III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

PENDAHULUAN ABSTRACT. Diterima : 21 Agustus 2012 Disetujui : 12 September Korespondensi Penulis :

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

Transkripsi:

18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan September 2011 sampai dengan November 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah CPO dan inti sawit (kernel) yang diperoleh dari Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan. Bahan lain yang digunakan yaitu santan kelapa untuk pengujian stabilitas emulsi. Bahan kimia penunjang terdiri dari etanol teknis 96%, HCl teknis 35%, NaOH, heksana teknis dan aquades. Kultur mikroba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli). Media yang digunakan adalah NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth). Alat-alat yang digunakan terdiri dari hotplate-magnetic stirrer, labu pemisah (separating funnel) 500 ml, kertas saring kasar, oven, tabung reaksi, tabung

19 sentifuse, lemari pendingin, penangas air, autoklaf, cawan petri, mikropipet, lampu bunsen, jarum ose, vorteks, jangka sorong, sentrifuse 4000 rpm, timbangan analitik, termometer dan alat-alat gelas penunjang. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan perlakuan tunggal yaitu tingkat reaksi etanolisis yang terdiri dari 3 taraf (tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3) sebanyak 3 kali ulangan. Reaksi etanolisis dilakukan pada suhu 40 o C (Murhadi dan Zuidar, 2009) selama 8 menit pada kecepatan putar 1000 rpm. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar histogram atau tabel (termasuk St. Dev) dan dibahas secara desktiptif. 3.4 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang meliputi : (1) Persiapan bahan, (2) Persiapan Pelarut Etanol- NaOH, (3) Produksi produk etanolisis dari PKO dan CPO secara bertingkat yaitu : tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3, (4) Pengamatan yang terdiri dari perhitungan nilai rendemen, pengujian aktivitas antimikroba dan daya stabilitas emulsi produk etanolisis campuran PKO dan CPO. 3.4.1 Persiapan bahan CPO dan PKO Bahan utama CPO dan inti sawit (kernel) segar diperoleh dari Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan. Selanjutnya CPO disaring menggunakan

kertas saring kasar sehingga dihasilkan CPO yang jernih dan bebas kotoran, lalu dikemas di dalam botol berwarna dan bertutup, disimpan pada suhu ruang. 20 PKO diperoleh dengan cara mengekstrak minyak yang terdapat pada inti sawit menggunakan pelarut heksana. Inti sawit yang diperoleh dari pabrik dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven pada suhu 60 C selama 3-4 jam untuk mengurangi kandungan air inti sawit. Kemudian inti sawit dilakukan pengecilan ukuran dengan cara menumbuk. Selanjutnya dilakukan ektraksi dengan teknik maserasi (perendaman menggunakan pelarut) selama 1 x 24 jam. Perbandingan antara inti sawit dan pelarut heksana yang digunakan yaitu 1:1 (b/v). Selanjutnya dilakukan penyaringan sehingga dihasilkan filtrat, dihilangkan sisa-sisa pelarutnya dengan cara dioven hingga diperoleh berat konstan. PKO yang diperoleh dikemas di dalam botol berwarna dan bertutup, disimpan pada suhu ruang sebagai stok PKO untuk pelaksanaan penelitian (Murhadi dan Zuidar 2009) dengan modifikasi tanpa proses ekstraksi menggunakan soxhlet. 3.4.2 Persiapan pelarut Etanol NaOH 1% Pelarut etanol-naoh 1% adalah bahan yang digunakan untuk proses etanolisis dengan reaksi bertingkat. Nisbah etanol yang telah mengandung NaOH 1% terhadap campuran PKO dan CPO yang digunakan adalah 1,6 (v/b) berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Murhadi dan Zuidar, 2009). NaOH ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu 2,00 gram untuk reaksi etanolisis tingkat 1 tiap ulangan. Reaksi etanolisis pada penelitian ini menggunakan etanol 96%, sedangkan etanol yang tersedia adalah etanol 100% sehingga dilakukan pengenceran menggunakan aquades.

