Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)

dokumen-dokumen yang mirip
ROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

TINGKAT KUPON pa gross (PER TAHUN)

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

UPTD PUSKESMAS SURADADI

TINGKAT KUPON pa gross (PER TAHUN)

X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR

X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR

X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

TINGKAT KUPON pa gross (PER TAHUN)

TINGKAT KUPON. Bila USD LIBOR 3M diantara Floor & Cap

TINGKAT KUPON pa gross (PER TAHUN)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MARET 2017

To protect animal welfare and public health and safety

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN SERTIFIKAT VAKSINASI INTERNASIONAL

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

ISSN situasi. diindonesia

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

PRUlink Newsletter Kuartal I 2009

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

TATA CARA PEMBERIAN DAN BENTUK SERTIFIKAT VAKSINASI INTERNASIONAL

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

OSIR, June 2013, Volume 6, Issue 2, p. 8-12

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

LAPORAN JANUARI MEI 2016

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Implementasi One Health Menjembatani Sektor Kesehatan Masyarakat dengan Sektor Kesehatan Hewan

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PRUlink Newsletter. Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia. Kuartal II Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal II 2008

Kepada Yth. Seluruh Tenaga Pemasar PT Prudential Life Assurance di tempat. Perihal: Pengkinian Informasi tentang Pembayaran Bonus Produksi.

BAB IV PEMBAHASAN. PT. TBU melakukan penyerahan BKP berupa copper slag, yang dilakukan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Peran ID-CERT dan Tren Keamanan Informasi di Cyber Space

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JANUARI 2017

BAB I Pendahuluan I-1

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS CIANJUR KOTA LAMPIRAN NOMOR : TENTANG KERANGKA ACUAN KEGIATAN KAMPANYE VAKSIN MEALSES- RUBELLA (MR)

Peran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

HUT PASAR MODAL INDONESIA KE-32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63

PT Baramulti Suksessarana Tbk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

SITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN SERTIFIKAT VAKSINASI INTERNASIONAL

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

Berita Pers Kartu AKSes sebagai Identitas Tunggal Investor di Pasar Modal Indonesia

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

LAPORAN TAHUNAN UNIT KOMPUTER TAHUN 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

Transkripsi:

FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores) Seminar Rabies Nasional CIVAS 27 Februari 2016 ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Pendahuluan Rabies telah dikenali keberadaannya selama lebih dari 4000 tahun Rabies adalah zoonosis yang terabaikan Diperkirakan 55.000-77.000 orang meninggal karena rabies setiap tahun, tapi belum ada data yang bisa diandalkan Lebih dari 99% kematian karena rabies terjadi di negara berkembang Sekitar 30% sampai 50% kasus rabies pada manusia/kematian terjadi pada anak- anak di bawah umur 15 tahun Lebih dari 14 juta orang di seluruh dunia menerima prophylaxis pasca-paparan setelah digigit oleh hewan suspek rabies Anjing domestik adalah sumber dari sebagian besar kasus pada manusia Pencegahan terutama dilakukan dengan vaksinasi anjing (reservoir) Pada tahun 2013 telah dikembangkan satu pendekatan bertahap untuk pencegahan dan pengendalian rabies

Pendekatan bertahap TAHAPAN PROGRESIF ERADIKASI RABIES 0 1 2 Epidemiologi rabies sudah diketahui Tidak ada sistem informasi/surveilans untuk rabies 3 4 Implementasi Strategi Nasional Perumusan strategi rabies nasional 5 Deklarasi bebas rabies 0 kasus pada manusia dan karnivora selama 12 bulan Membentuk satuan kerja lintas sektor Laporan rabies dan surveilans Mempertahankan 0 kasus di manusia dan karnivora selama 12 bulan kedepan Menurunkan penularan dari hewan ke manusia Satuan Kerja Nasional diresmikan dan didanai ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

FAO dan Pengendalian Rabies FAO telah terlibat dalam pengendalian dan pencegahan rabies secara global di Afrika dan Asia FAO telah terlibat dalam pengendalian dan pemberantasan rabies di Bali sejak 2011 dan dalam pengendalian rabies di Flores sejak 2013 FAO membantu Ditjen PKH dan Dinas Peternakan Provinsi di Bali dan Flores dalam mengembangkan dan menjalankan program pengendalian rabies yang terkoordinir dengan berkoordinasi dan memberikan masukan teknis FAO telah membantu dalam komponen surveilans, diagnosa, respon cepat, kesadaran masyarakat dan mobilisasi, pelatihan, revisi strategi pengendalian rabies dan M&E. FAO telah mengembangkan RVC sebagai sistem informasi dan alat monitoring perkembangan vaksinasi rabies

Komponen untuk kampanye rabies yang sukses Strategi yang jelas Koordinasi yang baik Vaksinasi yang efektif Manajemen populasi anjing Staff yang terlatih di lapangan Sistem Monitoring dan Evaluasi (M&E) yang baik Analisa Epidemiologis Kasus dan Vaksinasi Dukungan masyarakat (KIE) Komitmen Jangka Panjang Pemerintah

