Pelayanan JKN dilaksanakan pada fasilitas kesehatan pertama yaitu 1

2 puskesmas, praktik dokter dan dokter gigi, klinik pratama, dan rumah sakit kelas D atau setara. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu upaya pemerintah dalam melaksanakan Program Indonesia Sehat. Program Indonesia Sehat terdiri atas Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer, dan JKN (Depkes RI, 2015). Tujuan Kementrian Kesehatan menyelenggarakan Program Jaminan Indonesia Sehat adalah sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Paradigma sehat merupakan konsep yang harus dijalankan oleh pemberi layanan kesehatan tingkat primer untuk menyelengarakan kebijakan yang bersifat promotif dan preventif. Sistem pembiayaan program JKN untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia (RI) Nomor 19 tahun 2014 adalah sistem kapitasi Dana kapitasi ini menurut Permenkes tersebut merupakan dana yang diberikan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama setiap bulannya tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan, dengan tarif per kapita yang sudah ditentukan. Tarif kapitasi menurut Permenkes Nomor 59 RI tahun 2014 untuk puskesmas adalah sebesar Rp 3.000,00 Rp 6.000,00, klinik pratama dan praktik dokter tanpa dokter gigi Rp 8.000,00 Rp 10.000,00, dan praktik dokter gigi mandiri Rp 2.000,00. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menetapkan bahwa pelayanan kedokteran gigi merupakan pelayanan primer dan sekunder pada JKN, dengan

3 sistem pembiayaan pada strata primer adalah kapitasi dan srata sekunder adalah DRG (Diagnosis Related Group) atau disebut dengan Indonesia Case Based Group (INA CBG s) (Dewanto dan lestari, 2014). Peran dokter gigi di era JKN ini adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif pada masyarakat, sehingga apabila masyarakat sudah melakukan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut diharapkan dapat menurunkan tingginya tingkat penyakit gigi dan mulut di Indonesia. Peran tersebut dapat dilakukan oleh dokter gigi yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama milik daerah yaitu puskesmas, karena kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan puskesmas ketika sakit. Hingga kini sebagian besar masyarakat masih memiliki kecenderungan pergi ke fasilitas kesehatan saat sudah mengalami sakit yang cenderung parah, hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya biaya kesehatan terutama kesehatan gigi (Hamdani, 2013). Pelaksanaan JKN di Indonesia dianggap masih belum optimal, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa saat ini upaya penguatan fasilitas serta sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan tingkat pertama masih dilakukan. Ketersediaan sarana dan prasarana menjadi tantangan strategis pelayanan kesehatan primer dalam pelaksanaan program JKN karena sarana dan prasarana merupakan syarat untuk mendukung pelaksanaan program (Taher, 2013). Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut dapat menjadi hambatan bagi dokter gigi sebagai pelayan kesehatan di fasilitas kesehatan pertama terutama puskesmas apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. Kesiapan stakeholder atau penyelenggara program seperti Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Daerah juga

4 berperan dalam mendukung keberhasilan terselenggaranya program JKN terutama pada tersedianya sarana dan prasarana (Geswar dkk., 2014). Kesiapan dari tenaga kesehatan juga merupakan faktor penting dalam terselengganya JKN terutama dalam mengelola dana kapitasi dan pemahaman tentang paket manfaat JKN. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi dokter gigi sebagai tenaga kesehatan pada paket manfaat, antara lain ketidakjelasan tindakan scalling 1 tahun sekali yang terdapat dalam paket manfaat BPJS, obat pasca ekstraksi, dan jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder (Dewanto dan Lestari, 2014). Masalah lain yang dapat menjadi hambatan adalah beban kerja yang meningkat seiring dengan peningkatan dan tugas administratif yang dibebankan kepada sebagian tenaga kesehatan. Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya penelitian tentang gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider puskesmas dalam pelayanan JKN di daerah rural yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah rural adalah daerah di mana sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada sektor pertanian dan tinggal di pedesaan. Sebesar 70% penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dengan angka kemiskinan yang masih tinggi. Perbedaan daerah perkotaan atau urban dengan daerah pedesaan atau rural adalah adanya kesenjangan sosioekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan, sehingga berdampak pada akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Masyarakat pedesaan memiliki akses ke pelayanan kesehatan lebih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan karena terbatasnya fasilitas kesehatan, rendahnya pengetahuan, dan rendahnya pendapatan (Sarumpaet dkk., 2012). Pelayanan di daerah rural atau

