OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

IFNA ANGGAR KUSUMA K

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. produksinya terlalu berlebihan, maka akan menyebabkan rasa sakit pada tukak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI

METODE GRANULASI BASAH DALAM PEMBUATAN TABLET KOMPRESI

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISENTEGRATING ANTASIDA DENGAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN STARLAC SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa keuntungan dibanding dengan sediaan farmasi lain. Beberapa keuntungan

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR AMPROTAB TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) SECARA GRANULASI BASAH SKRIPSI

Bahan tambahan tablet

PENGARUH PERBEDAAN SUHU DALAM METODE PEMBUATAN AMILUM SINGKONG PREGELATINASI TERHADAP SIFAT FISIK TABLET CHLORPHENIRAMIN MALEAT SECARA KEMPA LANGSUNG

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VITAMIN C SKRIPSI

Transkripsi:

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya obat paling sering digunakan dengan pemberian oral. Salah satu sediaan oral yang paling populer digunakan adalah tablet. Seiring kemajuan di bidang teknologi serta adanya tuntutan untuk terus mengembangkan bentuk sediaan, tablet terus dikembangkan dari tablet standar menjadi berbagai jenis tablet yang lain yang menawarkan berbagai keunggulan dan keuntungan seperti dalam hal bioavailabilitas, format dosis tablet yang lebih efisien, dan kenyamanan dalam penggunaan. Salah satu jenis tablet adalah tablet dispersible. Tablet dispersible merupakan bentuk tablet yang terlebih dahulu dilarutkan ke dalam air agar terdispersi dalam larutan dan mudah digunakan khususnya untuk pasien pediatri, geriatri, pasien kelainan jiwa, pasien muntah atau motion sickness, serta pasien dengan kesulitan menelan tablet. Tablet dispersible diharapkan mampu memberikan onset yang lebih cepat sehingga dapat meningkatkan efektivitas obat karena tidak melalui proses disintegrasi (pecahnya tablet menjadi granul) dan deagregasi (pecahnya granul menjadi partikel) tetapi langsung terdisolusi dalam medium air sehingga dapat langsung diabsorbsi oleh pembuluh darah (Sulaiman, 2007). Tablet dispersible hancur dalam air dalam waktu kurang dari satu menit dengan membentuk suspensi yang homogen dalam air (Ventouras, 1988). Tablet dispersible banyak digunakan untuk obat-obat

tertentu seperti anti hipertensi, asma, anti inflamasi, epilepsi dan sebagainya (Anonim, 2005 b ). Pembuatan captopril dalam bentuk sediaan tablet dispersible diharapkan mampu meningkatkan efektivitas obat. Captopril dibuat sediaan tablet dispersible agar mudah digunakan oleh pasien geriatri, pasien kelainan jiwa, pasien muntah atau motion sickness, serta pasien dengan kesulitan menelan tablet. Hal itu bertujuan untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap agar tidak terjadi hipotensi. Pembuatan tablet dispersible memerlukan penambahan suatu disintegrant (bahan penghancur) agar tablet cepat terdisintegrasi dalam medium air. Disintegrant yang digunakan dalam pembuatan sediaan tablet dispersible ini yaitu starlac yang termasuk dalam superdisintegrant. Starlac mempunyai daya mengembang (swelling) yang sangat tinggi sehingga mampu mendesak ke arah luar yang akan menyebabkan tablet dapat segera hancur (Edge and Miller, 2006). Bahan pengisi yang digunakan adalah avicel PH 102 yang merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak larut dalam asam encer dan memiiki kompaktibilitas yang baik (Kibbe, 2006). Avicel PH 102 tidak larut dalam asam akan menghasilkan daya disintegrasi yang cepat sehingga mempengaruhi kecepatan disintegrasi tablet dispersible captopril. Kombinasi keduanya akan mempengaruhi sifat fisik tablet dispersible captopril terutama waktu terdispersi tablet dispersible captopril. Metode pembuatan tablet dispersible ini dengan kempa langsung karena bahan-bahan yang digunakan

memiliki daya kohesi dan sifat alir yang baik. Kelebihan metode ini yaitu memerlukan tahapan proses yang sedikit dan dapat menghemat waktu dan biaya. Berdasarkan hal tersebut perlu ditentukan pengaruh kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 terhadap sifat fisik tablet dispersible captopril. Formula optimum ditentukan dengan studi optimasi model Simplex Lattice Design dengan keuntungan model optimasi yang relatif sederhana dan rancangan formula yang terarah. B. Perumusan masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 terhadap sifat alir dan sifat fisik tablet dispersible captopril? 2. Pada konsentrasi berapakah kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 dapat memberikan sifat alir dan sifat fisik yang optimum? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 terhadap sifat alir dan sifat fisik tablet dispersible captopril. 2. Untuk memperoleh formula dengan kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 yang dapat memberikan sifat alir dan sifat fisik tablet yang optimum pada formulasi tablet dispersible captopril.

D. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Tablet Dispersible a. Tablet dispersible Tablet dispersible merupakan suatu tablet yang terdiri dari mikropartikel yang sedikitnya mengandung satu macam zat aktif dan satu macam bahan penghancur serta bahan yang bersifat swellable (mengembang jika bersentuhan dengan air). Pada umumnya viskositas cairan akan meningkat setelah tablet terdispersi. Tablet dapat terdispersi dengan cepat didalam air dan menghasilkan suatu dispersi yang stabil (Ventouras, 1988). Tablet jenis ini diperuntukkan untuk orang yang sukar menelan tablet secara utuh (geriatrik atau pediatrik), dengan cara didispersikan ke dalam air terlebih dahulu, baru diminum dalam bentuk larutan suspensi. Keuntungan lain tablet ini adalah dapat memberi onset yang lebih cepat dibandingkan tablet standar kompresi, hal ini karena tablet dapat segera terdisintegrasi sehingga mempercepat disolusi dan absorbsi. Sifat-sifat dari tablet dispersible yang berpengaruh bila didispersikan dalam air seperti porositas, kekerasan, waktu disintegrasi dan peningkatan viskositas setelah terjadi dispersi, merupakan kontrol kualitas yang harus dilakukan selama proses produksi sehingga dapat menghasilkan tablet yang berkualitas (Sulaiman, 2007). Mekanisme hancurnya tablet dispersible dengan mekanisme pengembangan/sweling. Tablet bila terkena air maka bahan penghancur akan mengembang, akibatnya granul/partikel penyusun tablet akan terdesak dan akhirnya hancur. Hancurnya tablet dipengaruhi oleh struktur pori tablet. Tablet

yang memiliki struktur pori yang besar dan banyak, maka disintegrasinya akan lebih lama. Hal ini karena pendesakan yang diakibatkan karena bahan penghancur mengembang tidak cukup kuat untuk mendesak partikel lainnya. Sebaliknya tablet dengan porositas rendah akan lebih cepat hancur akibat tenaga dorongan hasil pengembangan bahan penghancur (Sulaiman, 2007). b. Bahan Tambahan Tablet Dispersible Sebuah tablet dispersible tidak hanya terdiri dari zat aktif saja melainkan terdiri atas beberapa campuran zat tambahan. Penggunaan zat-zat tersebut harus sesuai fungsi dan kebutuhan serta syarat Farmakope Indonesia atau pustaka lain. Komposisi tablet dispersible hampir sama dengan tablet konvensional namun disintegrant diganti dengan superdisintegrant agar waktu terdispersinya lebih cepat. Zat-zat yang digunakan dalam tablet dispersible adalah : 1) Bahan Pengisi (filler) Bahan pengisi adalah zat inert yang ditambahkan pada zat aktif dalam jumlah yang cukup untuk dibuat sediaan obat sehingga diperoleh berat yang rasional. Bahan pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain avicel PH 102, sukrosa, laktosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, dan bahan lain yang cocok (Banker and Anderson, 1994). Sifat kelarutan dari bahan pengisi akan mempengaruhi kecepatan dan mekanisme disintegrasi. Bahan pengisi yang larut air akan menyebabkan peningkatan viskositas cairan penetrasi sehingga bertendensi menurunkan efektifitas daya mengembang bahan penghancur sedangkan bahan

