BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

ANALISA KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO (STUDI KASUS : TRAYEK PUSAT KOTA 45 MALALAYANG)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

penumpang yang dilakukan system sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu obyek. Objek yang dipindahkan mencakup benda tak bernyawa seperti sumber daya alam,

BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan!

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DI PULAU TAGULANDANG

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret 2016 ( ) ISSN:

Analisa Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Penumpang Roda Dua di Waena Kota Jayapura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN JASA TRAVEL JURUSAN PALANGKARAYA-SAMPIT DITINJAU DARI BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENUMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN SEKOLAH DI KOTA DENPASAR (STUDI KASUS SEKOLAH RAJ YAMUNA) (030T)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu berusaha

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA DENPASAR

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

KATA PENGANTAR. Denpasar, Oktober Tim Peneliti

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

ANALISA TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK ANTAR TERMINAL SIMALINGKAR PANCING MEDAN TUGAS AKHIR

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG

Grafik jumlah penumpang TransJakarta rata-rata perhari

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. perkotaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu choice dan captive.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nindyo Cahyo Kresnanto

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik)

EVALUASI TARIF DAN MUTU PELAYANAN ANGKUTAN ANTAR PROVINSI (Studi Kasus: Angkutan Minibus Jurusan Puruk Cahu Banjarmasin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III LANDASAN TEORI. a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan. b. PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu sistem tertentuuntuk maksud dan tujuan tertentu. Sejak dahulu transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat, hanya saja alat angkut yang dimaksud bukan seperti sekarang ini. Sebelum tahun 1800 alat pengangkutan yang digunakan adalah tenaga manusia, hewan, dan sumber tenaga dari alam. Pada tahun 1800 sampai 1920, transportasi mulai berkembang dengan memanfaatkan sumber tenaga mekanis seperti kapal uap, kereta api, kendaraan bermotor dan pesawat terbang. Dari tahun 1920 sampai sekarang pertumbuhan transportasi berkembang dengan pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Adanya transportasi menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya dan istiadat suatu bangsa atau daerah (Salim, 1993). Kemajuan transportasi berkaitan erat dengan perkembangan kebudayaan manusia. Transpotasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dalam hal ini dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang atau komoditi yang berguna menurut waktu dan tempat. Fungsi transportasi pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Memindahkan barang barang atau hasil produksi dengan menggunakan alat angkut. 2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan sarana dan prasarana transportasi yang benar akan memberikan manfaat yang sangat besar pada oertumbuhan ekonomi, mengurangi atau memberantas kemiskinan, dan meningkatkan pembangunan apabila memberika pelayanan yang efektif dan efisien. 4

2.2 Angkutan Umum Penumpang Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan pungutan bayaran. Angkutan umum penumpang lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002). Angkutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Angkutan umum yang disewakan (paratransit) Yaitu pelayanan jasa angkutan yang dapat dimanfaatkan leh setiap orang berdasarkan ciri tertentu misalnya tarif dan rute. Angkutan umum ini pada umumnya tidak memiliki trayek atau jadwal tetap misalnya taksi, ciri utama angkutan ini adalah melayani permintaan. 2. Angkutan umum massal (masstransit) Yaitu payanan angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap misalnya bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap baik jadwal, tarif maupun lintasannya (Warpani, 2002). Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003, Bab I, Pasal 1, jenis jenis angkutan adalah sebagai berikut: 1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 2. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota yang lain yang melalui antar daerah kabupaten atau kota yang melalui lebih dari satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 3. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten atau kota dalam satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 4. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu derah kota atau wilayah ibukota kabupaten atau dalam Daerah Khusus 5

Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. 5. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. 6. Angkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesaan yang memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten atau kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupun lebih dari satu propinsi. 7. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, pemukiman, dan simpul yang berbeda. 8. Angkutan Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas. 9. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang terbatas. 10. Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya. 11. Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu. 2.3 Rute dan Trayek Rute merupakan ruas ruas jalan yang dilalui dalam suatu trayek sehingga satu trayek dapat memiliki lebih dari satu rute. Rute angkutan umum biasanya ditempatkan di lokasi yang memang diperkirakan ada calon penumpang yang akan dilayani. Sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang bersama sama 6

melayani kebutuhan masyarakat. Dalam sistem jaringan rute tersebut akan terdapat titik titik dimana akan terjadi pertemuan dua rute atau lebih. Pada titik titik yang dimaksud dimungkinkan pergantian rute, karena pada kenyataannya seorangpenumpang tidak selamanya dapat menggunakan hanya satu rute untuk perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan (Warpani, 2002). Trayek merupakan pelayanan angkutan umum dari suatu tempat asal ke suatu tempat tujuan. Pada umumnya trayek angkutan umum yang melayani masyarakat dalam suatu wilayah jumlahnya lebih dari satu. Menurut keputusan Mentreri Perhubungan KM. 35 tahun 2003, Bab III Pasal 2 ada beberapa jenis trayek yaitu: 1. Trayek lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui batas negara. 2. Trayek antar kota antar propinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu daerah propinsi. 3. Trayek antar kota dalam propinsi, yaitu trayek yang melalui antar daerah kabupaten dan kota dalam satu daerah propinsi. 4. Trayek kota, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam kota. 5. Trayek perdesaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam kabupaten. 6. Trayek perbatasan, yaitu trayek antar perdesaan yang berbatasan, yang keseluruhannya berada di daerah propinsi atau antar daerah propinsi. Kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang disebut jaringan trayek (Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003). Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek adalah pola tata guna lahan. Pelayanan angkutan umum penumpang diusahakan mampu menyediakan aksesibilitas yang baik. Aksesibilitas adalah ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lainnya dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Tamin, 2000). Lintasan trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian juga lokasi lokasi yang potensial menjadi tujuan berpergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan. 7

2.4 Standar Kinerja dan Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang terlihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasi Berdasarkan Departemen Perhubungan NO ASPEK PARAMETER STANDAR 1 Jumlah Penumpang Jumlah penumpang/angkutan/hari (pnp/angkt/hr) - Bus besar lantai ganda, 85 1500-1800 tempat duduk, 35 berdiri - Bus besar lantai tunggal, 49 1000-1200 tempat duduk, 30 berdiri - Bus sedang, 20 tempat duduk, 500-600 10 berdiri - Bus kecil 14 tempat duduk 300-400 - Mobil penumpang umum, 250-300 11 tempat duduk 2 Jarak Perjalanan Rata - rata jarak tempuh (km/hr) (km/hr) Angkutan - Bus besar lantai ganda 250 - Bus besar lantai tunggal 250 - Bus sedang 250 - Bus kecil 250 - Mobil penumpang umum 250 3 Tingkat Konsumsi Penggunaan bahan bakar minyak (km/ltr) (km/ltr) Bahan Bakar - Bus besar lantai ganda 2 - Bus besar lantai tunggal 3-3,6 - Bus sedang 5 - Bus kecil 7,5-9 - Mobil penumpang umum 7,5-9 4 Load Factor Perbandingan kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan 70% Sumber: Departemen Perhubungan, 1996 8

Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan NO ASPEK PARAMETER STANDAR 1 Waktu Tunggu Waktu penumpang menunggu angkutan (menit) (menit) - Rata - rata 5-10 - Maksimum 10-20 2 Waktu Perjalanan Waktu perjalanan setiap hari dari/ke (jam) tempat tujuan (jam) - Rata - rata 1,0-1,5 - Maksimum 2-3 3 Headway Waktu antara kendaraan (menit) (menit) - Headway ideal 5-10 - Headway puncak 2-5 4 Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam) (km/jam) - Kelas II 30 - Kelas III A 20-40 - Kelas III B 20 - Kelas III C 10-20 Berdasarkan jenis trayek - Cabang 20 - Ranting 10 Sumber : Departemen Perhubungan, 1996 2.4.1 Kinerja Operasi Angkutan Umum Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja operasional angkutan umum: a. Jumlah / Volume Penumpang Jumlah penumpang adalah rata rata jumlah penumpang per armada per hari, untuk periode harian umumnya penumpang mencapai puncaknya pada pagi dan siang hari. JPa = JPj / Jab (2.1) JPa = jumlah penumpang/armada/hari JPj = jumlah penumpang/hari Jab = jumlah armada yang beroperasi b. Jarak Perjalanan Angkutan Umum Adalah rata rata perjalanan yang ditempuh tiap armada per hari. JP = Jr/hari Pr (2.2) 9

