BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai profil capaian literasi sains siswa SMA di Garut berdasarkan kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

Unnes Physics Education Journal

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajran Bertema Alat Ukur Pada Kendaraaan Bermotor Untuk Meningkatkan Literasi Fisika

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja, melainkan proses sains dan menggunakannya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam

BAB I PENDAHULUA N A.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Henita Septiyani Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dini Rusfita Sari, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

Kimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada. berdasarkan teori (deduktif). Menurut Permendiknas (2006b: 459) ada dua hal

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup atau life skills mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerjasama, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan caracara berpikir analitis dan logis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan (Satori, 2001: 3). Konsep kecakapan hidup mempunyai makna yang sama dengan kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa secara umum kompetensi mempunyai makna yang hampir sama dengan kecakapan hidup atau life skills, yaitu kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan-keterampilan tersebut tidak hanya bersangkutan dengan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek intelektual, sosial dan afektif (perasaan, sikap dan nilai). Salah satu unsur kecakapan hidup tersebut adalah kemampuan literasi. Literasi adalah sekumpulan kecakapan yang dimiliki atau ada pada seseorang (Martha, 2010). Rustaman (2003) menyebutkan bahwa kemampuan literasi merupakan kemampuan menganalisis masalah, memberikan alasan, mengomunikasikan gagasan secara efektif dan mengaplikasikan pengetahuan 1

ilmiah secara fleksibel sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang terintegrasi dalam literasi tersebut dapat diamati dan diukur. Pengukuran tersebut bertujuan untuk bahan evaluasi sebagai upaya perbaikan-perbaikan. Penelitian tentang literasi biasanya dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan, sekolah misalnya, karena sekolah merupakan tempat terjadinya proses penerimaan pembelajaran tentang kecakapankecakapan tersebut. Berdasarkan latar belakang akan pentingnya literasi bagi kehidupan manusia tersebut maka banyak berdiri lembaga penelitian baik pada skala nasional maupun internasional yang berdedikasi pada bidang tersebut, salah satunya ialah The Programme for International Student Assessment (PISA) yang dinaungi oleh The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Program tersebut bertujuan untuk memfasilitasi informasi komparasi tentang capaian kemampuan literasi siswa negara-negara partisipannya. Kerangka kerja asesmen PISA yaitu mengukur literasi yang terdiri dari literasi membaca, literasi matematika dan literasi sains. PISA mendefinisikan literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains tetapi juga kemampuan menerapkan sains dalam konteks kehidupan nyata (Firman 2007: Wulan, 2009: 1). Literasi sains menurut PISA dipertimbangkan menjadi suatu hasil kunci dari pendidikan anak usia 15 tahun, baik bagi yang melanjutkan belajar sains maupun tidak (Rustaman, 2006b). 2

Orang yang scientifically literate memiliki pengetahuan dasar tentang fakta-fakta, konsep-konsep, jaringan konsep serta keterampilan proses yang memungkinkan untuk meneruskan belajar dan berpikir secara logis. Orang yang demikian menghargai sains dan teknologi dalam masyarakat serta memahami keterbatasannya (The National Science Teacher Association, NSTA, 2003:1). Berpikir ilmiah atau scientific adalah harga minimal yang harus dimiliki oleh masyarakat agar mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam hidupnya. Sains menjadi sangat penting untuk dipahami oleh setiap orang karena sains sering kali harus mengambil keputusan-keputusan yang memerlukan pengetahuan ilmiah, seperti pengetahuan tentang kimia, fisika, biologi dan sebagainya (Adisendjaja, 2008: 2). Sains pun sangat kompleks dan hanya dapat dipahami benar melalui pengalaman luas dan pemikiran mendalam (Carrier, 2001). Dinyatakan dalam Executive Summary PISA 2006 (OECD, 2007b: 12): Knowledge of science and about science is more important than ever. Science is relevant to everyone s life and an understanding of science is an essential tool for people in achieving their goals. This makes how science is taught and learned especially important. PISA telah dilaksanakan sebanyak tiga periode namun masing-masing periode memiliki fokus penilaian literasi sains yang berbeda-beda. PISA tahun 2000 memiliki fokus penilaian literasi membaca, PISA tahun 2003 memiliki fokus literasi matematika dan PISA tahun 2006 memiliki fokus penilaian literasi sains. PISA tahun 2006 mengembangkan soal-soal asesmen sains yang memiliki empat aspek yang saling berkait satu sama lain (interrelated aspects): konteks (context), 3

