PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
INFLUENCE OF LOCAL GOVERNMENT CHARACTERISTICS AND THE RESULTS OF SUPREME AUDIT BOARD TO THE PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENTS

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1684

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

PENGARUH PAD, DAU, DAK TERHADAP IPM DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Tahun )

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil pendugaan parameter model terhadap output/ pertumbuhan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

Lampiran 1. Data Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 436

Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun (dalam jutaan rupiah)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

DETERMINAN TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lampiran 1. Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB III. Metode Penelitian

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH OPM, ROE DAN ROA TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA. Surya Perdana 1, Eni Hartanti 2

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Pendapatan asli daerah, Dana alokasi umum, Dana bagi hasil, Dana alokasi khusus, Belanja daerah.

Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

: Niken Kurniawati NPM :

: Central Government Transfer, Tax Effort, Local Revenu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada DPKAD Kota Bandung Periode )

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

Kata Kunci : Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Modal

Wiwin anggriani salawali, Paulus Kindangen and Agnes L.ch. P. Lapian

PENGARUH ALOKASI BELANJA BIDANG KESEHATAN TERHADAP ANGKA HARAPAN HIDUP DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL

Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR PENENTU NILAI PERUSAHAAN

SKRIPSI OLEH AYU LAURA

ABSTRACT. Keywords : Cash turnover, Receivable turnover, Inventory turnover and Firm size

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Amril, Erfit, M. Safri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan

Analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di Wilayah Sumatera

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

DAFTAR PUSTAKA. D. Nachrowi.(2006). Ekonometrika Analisis Ekonomi dan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 444

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Statistik Variabel Terikat, Variabel Bebas dan Variabel Kontrol

PENGARUH EFISIENSI DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL DI BANGKA BELITUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa model

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKSI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI KASUS PADA KABUPATEN / KOTA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Objek dari penelitian ini merupakan seluruh bank yang mewakili 75% asset

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

EFEK MEMILIKI PENDAPATAN DAERAH, PENGALOKASIAN DANA UMUM, DAN DANA KHUSUS PADA BELANJA MODAL DI KOTA DAN KABUPATEN SUMATERA UTARA

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

Transkripsi:

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA KOTA/KABUPATEN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2014) INFLUENCE OF LOCAL GOVERNMENT REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND AND SPECIAL ALLOCATION FUND TO FINANCIAL SELF SUFFICIENCY LEVEL (STUDIES ON REGENCIES/CITIES IN WEST JAVA PROVINCE DURING 2010-2014) 1 Dian Budi Susanti, 2 Sri Rahayu, 3 Siska P. Yudowati 1,2,3 Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom 2,3 P Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Telkom University e-mail: 1 dianbudi8963@gmail.com, 2 srirahayu@yahoo.co.id, 3 siskayudowati@yahoo.com Abstrak Cara mengukur kinerja suatu wilayah dalam bidang keuangan digunakan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah dibandingkan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain. Beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat memiliki fenomena dimana pendapatan asli daerah meningkat namun Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat selama tahun 2010-2014, serta mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah baik secara simultan maupun parsial. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan menggunakan Random Effect Model (REM) dengan waktu penelitian tahun 2010-2014. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 27 kabupaten/kota. Dengan menggunakan purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 26 kabupaten/kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Secara parsial, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, sedangkan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Kata kunci: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah; Pendapatan Asli Daerah; Dana Alokasi Umum; Dana Alokasi Khusus. Abstract How to measure the performance of a region in the sector of finance used Financial Self Sufficiency Level. Financial Self Sufficiency Level indicated by the large size of the Local Government Revenue than regional income derived from other sources. Some areas in West Java province have the phenomenon when Local Government Revenue are increasing but Financial Self Sufficiency Level decreases. The purpose of this study is to determine how much Local Government Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Financial Self Sufficiency Level in the Districts / Cities of West Java province during 2010-2014, and influence of Local Government Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund to Financial Self Sufficiency Level either simultaneously or partially. The method used in this research is panel data regression using Random Effect Model (REM) by the time of the study in 2010-2014. Total population in this study as many as 27 districts / cities. By using purposive sampling obtained a sample of 26 districts / cities. The results of this study indicate that Local Government Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, jointly affect the level of Financial Self Sufficiency Level. Partially, Local Government Revenue positive effect on Financial Self Sufficiency Level, General Allocation Fund positive effect on Financial Self Sufficiency Level, while the Special Allocation Fund has no effect Financial Self Sufficiency Level. Keywords: Financial Self Sufficiency Level; Local Government Revenue; General Allocation Fund; Special Allocation Fund.

