BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

HUBUNGAN PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Val) TERHADAP SIFAT FISIK LOTION

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

Metoda-Metoda Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI KRIM PENYEMBUH LUKA TERINFEKSI Staphylococcus aureus EKSTRAK DAUN TAPAK KUDA (Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet PADA TIPE A/M

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

Optimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) dalam Bentuk Gel Anti Acne

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 : Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Sampel Ekstrak Jenis Pemeriksaan Hasil Bau Khas Rimpang lengkuas Warna Coklat (Alpinia galanga L.) Konsistensi Kental Tabel 3 : Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Krim Sesudah Dibuat Formula Pemeriksaan Kondisi Sediaan 1 2 3 Bau Warna Konsistensi Bau Warna Konsistensi Bau Warna Konsistensi Khas Coklat Agak Kental Khas Coklat Kental Khas Coklat Sangat Kental Tabel 4 : Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan Krim Sesudah Dibuat Formula Kondisi Sediaan 1 Homogen 2 Homogen 3 Homogen 4.2 Pembahasan Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit infeksi kulit antifungi seperti panu, kadas, kurap, dan lainnya. Menurut Harborne (1987), bahan aktif yang

terkandung dalam rimpang lengkuas yang berkhasiat sebagai antifungi yaitu eugenol, kaemferol, kuersetin, galangin, diterpen serta 1-asetoksi clavikol asetat (ACA). Senyawa ini merupakan senyawa aktif yang terdapat pada lengkuas yang berpotensi sebagai antifungi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk memformulasikan sediaan krim antifungi yang stabil dan efektif dari ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.). Dalam formulasi ini, tipe emulsi yang digunakan yaitu tipe emulsi minyak dalam air (M/A), dimana akan divariasikan emulgator dan basis krim dalam tiga konsentrasi yang berbeda. Hal ini didasarkan bahwa kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi kestabilan dari suatu emulsi, khususnya emulsi yang digunakan untuk pemakaian topikal (krim). Tahap awal penelitian ini yaitu penyiapan ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) yang meliputi pengolahan simplisia, dan pembuatan ekstrak. Simplisia rimpang lengkuas dibuat berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam beberapa literatur yang meliputi pemanenan, pencucian, sortasi basah, perajangan (pengubahan bentuk), pengeringan, sortasi kering dan penggilingan untuk memperoleh serbuk kasar rimpang lengkuas. Pada pembuatan ekstrak rimpang lengkuas digunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dingin yang pada prosesnya tidak dilakukan dengan pemanasan. Metode ini dipilih untuk menghindari kerusakan bahan aktif dalam lengkuas ketika dilakukan ekstraksi. Selain itu, metode ini juga dipilih karena proses ekstraksi yang dilakukan relatif mudah dan sederhana. Proses ekstraksi dengan metode maserasi ini dilakukan dengan merendam sampel rimpang lengkuas (simplisia) sebanyak 1 kg dalam

pelarut dengan perbandingan dan waktu tertentu. Pada penelitian ini, maserasi dilengkapi dengan pengadukan sehingga diharapkan ekstraksi dapat berlangsung dengan optimal. Proses penyarian zat aktif dalam rimpang lengkuas yaitu cairan penyari akan menembus dinding sel sampel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah ketepatan dalam pemilihan jenis pelarut yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari komponen yang akan diisolasi. Salah satu sifat yang penting adalah polaritas suatu senyawa. Suatu senyawa polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, demikian pula untuk senyawa semi polar dan non polar. Cairan penyari atau pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 70% sebanyak 4 liter. Pelarut ini dipilih karena kemampuannya melarutkan zat-zat aktif dalam lengkuas. Salah satu zat aktif lengkuas adalah 1-asetoksi khavikol asetat (ACA) yang telah dibuktikan memiliki kemampuan sebagai zat anti jamur dan ACA larut dalam pelarut semipolar seperti etanol 70%. Sebagian besar komponen aktif dari lengkuas bersifat polar sehingga diharapkan pelarut ini mampu mengesktrak komponen aktif yang diinginkan. Setelah dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi, diperoleh ekstrak cair sebanyak 3250 ml atau 3.25 liter. Ekstrak cair ini kemudian