pengisi yang tidak larut air akan menghasilkan daya disintegrasi yang cepat (Sulaiman, 2007). Rentang penimbangan untuk bahan ini antara 5 % sampai 60 % dari berat total tablet dispersible (Anonim, 2005 b ). 2) Bahan Penghancur (disintegrant) Sebagai bahan tabletasi, bahan penghancur memiliki arti yang khusus. Oleh karena itu, jenis tablet apapun harus cepat hancur di dalam air atau cairan lambung. Beberapa faktor yang berperan dalam kehancuran tablet yaitu jenis dan jumlah bahan obat yang di racik khususnya bahan pengikat dan bahan pelicin serta bahan pengisi; ukuran dan bentuk granulat; gaya pencetakan yang digunakan; ukuran dan bentuk serta usia tablet (Voigt, 1984). Saat ini penggunaan superdisintegrant semakin meningkat. Hal ini karena bahan penghancur jenis superdisintegrant ini hanya dibutuhkan dalam konsentrasi yang kecil, daya disintegrannya sangat baik cukup efektif jika ditambahkan secara intragranular. Kekurangannya yaitu sangat higroskopis, sehingga tidak dapat digunakan untuk obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban. Daya mengembang supedisintegrant sangat tinggi dan cepat sehingga mampu mendesak ke arah luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet dapat segera hancur (Sulaiman, 2007). Starlac merupakan salah satu jenis superdisintegrant. Starlac yaitu superdisintegrant yang terdiri dari lactosa monohydrate dan amilum jagung yang di buat dengan metode spray drying. Keuntungan starlac adalah sifat alirnya baik tergantung proses pembuatannya; ikatannya mudah di hancurkan karena kandungan laktosanya; waktu hancurnya cepat tergantung starch. Rasio antara

laktosa dan amilum jagung dapat meningkatkan waktu hancur dan menurunkan kerapuhan (Gohel, 2005). Superdisintegrant lain yang sering digunakan dalam pembuatan tablet dispersible yaitu kelompok amilum jagung atau amilum kentang atau modifikasi amilum (sodium carboxymethyl starch); microcrystalline cellulose; cross-linked povidone (kollidone CL); resin penukar ion (amberlite). Rentang penimbangan untuk bahan ini antara 1% sampai 15% dari berat total tablet dispersible (Anonim, 2005 b ). 3) Bahan Pengikat (binder) Bahan pengikat yaitu bahan yang mempunyai sifat bila dicampur serbuk dapat mengubah serbuk menjadi granul, selanjutnya jika granul adhesif sehingga dikempa akan menjadi kompak. Sebagai bahan pengikat digunakan amilum, gelatin, gula akasia, polietilenglikol dan bahan lain yang cocok (Sheth and Shangraw, 1980). Rentang penimbangan untuk bahan ini antara 2 % sampai 10 % dari berat total tablet dispersible (Anonim, 2005 b ). 4) Bahan pemanis (flavouring) Bahan pemanis yang sering digunakan untuk menutupi rasa pahit atau rasa yang tidak menyenangkan dari obat yaitu sakarida; aspartam; cyclamate; dextrate; sugar; sorbitol; sukrosa dan bahan pemanis lain yang cocok. Rentang penimbangan bahan ini antara 1% sampai 4% dari berat total tablet dispersible (Anonim, 2005 b ).

5) Bahan pelicin (lubricant) Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang cetak dengan tablet (lubricant), memperbaiki sifat alir granul (glidant) atau mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang cetak dan permukaan punch (anti adherent). Macam-macam lubricant yang sering digunakan antara lain talk, asam stearat, magnesium stearat, zincum stearat dan bahan lain yang cocok (Sheth and Shangraw, 1980). Rentang penimbangan untuk bahan ini antara 0,5% sampai 7% dari berat total tablet dispersible (Anonim, 2005 b ). c. Metode Pembuatan Tablet Dispersible Metode dalam pembuatan tablet pada umumnya ada tiga macam, yaitu : 1) Metode granulasi basah (wet granulation) Metode ini meupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1999). 2) Metode granulasi kering (dry granulation) Granulasi kering dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi, dimana metode ini sering digunakan dalam industri. Cara ini membutuhkan lebih pendek waktu sehingga lebih ekonomis daripada granulasi basah (Voigt, 1984). Cara granulasi kering adalah dengan slugging, yaitu dengan memadatkan massa yang