21 Pembuatan pelarut etanol- NaOH 1% diawali dengan mencampurkan aquades dengan NaOH yang telah ditimbang. Keduanya dilarutkan dalam gelas beker secara perlahan lahan karena akan menimbulkan panas. Setelah selesai semua yaitu NaOH telah larut dalam aquades maka larutan tersebut dimasukkan dalam etanol kemudian dikocok hingga semuanya tercampur. Pelarut tersebut disimpan di dalam botol kaca dan digunakan sebagai bahan untuk proses etanolisis. 3.4.3 Produksi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO Produksi produk etanolisis dilakukan mengikuti metode Hasanuddin et al (2003); Murhadi dan Zuidar (2009) dengan modifikasi. Sejumlah campuran 200 gram PKO (g) dan CPO (g) dengan nisbah PKO/CPO (b/b) 1,25 yaitu PKO sebanyak 111,12 gram dan CPO sebanyak 88,88 gram ditambahkan ke dalam pelarut etanol (ml) yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) di dalam erlenmeyer 250 ml dengan nisbah etanol-naoh terhadap campuran minyak adalah 1,6 (v/b), lalu diaduk di atas hotplate-magnetic stirrer (1000 rpm) selama 8 menit pada suhu (40 1 o C). Reaksi dihentikan menggunakan larutan HCl 35% sebanyak 56 tetes. Campuran produk reaksi dimasukkan ke dalam labu pemisah dan dibiarkan selama 30 menit, sehingga telah terlihat jelas pemisahan antar lapisan. Lapisan atas (produk etanolisis kasar) dipisahkan dari lapisan bawah (sisa PKO dll). Lapisan atas dibebaskan pelarutnya dengan penguapan etanol sisa di dalam oven hingga berat konstan. Lapisan bawah dicuci mengunakan aquades sebanyak tiga kali hingga air pencucian berwarna bening. Kemudian lapisan bawah di oven untuk menguapkan sisa air pencucian hingga diperoleh lapisan bawah dengan berat konstan. Selanjutnya lapisan bawah digunakan sebagai

22 media etanolisis tingkat ke dua dan seterusnya hingga tingkat tiga sesuai dengan prosedur di atas. Berat produk etanolisis kasar dapat ditentukan secara tidak langsung dengan cara menghitung berat campuran PKO dan CPO awal (sebelum reaksi) dikurangi berat sisa campuran PKO dan CPO, selengkapnya disajikan pada Gambar 2. Campuran PKO dan CPO Nisbah 1,25 (b/b) (200 g) Etanol yang mengandung NaOH 1% (320 ml) Masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml (nisbah Et-NaOH terhadap campuran minyak 1,6; v/b) Letakkan di atas hotplate magnetic stirrer 1000 rpm selama 8 menit pada suhu 40 o C Etanolisis tingkat 2 dan 3 Penambahan HCl teknis 35% (56 tetes) Penguapan pelarut (di oven hingga berat konstan 60 o C) Pemisahan produk etanolisis dalam labu pemisah (30 menit) Pencucian dengan aquades hingga jernih Produk etanolisis kasar (lapisan atas) Residu (lapisan bawah) Pengamatan (rendemen, aktivitas antibakteri, daya stabilitas emulsi) Gambar 2. Diagram alir proses produksi etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan reaksi bertingkat Sumber: Murhadi dan Zuidar (2009) dengan modifikasi reaksi bertingkat

23 3.4.4 Persiapan kultur bakteri Kultur bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli) dari biakan agar miring atau stok kultur diambil satu ose untuk membuat biakan agar miring baru (NA), diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam lalu diambil satu mata ose kemudian diinokulasi ke dalam tabung yang berisi medium cair steril (NB), diinkubasi selama 24 jam pada 37 o C dan digunakan sebagai stok bakteri. 3.5 Pengamatan 3.5.1 Rendemen produk etanolisis campuran PKO dan CPO Rendemen produk etanolisis kasar yang dihasilkan dari campuran PKO dan CPO, dihitung dengan cara membagi berat (g) produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan berat (g) awal campuran PKO dan CPO yang direaksikan, lalu dikali 100%. Berat masing-masing produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO (lapisan atas) dihitung dengan cara total berat campuran PKO dan CPO yang direaksikan dikurangi berat sisa campuran PKO dan CPO hasil reaksi etanolisis (lapisan bawah). Selanjutnya rendemen produk etanolisis dapat dihitung melalui persamaan berikut. Rendemen produk etanolisis = Berat Produk etanolisis (g);(lapisan atas) x 100% Berat awal (campuran PKO dan CPO yang direaksikan);(g)