dievaporasi untuk menguapkan pelarut atau cairan penyari yang digunakan dalam proses ekstraksi, sehingga didapat ekstrak kental dari rimpang lengkuas. Ekstrak kental yang diperoleh dari proses evaporasi ini yaitu sebanyak 1.25 liter. Ekstrak ini masih bercampur dengan sebagian besar pelarut. Oleh karena itu, hasil ini kemudian dimasukan dalam ke dalam oven dengan suhu 40 0 C selama beberapa hari (7 hari) untuk mendapatkan ekstrak kental yang konstan. Konstan disini berarti sudah ekstrak yang diperoleh sudah tidak bercampur dengan pelarut lagi. Dari proses ini, didapatkan ekstrak kental rimpang lengkuas sebanyak 25.13 g. Pada pembuatan krim dilakukan penambahan ekstrak kental lengkuas dalam konsentrasi 10%. Konsentrasi ini dipilih berdasarkan rentang konsentrasi ekstrak lengkuas yang efektif menghambat pertumbuhan M. Canis dan T. Mentagrophytes. Hezmela (2006) melakukan penelitian untuk menentukan rentang nilai konsentrasi ekstrak yang optimal untuk menghambat pertumbuhan kedua jamur uji tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rentang konsentrasi ekstrak untuk menghambat pertumbuhan M. Canis adalah 0.3% - 5%, sedangkan untuk T. Mentagrophytes adalah 0.5% - 10%. Tahap awal dari pembuatan krim ini yaitu peleburan fase minyak yang terdiri dari asam stearat, α-tokoferol dan metilparaben, dan fase air yang terdiri dari trietanolamine, gliserin dan propilparaben. Krim yang dibuat ini merupakan emulsi tipe M/A yang menggunakan dua jenis emulgator atau zat pengemulsi. Asam stearat dalam krim ini merupakan emulgator fase minyak sekaligus merupakan basis dalam pembuatan salep yang dapat dicuci dengan air atau biasa

disebut krim. Asam stearat ini digunakan untuk memperoleh konsistensi krim tertentu serta untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Untuk menurunkan konsistensi krim, asam stearat sering di kombinasikan dengan trietanolamin yang juga merupakan emulgator dari fase air. Jika tidak, maka konsistensi krim akan meningkat yaitu krim bersifat terlalu lunak dan menjadi mengkilap. Penggunaan gliserin dalam krim ini dimaksudkan sebagai bahan pelembab atau humektan. Bahan ini mencegah krim menjadi kering, mencegah pembentukan kerak bila dikemas dalam botol, memperbaiki konsistensi krim dan mutu terhapusnya suatu krim jika digunakan pada kulit sehingga dapat menyebar tanpa digosok. Metilparaben dan propilparaben digunakan dalam krim sebagai zat pengawet. Bahan ini dapat mencegah kontaminasi dan kerusakan oleh bakteri dan jamur, karena sebagian besar komponen dalam sediaan ini merupakan substrat bagi mikroorganisme. Penambahan antioksidan yaitu α-tokoferol dimaksudkan agar krim lebih stabil, karena antioksidan dalam sediaan semipadat dapat mencegah kerusakan krim akibat oksidasi, terutama bagi fase minyak yang peka terhadap serangan oksidasi. Asam stearat dilebur diatas waterbath pada suhu 70 0 C, selanjutnya dimasukan berturut-turut bahan lain yang termasuk dalam fase minyak. Pada kondisi ini, suhu harus tetap dipertahankan agar asam stearat tidak mengeras, karena bentuk dan pemerian asam stearat yang seperti lilin sehingga apabila pada kondisi dingin, asam stearat akan langsung mengering.