Strategi Utama untuk Eradikasi Rabies Memvaksinasi anjing dengan vaksin manjur (efficacious) yang bertahan lama Menciptakan kekebalan kelompok dengan cara memvaksinasi cukup banyak anjing di populasi yang ditargetkan untuk melindungi bahkan anjing yang tidak kebal (R0 (basic reproduction rate) < 1) Vaksinasi harus mencakup semua desa/dusun secara merata

Pentingnya cakupan merata. Desa yang tidak divaksinasi bisa membahayakan upaya pemberantasan! Semua dusun tercakup, 100% sukses 3 desa lolos, 99% sukses 3 kluster desa lolos: <90% sukses

Komponen vaksinasi efektif untuk pemberantasan rabies Hanya menggunakan vaksin rabies kualitas baik (vaksinasi satu kali ->kekebalan setidaknya sampai satu tahun) Mencapai cakupan vaksinasi rabies 70%, terutama pada anjing luar di setiap desa/dusun Vaksinasi dilaksanakan dalam waktu singkat Mempertahankan tingkat vaksinasi dalam jangka panjang dengan melakukan sweeping dan vaksinasi anak anjing Vaksinasi tidak hanya difokuskan pada area kecil dimana ada kasus, tetapi mencakup area yang lebih besar (seluruh kabupaten)

Rabies dan One Health Kementerian kesehatan mengakui bahwa vaksinasi anjing masal adalah faktor paling penting dalam pengendalian TAKGIT, menyebabkan peningkatan efisiensi program dan menghemat biaya VAR Materi KIE termasuk informasi tentang pencegahan rabies pada manusia dan hewan Rabies memberikan kesempatan untuk membangun kolaborasi antar sektor dalam hal zoonosis lain

Bagaimana memperkirakan cakupan vaksinasi Memperkirakan cakupan vaksinasi sangat penting, karena setiap desa harus dapat mencapai paling tidak cakupan 70% (terutama pada anjing luar) Bagaimana: Menggunakan kalung dan menghitung jumlah anjing berkalung dan tanpa kalung pasca-vaksinasi (tangkap/tangkap kembali). Ini juga memberikan perkiraan populasi anjing. Gunakan survey perwakilan terbatas untuk menilai rasio manusia/anjing dan memperhitungkan estimasi populasi. Gunakan data dari kampanye/survey sebelumnya dan disesuaikan untuk beberapa kenaikan

Eliminasi anjing dan pemberantasan rabies Tujuan utama kampanye vaksinasi anjing massal adalah mencapai kekebalan kelompok dengan meningkatkan R0 (basic reproductive rate) R0 untuk rabies adalah rendah (kurang dari 2) dan independen dari kepadatan populasi anjing dengan demikian pengendalian populasi anjing hanya memberikan efek yang kecil terhadap penularan rabies Langkah vaksinasi anjing yang dapat menjadikan R0 di bawah 1 adalah langkah yang sangat efektif Eliminasi anjing secara sembarangan akan menjadi kontraproduktif karena anjing yang telah divaksin mungkin terbunuh dan mengurangi dukungan dari kelompok

Pengendalian rabies Bali Kampanye vaksinasi massal tahunan-skala pulau telah dilakukan sejak 2011, terutama mentargetkan anjing luar Menggunakan kalung untuk menandai anjing yang telah divaksin Pelaporan melalui kertas dan SMS dan pemasukan ke data base RVC Sistem koordinasi khusus telah terbentuk di tingkat provinsi dan kabupaten (ICS) Vaksinasi anak anjing mulai umur 2 minggu. Vaksinasi anak anjing tambahan di pasar-pasar tertarget di antara periode kampanye vaksinasi Respon cepat dan TAKGIT sepanjang tahun Sepanjang tahun-tahun lalu A team menargetkan vaksinasi di kabupaten dengan insiden rabies yang tinggi

Total jumlah yang telah dilatih + jenis pelatihan di Bali 1790 profesional telah mendapatkan pelatihan vaksinasi, menangkap anjing. Respon cepat dan surveilans pasca-vaksinasi, manajemen rantai dingin dan TAKGIT Telah dibentuk A-team (tim khusus penangkap anjing) untuk vaksinasi tertarget Telah dibuat Software untuk memonitor data vaksinasi dan kasus rabies dan telah dilatih data encoders