1. Pendahuluan Pelaksanaan kebijakan di Indonesia tentang otonomi daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001. Pemberlakuan Undang-undang otonomi daerah yakni Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 [8] tentang Pemerintah Daerah, dimaksudkan agar terciptanya kemandirian keuangan daerah. Kemandirian keuangan daerah yang dimaksud adalah seberapa besar tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam hal pendanaan atau mendanai segala aktivitasnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah dapat ditinjau salah satunya dari besar kecilnya penerimaan daerah khususnya pendapatan asli daerah (Imawan,dkk 2014) [3]. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 [8] tentang Pemerintah Daerah, kemandirian keuangan daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri, melaksanakan sendiri dalam rangka asas desentralisasi. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Tingkat kemandirian keuangan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 rata-rata 27%, sehingga tingkat kemandirian keuangan daerahnya masuk dalam kategori dan pola hubungan dengan pemerintah konsultatif karena berada di presentase 25-50%. Hal ini berarti kemampuan daerah tersebut rendah. Rasio kemandirian dengan tingkat kempuan keuangan daerah rendah dalam hal keuangan masih ada campur tangan dari pemerintah. Daerah tersebut dianggap sedikit mampu untuk melaksanakan otonomi daerah pola hubungan konsulatif dan menunjukkan total penerimaan daerah masih rendah dan tingkat keterhantunagn terhadap pemerintah pusat masih cukup tinggi. Hal-hal yang mempengaruhi tingkat kemandirian keuangan daerah antara lain adalah pendapatan asli daerah. Jika pendapatan asli daerah meningkat maka tingkat kemandirian keuangan daerah juga meningkat, sebaliknya jika pendapatan asli daerah rendah maka kemandirian keuangan daerah juga rendah (Ersyad, 2011) [1]. Pada variabel pendapatan asli daerah dalam laporan realisasi anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Barat 2010-2014 terdapat kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan teori yaitu Kota Bandung d an Kabupaten Bogor. Fenomena yang terjadi di Kota Bandung adalah ketika kontribusi pendapatan asli daerah meningkat, namun tingkat kemandirian keuangan daerahnya menurun pada tahun 2011-2012. Fenomena yang terjadi di Kabupaten Bogor adalah ketika kontribus i pendapatan asli daerah menurun, namun tingkat kemandirian keuangan daerahnya meningkat pada tahun 2011-2012. Selain itu, penelitian yang dilakukan beberapa peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan Reza (2013) [5] menghasilkan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Namun penelitian tersebut berbeda dengan Virgi (2013) ) [6] menghasilkan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah adalah dana alokasi umum. Jika dana alokasi umum meningkat maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan menururn, (Reza, 2013) [5]. Pada variabel dana alokasi umum dalam laporan realisasi anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Barat 2010-2014 terdapat kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan teori yaitu Kota Tasik dan Kota Depok. Fenomena yang terjadi di Kota Tasik dan Kota Depok adalah ketika kontribusi dana alokasi umum meningkat, tingkat kemandirian keuangan daerahnya menjadi menurun pada tahun 2011-2012. Penelitian yang dilakukan Muliana (2009) [4] menghasilkan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Namun, penelitian yang dilakukan Reza (2013) [5] menghasilkan Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh signiikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Variabel ketiga adalah dana alokasi khusus. Jika dana alokasi khusus meningkat maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan menururn, (Reza, 2013) [5]. Pada variabel dana alokasi khusus dalam laporan realisasi anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Barat 2010-2014 terdapat kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan teori yaitu Kota Bandung dan Kota Depok. Fenomena yang terjadi di Kota Bandung pada tahun 2012-2013 kontribusi dana alokasi khusus meningkat, namun tingkat kemandirian keuangan daerahnya juga meningkat. Fenomena yang terjadi di Kota Depok adalah pada tahun 2013-2014 dana alokasi khusus meningkat, namun tingkat kemandirian keuangan daerahnya meningkat. Penelitian yang dilakukan Muliana (2009) [4] menghasilkan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Namun penelitian tersebut berbeda dengan Ersyad (2011) [1] menghasilkan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat selama tahun 2010-2014, serta mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah baik secara simultan maupun parsial. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, sehingga diperoleh 130 data observasi yang terdiri dari 26 kabupten/kota dengan periode penelitian selama 5 tahun. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan regresi data panel dengan random effect model.