Pada cawan yang berbeda fase air dilebur hingga larut. Setelah larut, fase air di masukan dalam lumpang panas kemudian ditambahkan fase minyak dan digerus hingga terbentuk basis krim berwarna putih. Lumpang panas dibuat dengan meletakan air panas dalam lumpang dan merendam alu dalam lumpang tersebut sampai permukaan luar lumpang terasa panas. Pencampuran fase ini dicampur dengan menggunakan metode penambahan fase diskontinu pada fase kontinu, dimana fase diskontinu atau fase terdispersi (fase minyak) pada emulsi M/A ditambahkan perlahan-lahan pada fase kontinu atau fase internal (fase air) dengan pengadukan yang konstan. Setelah terbentuk basis krim kemudian ditambahkan aquadest dan digerus hingga homogen, selanjutnya dimasukan ekstrak etanol rimpang lengkuas. Setelah dibuat tiga formula dengan variasi emulgator dan basis krim yang berbeda, dilakukan evaluasi kestabilan krim ekstrak etanol rimpang lengkuas setelah dibuat dengan parameter pengujian organoleptis dan pemeriksaan homogenitas. Stabilitas sediaan ini merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu suatu produk. 1. Pemeriksaan Organoleptis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui warna, bau dan konsistensi krim setelah dibuat. Dari ketiga formula yang dibuat, hasil pengamatan yang diperoleh memperlihatkan kesamaan dalam hal bau dan warna, yaitu bau khas dan warna coklat. Sedangkan untuk konsistensi sediaan terlihat perbedaan diantara ketiga formula. Pada sediaan formula pertama, konsistensi krim bersifat lunak dan cenderung kental. Pada formula kedua konsistensinya kental, dan pada formula

ketiga kosistensinya sangat kental. Hal ini disebabkan karena konsentrasi basis dan emulgator yang berperan dalam pembentukan konsistensi krim dalam setiap formulanya berbeda, yaitu pada formula pertama konsentrasi asam stearat 10% dan trietanolamin 2%, formula kedua konsentrasi asam stearat 15% dan trietanolamin 3%, serta formula ketiga konsentrasi asam stearat 20% dan trietanolamin 4%. Tingkat konsistensi atau kekentalan sediaan krim memiliki peran untuk meningkatkan efisiensi krim ketika digunakan. Selain konsentrasi basis krim dan emulgator yang berbeda-beda, konsistensi krim juga dipengaruhi oleh beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikontrol dengan hati-hati selama proses pembuatan krim, yaitu pengadukan dan temperatur (suhu). Pengadukan sedapat mungkin dilakukan dengan kecepatan konstan dan suhu lumpang harus selalu dijaga agar tetap panas. Pengadukan yang terlalu lambat dan suhu yang terlalu rendah akan mengakibatkan kristalisasi dan penggumpalan. Sedangkan pengadukan yang terlalu cepat dan suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan krim terlalu cair dan berbusa. Selain hal yang disebutkan diatas, konsistensi krim juga berkaitan dengan kadar air dalam krim, dimana semakin banyak air yang terkandung dalam krim maka tingkat kekentalan krim akan menurun atau konsistensinya meningkat. Pada formula pertama, kadar air dalam krim yaitu 72.77% atau sebanyak 21.831 g, formula kedua kadar airnya yaitu 61.77% atau sebanyak 18.531 g, dan formula ketiga sebanyak 17.481 g atau 58.27%.

Kekentalan krim juga dipengaruhi oleh adanya asam lemak yang terdapat dalam krim, yaitu asam stearat. Semakin banyak jumlah asam lemak yang digunakan maka krim yang dihasilkan juga akan semakin keras. 2. Pengujian Homogenitas Pengujian ini dilakukan secara visual dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Hasil pengujian menunjukan ketiga formula yang dibuat menunjukan susunan yang homogen. Homogenitas suatu sediaan krim dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketepatan suhu untuk peleburan, dan pengadukan. Jika suhu yang digunakan untuk peleburan suatu bahan tidak sesuai dengan titik lebur bahan tersebut, maka bahan itu tidak akan larut dan bercampur dengan bahan lainnya sehingga pada hasil akhir akan terdapat partikel-partikel halus pada kaca sebagai indikator pengujian homogenitasnya. Selain itu, homogenitas krim ini juga dipengaruhi oleh ekstrak rimpang lengkuas yang tidak bercampur secara merata dan homogen pada saat pencampuran.