Jp = jarak perjalanan (km) Jr = jumlah rata rata rit/hari Pr = panjang rute (km) c. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar Adalah banyaknya bahan bakar yang dipergunakan per hari untuk menempuh jarak perjalanan per hari. Kbb = Jbb / Jp (2.3) Kbb = konsumsi bahan bakar (ltr/km) Jbb = jumlah bahan bakar (ltr/hr) Jp = jarak perjalanan (km/hr) d. Faktor Muatan (Load Factor) Perbandingan jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tampung pada tiap segmen jalan sebagai faktor beban yang mewakili satu lintasan jalan. Dari itu dapat diketahui apakah jumlah armada yang ada masih kurang, mencukupi, atau melebihi kebutuhan. LF = P / K 100% (2.4) LF = faktor muatan (load factor) P = jumlah penumpang yang diangkut dalam satu lintasan. K = daya tampung kendaraan yang diijinkan 2.4.2 Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Kualitas pelayanan angkutan umum meliputi: a. Waktu Tunggu Adalah jumlah waktu rata rata dan maksimum menunggu angkutan umum. Untuk memperkirakan waktu tunggu di asumsikan bahwa kedatangan angkutan umum perkotaan tidak berdasarkan jadwal yang jelas dan bersifat acak sehingga rata rata waktu tunggu yang dipergunakan pengguna angkutan umum diasumsikan sama dengan setengah headway. Wt = 0,5 H (2.5) 10

Wt = waktu tunggu (menit) H = headway b. Waktu Perjalanan Adalah jumlah waktu maksimum yang diperlukan dalam perjalanan setiap hari dan ke tujuan. Wp = Wr Wb (2.6) Wp = waktu perjalanan (menit) Wr = waktu jarak perjalanan (menit) Wb = waktu berangkat (menit) c. Headway Adalah waktu antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik. d. Kecepatan Perjalanan Adalah kecepatan rata rata yang ditempuh oleh angkutan umum perkotaan dalam km/jam. Dalam hal ini jenis jenis kecepatan yaitu: - Kecepatan titik/sesaat (spot speed) adalah kecepatan yang diukur pada saat kendaraan melintas pada suatu titik di jalan. Kecepatan Rata Rata Waktu (time mean speed) Kecepatan rata rata waktu adalah kecepatan rata rata hitung (aritmatika) dari kendaraan kendaraan yang melintas disuatu segmen pengamatan selama periode waktu tertentu. Kecepatan Rata Rata Ruang (space mean speed) Kecepatan rata rata ruang adalah kecepatan rata rata kendaraan menempuh ruas yang sedang dianalisis atau kecepatan rata rata harmonik dari suatu kendaraan yang menempati suatu segmen jalan selama periode waktu tertentu. - Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan rata rata dari semua kendaraan yang melintas suatu titik di jalan selama periode waktu tertentu. - Kecepatan bergerak (running speed) adalah kecepatan rata rata dari semua kendaraan yang menempati panjang suatu potongan jalan tertentu dibagi waktu bergerak. 11

Kecepatan perjalanan didapat dari wawancara dengan supir, waktu saat kendaraan berangkat dan kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan. V = Jp / Wp (2.7) V = kecepatan rata rata perjalanan (km/jam) Jp = jarak perjalanan (km) Wp = waktu perjalanan (jam) 2.5 Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Menurut Departemen Perhubungan (2004), Biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan dioperasikannya kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu. Pengertian biasaya ekonomi yang terjadi disini adalah biaya yang sebenarnya terjadi. Komponen biaya operasi kendaraan terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). 2.5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang terjadi pada awal dioperasikannya suatu sistem angkutan umum. Biaya tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan kendaraan (Departemen Perhubungan, 2004). Komponen biaya tetap terdiri atas: 1. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi) Biaya penyusutan kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan karena penyusutan nilai ekonomis kendaraan akibat keausan teknis karena melakukan operasi. 2. Biaya Asuransi Biaya asuransi terdiri atas biaya asuransi kendaraan dan asuransi Jasa Raharja. 3. Biaya Administrasi Biaya administrasi adalah biaya dikeluarkan pemilik atau pengemudi secara periodik. Biaya administrasi terdiri atas: 12

a. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), yaitu biaya setiap kendaraan yang dikeluarkan setiap 5 (lima) tahun sekali aka tetapi pembayaran pajaknya dilakukan setiap satu tahun sekali sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Ijin Usaha. Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ijin dalam pengusahaan kendaraan angkutan penumpang umum. Biaya ini dikeluarkan setiap 1 tahun sekali. c. Ijin Trayek, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ijin pengoperasian kendaraan untuk melayani suatu trayek tertentu. Biaya ini dikeluarkan setiap 6 bulan sekali. d. Iuran Organda, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kendaraan umum sebagai anggota organda yang besarnya berdasarkan tarif resmi dari pemerintah daerah. e. KIR, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kendaraan secara teknis apakah layak atau tidak untuk beroperasi di jalan raya yang dikeluarkan setiap 6 bulan sekali. 2.5.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya tidak tetap atau variabel adalah biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan beroperasi. Biaya tidak tetap atau variabel sangat bervariasi tergantung dari hasil produksi, seperti jarak tempuh, jumlah penumpang atau barang yang terangkut (Departemen Perhubungan, 2004). Komponen biaya variabel terdiri atas: 1. Biaya Pemakaian Bahan Bakar Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk mengoperasikan kendaraan dan tergantung dari jarak tempuh yang dilakukan untuk setiap liter bahan bakar yang digunakan. Faktor faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar adalah: a. Ukuran Kendaraan atau Jenis Kendaraan Rata rata pemakaian BBM meningkat hampir sebanding dengan berat kendaraan. 13

b. Cuaca dan Ketinggian Cuaca dan keadaan iklim secara nyata dapat mempengaruhi kinerja kendaraan dan tenaga kendaraan. Misalnya hujan mempengaruhi permukaan jalan, angin secara langsung berpengaruh terhadap kinerja kendaraan dan suhu kendaraan mempengaruhi tenaga kendaraan. Pengaruh yang lebih besar dari faktor ini adalah ketinggian. c. Cara Mengemudi Perbedaa yang mencolok dalam penggunaan BBM antar pengemudi yang berbeda terjadi pada saat kendaraan dijalankan pada gigi yang rendah. d. Kondisi Kendaraan Pemakaian BBM akan meningkat dikarenakan kendaraan semakin tua, tergantung bagaimana baiknya perawatan dilakukan. e. Kecepatan Kendaraan Pemakaian BBM jelas berbeda pada jenis kendaraan berbeda dengan kecepatan yang berbeda pula. 2. Biaya Pemakaian Ban Biaya pemakaian ban yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban luar dan ban dalam yang jangka waktu penggunaannya dihitung berdasarkan jarak tempuh kendaraan per kilometer. Faktor faktor yang mempengaruhi usia pemakaian ban yaitu: a. Cara mengemudi kendaraan b. Kualitas ban c. Kondisi kendaraan d. Tingkat pengisian penumpang e. Permukaan jalan f. Kecepatan kendaraan 3. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Kendaraan Biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan, perbaikan dan penggantian suku cadang (termasuk ongkos kerja). Faktor faktor yang mempengaruhi perawatan kendaraan antara lain: 14

a. Umur dan kondisi kendaraan b. Kondisi permukaan jalan c. Kecepatan kendaraan 4. Biaya Minyak Pelumas (Oli) Biaya minyak pelumas (oli) adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian minyak pelumas (oli), misalnya oli mesin. 5. Gaji Pengemudi Gaji pengemudi adalah biaya yang dikeluarkan untuk gaji sopir dan kernet. Dalam praktek di lapangan gaji pengemudi bukan menjadi tanggung jawab pemilik kendaraan melainkan menjadi tanggung jawab sopir itu sendiri. Sebab upah tergantung dari saldo pendapatan per hari dikurangi bermacam macam BOK seperti BBM dan lain lain. 6. Biaya Retribusi Terminal Biaya retribusi terminal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar retribusi terminal. Selain biaya tetap dan biaya variabel, ada juga biaya tambahan (overhead) yang penting dalam pengoperasian kendaraan yang tidak dapat secara langsung dimasukkan dalam komponen komponen di atas. Untuk angkutan umum jenis mikrolet tidak perlu biaya tambahan karena pada kenyataannya pengusaha angkutan umum jenis mikrolet tidak memerlukan biaya tambahan seperti biaya sewa kantor, gaji pegawai administrasi, biaya telepon, biaya air dan biaya listrik. 2.6 Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Per Tahun Analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK) yang dilakukan adalah analisis BOK tetap per Tahun dan analisis BOK variabel per tahun (Departemen Perhubungan, 2004). 2.6.1 Perhitungan BOK Tetap Per Tahun a. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi) Biaya penyusutan kendaraan dihingtung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line depreciation) karena metode ini perhitungannya cukup sederhana dan mengalokasikan depresiasi sama setiap tahun selama 15

umur ekonomis. Jadi laju depresiasinya adalah sama setiap tahun selama umur ekonomis. Biaya penyusutan kendaraan dihitung dengan rumus: Biaya Penyusutan (BP) = Harga Kendaraan Nilai Residu Masa Susut (2.8) Nilai residu diambil sebesar 20% dari harga kendaraan awal dan masa susut ditetapkan 7 tahun. b. Biaya Bunga Modal Biaya bunga modal dihitung dengan rumus: Biaya bunga modal (BM) = n+1 n i 2 Harga Kendaraan i Masa Susut = pengenbalian modal, diambil selama 5 tahun (2.9) = tingkat suku bunga per tahun, diambil sebesar 20% pertahun, Masa susut ditetapkan 7 tahun. c. Biaya Pajak Kendaraan Biaya pajak kendaraan dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari pemerintah. d. Biaya Ijin Trayek Besarnya biaya ijin trayek dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari pemerintah. e. Biaya KIR Kendaraan Dalam analisis BOK besarnya biaya KIR per periode juga dihitung berdasarkan hasil survei di lapangan. f. Biaya Iuran Organda Besarnya biaya iuran organda per tahun yang dikenakan pada operator angkutan umum dihitung berdasarkan tarif resmi yang berlaku di daerah setempat. g. Biaya Ijin Usaha Besarnya biaya ijin usaha per tahun dihitung berdasarkan hasil survei di lapangan. Jadi total BOK tetap per tahun didapat dari jumlah keseluruhan dari pengeluaran biaya. BOK T /thn = B p /thn + B M /thn + B PK /thn + B IT /thn + B K /thn + B IO /thn + B IU /thn (2.10) 16

BOK T /thn = biaya operasi kendaraan per tahun B P /thn = biaya penyusutan per tahun B M /thn = biaya bunga modal per tahun B PK /thn = biaya pajak per tahun B IT /thn = biaya ijin trayek per tahun B K /thn = biaya KIR kendaraan per tahun B IO /thn = biaya iuran organda per tahun B IU /thn = biaya ijin usaha per tahun 2.6.2 Perhitungan BOK Tidak Tetap (Variable) per Tahun a. Biaya Bahan Bakar Minya (BBM) Biaya bahan bakar minyak adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan. Biaya ini menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang digunakan. Taksiran jumlah biaya BBM per tahun dihitung dengan rumus: B BBM /thn = J PBBM /thn H BBM /ltr (2.11) B BBM /thn = biaya BBM per tahun J PBBM /thn = jumlah pemakaian BBM per tahun H BBM /ltr = harga BBM per liter b. Biaya Retribusi Biaya retribusi terminal dikenakan per hari kepada operator sehingga biaya retribusi per tahun dihitung dengan rumus: B R /thn = B RH /hr J HO /thn (2.12) B R /thn = biaya retribusi per tahun B RH /hr = biaya retribusi per hari J HO /thn = jumlah hari operasi per tahun c. Gaji Pengemudi Dalam penulisan ini gaji pengemudi diambil jumlah tetap tertentu minimum yang ditargetkan masing masing sampel. Gaji pengemudi 17

tersebut dianggap sama setiap harinya selama setahun agar dapat diperkirakan total gaji pengemudi per tahun. Untuk mikrolet, gaji pengemudi adalah gaji satu sopir, sehingga gaji sopir dihitung dengan rumus: G P /thn = G P /hr J HO /thn (2.13) G P /thn = gaji pengemudi per tahun G P /hr = gaji pengemudi per hari J HO /thn = jumlah hari operasi per tahun d. Biaya Pemakaian Suku Cadang Biaya pergantian suku cadang adalah biaya pembelian suku cadang kendaraan yang secara teknis mengalami keausan akibat dioperasikan untuk jangka waktu atau jumlah jarak tempuh tertentu. Jenis suku cadang yang diperhitungkan terdiri atas ban, oli, busi, aki, kanvas rem dan lain lain. Rumus perhitungan masing masing suku cadang per tahun adalah sebagai berikut: 1. Biaya Pemakaian Ban Adalah biaya untuk pembelian ban yang digunakan untuk pengoperasian kendaraan yang terdiri dari ban luar dan ban dalam. Biaya pemakaian ban per tahun dihitung dengan rumus: B PB /thn = jumlah pemakaian ban/thn harga ban/unit (2.14) B PB /thn = biaya pemakaian ban per tahun 2. Biaya Pemakaian Oli (Pelumas) Jenis oli yang diperhitungkan terdiri dari oli mesin, oli gardan, oli rem dan oli perseneling. Jumlah biaya untuk masing masing biaya tersebut dihitung berdasarkan jumlah pemakaian per tahun dan tingkat harga satuan yang berlaku. - Biaya Oli Mesin Biaya oli mesin dihitung dengan rumus: B OM /thn = J POM /thn H OM /ltr (2.15) 18

B OM /thn = biaya oli mesin per tahun J POM /thn = jumlah pemakaian oli mesin per tahun H OM /ltr = harga oli mesin per liter - Biaya Oli Gardan Biaya oli gardan dihitung dengan rumus: B OG /thn = J POG /thn H OG /ltr (2.16) B OG /thn = biaya oli gardan per tahun J POG /thn = jumlah pemakaian oli gardan per tahun H OG /ltr = harga oli gardan per liter - Biaya Oli Perseneling Biaya oli perseneling dihitung dengan rumus: B OP /thn = J POP /thn H OP /ltr (2.17) B OP /thn = biaya oli perseneling per tahun J POP /thn = jumlah pemakaian oli perseneling per tahun H OP /ltr = harga oli perseneling per liter - Biaya Oli Rem Biaya oli rem dihitung dengan rumus: B OR /thn = J POR /thn H OR /ltr (2.18) B OR /thn = biaya oli rem per tahun J POR /thn = jumlah pemakaian oli rem per tahun H OR /ltr = harga oli rem per liter - Biaya Gemuk Biaya gemuk dihitung dengan rumus: B G /thn = J PG /thn H G /ltr (2.19) B G /thn = biaya gemuk per tahun J PG /thn = jumlah pemakaian gemuk per tahun H G /ltr = harga gemuk per liter 19

