BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENGARUH LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP DAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN SEPAK BOLA CLUB SALATIGA

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. cabang olahraga (Juliantine et al., 2005). Menurut Witarsa (2002) Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai tuntutan lingkungan hidup terhadap dirinya, untuk dapat. dimiliki antara lain kemampuan untuk melakukan gerak, aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

PENGARUH PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION (NMES) PADA STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT FLEKSOR WRIST PADA ATLET

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fungsionalnya (Giriwijoyo & Sidik, 2012). Menurut Wibowo et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) dan Polri (Polisi Republik Indonesia) sebagai intinya (Sumarsono,

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

GENERAL FITNESS TRAINING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah pada akhir masa remaja antara usia 18-19 tahun dan sepanjang usia 20 tahun. Pada kisaran ini kadar testosteron berada pada puncaknya yang disebut dengan masa pubertas. Pada usia ini remaja sudah memiliki komponen kebugaran yang bersifat keterampilan seperti; koordinasi, kecepatan, ketepatan, daya ledak, dan agility. Komponen yang terdapat dalam agility yang harus dimiliki oleh remaja adalah kekuatan otot, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, dan koordinasi neuromuskular. Agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Pendapat para ahli bahwa agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Agility terdiri pada beberapa komponen yaitu kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan keseimbangan dinamik. Jika agility dilakukan dengan baik, maka kemampuan melakukan aktivitas olahraga atau gerakan kinestetik akan mudah dilakukan. Selain itu dengan adanya agility yang baik, maka penggunaan energi dalam melakukan aktifitas akan lebih hemat. Kondisi ini dibutuhkan oleh remaja yang dalam berkatifitas memang membutuhkan banyak energi sesuai dengan umur perkembangan geraknya. Oleh karena itu agilty perlu 58

59 ditingkatkan oleh remaja. Peningkatan agility dapat diperoleh melalui latihan dalam bentuk pylometric. Selain itu dapat pula ditambahkan dengan latihan eksentrik pada otot utama penggerak ankle yaitu otot gastrocnemius atau otot utama penggerak ankle yaitu otot qudariceps femoris. Latihan eksentrik merupakan latihan yang melibatkan prestreching otot, sehingga mengaktifkan Stretch shortening cycle. Prinsip Stretch shorten cycle dapat digunakan untuk meningkatkan latihan dalam olahraga dimana latihan ini membutuhkan kekuatan otot secara maksimal dalam jumlah waktu yang minimum dengan menggunakan propioseptor dan elastis otot untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal. Pada otot cendrung memiliki sifat elastis ketika terulur dengan cepat seperti karet gelang. Artinya semangkin cepat otot berkontraksi secara eksentrik, maka semangkin besar pula stretch reflex yang dihasilkan. Kontraksi eksentrikkonsentrik ini bekerja secara berpasangan sebagai perangsang propioseptif untuk memfasilitasi peningkatan muscle reqruitment pada waktu yang minimum atau pada waktu yang singkat. Sehingga peningkatan dalam sistem neuromuskular memungkinkan seseorang atau atlit untuk mengontrol kontraksi ototnya menjadi lebih baik. Stretch shorten cycle (SSC) memiliki kemampuan penyimpanan energi dari Series Elastic Componen (SEC) dan stimulasi reflex peregangan untuk memfasilitasi peningkatan yang maksimal dalam perekrutan otot di atas jumlah minimal waktu.ssc melibatkan tiga tahap yaitu Serial Elastic Componet (SEC), Contractil Component (CC), Pararel Elastic Component (PEC). Sementara peristiwa individu SSC mekanik

60 dan neurologis setiap tahap, penting untuk mengingat bahwa semua peristiwa yang tercantum tidak selalu terjadi dalam fase tertentu, yaitu beberapa peristiwa dapat bertahan lebih lama atau mungkin membutuhkan waktu lebih sedikit dari yang diperbolehkan dalam tahap tertentu, tahap 1 adalah fase eksentrik, yang melibatkan preloading kelompok otot agonis. Selama fase ini, SEC sebagai elastis energi, dan spindle otot distimulasi. Sebagai otot spindle yang membentang, mereka mengirim sinyal ke akar ventral medulla spinalis melalui serat aferen saraf tipe Ia. Tahap 2 adalah waktu antara fase eksentrik dan kosentrik dan disebut fase amortisasi atau transisi. Ini adalah waktu dari akhir fase eksentrik dengan dimulainya aksi otot konsentrik. Faktor yang mempengaruhi stretch shorten cycle adalah daya recoil dan stretch reflex. Daya recoil merupakan suatu kemampuan untuk kembali ke posisi awal setelah melakukan penguluran atau pengembangan. Dimana pada latihan eksentrik stretch reflex yang merangsang dan mengaktifkan peregangan monosynaptic. Pada kontraksi eksentrik aktivitas kontraktil melawan peregangan hal ini dilihat ketika otot gastrocnemius dan otot quadriceps menurunkan beban selama tindakan ini serat-serat otot memanjang tetapi tetap berkontraksi melawan peregangan, ketegangan ini menahan berat badan. Sehingga selama kontraksi eksentrik kekuatan otot yang dihasilkan dari otot lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontraksi isometrik dan kontraksi konsentrik. Peningkatan kekuatan otot dan tenaga seperti halnya hipertropi. Hipertropi ini (setara dengan peningkatan area cross-sectional), secara luas dipercaya sebagai penyebab utama perubahan protein otot sklet dari serabut otot. Namun, karena respon yang bersamaan pada aktivitas fibroblastik