2. Dasar Teori dan Metodologi Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (TKKD) Menurut Halim (2011:232) [2] Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (TKKD) ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi tingkat kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 [4] tentang Perimbangan Keuangan, Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut (Reza, 2013) [5] Jika suatu daerah mempunyai pendapatan asli daerah yang relatif besar maka akan meningkatkan penerimaan daerah dan menurunkan ketergantungan daerah pada pemerintah pusat. Dengan berkurangnya tingkat ketergantungan daerah pada pemerintah pusat maka daerah tersebut bisa dikatakan mandiri. Dengan demikian, jika pendapatan asli daerah meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga meningkat. Pengukuran Pendapatan Asli Daerah dengan mencari kontribusi terhadap total pendapatan daerah, yaitu dengan membandingkan Pendapatan Asli Daerah dengan Total Pendapatan Daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 [7] tentang Perimbangan Keuangan, Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisas i. Muliana (2009) [4], Jika pemerintah pusat mengalokasikan DAU relatif besar maka daerah tersebut kurang mandiri. Hal ini kemungkinan disebabkan karena PAD daerah tesebut kecil sehingga pemerintah pusat perlu mengalokasikan dana kepada daerah tersebut. Jadi, semakin tinggi dana alokasi umum yang diterima oleh pemerintah daerah, maka semakin rendah tingkat kemandirian keuangan daerah. Pengukuran Dana Alokasi Umum dengan mencari kontribusi terhadap total pendapatan daerah, yaitu dengan membandingkan Dana Alokasi Umum dengan Total Pendapatan Daerah. Dana Alokasi Khusus (DAK) Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 [7] tentang Perimbangan Keuangan, Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Menurut (Reza, 2013) [5] Dana Alokasi Khusus digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, dengan kata lain daerah tersebut masih rendah pendapatan asli daerahnya dan juga masih harus berbenah diri untuk membangun daerahnya sendiri. Jika dana alokasi khusus yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah relatif besar maka daerah tersebut dikatakan kurang mandiri karena daerah tersebut masih mengandalkan dana dari pemerintah pusat sebagai penerimaan utamanya. Jadi, jika dana alokasi khusus yang diterima suatu daerah meningkat, maka tingkat kemandirian keuangan suatu daerah tersebut menurun. Pengukuran Dana Alokasi Khusus dengan mencari kontribusi terhadap total pendapatan daerah, yaitu dengan membandingkan Dana Alokasi Khusus dengan Total Pendapatan Daerah.

PAD (X 1) DAU (X 2) TKKD (Y) DAK (X 2) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Metodologi Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, sehingga diperoleh 130 data observasi yang terdiri dari 26 kabupten/kota dengan periode penelitian selama 5 tahun. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan regresi data panel dengan random effect model. 3. Pembahasan Pemilihan Metode Estimasi Regresi Data Panel Uji Fixed Effect (Uji Chow) Tabel 1. Hasil Uji Fixed Effect Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.632440 (25,101) 0.0464 Cross-section Chi-square 44.118701 25 0.0105 Sumber:Output Eviews 8.0 (data yang telah diolah) Berdasarkan hasil uji signifikansi fixed effect, diperoleh nilai probabilitas cross section Chi-square sebesar 0.0105 lebih kecil dari taraf signifikansi 5% dan nilai prob cross section F sebesar 0,000.0464 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%, maka H 1 diterima atau penelitian ini menggunakan metode fixed effect. Selanjutnya dilakukan pengujian antara metode fixed effect dengan random effect menggunakan uji Hausman. Uji Random Effect (Uji Hausman) Keterangan: Secara parsial Secara simultan Tabel 2. Hasil Uji Random Effect Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistik Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 6.437404 3 0.0922 Sumber: Output Eviews 8.0 (data yang telah diolah) Berdasarkan hasil uji Hausman, nilai probabilitas cross section random sebesar 0.0922 > 0.05, maka sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa H 1 ditolak yaitu regresi data panel menggunakan metode random effect. Maka metode yang tepat digunakan pada penelitian ini adalah metode random effect.