Jadi biaya total pemakaian oli (pelumas) per tahun dihitung dengan rumus: B PO /thn = B OM /thn + B OG /thn + B OP /thn + B OR /thn + B G /thn (2.20) 3. Biaya Busi Biaya busi dihitung dengan rumus: B B /thn = J PB /thn H B /bh (2.21) B B /thn = biaya busi per tahun J PB /thn = jumlah pemakaian busi per tahun H B /bh = harga busi per buah 4. Biaya Platina Biaya platina dihitung dengan rumus: B P /thn = J PP /thn H P /bh (2.22) B P /thn = biaya platina per tahun J PP /thn = jumlah pemakaian platina per tahun H P /bh = harga platina per buah 5. Biaya Plat Kopling Biaya plat kopling dihitung dengan rumus: B PK /thn = J PPK /thn H PK /bh (2.23) B PK /thn = biaya plat kopling per tahun J PPK /thn = jumlah pemakaian plat kopling per tahun H PK /bh = harga plat kopling per buah 6. Biaya Kanvas Rem Biaya kanvas rem dihitung dengan rumus: B KR /thn = J PRK /thn H KR /bh (2.24) B KR /thn = biaya kanvas rem per tahun J PKR /thn = jumlah pemakaian kanvas per tahun H KR /bh = harga kanvas per buah 20

7. Biaya Filter Oli Biaya filter oli dihitung dengan rumus: B FO /thn = J PFO /thn H FO /bh (2.25) B FO /thn = biaya filter oli per tahun J PFO /thn = jumlah pemakaian filter oli per tahun H FO /bh = harga filter oli per buah 8. Biaya Accu Biaya accu dihitung dengan rumus: B A /thn = J PA /thn H A /bh (2.26) B A /thn = biaya accu per tahun J PA /thn = jumlah pemakaian accu per tahun H A /bh = harga accu per buah 9. Biaya Klahar Roda Depan dan Belakang Biaya klahar roda depan dan belakang dihitung dengan rumus: B K /thn = J PK /thn H K /bh (2.27) B K /thn = biaya klahar per tahun J PK /thn = jumlah pemakaian klahar per tahun H K /bh = harga klahar per buah 10. Biaya Kondensor Biaya kondensor dihitung dengan rumus: B KD /thn = J PKD /thn H KD /bh (2.28) B KD /thn = biaya kondensor per tahun J PKD /thn = jumlah pemakaian kondensor per tahun H KD /bh = harga kondensor per buah 11. Biaya Saringan Udara Biaya saringan udara dihitung dengan rumus: B SU /thn = J PSU /thn H SU /bh (2.29) 21

B SU /thn = biaya saringan udara per tahun J PSU /thn = jumlah pemakaian saringan udara per tahun H SU /bh = harga saringan udara per buah 12. Biaya Ball Joint Biaya ball joint dihitung dengan rumus: B BJ /thn = J PBJ /thn H BJ /bh (2.30) B BJ /thn = biaya ball joint per tahun J PBJ /thn = jumlah pemakaian ball joint per tahun H BJ /bh = harga ball joint per buah Maka biaya total pemakaian suku cadang dihitung dengan rumus: B PSC /thn = B PB /thn + B PO /thn + B B /thn + B P /thn + B KK /thn + B KR /thn + B FO /thn + B A /thn + B K /thn + B KD /thn + B SU /thn + B BJ /thn (2.31) e. Biaya Overhoul Dalam peneltian ini, biaya servis berat dipandang sebagai biaya perbaikan mesin dan renovasi bodi. Mengingat frekuensi overhoul jarang sekali dilakukan secara periodik setahun sekali, melainkan kebanyakan dilakukan secara insidentil jika terjadi kerusakan. Dengan demikian maka jumlah biaya overhoul per tahun dari masing masing sampel dihitung dengan membagi total biaya overhoul yang dikeluarkan selama umur kendaraan dibagi dengan jumlah umur kendaraan. Biaya overhoul dihitung dengan rumus: B O /thn = B TO U B O /thn = biaya overhoul per tahun B TO /thn = biaya total overhoul selama umur kendaraan U = umur kendaraan (2.32) 22

Bedasarkan hasil perhitungan BOK variabel di atas maka total BOK variabel per tahun, dihitung dengan rumus: BOK V /thn = B BBM /thn + B R /thn + G P /thn + B PSC /thn + B O /thn (2.33) BOK V /thn = biaya operasi kendaraan variabel per tahun B BBM /thn = biaya bahan bakar minyak per tahun B R /thn = biaya retribusi per tahun G P /thn = gaji pengemudi per tahun B PSC /thn = biaya pemakaian suku cadang per tahun B O /thn = biaya overhoul per tahun 2.6.3 Perhitungan BOK Total Per Tahun Dengan diketahui taksiran BOK tetap dan BOK tidak tetap per tahun diatas maka estimasi total BOK per tahun untuk masing masing sampel operator dihitung dengan rumus, yaitu sebagai berikut: a. BOK Total BOK total dihitung dengan rumus: BOK TOT /thn = BOK T /thn + BOK V /thn (2.34) BOK TOT /thn = total BOK per tahun BOK T /thn = total BOK tetap per tahun BOK V /thn = total BOK tidak tetap atau variabel per tahun b. BOK Total + Margin 15% BOK total + margin 15% merupakan biaya operasi kendaraan yang telah memperhitungkan keuntungan operator yaitu sebesar 15%. BOK total + margin 15% dihitung dengan rumus: BOK TOT+M15% = BOK T /thn + BOK V /thn + K (2.35) BOK TOT+M15% = total BOK per tahun dengan keuntungan 15% BOK T /thn = total BOK tetap per tahun BOK V /thn = total BOK tidak tetap atau variabel per tahun K = keuntungan 15% dari total BOK 23

2.6.4 Perhitungan BOK Per Kilometer Untuk mengetahui besarnya biaya operasi kendaraan (BOK) per kilometer diperlukan data sebagai berikut: 1. Jumlah BOK per tahun masing masing sampel 2. Taksiran jarak tempuh masing masing sampel per tahun Penaksiran jumlah kilometer jarak tempuh per tahun dari masing masing sampel didasarkan pada jumlah jarak tempuh per hari dan jumlah hari operasi per tahun. Dengan diketahui rata rata jarak tempuh per hari dari masing masing sampel operator maka total jarak tempuh ditaksir sebagai berikut: J T /thn = R JT /thn J HO /thn (2.36) J T /thn = jarak tempuh per tahun R JT /thn = rata rata jarak tempuh per hari J HO /thn = jumlah hari operasi per tahun Dengan diketahui jarak perjalanan per tahun dari masing masing sampel operator maka taksiran BOK per kilometer dapat dihitung dengan rumus: a. BOK per Kilometer BOK/km = BOK/thn J T /thn BOK/km BOK/thn J T /thn = total BOK per kilometer masing masing sampel = total BOK per tahun masing masing sampel = jarak tempuh masing masing sampel per tahun b. BOK per kilometer + margin 15% BOK T+M15% /km = BOK T+M15%/thn J T /thn (2.37) (2.38) BOK T+M15% /km = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan 15% per kilometer masing masing sampel BOK T+15% /thn = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan 15% per tahun J T /thn = jarak tempuh per tahun masing masing sampel 24

2.7 Kebutuhan Jumlah Armada Ideal Kebutuhan jumlah armada ideal dihitung pada rata rata kapasitas jumlah penumpang yang diangkut berbanding dengan standar kapasitas penumpang yaitu 8 penumpang (Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003) Perhitungan keseimbangan jumlah armada: Rata Rata Jumlah Penumpang Terangkut Standar Kapasitas Penumpang Jumlah Armada Beroperasi (2.39) 25