jumlahnya besar dari suatu campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahanbahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena tidak tahan panas (Banker and Anderson, 1994). 3) Kempa langsung (direct compression) Bahan-bahan yang memiliki sifat alir dan daya kohesinya baik, sangat memungkinkan untuk langsung dikempa dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah ataupun kering terlebih dahulu (Ansel, 1999). Kempa langsung di definisikan sebagai proses pembuatan tablet dengan langsung mengempa campuran serbuk (zat aktif dan eksipien), dan tidak ada proses sebelumnya kecuali penimbangan dan pencampuran. Tablet dispersible biasanya terdiri dari zat-zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang cukup baik, sehingga lebih cocok bila digunakan metode kempa langsung. Alasan digunakannya metode kempa langsung dalam produksi tablet : a) Tersedianya bahan untuk kempa langsung yang mempunyai kompresibilitas dan fluiditas yang baik, misalnya Lactosa Spray Dried, lactosa anhidrat, starch 1500 dan lain sebagainya. b) Prosesnya lebih singkat dan ekonomis. c) Mengeliminasi panas dan kelembaban sehingga akan meningkatkan stabilitas. d) Ukuran partikel relatif seragam. e) Proses disintegrasi dan disolusi lebih baik f) Keseragaman dari batch-to-batch sangat tinggi.

g) Masalah stabilitas dalam hubungannya dengan air dan panas dari zat aktif dan eksipien dapat di hindari (Sulaiman, 2007) Kekurangannya adalah dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan bahan obat; dapat terjadi aliran statik pada obat selama pencampuran; serta pada dosis besar akan menimbulkan masalah bila tidak mudah dikempa dengan obatnya sendiri (Banker and Anderson, 1994). d. Sifat Alir Serbuk 1) Kecepatan alir Pemeriksaan sifat alir campuran dilakukan dengan menguji waktu alir campuaran, dimana waktu alir yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada suatu alat. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kondisi permukaan, kelembapan granul, dan penambahan bahan pelicin. Analitik granul mempunyai sifat alir yang baik maka pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrot, 1971). 2) Sudut diam Sudut diam merupakan sudut evaluasi yang di bentuk antara timbunan partikel yang terbentuk dengan bidang horizontal. Sudut diam merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat dengan kohesifitas antar partikel penyusun (Parrot, 1971). Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel yang terbentuk kerucut dengan bidang horizontal, granul atau serbuk yang mempunyai sudut diam lebih besar atau sama dengan 40 o (biasanya mempunyai sifat alir yang kurang baik). Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi

oleh bentuk ukuran dan kelembapan granul. Granul akan mudah mengalir jika mempunyai sudut diam kurang dari 30 o dan tidak lebih dari 40 o (Banker dan Anderson, 1986). e. Sifat Fisik Tablet Dispersible 1) Keseragaman bobot Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Penyimpangan bobot untuk tablet tak bersalut terhadap bobot rata-ratanya menurut Farmakope Indonesia edisi III: Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg-150 mg 10% 20% 151 mg-300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% 2. Kekerasan tablet Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dapat dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Fonner, 1981). 3. Kerapuhan tablet Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang

selama pengujian. Tablet yang baik mempunyai susut bobot tablet setelah uji kerapuhan (< 1%) dari bobot mula-mula (Parrott, 1971). 4. Waktu terdispersi Waktu terdispersi adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain bahan tambahan yang digunakan, metode pembuatan tablet, jenis dan konsentrasi bahan pelicin, tekanan mesin pada saat penabletan, sifat fisika kimia meliputi ukuran partikel dan struktur molekul (Sulaiman, 2007). Waktu terdispersi tablet dispersible sekitar < 1 menit (Ventouras, 1988). 5. Waktu Pembasahan Kecepatan cairan yang dipilih untuk berpenetrasi ke dalam tablet dapat digunakan untuk mempelajari struktur pori tablet. Kecepatan cairan penetrasi seharusnya dapat menyediakan informasi ketika proses disintegrasi/disolusi pada tablet misalnya hasil pemeriksaan yang berhubungan dengan karakteristik physico mechanical dan pemeriksaan in vivo (Banker and Rhodes, 2002). 6. Uji Terdispersi Uji terdispersi tablet dispersible untuk mengetahui apakah tablet tersebut terdispersi sempurna atau tidak. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan tablet tersebut ke dalam medium air agar dapat melalui ayakan 2000 µm sehingga dapat dilihat apakah tablet tersebut terdispersi sempurna atau tidak (Anonim, 1999).

f. Monografi Bahan 1) Captopril Gambar 1. Rumus partikel captopril, C9H15NO3S (Anonim, 1995) Captopril (gambar 1) mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,0% C9H15NO3S. Captopril berupa serbuk hablur putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfida. Captopril mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan dalam kloroform (Anonim, 1979). 2) Avicel PH 102 Avicel PH 102 (mikrokristalin selulosa) di sini digunakan sebagai bahan pengisi. Avicel PH 102 merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri atas partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik (Galichet, 2006). Avicel PH 102 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompaktibilitas yang baik. Ikatan yang terjadi antar partikelnya adalah ikatan hidrogen, ikatan ini sangat berperan terhadap kekerasan dan kohesifitasnya. Pada tekanan kompresi partikelnya mengalami deformasi plastis, sehingga dapat menaikkan kompaktibilitas (Sheth and Shangraw, 1980).