Pengujian Hipotesis Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 3. Hasil Uji Simultan Weighted Statistics R-squared 0.882155 Mean dependent var 26.77943 Adjusted R-squared 0.849485 S.D. dependent var 20.90585 S.E. of regression 8.110688 Akaike info criterion 7.217982 Sum squared resid 6644.109 Schwarz criterion 7.857663 Log likelihood -440.1688 Hannan-Quinn criter. 7.477906 F-statistic 27.00205 Durbin-Watson stat 1.965330 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Eviews 8.0 (data diolah) Berdasarkan pengujian secara simultan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 di atas, diperoleh nilai probabilitas Uji F sebesar 0,00000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitas Uji F lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,00000 < 0,05, maka H 1 diterima. Hal ini berarti PAD, DAU, dan DAK berpengaruh signifikan terhadap TKKD. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Tabel 4. Hasil Uji Parsial Variable Coefficiet Std. Error t-statistic Prob. C 13.05657 6.167464 2.117008 0.0367 PAD 1.812851 0.166572 10.88330 0.0000 DAU -0.265514 0.105178-2.524417 0.0131 DAK 0.079206 0.320888 0.246835 0.8055 Sumber : Eviews 8.0 (data diolah) Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel PAD (X 1 ) memiliki nilai probabilitas 0.0000. Artinya nila probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0,0000 < 0.05). Sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka Ha 2 diterima yang berarti PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan TKKD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat secara parsial karena perubahan PAD mengakibatkan perubahan pada TKKD. 2. Variabel DAU (X 2 ) memiliki nilai probabilitas 0.0131. Artinya nila probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0.0131 < 0.05). Sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka Ha 3 diterima yang berarti DAU memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan TKKD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat secara parsial karena perubahan DAU mengakibatkan perubahan pada TKKD. 3. Variabel DAK (X 3 ) memiliki nilai probabilitas 0.8055. Artinya nila probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi (0.8055> 0.05). Sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H o4 diterima yang berarti DAK tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan TKKD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat secara parsial karena perubahan DAK belum tentu mengakibatkan perubahan pada TKKD. Koefisien Determinasi (R 2 ) Berdasarkan hasil uji signifikasi simultan diketahui bahwa PAD, DAU, dan DAK memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap TKKD sebesar 84,94%. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel independen yang terdiri dari PAD, DAU, dan DAK menjelaskan variabel TKKD. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (TKKD) Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial yang telah dilakukan, PAD memiliki nilai probalibitas 0.0000 < 0.05, maka sesuai dengan ketentuan bahwa H0 ditolak yang dapat diartikan bahwa PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap TKKD. Dengan nilai koefisien 1,812851 dapat disimpulkan bahwa variable PAD mempunyai hubungan yang positif. Hasil tersebut sesuai dengan kerangka pemikiran yang menyebutkan bahwa semakin besar PAD, maka TKKD akan semakin meningkat atau sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan analisis statistik deskriptif yang menunjukkan hasil statistik deskriptif, PAD yang diatas rata-rata sebesar 40,77% dan dibawah rata-rata sebesar 59,23%. Dari 40,77% data PAD yang berada diatas rata-rata, jumlah TKKD yang diatas rata-rata sebesar 30% dan TKKD yang dibawah rata-rata sebesar 10,77%. Sedangkan Dari 59,23% data PAD yang berada dibawah rata-rata, jumlah TKKD yang diatas rata-rata