Comm report Vax report Survey report RR report Comm report Daily DB update RR report Instruksi Revax (SMS) Provinsi Koordinator Program Pemberantasan Koordinator Komunikasi Koordinator Tim Vaksinasi LDCC + Provincial DB Koordinator survey pasca-vaksinasi dan respon cepat Koordinator Logistik Instruksi Survey (SMS) Instruksi investigasi gigitan (SMS) Laporan Logistik (FAX) Kabupaten Koordinator komunikasi kabupaten Koordinator kabupaten Vax data entry Database kabupaten Survey data entry Koordinator survey pasca vak dan respon cepat kabupaten Koordinator logistik koordinator Tim komunikasi Tim vaksinasi Tim survey pasca vaksinasi Tim Respon cepat : Supervisi : Cepat : Kertas : Elektronik ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Dukungan FAO di Rabies di Bali ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Vaksinasi dan kasus hewan dan manusia (2010-2015) ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Estimasi cakupan vaksinasi di tingkat desa 2015 ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Kasus Rabies Bali 2015 Data hingga 30 Juli 2015 ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Pengendalian rabies Bali telah dievaluasi 98% penurunan kasus manusia dan 90% penurunan kasus hewan dari 2010 hingga 2013 Insiden rabies pada hewan meningkat di 2014/2015 karena dalam kampanye 2014 vaksin yang digunakan kurang manjur Tren ini diputarbalikkan dengan menggunakan vaksin berkualitas baik selama kampanye 2015 diikuti dengan vaksinasi tertarget di kabupaten dengan insiden tinggi ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Pengendalian rabies Flores/Lembata ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA FAO/WAP terlibat dalam pengendalian rabies di Flores/Lembata 2013-2016 Implementasi didasarkan pada pengalaman di Bali Lebih dari 350 staff dinas provinsi/kabupaten telah mendapatkan pelatihan. Program RVC dibuat untuk memonitor kampanye vaksinasi Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui jemaat gereja Putaran 1 (2014) : telah divaksin 167.500 anjing Putaran 2 (2015): telah divaksin 265.000 anjing

Vaksinasi di Manggarai Timur ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Partisipasi masyarakat (kesediaan) Kabupaten Sikka Kabupaten Nagekeo ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Vaksinasi di Nagekeo ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Desa Tervaksin Putaran 1 dan 2 Kabupaten Jumlah Desa Jumlah Desa Tervaksin Putaran 1 Jumlah Desa Tervaksin Putaran 2 ENDE 278 233 257 FLORES TIMUR 250 78 187 LEMBATA 151 72 123 MANGGARAI 162 161 153 MANGGARAI BARAT 169 87 144 MANGGARAI TIMUR 176 108 110 NAGEKEO 113 43 94 NGADA 151 148 151 SIKKA 160 18 97 Total 1610 948 1316 ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Number of Vaccinated Dog ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA Vaksinasi Rabies di Flores dan Lembata 2015 140000 Rabies Vaccination on Flores and Lembata Islands in 2015 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Month

Cakupan kampanye vaksinasi massal 2015 ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Pengendalian rabies Flores telah dievaluasi Tidak semua desa tercakup dan di beberapa desa cakupan kurang dari 70% Perbedaan besar dalam implementasi antara kabupaten Geografis wilayah lebih sulit dan tidak cukup vaksin untuk mencakup keseluruhan Surveilans rabies sangat terbatas Diperlukan kampanye yang lebih intensif untuk mencapai pemberantasan

Rekomendasi Bali Melanjutkan kampanye vaksinasi massal menggunakan vaksin kualitas tinggi Akan efektif dan penting bagi seluruh dokter hewan untuk memberikan vaksin rabies kepada seluruh anak anjing mulai umur 2 minggu Mempertahankan tingkat vaksinasi yang cukup dari waktu ke waktu dengan melakukan vaksinasi sweeping secara reguler terutama pada anak anjing A-team melakukan vaksinasi tertarget di kabupaten dengan insiden tinggi Penguatan analisa epidemiologi untuk memberikan informasi kegiatan vaksinasi Memperkuat kembali koordinasi vaksinasi Menggunakan pendekatan OH dalam TAKGIT Membatasi eliminasi anjing karena eliminasi sembarangan adalah tidak produktif ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Rekomendasi Flores Meningkatkan jumlah vaksin dan dukungan operasional Mendistribusikan vaksin dan kalung secara proporsional guna mengestimasi populasi anjing Mengikutkan vaksinasi anak anjing > 2 minggu Memperkuat respon cepat dan TAKGIT Meningkatkan surveilans rabies dengan introduksi tes RIAD (Rabies Immunoperoxidase Antigen Detection) di lebih banyak lab Meningkatkan koordinasi dan pelaporan

Dukungan FAO ke depan untuk pengendalian rabies di Bali TCP (Technical Cooperation Project) Komponen Peningkatan vaksinasi tertarget/a team Peningkatan koordinasi vaksinasi Manajemen populasi anjing/kepemilikan anjing yang bertanggung jawab Analisa Epidemiological pengendalian rabies Bali dari tahun ke tahun dan menghasilkan pembelajaran Memperkuat pembangunan kesadaran masyarakat ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA

Pelajaran paling penting Rabies adalah penyakit yang dapat dikendalikan jika menggunakan strategi yang benar dan ada komitmen jangka panjang.

Terima kasih! ECTAD PROGRAMME FAO INDONESIA