5 pedesaan umumnya berbeda dengan daerah urban atau perkotaan, di daerah rural banyak menemui kendala karena tidak meratanya persebaran tenaga kesehatan di mana banyak tenaga kesehatan yang memilih untuk ditempatkan di daerah kota (Lestari, 2013). Kondisi tersebut akan mempengaruhi pelayanan kesehatan di daerah rural karena tenaga kesehatan berperan penting dalam mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat. Salah satu daerah rural yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian di daerah tersebut karena Kabupaten Kulon Progo dapat mewakili daerah rural di Indonesia. Daerah Kabupaten Kulon Progo meliputi daerah perbukitan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Kondisi daerah tersebut kemungkinan menjadi kendala masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dan menjadi hambatan pula dalam pelayanan kesehatan pada program JKN di wilayah tersebut karena puskesmas merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan masyarakat. Jumlah puskesmas di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 21 unit yang terdiri dari 5 puskesmas dengan rawat inap, 16 puskesmas non rawat inap 2 diantaranya dilengkapi dengan rumah bersalin, dan jumlah puskesmas pembantu sebanyak 68 unit (Dinkes Kabupaten Kulon Progo, 2014). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 dalam hasil review Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga sebesar 30,51% yang telah melaksanakan PHBS. Program PHBS merupakan salah satu program dari puskesmas untuk melaksanakan upaya preventif pada masyarakat, sejalan dengan prinsip

6 paradigma sehat pada program Jaminan Kesehatan Nasional. Bidang kesehatan gigi, prevalensi kesakitan gigi di Kabupaten Kulon Progo masih sangat tinggi yaitu sebesar 90% serta kesadaran masyarakat dalam berobat masing sangat rendah yaitu sebesar 1%, hal tersebut dituturkan oleh drg Hendro Suwarno selaku ketua unit Pendidikan dan Pelatihan Profesional Kedokteran Berkelanjutan (PPPKB) Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) kepada Radar Jogja pada Mei 2014. Berdasarkan masalah masalah tersebut maka perlu dilakukan penelitian terhadap hambatan dokter gigi dalam pelayanan JKN di puskesmas Kabupaten Kulon Progo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di puskesmas Kabupaten Kulon Progo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tentang hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Kabupaten Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui nilai tertinggi hambatan dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN. b. Mengetahui gambaran pengetahuan dokter gigi tentang JKN.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi terkait dalam penelitian ini adalah puskesmas di Kabupaten Kulon Progo sebagai informasi tentang gambaran terhadap hambatan yang dialami dokter gigi dalam memberikan pelayanan JKN bidang kedokteran gigi. 2. Bagi dokter gigi sebagai evaluasi terhadap hambatan yang telah dialami dalam pelayanan JKN pada bidang kedokteran gigi. 3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan tentang gambaran terhadap hambatan pelayanan JKN bidang kedokteran gigi di Kabupaten Kulon Progo. 4. Bagi penulis sebagai pengetahuan tentang gambaran dokter gigi terhadap hambatan dalam pelayanan JKN di bidang kedokteran gigi di Kabupaten Kulon Progo. E. Keaslian Penelitian 1. Judul : Kesiapan Stakeholder dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa (Geswar dkk., 2014) Penelitian ini meneliti tentang kesiapan fasilitas kesehatan, regulasi, dan sosialisasi stakeholder (pelaksana program) kepada masyarakat dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pertama sampel penelitian, sampel penelitian tersebut adalah pelaksana stakeholder atau pelaksana program sedangkan penelitian yang akan dilakukan sampel penelitian adalah dokter gigi

8 sebagai pelayanan kesehatan. Kedua cara pengumpulan data yang digunakan, pengumpulan data penelitian tersebut adalah indepth interview sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. 2. Judul : Studi tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda (Saputra, 2013). Penelitian tersebut menggambarkan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu cara pengumpulan data, pada penelitian tersebut cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. 3. Judul : Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 (Hamdani, 2013). Penelitian tersebut membahas tentang implementasi program pelayanan Jamkesmas yang terjadi ketidaksesuaian pada pembagian kartu Jamkesmas di kecamatan Sawahan kabupaten Nganjuk dan hambatan yang ditemui pada implementasi Jamkesmas. Persamaan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel penelitian yaitu hambatan dari pelaksanaan program jaminan kesehatan. Perbedaan pada penelitian tersebut adalah metode penelitian, pada

9 penelitian tersebut menggunakan metode yuridis sosiologis sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah obsevasional deskriptif.