Nilai Sewa Lahan - Von Thunen dan Analisis Lokasi Industri berorientasi Bahan Baku - Weber Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Wilayah Analisis Ekonomi Wilayah Model analisis internal wilayah Model analisis eksternal wilayah Faktor penting /utama Wilayah
The Isolated State Von Thunen Abad ke-18 atau awal abad 19 Saat itu masa industrialisasi belum berkembang pesat Sektor pertanian menjadi pencaharian yang dominan Von Thunen memformulasikan nilai sewa lahan pertanian dalam karyanya The Isolated State Formuula Thunen Ditentukan 2 faktor : 1. Keuntungan dari selisih antara harga jual dan biaya produksi 2. Biaya angkutan ke pasar/pusat perdagangan di pusat kota
Yang pertama, tergantung pada faktor produksi yang digunakan, sedangkan biaya angkutan tergantung pada faktor jarak. Semakin jauh dari pusat pasar maka biaya angkutan semakin besar dan mengurangi volume keuntungan bersih. Jadi, nilai sewa lahan akan maksimal jika di lokasi pusat pasar (kota) dan cenderung menurun secara linear dengan bertambahnya jarak. Asumsi dalam teori Thunen 1. Lokasi kota terpusat di dalam suatu daerah terisolasi / enclave yang mandiri dan tidak ada pengaruh dari luar. 2. Lahan di daerah terisolasi tersebut merupakan bentangan dataran, tidak ada sungai atau gunung yang memutus kesinambungan bentangan 3. Kualitas tanah, tingkat kessuburan dan iklim sama di seluruh lahan. 4. Petani bertindak rasional untuk memaksimumkan keuntungan
Formula Lokasi Thunen R = Y (p - c) - Y x f x m R = rent = nilai sewa lahan per satuan luas Y = yield = produksi per satuan luas p = price = harga produk di passar c = cost of production = biaya produksi rata-rata per satuan produk f = freight = ongkos angkut per satuan produk per satuan jarak m = miles = jarak dari pasar (satuan km atau mil)
Model cincin Lokasi Optimal Kegiatan Pertanian Thunen Contoh Kasus Diketahui kondisi dari beberapa jenis produk pertanian : Jenis produk Y = produktifitas lahan (unit produksi /ha) p = harga jual (000 Rp/unit) c = biaya produksi (000 Rp/unit) A 1500 42 33 1,2 B 2000 30 23 0,7 C 2500 25 20 0,4 D 5000 13 11,4 0,1 f= biaya angkutan (000 Rp/km)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk jenis produk A, pendapatan maksimal bisa dihasilkan adalah 13,5 juta/ha dengan jarak maksimal sebesar 7,50 km dari pusat kota. Sedangkan untuk jenis produk B pendapatan maksimal atau nilai sewa lahan maksikmal sebesar Rp. 14 juta/ha dengan jarak maksimal 10 km dari pusat kota.
Der den Standort der Industrie - Weber Paruh abad ke-19 Saat itu masa revolusi industri Alfred Weber mengenalkan teori : Der den Standort der Industrie atau Theory of The Location of Industries. Model pendekatan biaya lokasi terkecil (least cost location model) Terdapat 7 asusmsi yang mendasari : 1. Wilayah yang dianalisis merupakan hamparan dataran yang bersifat seragam (fisik, sosial dan budaya) dan terisolasi dari pengaruh eksternal. 2. Pasar terkonsentrasi pada lokasi tertentu dengan jumla permintaan tak terbatas. 3. Sumber bahan baku ada yang terdapat di lokasi tertentu dan mudah didapat. 4. Tenaga kerja tersedia hanya di lokasi tertentu, sukar berpindah dan tak terbatas jumlahnya 5. Biaya nagkut merupakan fungsi linear dari jarak dan berat 6. Kondisi ekonomi di lokasi merupakan persaingan bebas sempurna 7. Produsen akan selalu memilih lokasi dengan biaya terkecil
3 faktor utama dalam Teori Weber : Biaya transport Biaya tenaga kerja Efiiensi biaya akibat aglomerasi ekonomi Biaya Transport Merupakan faktor utama dalam teori lokasi industri menurut Weber dengan menitikberatkan pada biaya transport yang paling rendah. Biaya transport berkaitan dengan sifat dan kondisi bahan baku produksi. Bahan baku ada 2 jenis yakni unik dan ubiquitas.
Bahan baku merupakan muatan yang diangkut dari sumber daya ke lokasi industri. Produk industri merupakan muatan yang diangkut dari lokasi industri ke pasar.
Pustaka : Dedi NS. Setiono. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah : Teori dan Analisis. LPFE UI, Jakarta. Hoover, Edgar & Frank Giarattani. 1987. An Introduction to Regional Economic. web book : www.rri.wvu.edu Mudrajad Kuncoro. 2002. Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Michael P. Todaro. 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta Rudi Wibowo dan Jani Januar. 1998. Teori Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember Rudi Wibowo dan Soetriono. 2004. Konsep, Teori dan Landasan Analisis Wilayah. Bayumedia Publishing, Malang Robinson Tarigan. 2012. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara, Jakarta. Robinson Tarigan. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara, Jakarta.