kompetensi ilmiah (scientific competencies), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitudes) (OECD, 2007a: 35). Namun asesmen literasi sains PISA bukanlah asesmen konteks (OECD, 2006: 27). Kompetensi ilmiah (scientific competencies) yang dikembangkan pada literasi sains PISA 2006 terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) mengidentifikasi permasalahan ilmiah; (2) menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan; (3) menggunakan bukti-bukti ilmiah (OECD, 2009: 188). PISA menggunakan istilah sistem (sistem hayati, sistem fisik, sistem bumi dan antariksa, sistem teknologi) sebagai konten pengetahuan sains (OECD, 2006: 33). Istilah tersebut berbeda dengan istilah yang umum digunakan di Indonesia, namun makna keduanya adalah sama, misalnya istilah sistem hayati sama dengan istilah Biologi. Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa literasi merupakan hal yang penting untuk diketahui, diamati, diukur dan diteliti, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan kerangka PISA. PISA 2006 dijadikan kerangka dalam penelitian, karena dibandingkan dengan PISA di tahun-tahun sebelum dan setelahnya, PISA 2006 menjadikan literasi sains sebagai domain utama yang diteliti (OECD, 2006: 3). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih terarah dan sesuai dengan bidang keilmuan yang diemban maka penulis hanya meneliti literasi sains pada konten Biologi saja. Sesuai dengan kerangka kerja asesmen PISA, pada penelitian ini pun digunakan subjek penelitian pada anak berusia 15 tahun atau setara dengan siswa SMA kelas X. Dengan tujuan secara umum untuk mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa SMA kelas X di Garut maka 4

penulis melakukan penelitian dengan judul Profil Capaian Literasi Sains Siswa SMA di Garut Berdasarkan Kerangka PISA Pada Konten Pengetahuan Biologi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah profil capaian literasi sains siswa SMA Garut berdasarkan kerangka PISA 2006 pada konten pengetahuan Biologi? Berdasarkan pada kerangka yang digunakan dalam penelitian literasi sains ini, rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimanakah profil capaian kemampuan literasi sains siswa SMA di Garut klaster I, klaster II dan klaster III berdasarkan kerangka PISA 2006 dalam merespon soal-soal literasi sains PISA konten pengetahuan Biologi? 2. Bagaimanakah profil capaian penguasaan kompetensi ilmiah (scientific competencies) siswa SMA di Garut klaster I, klaster II dan klaster III pada konten pengetahuan Biologi yang terdiri dari kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah? 3. Bagaimanakah profil sikap siswa SMA di Garut klaster I, klaster II dan klaster III terhadap sains yang menunjukkan dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya alam? 5

C. Batasan Masalah Definisi literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi literasi sains PISA 2006 yang membahas kemampuan literasi sains secara rinci, kompleks dan mendalam. Dalam upaya menerjemahkan kerangka kerja asesmen literasi sains PISA 2006 ke dalam penelitian ini, beberapa batasan masalah dijelaskan sebagai berikut. 1. Profil capaian literasi sains dilihat dari persentase total jawaban benar siswa pada setiap item soal kemudian dideskripsikan berdasarkan sekolah dan gender. 2. Kerangka PISA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek literasi sains PISA 2006 yang dibatasi hanya pada aspek kompetensi ilmiah dan sikap terhadap sains. Penelitian ini tidak meneliti aspek konteks, melainkan kompetensi, pengetahuan dan sikap (OECD, 2006:27). 3. Soal literasi sains PISA sebanyak 49 butir soal yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Take the Test: Sample Questions from OECD s PISA Assesment yang hanya mengandung konten pengetahuan Biologi saja. 4. Sikap sains yang diteliti dibatasi pada empat aspek, yaitu: dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai pembelajaran sains, ketertarikan terhadap sains, serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya alam. 6

5. Data yang diambil berasal dari 178 siswa SMA kelas X di Garut yang diambil dari satu SMA klaster I, tiga SMA klaster II dan satu SMA klaster III. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai profil capaian literasi sains siswa SMA di Garut berdasarkan kerangka PISA pada konten pengetahuan Biologi. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengungkap profil kemampuan siswa SMA klaster I, klaster II dan klaster III dalam merespon soal-soal literasi sains PISA pada konten pengetahuan Biologi. 2. Mengeksplorasi dan mendeskripsikan profil capaian kompetensi ilmiah siswa SMA klaster I, klaster II, dan klaster III berdasarkan kerangka asesmen literasi sains PISA 2006. 3. Memperoleh informasi tentang profil sikap terhadap sains siswa SMA klaster I, klaster II dan klaster III berdasarkan kerangka asesmen literasi sains PISA 2006. E. Manfaat Penelitian Secara garis besar hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran bagi masyarakat Garut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan generasi muda dalam literasi sains. Data informasi tersebut dapat dijadikan 7

pertimbangan sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Garut menjadi masyarakat scientific literate. Beberapa manfaat yang sifatnya terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang: 1. Bagi Siswa dan Guru Biologi a. Capaian literasi sains dapat digunakan sebagai evaluasi keberhasilan belajar sains bidang Biologi. b. Informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi yang mengarah pada upaya peningkatan literasi sains. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian yang berupa informasi capaian literasi sains siswa dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam mengevaluasi pelaksanaan kurikulum KTSP Biologi di sekolah. 3. Bagi Peneliti lainnya Hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lain yang lebih spesifik. Permasalahan-permasalahan lanjutan berupa temuan dalam penelitian ini dapat ditindaklanjuti untuk dicari solusinya kemudian. 4. Bagi Pemerintahan Karena penelitian dilakukan terhadap siswa-siswa SMA di tiga klaster sekolah yang berbeda di kota Garut, maka hasil penelitian ini memberikan gambaran umum literasi sains siswa-siswa SMA di kota Garut. Pemerintah 8

melalui Dinas Pendidikan setempat, dapat melakukan evaluasi untuk pembelajaran sains yang mengarah pada peningkatan literasi sains siswa. 9