Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek Oleh : Baba Barus Ketua PS Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan Sekolah Pasca Sarjana, IPB Diskusi Pakar "Bencana Berulang di Jabodetabek: Mitigasi Baniir - Longsor Jabodetabek Berbasis Penataan Kawasan Berkelaniutan", 12 Pebruari2013, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Cakupan materi 1. Pendahuluan 2. Berbagai tipe longsor dan karakter 3. Faktor pembentuk longsor 4. Upaya pencegahan bencana longsor 5. Penutup
I. Pendahuluan Berbagai tipe bencana di Indonesia, dapat disebabkan alam, (geologi, hidrometeorologi), teknologi atau manusia; Bahaya (hazard) tertentu menonjol di wilayah spesifik Longsor adalah masa tanah atau material campuran lempung, kerikil, pasir, kerakal serta bongkah dan lumpur, yang bergerak sepanjang lereng atau keluar lereng karena faktor gravitasi bumi. Longsor yang terdapat di kawasan tertentu bencana (disaster), padadaerah pemukiman, persawahan, dan lainnya Kejadian longsor umumnya terjadi di musim hujan atau munculnya kejadian gempa, Kejadian longsor di Jabodetabek sudah menjadi bencana. Kejadian di Bogor (kab atau kota) muncul secara rutin Kenapa? Kegagalan penanggulangan!!!
Pendahuluan (lanjutan) : Bencana di Indonesia 1. Erosi 2. Banjir 3. Longsor 4. Kebakaran hutan dan lahan 5. Kekeringan 6. Pencemaran 7. Abrasi 8. Vulkanik 9. Tsunami 10. Gempa 11. Ledakan chernobil, bom atom 12. Perang, konflik sosial 13. Ledakan hama 14. Penyakit Hydrometeorological hazard Geological hazard Technological hazard Socio hazard Apakah proses penyebab ini dapat ditekan atau ditahan? Kalau tidak berarti harus menyesuaikan atau menekan!!!!!
Pendahuluan: bencana di Indonesia Kuantitas posisi 2 Jabar di posisi 2 Sumber : BNPB, 2012
Sebaran Lahan Kritis di Jabar 2010 (kombinasi perencanaan ruang, kemampuan lahan dan penggunaan lahan aktual) (Sumber: Barus, et al, 2011)
II. Tipe Longsor dan Karakternya (Varnes, 1958) 1. Falls: Batuan dan tanah 2. Topple : Batuan dan debris 3. Slides: Rotational slump Translational slide 4. Flows: Rock-avalanches Debris flows Lereng terjal tebing (alami) Lereng terjal Sungai Lereng dipotong Bidang luncur (lap B, C, D dan Lapisan batuan) Sawah, sungai Lahan kering Sawah sungai 5. Kompleks
Ilustrasi proses kejadian longsor
Longsor di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, 2013
Landslide rotasional di lahan pertanian di kaki G. Ciremai (Kompas, 2004) Landslide di tebing sungai (Garut, 2000)
3. Faktor-Faktor Penyebab 1. Geologi : struktur dan batuan deep LS arah dip lebih mudah terbentuk bidang luncur bahan induk piroklastik atau tersier lebih mudah 2. Tanah / bahan terlapuk: bidang luncur tanah berliat lebih potensial lapisan AB, BC, CD di profil tanah Shallow SL Faktor pasif 3. Lereng dan landform lereng terjal potensi untuk longsor fall dan sejenis lereng curam potensi untuk tipe slide and flows 4. Hidrologi dan iklim : sungai, mata air, curah hujan melemahkan penopang tanah atau meningkatkan massa melemahkan daya ikat massa / strength curah hujan tertentu bersifat spesifik 5. Infrastruktur : jalan, pemukiman pemootongan lereng melemahkan daya tahan/strength 6. Penggunaan lahan lokasi dominan longsor : sawah, pinggir sungai, jalan, lahan kering tipe pohon tertentu meningkatkan beban massa tipe vegetasi tertentu mampu mengikat masa tanah 7. Gempa dan longsor tidak aktif Faktor aktif / dinamis
4. Upaya Penanggulangan Bencana Pendekatan pengelolaan bencana terpadu, yang menekankan upaya preventif, dan juga antisipasi dengan peningkatan upaya kuratif biaya awal relatif tinggi dan bersifat berkelanjutan Tindakan preventif; dari persfektif pengelolaan kawasan Sumber : Handbook of Disaster Management)
Lanjutan Penanggulangan Bencana Kegiatan pencegahan (pendekatan preventif) bencana longsor : a. Pembuatan Peta Bahaya. Kerentanan dan Risiko bencana longsor peta bahaya yang sudah tersedia skala kecil/menengah 1:100,000 perlunya peta tipe longsor dan status keaktifannya perlunya peta kerentatan dan risiko b. Peta RTRW belum berbasis daya dukung lingkungan Jika berbasis daya dukung, maka daerah rawan longsor teridentifikasi Jika sudah ada peta potensi bencana, perlu diintegrasikan c. Pengelolaan ruang atau lahan (pemanfaatan dan pengendalian) penggunaan non intensif pada daerah potensial longsor larangan beraktivitas pada daerah bekas longsor adaptasi teknologi lokal daerah aktual / potensi longsor adalah a. sawah = drainase kurangi beban b. sungai = vegetasi spesifik akar dan beban (perlu riset!!) identifikasi vegetasi yang mampu mengikat masa c. potongan lereng oleh jalan / pemukiman = penguatan identifikasi tanaman spesifik d. lahan kering = drainase e. lereng curam / terjal = batasi aktivitas intensif d. Penguatan SDM dan Deteksi Dini pelatihan, sosialisasi, pengamatan, pemantauan dst
Kenampakan daerah rawan longsor di Kab Bogor, 2012 (pemetaan semi-kualitatif) (Sumber: Boanerges, 2013)
Sumber : MIH, KLH 2006
Beberapa kebijakan lokal untuk mengadaptasi landslide (Kec Semarang, Garut, 2001)
5. Penutup Daerah bahaya longsor (potensi/aktual) perlu dipetakan secara detil dan dikembangkan ke risiko bencana longsor Prioritas penanganan dan pemantauan longsor diarahkan di daerah risiko tinggi (daerah aktif atau dorman longsor) Pendekatan pengelolaan bencana terpadu ditekankan pada upaya preventif, dan antisipasi peningkatan upaya kuratif Secara teknis detil pencegahan longsor diarahkan sehingga beban massa tanah lebih rendah dari kemampuan menahan massa tanah melalui rekayasa drainase, vegetasi, dll, yang bersifat spesifik lokasi Secara ruang, perencanaan ruang diarahkan sesuai dengan daya dukung (kemampuan lahan) Upaya peningkatan kapasitas melalui sosialisasi hasil pemetaan dan pemantauan harus dilakukan secara priodik