24 3.5.2 Pengujian aktivitas antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri produk etanolisis campuran PKO dan CPO menggunakan metode difusi agar/ sumur (Murhadi dan Zuidar, 2009) dengan masing-masing 1 bakteri Gram positif dan 1 bakteri Gram negatif (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli). Pengamatan didasarkan pada kemampuan senyawa antibakteri produk etanolisis campuran PKO dan CPO untuk menghasilkan zona penghambatan terhadap bakteri berupa diameter zona hambat (d, mm). Kultur bakteri murni dipindahkan ke dalam tabung agar miring NA steril dan diinkubasi pada 37 o C selama 24 jam, selanjutnya sebanyak 1 ose kultur tersebut diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml medium NB steril, diinkubasi selama 24 jam pada 37 o C, dihomogenkan (vorteks), lalu diinokulasikan sebanyak 10-20 L ke dalam cawan petri (100 x 15 mm) yang berisi sekitar 20 ml medium agar cair (NA, 44-45 o C) steril, dikocok merata dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 2-4 lubang (sumur) secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm. Ke dalam tiap lubang, diinokulasi dengan 60 L produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO. Zona penghambatan yang diukur adalah radius (r, mm) penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37 o C. Pengukuran jari-jari (r, mm) zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat menggunakan jangka sorong (ketelitian 0.01 mm) pada beberapa sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Selanjutnya dengan asumsi tinggi atau tebal media agar di dalam cawan perti uji adalah sama (9,0 cm) dan volume media agar cair yang

25 ditambahkan sama (20 ml), maka perhitungan diameter zona hambat riil dapat menggunakan konsep dimensi luas lingkaran (dua dimensi). Perhitungannya sebagai berikut (Murhadi, 2010) : 1. Dihitung luas kotor (L 1, mm 2 ) lingkaran areal bening akibat daya hambat bakteri uji disekeliling sumur uji dengan persamaan luas : L 1= π.r 1 2, dimana r 1 = r p + r s r p = jarak dari lingkaran luar sumur ke lingkaran terluar areal bening di sekeliling sumur uji (mm), r s = jari-jari sumur uji (mm), π = 3,14 2. Dihitung luas kontrol (L 2, mm 2 ) areal bening akibat daya hambat pelarut organic yang digunakan sebagai pengencer dengan persamaan luas, yaitu : L 2 = π. r 2 2, dimana r 2 = r k + r s r k = jarak dari lingkaran luar sumur ke lingkaran terluar areal bening di sekeliling sumur uji (mm) akibat daya hambat/pengencer organik, r s = jari-jari sumur uji (mm) π = 3,14 3. Dihitung luas bersih (L 3, mm 2 ) dengan persamaan : L 3 = L 1 - L 2 4. Dihitung jari-jari zona hambat riil (r r, mm) dengan persamaan: r r = (L 3 /3,14)

26 5. Dihitung nilai diameter zona hambat rill (d r, mm) dengan persamaan : d r = 2. r r 6. Akhirnya dapat dihitung nilai diameter zona hambat hasil konversi (d c, mm) dengan persamaan: d c = 2. r c 3.5.3 Pengujian daya stabilitas emulsi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO Pengujian daya stabilitas pengemulsi produk santan kelapa segar (kental) yang ditambah dengan produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO, dilakukan dengan mengukur stabilitas emulsinya secara pemusingan dengan sentrifuge (Murhadi dan Suharyono, 2008). Pembuatan santan kelapa kental, dilakukan sebagai berikut. Santan kelapa kental dibuat dengan cara meremas-remas parutan kelapa tua (1 kg) di dalam 500 ml air hangat (sebelumnya didihkan), lalu disaring. Pengujian daya pengemulsi dilakukan dengan cara memasukkan 10 ml campuran santan kelapa kental yang ditambah dengan produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO sebanyak 5% (v/v) ke dalam tabung pemusing (sentrifuge). Selanjutnya semua tabung sampel dihomogenkan dengan alat vorteks. Semua tabung (perlakuan) dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu konstan 70 o C selama 30 menit, lalu dipusing selama 45 detik pada kecepatan 1000 rpm (Murhadi dan Suharyono, 2008).

Fraksi minyak yang terpisah (sebagai santan/krim dan skim/air) diukur volumenya untuk digunakan dalam penentuan stabilitas emulsi relatif menggunakan persamaan berikut: 10 ml - volume skim yang terpisah (ml) Stabilitas emulsi (%) = x 100% 10 ml (volume santan) 27