STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PSYCHOLOGICAL CAPITAL PADA SISWA KELAS XII SMA DAN SEDERAJAT DI WILAYAH KECAMATAN JATINANGOR SHABRINA SYFA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

MENINGKATKAN SIKAP ENTERPRENEURSHIP SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara berkembang seperti di indonesia. Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

Rulof Melmambessy Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Ambon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk menjadi negara maju, bermartabat, dan sejahtera. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

. BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF PADA SISWA PROGRAM KEAHLIAN ELEKTRONIKA INDUSTRI DI SMK N 3 WONOSARI

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mengukur Tingkat Kemampuan Berwirausaha Mahasiswa. dalam Mmenjalankan Kegiatan Magang. Lasminiasih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT Kewirausahaan merupakan nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, dengan objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan ( ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku (Suryana. 2001). Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap terhadap kewirausahaan, termasuk di dalamnya gambaran mengenai kelima dimensi pembentuknya yaitu leadership, personal control, creativity, achievement, dan intuition. Subjek penelitian (N = 434) adalah siswa kelas XII sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 37,6% subjek penelitian memiliki sikap terhadap kewirausahaan pada kategori tinggi, sebanyak 57,8% subjek penelitian memiliki sikap terhadap kewirausahaan pada kategori cenderung tinggi, sebanyak 4,4% subjek penelitian berada pada kategori cenderung rendah, dan terdapat 0,2% yang memiliki sikap terhadap kewirausahaan pada kategori rendah. Hasil analisis data dengan metode path analysis menunjukkan dimensi yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam pembentukan sikap terhadap kewirausahaan adalah achievement dengan persentase sebesar 22.57%, diikuti oleh dimensi creativity dengan persentase sebesar 20.60%, intuition dengan persentase sebesar 20.46%, leadership dengan persentase sebesar 19.87%, dan personal control dengan persentase paling kecil yaitu 16.50%. Kata-kata kunci: Sikap, kewirausahaan, achievement, creativity, intuition, leadership, pesonal control, siswa

PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Nomor 20 Tahun 2003). Sistem pendidikan di Indonesia : sistem pendidikan nasional yang merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003). Di dalam sistem pendidikan terdapat kurikulum, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003). Indonesia mengalami perubahan pada kurikulum, diantaranya pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan kurikulum terakhir yang diterapkan di sistem pendidikan nasional adalah kurikulum 2013 (www.taqwimislamy.com). Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan ( www.kemdiknas.go.id). Obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Kompetensi yang ingin dicapai dengan diadakannya kurikulum 2013 adalah yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan, salah satu nya adalah adanya pendidikan kewirausahaan (www.kemdiknas.go.id) Mata pelajaran kewirausahaan dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa untuk menjadi lebih kreatif, inovatif, dan produktif sehingga siswa dapat menghadapi tantangan masa yang akan datang. Kewirausahaan

adalah nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi (Suryana. 2001). Tujuan pendidikan merupakan persiapan negara untuk mencetak generasi yang mampu menghadapi kompetisi global, dengan ditanamkannya nilai kewirausahaan di sekolah maka diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri mereka sehingga mereka dapat mewujudkannya dalam tingkah laku mereka. Menurut data dari Ditjen Dikti 2011, peminat kewirausahaan dari lulusan SMA di Indonesia yang mencapai angka 22.63%. Jumlah wirausaha di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha (2008-2009). (Sumber: Kementerian Koperasi & UKM dan BPS, 2010). Kabupaten Sumedang yang mempunyai populasi UMKM sebanyak 6881 usaha (bsn.go.id). Jatinangor sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang mempunyai penduduk mayoritas bermatapencaharian sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak 36.8%. Jatinangor adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang yang merupakan Kawasan Pendidikan Tinggi (K PT). Penetapan KPT ini membuat adanya kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli Jatinangor. Sehingga diharapkan dengan diberikannya mata pelajaran kewirausahaan di sekolah dapat

menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada diri siswa sehingga siswa dapat menghadapi tantangan masa dengan dan mengurangi kesenjangan yang terjadi. Penelitian Gird dan Bagraim (2008) menyimpulkan bahwa sikap terhadap kewirausahaan mempunyai hubungan positif dan merupakan variabel yang paling kuat yang mempengaruhi munculnya perilaku wirausaha. Pengenalan kewirausahaan sejak dini akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap kewirausahaan itu sendiri (Athayde, 2009). Sekolah sebagai tempat belajar selain memberikan pelajaran mengenai kewirausahaan juga menyediakan fasilitas lain untuk menumbuhkan minat untuk berwirausaha pada siswa. Di Indonesia terdapat 7048 sekolah setingkat SMA, sedangkan di Jatinangor terdapat 12 sekolah setingkat SMA yang terdiri dari SMA, MA, dan SMK. Dari 12 sekolah, peneliti melakukan wawancara terhadap 12 siswa yang berasal dari dua sekolah yang berbeda. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada salah satu sekolah tidak terdapat mata pelajaran Kewirausahaan. Sehingga tidak semua siswa mendapatkan pengajaran mengenai kewirausahaan di sekolahnya. Meskipun demikian beberapa siswa dari kedua sekolah tersebut pernah berwirausaha dan terdapat siswa yang masih berwirausaha. Semua siswa yang peneliti wawancarai mempunyai keinginan untuk berwirausaha. Salah satu dari ketiga siswa tersebut mendapatkan dorongan dari orang tuanya untuk menjalani wirausaha. Hampir semua siswa mempunyai keluarga yang berwirausaha, hanya satu orang yang tidak memiliki keluarga yang berwirausaha. Dari data penelitian awal yang diperoleh menjelaskan bahwa mayoritas siswa menganggap bahwa kewirausahaan merupakan hal yang penting, walaupun masih terdapat siswa yang tidak mendapatkan pengajaran mengenai kewirausahaan di sekolahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh siswa sekolah setingkat SMA, karena potensi siswa untuk menjadi lebih kreatif, inovatif, dan produktif akan dapat berkembang dan siswa dapat menyiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Dengan dimasukkannya mata pelajaran kewirausahaan dalam kurikulum maka diharapkan maka diharapkan nilai-nilai kewirausahaan akan tertanam dalam diri siswa.