3) Starlac Starlac merupakan eksipien yang baru untuk metode kempa langsung. Starlac terdiri dari 85% α-lactose-monohydrat dan 15% Amylum maizena (amilum jagung). Starlac memiliki sifat alir dan porositas yang baik, serta kompaktibel sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam metode kempa langsung (Hauschild and Picker, 2008). Keuntungan starlac meliputi sifat alir yang baik tergantung proses spray-driying, mudah dihancurkan karena mengandung laktosa, waktu terdispersinya cepat tergantung amilumnya. Gohel and Jogani menyimpulkan bahwa ratio laktosa dan amilum dapat menurunkan kerapuhan tablet sehingga semakin besar persentase amilum kerapuhan tablet akan semakin kecil (Gohel, 2005). Starlac berfungsi sebagai superdisintegrant, jika terkena air akan mengembang kemudian tablet pecah. 4) PEG 6000 polietilenglikol 6000 adalah polietilenglikol; H(O-CH2-CH2)nOH, harga n 158 dan 204. PEG 6000 berupa serbuk licin putih/potongan putih kuning gading; praktis tidak berbau; tidak berasa. PEG 6000 mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P. Bobot molekulnya rata-rata tidak kurang dari 7000 dan tidak lebih dari 9000 (Anonim, 1979). Pada pembuatan tablet, polietilenglikol dengan BM tinggi dapat meningkatkan efektivitas bahan pengikat tablet meskipun aksinya terbatas dan memberikan plastisizer (kelenturan) granul serta dapat memperpanjang disintegrasi jika konsentrasinya lebih dari 5% w/w. Tablet yang mengandung

PEG 6000 dapat berfungsi untuk meningkatkan kelarutan dalam air atau disolusi tablet. PEG dengan BM 6000 atau lebih dapat digunakan sebagai pelicin khususnya untuk tablet yang larut dalam air. PEG dengan BM lebih dari 1000 berupa serbuk putih atau tidak berwarna dan pada konsistensi tertentu berupa pasta atau lapisan lilin. PEG 6000 atau lebih berupa serbuk yang mudah mengalir. Semua tipe polietilenglikol larut dalam air dan campur dalam semua proporsi dengan polietilenglikol yang lain (jika perlu). Polietilenglikol yang berupa serbuk larut dalam acetone, dichloromethane, dan ethanol (95%) (Price, 2006). 5) Sorbitol Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6 H 14 O 6, di hitung terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung sejumlah kecil alkohol polihidrik lain. Sorbitol berupa serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis. Sorbitol sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat (Anonim, 1995). Sorbitol adalah D-glucitol berupa alkohol hexahydric manosa dan isomer dari manitol. Sorbitol berupa serbuk putih atau hampir tidak berwarna, tidak berbau,kristal dan hygroscopic. Bentuk sorbitol yang berupa 4 kristal polymorph dan 1 amorph mengidentifikasi bahwa terdapat sedikit perbedaan diantara sifat fisiknya misal titik didih. Sorbitol tersedia luas dan berbentuk polymorp seperti granul, lilin atau butiran yang cenderung tidak seperti serbuk dan lebih baik jika dikempa langsung. Tingkat kemanisan sorbitol 50-60% sukrosa (Owen, 2006).

6) Magnesium stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari8,3% MgO. Magnesium stearat berupa serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran. Magnesium stearat tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter (Anonim, 1995). Magnesium stearat umumnya digunakan di kosmetik, makanan, dan farmasetik. Magnesium stearat berfungsi sebagai bahan pelicin pada pembuatan kapsul dan tablet dengan konsentrasi antara 0,25% - 5,0% serta digunakan sebagai bahan pembawa dalam krim. Magnesium stearat berupa endapan atau campuran serbuk dengan kekentalan yang rendah, berbau dan berasa seperti asam stearat. Serbuk magnesium stearat berminyak jika dipegang dan mudah melekat jika di kulit. Magnesium stearat kurang larut dalam benzene dan ethanol (95%) (Allen, 2006). 2. Optimasi Model Simplex Lattice Design Optimasi adalah suatu metode atau desain eksperimental untuk memudahkan dalam penyusunan dan interpretesi data secara matematis. Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah sedikitnya satu variabel atau bahkan lebih fraksi komponen lain. Jika X 1 adalah fraksi dari komponen satu dalam campuran fraksi maka:

0 X 1 1 i=1, 2,, q...(1) 1 2 3 A C B Gambar 2. Simplex Lattice Design model linear Kurva 1 (gambar 2) menunjukan bahwa adanya interaksi yang positif, yaitu masing-masing komponen saling mendukung. Kurva 2 menunjukan bahwa tidak ada interaksi, yaitu masing-masing komponen tidak saling mempengaruhi. Kurva 3 menunjukkan bahwa adanya interaksi yang negatif, yaitu masing-masing komponen saling meniadakan. Campuran akan mengandung sedikitnya satu komponen dan jumlah fraksi semua komponen adalah tetap, ini berarti : X 1 +X 2 +.+X q = 1...(2) Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponenkomponen dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar dengan q tiap sudut dan q-1 dimensi. Semua fraksi dari kombinasi 2 campuran dapat dinyatakan sebagai garis lurus. Jika ada dua komponen (q=2), maka akan dinyatakan sebagai satu dimensi yang merupakan gambar garis lurus seperti terlihat pada gambar 2. Titik A

menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A, titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B, sedangkan garis AB menyatakan semua kemungkinan campuran A dan B. Titik C menyatakan campuran 0,5 komponen A dan komponen B. Hubungan fungsional antara respon (variabel tergantung) dengan komposisi (variabel bebas) dinyatakan dengan persamaan : Y=β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 12 X 1 X 2 (3) Y X 1 dan X 2 = respon = fraksi dari tiap komponen β 1 dan β 2 = koefisien regresi dari X 1, X 2 β 12 = koefisien regresi dari interaksi X 1 -X 2 Untuk q= 2. maka persamaan (4) berubah menjadi : X 1 +X 2 = 1...(4) Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan y adalah respon yang diinginkan. Nilai X 1 ditentukan, maka nilai X 2 dapat dihitung. Setelah semua nilai didapatkan dimasukkan ke dalam garis maka akan didapatkan contour plot yang diinginkan (Armstrong and James, 1996). E. Landasan Teori Pembuatan tablet dispersible memerlukan bahan tambahan untuk mendapatkan tablet yang dapat diterima konsumen dan memenuhi persyaratan tablet yang baik. Starlac berfungsi sebagai superdisintegrant yang mempunyai daya mengembang (swelling) yang sangat tinggi sehingga mampu mendesak ke arah luar yang akan menyebabkan tablet dapat segera hancur. Starlac merupakan

eksipien yang baru untuk metode kempa langsung. Starlac terdiri dari 85% α- lactose-monohydrat dan 15% Amylum maizena (amilum jagung). Kombinasi laktosa dan amilum jagung dapat meningkatkan waktu hancur dan menurunkan kerapuhan (Gohel, 2005). Starlac memiliki sifat alir dan porositas yang baik, serta kompaktibel sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam metode kempa langsung (Hauschild and Picker, 2006). Avicel PH 102 (mikrokristalin selulosa) digunakan sebagai bahan pengisi yang merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompaktibilitas yang baik. Ikatan yang terjadi antar partikelnya adalah ikatan hidrogen, ikatan ini sangat berperan terhadap kekerasan dan kohesifitasnya. Pada tekanan kompresi partikelnya mengalami deformasi plastis, sehingga dapat menaikkan kompaktibilitas (Sheth and Shangraw, 1980). Sehingga kombinasi antara avicel PH 102 dan starlac akan mempengaruhi sifat fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu terdispersi dan waktu pembasahan. Kombinasi antara avicel PH 102 dan starlac dalam formula tablet dispersible captopril mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang baik akan menghasilkan sifat fisik tablet yang baik sesuai persyaratan masing-masing uji. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa kombinasi starlac dan avicel PH 102 dapat menghasilkan tablet dispersible captopril yang memiliki sifat fisik yang optimum maka digunakan optimasi model Simplex Lattice Design.

F. Hipotesis Kombinasi bahan penghancur starlac dan bahan pengisi avicel PH 102 akan mempengaruhi sifat fisik tablet dispersible captopril terutama waktu terdispersi dan pada konsentrasi tertentu kombinasi starlac dan avicel PH 102 akan memberikan sifat fisik tablet yang optimal.