61 selama latihan eksentrik, hipertropi yang ada mungkin disebabkan oleh peningkatan ketebalan atau densitas fascia dan komponen elastik seri (SEC) dalam otot. Oleh karena itu, latihan tipe eksentrik mungkin tidak menyebakan efek pembesaran ukuran otot. Pada latihan eksentrik terjadi ketegangan yang dihasilkan dari jembatan silang meningkat sehingga komponen elastiknya bertambah kuat ini disebabkan karena memanjangnya leher dari molekul myosin. Pada kontraksi eksentrik pembuluh darah dalam keadaan yang bebas segingga memungkinkan nutrisi dan suplai oksigen jadi tercukupi. Dalam latihan eksentrik ada tiga faktor penting yang saling berhubungan secara sirkuler yaitu gaya otot (muscle force), kecepatan gerak (speed of movement), dan derajat penguluran muskulotendinogen (degree of musculotendinous stretch). Pada latihan eksentrik efek prestretch ini sering digunakan dalam aktivitas fungsional. Latihan eksentrik memerlukan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan aktifitas konsentrik. Pengambilan oksigen perunit dari aktifitas otot secara konsisten menunjukkan penurunan sebagai hasil dari latihan dengan tipe eksentrik. Davies dan Barnes menyimpulkan bahwa efek latihan disebabkan oleh adaptasi sistem otot dan bukan merupakan akibat dari perubahan sistem pernapasan. Selama steady stage pengambilan oksigen untuk kerja selama 4 menit, intensitas tinggi dari kinerja hampir setara dengan intensitas rendah pada konsentrik. Tidak ditemukannya konsentrasi laktat dalam darah pada aktivitas eksentrik menunjukkan bahwa aliran darah tetap adekuat selama latihan eksentrik yang melelahkan. Karena pengaruh mekanik selama latihan eksentrik yang benar-benar

62 menyebabkan pekerjaan dikerjakan di dalam otot, sebagai lawannya oleh otot, perpindahan energi bertanggung jawab pada suatu peningkatan suhu tubuh. Suhu internal ini selama latihan eksentrik tetap lebih rendah dibandingkan dengan latihan konsentrik hal ini mungkin disebabkan karena kebutuhan darah otot yang lebih rendah. Dengan menggunakan mode isotonik, peningkatan kekuatan eksentrik dilihat dari meningkatnya kecepatan gerakan. Latihan plyometric adalah latihan yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan, kekuatan otot, dan fleksibilitas dengan kata lain latihan plyometric merupakan latihan yang memungkinkan kerja otot secara maksimal dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Meningkatnya kecepatan, kekuatan otot, dan fleksibilitas dikarenakan musculotendinous unit teregang, dalam tindakan eksentrik otot, Series Elastic Component (SEC) bertindak seperti pegas dan terus memanjang, ketika muscletendinous teregang disaat bersamaan energi elastis tersimpan. Jika otot mulai kosentrik tindakan segera setelah tindakan eksentrik, energi yang tersimpan dirilis memungkinkan SEC untuk berkontribusi untuk memproduksi kekuatan secara total dengan cara alami. Apabila muscletendinous teregang secara terus menerus akan mengakibatkan meningkatnya kekuatan otot, dengan meningkatnya kekuatan otot akan mempengaruhi kecepatan dan fleksibilitas, selain itu Model Neurofisiologis melibatkan potentiation (merubah karekteristik tekanan, peningkatan kecepatan komponen jaringan kontraktil otot, akibat dari penguluran consentrik otot oleh karena strech reflek). Stretch reflek adalah respon infoluntari tubuh terhadap stimulasi eksternal dari peregangan otot. Komponen utama reflex dari latihan plyometric adalah

63 aktivitas muscle spindel. Muscle spindel adalah organ propioseptive yang sensitive berdasarkan tingkat dan besarnya stretch. Ketika terjadi quick stretch aktivitas muscular terjadi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan reflex. Selama latihan plyometric, muscle spindel terstimulasi oleh rapid stretch, sehingga terjadi reflexive muscle. Respon reflex ini berpotensi atau meningkatkan aktivitas dari otot agonis. Karena itu peningkatan beban dapat meningkatkan produktivitas otot. Latihan plyometric adalah peningkatan kekuatan otot, peningkatan kecepatan, daya ledak dan peningkatan fleksibilitas. Dengan kedua latihan ini maka waktu yang dibutuhkan oleh kedua otot untuk berkontraksi semangkin pendek, sehingga meningkatkan agility.

64 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir maka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor Internal: - Usia - Jenis Kelamin - Berat Badan Faktor eksternal: - Aktivitas Fisik Agility (kelincahan) Latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric Latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric Peningkatan Agility (kelincahan) Gambar 3.1: Skema Konsep Penelitian

65 3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka, kerangka berpikir dan konsep penelitian maka hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut: Kombinasi latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric lebih baik dari pada latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.