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian mengenai sikap terhadap kewirausahaan pada siswa kelas XII sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dimana variabel dari penelitian ini merupakan variabel yang telah ada sebelumnya dan tidak dapat diubah atau direkayasa oleh peneliti. Sedangkan teknik atau metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain yang bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena (Sugiyono, 2006). Melalui penelitian ini maka akan diketahui gambaran sikap terhadap kewirausahaan pada siswa kelas XII sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor. Partisipan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor. Dengan menggunakan teknik sampling cluster sampling diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 434 orang siswa kelas XII. Pengukuran Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur hasil modifikasi dari alat ukur attitute toward enterprise yang disusun oleh Rosemary Athayde (2009). Alat ukur ini berbentuk kuesioner yang akan mengukur sikap terhadap kewirausahaan dilihat dari dimensi-dimensi pembentuk sikap terhadap kewirausahaan yaitu leadership, personal control, creativity, achievement, dan intuition. Kuesioner ini terdiri dari 31 butir item.

HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai sikap terhadap kewirausahaan, diperoleh simpulan sebagai berikut: a. Secara keseluruhan, sikap terhadap kewirausahaan pada siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor berada pada kategori cenderung tinggi dengan rata-rata skor 0.78. Hal ini berarti responden mempunyai sikap terhadap kewirausahaan yang cenderung positif yang ditandai dengan siswa menggunakan kreativitasnya di dalam kegiatan sekolah, menganggap dirinya mampu untuk memimpin orang lain, menggunakan intuisinya dalam penyelesaian masalah, berorientasi pada pencapaian, dan dapat mengontrol karirnya. b. Dimensi achievement merupakan dimensi yang paling dominan pada sikap terhadap kewirausahaan dengan persentase sebesar 22.57%, yang diikuti oleh dimensi creativity (20.60%), intuition (20.46%), leadership (19.87%), dan personal control (16.50%). Berbedanya persentase dari setiap dimensi ini menunjukkan bahwa siswa sudah berorientasi pada pencapaian, menggunakan kreativitas yang dimiliki di dalam kegiatan sekolah, menggunakan intuisi dalam penyelesaian masalah, akan tetapi kurang mampu untuk memimpin orang lain dan dalam mengontrol karirnya. c. Dimensi leadership pada sikap terhadap kewirausahaan ini mempunyai skor rata-rata sebesar 0.72 dan berada pada kategori cenderung tinggi. Hal ini berarti mayoritas siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor mempunyai kecenderungan untuk memberikan pengaruh dan mempunyai kontrol atas orang lain. d. Dimensi achievement pada sikap terhadap kewirausahaan ini mempunyai skor rata-rata sebesar 0.85 dan berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti mayoritas siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor selalu menampilkan perilaku yang berorientasi pada sebuah kepuasan atau keberhasilan, khususnya dalam kegiatan sekolah.

e. Dimensi personal control pada sikap terhadap kewirausahaan ini mempunyai skor rata-rata sebesar 0.85 dan berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti mayoritas siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor selalu mempercayai hasil dari suatu kejadian adalah hasil dari kemampuan dan keahlian mereka. f. Dimensi creativity pada sikap terhadap kewirausahaan ini mempunyai skor rata-rata sebesar 0.76 dan berada pada kategori cenderung tinggi. Hal ini berarti mayoritas siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor cenderung mampu untuk memunculkan suatu ide, proses yang baru atau berbeda, atau untuk menciptakan produk baru. g. Dimensi intuition pada sikap terhadap kewirausahaan ini mempunyai skor rata-rata sebesar 0.74 dan berada pada kategori cenderung tinggi. Hal ini berarti mayoritas siswa sekolah setingkat SMA di Kecamatan Jatinangor cenderung menggunakan intuisi mreka ketika dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang tidak menentu. h. Perbedaan demografi pada jenis kelamin dan keberadaan keluarga yang berwirausaha tidak menjadikan berbedanya sikap responden terhadap kewirausahaan yang ditampilkan. i. Perbedaan yang dimiliki responden pada beberapa aspek demografi menjadikan berbedanya sikap terhadap kewirausahaan yang ditampilkan. Seperti perbedaan usia, jenis sekolah, dan pilihan karir setelah sekolah, perbedaan pada hal tersebut menjadikan sikap terhadap kewirausahaan pada siswa ditampilkan secara berbeda.