sebesar 9,23% dan TKKD yang dibawah rata-rata sebesar 50,00%. Dapat dilihat bahwa dari 130 data terdapat 30% data yang menunjukan bahwa apabila PAD meningkat maka TKKD akan meningkat dan terdapat 50% data yang menunjukan bahwa apabila PAD menurun, maka Kinerja Keuangan pun akan menurun. Hal ini menunjukkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat sudah sesuai dengan kerangka teori bahwa semakin besar PAD maka TKKD semakin meningkat dan ketika PAD kecil TKKD akan menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza (2013) [4] yang mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif antara PAD dengan TKKD. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (TKKD) Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial yang telah dilakukan, DAU memiliki nilai probalibitas 0.0131 < 0.05, maka sesuai dengan ketentuan bahwa H0 ditolak yang dapat diartikan bahwa DAU memiliki pengaruh signifikan terhadap TKKD. Dengan nilai koefisien -0.265514 dapat disimpulkan bahwa variable PAD mempunyai hubungan yang negatif. Hasil tersebut sesuai dengan kerangka pemikiran yang menyebutkan bahwa semakin besar DAU, maka TKKD akan semakin menurun atau s ebaliknya. Hal ini berkaitan dengan analisis statistik deskriptif yang menunjukkan hasil statistik deskriptif, DAU yang diatas rata-rata sebesar 66,92% dan dibawah rata-rata sebesar 33,02%. Dari 66,92% data DAU yang berada diatas rata-rata, jumlah TKKD yang diatas rata-rata sebesar 16,92% dan TKKD yang dibawah rata-rata berjumlah 50,00%. Sedangkan Dari 33,02% data DAUyang berada dibawah rata-rata, jumlah TKKD yang diatas rata-rata sebesar 22,31% dan TKKD yang dibawah rata-rata sebesar 10,77%. Dapat dilihat bahwa dari 130 data terdapat 50,00% data yang menunjukan bahwa apabila DAU meningkat maka TKKD akan menurun dan terdapat 22,31% data yang menunjukan bahwa apabila DAU menurun, maka TKKD pun akan meningkat. Hal ini menunjukkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat sudah sesuai dengan kerangka teori bahwa semakin besar DAU maka TKKD semakin menurunt dan ketika DAU menurun maka TKKD akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliana (2013) yang mengungkapkan bahwa terdapat korelasi negatif antara DAU dengan TKKD. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (TKKD) Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial yang telah dilakukan, DAK memiliki nilai probalibitas 0,8055 < 0.05, maka sesuai dengan ketentuan bahwa H0 diterima yang dapat diartikan bahwa DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap TKKD. Dengan nilai koefisien 0.079206 dapat disimpulkan bahwa variable PAD mempunyai hubungan yang positif. Hasil tersebut tidak sesuai dengan kerangka pemikiran yang menyebutkan bahwa semakin besar DAK, maka TKKD akan semakin menurun atau sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan analisis statistik deskriptif yang menunjukkan hasil statistik deskriptif, DAK yang dibawah rata-rata berjumlah 50,00%. Dari 50,00% data DAK yang berada bawah rata-rata, jumlah TKKD yang diatas rata-rata sebesar 23,08% dan jumlah TKKD yang bawah rata-rata sebesar 26,92%. Dapat dilihat bahwa dari 130 data terdapat 23,08% data yang menunjukan bahwa apabila DAK menurun maka TKKD akan meningkat dan terdapat 26,92% data yang menunjukan bahwa apabila DAK menurun, maka TKKD akan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa DAK cenderung berada dibawah rata-rata dengan TKKD dibawah ratarata, yang berarti Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat sebagian besar belum menggunakan DAK dengan efektif. DAK merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pelaksanaan DAK diarahkan untuk pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan serta peningkatan sarana dan prasarana fisik masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DAK tidak berpengaruh terhadap TKKD. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah tidak mempunyai kewenagan untuk mengelola dan menggunakan dana alokasi khusus karena penggunaan dana alokasi khusus tersebut sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah hanya menjalankan sesuai dengan ditetapkan oleh pemerintah pusat. Penyaluran DAK di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tidak dialokasikan untuk Belanja Modal yang bertujuan untuk meningkatkan TKKD, melainkan dialokasikan untuk belanja lain, seperti belanja barang dan jasa. Sehingga DAK yang tinggi belum tentu mengakibatkan TKKD yang rendah. 4. Kesimpulan Berdasarkan analisis regresi data panel, hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. PAD berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. DAU berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. DAK tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.

Daftar Pustaka: [1] Ersyad, Muhammad. (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana AlokasiUmum, Dana Alokasi Khusus terhadaptingkat Kemandirian Keuangan Daerah Studi Empiris pada Kabupaten dan Kotadi Sumatera Barat). Skripsi. FE UNP :Padang [2] Halim, Abdul., Muhammad Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. [3] Imawan, dan Agus. (2014). Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah 2010-2012. Accounting Analysis Journal, ISSN 2252-6765. 147-155. [4] Muliana. (2009). Pengaruh Rasio PendapatanAsli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Skripsi USU. Medan: tidak diterbitkan. [5] Reza Mariska. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hail, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten dan Kota di Sumatra Barat 2006-2011. Jurnal perspektif dan pembangunan daerah. Vol. 1 No. 2. ISSN: 1979 7338. (Juli, 2013). [6] Virgi, Septyas. (2014). Pengaruh Dana Lokasi Umum Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Tax Effort dan Alokasi Belanja Modal di Jawa Timur. Jurnal EMBA, vol 1, No.1. 1189-1197. [7] Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. [8] Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah