BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

Manajemen Investasi. SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun 1876 sampai 1913, tingkat kurs ditentukan oleh standar emas

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Veteran JAWA TIMUR

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB II URAIAN TEORTIS

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

Perekonomian Indonesia

P A S A R U A N G. Resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi di pasar uang antara lain :

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

MK INTERNASIONAL Materi 4 - Pasar Valuta Asing ANDRI HELMI M, S.E., M.M

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang dan jasa dari negara lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB 1 PENDAHULUAN. maka meningkatkan juga aktivitas perdagangan international. Beberapa aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Universitas Bina Darma

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

NERACA PEMBAYARAN, KURS VALUTA ASING DAN KEGIATAN PEREKONOMIAN TERBUKA SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bab 10 Pasar Keuangan

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS MATA UANG SUATU NEGARA

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

PASAR VALUTA ASING BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 188

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah berkaitan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan sehingga semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan (Keown et.al 2001:2). Dengan kata lain, manajemen keuangan adalah kegiatan memperoleh dan menggunakan dana, mengambil keputusan keuangan yang tepat sehingga tujuan perusahaan untuk menciptakan kesejahteraan dapat terealisasi. Manajer keuangan harus mampu mengambil keputusan secara efektif dan efisien. Efektif dalam keputusan investasi akan tercermin dalam pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. Efisiensi dalam pembiayaan investasi akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan kebijakan deviden yang optimal akan tercermin dalam peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Dalam hal perencanaan, manajer keuangan perlu mempertimbangkan prediksi terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, walaupun belum tentu dapat dilaksanakan, tetapi setidaknya hal ini dapat mengurangi ketidakpastian pada usaha. Kondisi ekonomi dunia yang berubah dan berbeda setiap waktu, menimbulkan ketidakpastian pada perubahan nilai suatu mata uang. Untuk itu diperlukan prediksi nilai tukar mata uang. Prediksi merupakan suatu input informasi dari keadaan masa depan 5

yang perlu dipertimbangkan oleh pembuat keputusan dalam proses pembuatan perencanaan perusahaan, dan dapat meminimumkan tingkat ketidakpastian peramalan masa depan. Bagi eksportir yang mempunyai piutang dalam beberapa mata uang, fluktuasi kurs menyebabkan ketidakpastian dalam hal penerimaan kas. Untuk mengetahui apakah suatu valas dalam periode mendatang akan terapresiasi atau terdepresiasi, diperlukan metode prediksi perubahan nilai tukar mata uang. 2.2 Pengertian Nilai Tukar Mata Uang Transaksi ekonomi keuangan internasional dapat terjadi jika adanya pertukaran mata uang dari pihak yang membutuhkan satu sama lain. Valuta asing (valas) atau foreign currency merupakan salah satu alat atau benda ekonomi yang berpengaruh atas pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan manusia modern dan global pada saat ini, baik secara perorangan maupun berkelompok. Menurut Jeff Madura (2000 : 97) definisi nilai tukar mata uang adalah adalah nilai pertukaran antara satu unit mata uang dengan mata uang lain. Menurut Manurung dan Raharja (2004:72) mengemukakan bahwa pasar valuta asing adalah pasar dimana mata uang asing diperjualbelikan. Harga mata uang asing disebut juga urs atau nilai tukar, harga suatu mata uang dinilai dengan mata uang lain. Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan. Suatu mata uang dikatakan semakin mahal bila nilai tukarnya semakin menguat. Begitu juga sebaliknya. 6

Mata uang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya refatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau depresiasi. a) Ciri Hard Currency 1. Mata uang negara tersebut secara luas diterima sebagai bukti pembayaran internasional dan digunakan sebagai alat tukar dalam transaksi internasional. Mata uang dalam kategori ini adalah Dollar (AS), Poundsterling (Inggris), Yen (Jepang), Deutch Mark (Jerman), Franc (Perancis), Franc (Swiss) dan lain-lain. Adanya suatu pasar yang bebas dan aktif bagi mata uang tersebut. Dengan kata lain, apabila diperlukan maka mata uang ini dapat dengan mudah diperoleh dan dijual secara internasional dalam jumlah banyak. 2. Relatif minimnya restriksi dalam mentransfer mata uang ini dalam dan keluar negara asalnya. Oleh karena itu mata uang jenis hard currency merupakan basis penting dalam menyusun suatu sistem moneter internasional. Soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara sedang berkembang seperti Rupiah (Indonesia), Peso (Filipina), Bath (Thailand), Rupee (India), dan lain-lain. 7

b) Ciri Soft Currency 1. Tidak diterima secara luas sebagai media dalam transaksi keuangan internasional, karena jarang / tidak digunakan dalam transaksi internasional. 2. Tidak memiliki pasar bebas atau negara lain yang memperdagangkannya, sehingga mata uang ini tidak mudah diperoleh apalagi dijual. Dan di banyak negara biasanya disertai dengan kontrol otoritas moneter terhadap arus keluar masuk mata uang ini. 3. Mata uang ini tidak konvertibel karena masih tidak dapat digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan internasional 2.3 Macam-Macam Sistem Penetapan Kurs Valas Menurut Manurung dan Raharja (2004:74) dalam bukunya Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter, sistem penetapan kurs berdasarkan perkembangan sistem moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valas atau forex rate, yakni sebagai berikut : 1. Fixed Exchange Rate Fixed Exchange Rate System atau sistem penetapan kurs tetap / stabil diciptakan berdasarkan perjanjian Bretton Wood pada tahun 1944 yang telah melahirkan suatu lembaga moneter internasional yang sekarang ini dikenal sebagai International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional. Salah satu kondisi utama yang diperlukan agar arus perdagangan dan investasi internasional atau antar negara dapat 8

berjalan lancar adalah sistem nilai tukar atau foreign exchange rate yang tetap atau stabil. Sehingga akan memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau bisnis internasional pada umumnya. Berdasarkan persetujuan Bretton Woods System yang berlaku efektif sejak 1947 sampai dengan 1971 (Dekrit Nixon) adalah suatu sistem moneter internasional (SMI) dengan beberapa ketentuan pokok sebagai berikut: a. Sistem moneter internasional didasarkan kepada standar emas (gold exchange standar) dengan pengertian bahwa setiap mata uang negara anggota IMF dikaitkan dan dapat ditukarkan dengan emas. Hal ini sebagai standar ditetapkan bahwa mata uang dollar USA senilai USD 35 ekuivalen dengan satu troy once emas atau 28.3496 gram emas. Dengan demikian USD 1 ekuivalen dengan 28,3496/35 gram emas. Hard Currency lain seperti GBP, FRF dan lain-lain juga dikaitkan dengan emas. b. Sistem nilai tukar atau foreign exchange rate antara negara anggota IMF harus tetap atau stabil. c. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi atau bervariasi sebesar 1% sampai dengan 2,5% di atas atau di bawah kurs resmi. d. Setiap negara anggota IMF pada prinsipnya dilarang menggunakan kebijaksanaan devaluasi, yaitu penurunan nilai mata uangnya terhadap valas untuk memperbaiki posisi atau mengatasi defisit Balance of Paymentnya atau BOP-nya. 9

e. Negara anggota IMF yang menghadapi kesulitan BOP dapat minta bantuan IMF dalam bentuk Special Drawing Right (SDR). SDR adalah uang kertas emas yang dikeluarkan oleh IMF pada tahun 1969 sebagai reserve currency dan likuiditas internasional disamping USD semenjak timbulnya krisis sistem moneter internasional pada akhir tahun 1960 karena adanya krisis kepercayaan terhadap USD. 2. Floating Exchange Rate (PER) Floating exchange rate adalah sistem kurs mengambang. Dalam hal ini nilai tukar suatu mata uang atau valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valas. Ada dua macam PER yaitu : a. Clean Float (Sistem Kurs Mengambang Murni) Apabila penentuan kurs valas di bursa valas tersebut terjadi tanpa campur tangan pemerintah. b. Dirty Float (Sistem Kurs Mengambang Terkendali) Apabila pemerintah turut campur tangan mempengaruhi penawaran terhadap valas di bursa valas. 3. Pegged Exchange Rate System Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini antara lain dilakukan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Francis (FRF) dan beberapa negara lain yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan USD dan SDR. Di samping itu beberapa negara Eropa yang tergabung dalam 10

EEC sejak April 1972 menjalankan juga Pegged System ini yang dikenal sebagai snake system dan EMS ini setiap mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan ECU (European Currency Unit) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25% di atas atau di bawah kurs tengah. 2.4 Fungsi Pasar Valuta Asing Adapun fungsi pasar valuta asing menurut Sri Handaru Yuliati dan Handoyo Prasetyo (2000 : 71) adalah : 1. Mentransfer daya beli antar negara Transfer daya beli diperlukan karena perdagangan internasional umumnya melibatkan dua pihak yang tinggal di negara yang berbeda dengan mata uang asing yang berbeda pula. Biasanya setiap pihak ingin memegang mata uang negaranya. Atas alasan ini, fungsi transfer daya beli dibutuhkan. Pasar valuta asing menyediakan fasilitas untuk mengkonversikan mata uang, baik dari mata uang asing ke mata uang domestik, atau sebaliknya. 2. Mendapatkan atau menyediakan kredit untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Fungsi penyediaan kredit dibutuhkan untuk membiayai barang dalam perjalanan. Eksportir dapat membiayai terlebih dahulu barang dalam perjalanan tersebut dan membuka rekening piutang atas importir. Sebaliknya importir dapat membayar tunai di depan, sebelum barang dapat diterima. Pasar valuta asing menyediakan 11

alternative pembelanjaan ketiga, yaitu dengan instrumen letter of credit (L/C) dan banker's acceptance. 3. Sebagai wahana untuk meminimalkan risiko karena perubahan nilai tukar. Risiko valuta asing timbul karena fluktuasi nilai tukar mata uang. Untuk meminimalkan risiko tersebut (atau bahkan menghilangkannya sama sekali), perlu dilakukan pengamanan (hedging). Pasar valuta asing memiliki mekanisme untuk melakukan hedging, antara lain melalui pasar forward. 2.5 Partisipan dalam Pasar Valuta Asing Pasar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu pasar antar bank (interbank market) dan pasar klien (client market). Transaksi di pasar antar bank melibatkan jumlah yang jauh lebih besar daripada transaksi di pasar klien atau pasar eceran (retail market). Dalam masing-masing golongan terdapat lima kategori partisipan, yaitu bank dan nonbank yang bertindak sebagai dealer, individu dan perusahaan yang terlibat dalam perdagangan dan investasi, spekulan dan arbitrator, bank sentral dan pialang valuta asing. Berikut penjelasan mengenai partisipasi dari setiap partisipan tersebut menurut Sri Handaru Yuliati dan Handoyo Prasetyo (2000 : 71) adalah: a. Bank dan nonbank yang bertindak sebagai dealer Bank dan sedikit lembaga nonbank yang bertindak sebagai dealer, beroperasi baik di pasar antar bank maupun di pasar klien. Mereka memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli valuta asing. Adanya persaingan antar dealer membuat 12

selisih harga menjadi semakin kecil, sehingga meningkatkan efisiensi pasar valuta asing. Dealer dari bank-bank besar berskala internasional umumnya juga berfungsi sebagai pembuat pasar (market makers). Mereka umumnya menspesialisasikan diri pada mata uang tertentu dan menetapkan tingkat persediaan tertentu pada mata uang tersebut. Perdagangan valuta asing dilakukan antar bank di pusat-pusat perdagangan di seluruh dunia. Sementara itu bank-bank berskala menengah - kecil juga meramaikan pasar valuta bank, meskipun bukan sebagai pembuat pasar. Dari hasil transaksi eceran dehgan kliennya, bank-bank berskala menengah dan kecil menjual atau membeli valuta asing dari bank-bank yang lebih besar skalanya. Melalui mekanisme ini mereka meraup keuntungan. b. Individu dan perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan dan investasi. Individu dan perusahaan memanfaatkan pasar valuta asing untuk memperlancar pelaksanaan transaksi perdagangan dan investasi. Partisipan yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah importir dan eksportir, investor yang memiliki portofolio internasional, perusahaan multinasional dan para wisatawan asing. Beberapa partisipan juga menggunakan pasar valuta asing untuk membatasi resiko valuta asing. c. Spekulan dan arbitrator Berbeda dengan dealer, spekulan dan arbitrator bertindak atas kehendak sendiri dan tidak memiliki kewajiban untuk melayani klien atau menjamin kelangsungan pasar. Apabila dealer memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli valuta asing, serta hanya secara insidentil dari perubahan harga umum, maka spekulan mengharapkan keuntungan semata-mata dari perubahan tingkat harga umum. Sementara 13

itu arbitrator meraih keuntungan dengan memanfaatkan adanya perbedaan harga di berbagai pasar. Kegiatan spekulasi dan arbitrase sebagian besar dilakukan oleh bank. Oleh karena itu bank selain bertindak sebagai dealer, juga sebagai spekulan dan arbitrator. d. Bank Sentral Bank sentral memanfaatkan pasar valuta asing untuk mendapatkan atau membelanjakan cadangan valuta asingnya agar dapat mempengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang domestik. Dengan demikian motivasi bank sentral untuk bermain di pasar valuta asing bukan untuk meraih keuntungan, tetapi menjaga stabilitas nilai tukar mata uang domestik, sehingga memberi dampak positif bagi perekonomian nasional. Perilaku bank sentral, oleh karena itu akan sangat ditentukan oleh kebijakan perekonomian makro nasional. e. Pialang Valuta Asing Pialang valuta asing berfungsi sebagai perantara yang mempertemukan penawaran dan permintaan terhadap mata uang tertentu. Pialang valuta asing bertindak atas nama klien. Atas jasanya, mereka memperoleh komisi sebagai kontra prestasi. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, perusahaan pialang memiliki akses langsung dengan dealer dan bank di seluruh dunia. Hal ini diperlukan untuk memudahkan pialang dalam mempertemukan penawaran dan permintaan terhadap mata uang tertentu. Dealer dan bank lebih menyukai menggunakan jasa pialang karena mereka ingin transaksinya tidak diketahui pihak lain. Hal ini penting untuk mempertahankan posisi tawar mereka. 14

2.6 Jenis-jenis Transaksi Valas Menurut Ball, McCulloc, Frantz, Geringer, dam Monor (2005:271) dalam bukunya Bisnis Internasional, pertukaran satu mata uang dengan mata uang lain disebut transaksi valas. Ada 2 jenis transaksi valas, yaitu : a. Kurs spot (spot rate) adalah nilai tukar antara dua mata uang untuk perdagangan segera dengan jangka waktu penyerahan dua hari. Dalam pasar spot, dibedakan tiga jenis transaksi: 1. Cash, dimana pembayaran satu mata uang dan pengiriman mata uang lain diselesaikan pada hari yang sama. 2. Tom (kependekan dari tomorrow/besok), dimana pengiriman dilakukan pada hari berikutnya. 3. Spot, dimana pengiriman diselesaikan dalam tempo 48 jam setelah perjanjian. b. Kurs forward atau kurs berjangka adalah harga hari ini untuk suatu komitmen oleh satu pihak guna menyerahkan atau mengambil dari pihak lain suatu jumlah yang telah disepakati dari suatu mata uang., pada suatu tanggal masa depan yang ditetapkan. Kurs di mana transaksi forward akan diselesaikan telah ditentukan pada saat kedua belah pihak menyetujui kontrak untuk membeli dan menjual. Jatuh tempo kontrak forward biasanya satu, dua, tiga atau enam bulan. Transaksi forward biasanya terjadi bila ada eksportir, importir atau pelaku ekonomi lain yang terlibat dalam pasar valas harus membayar atau menerima sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu di masa mendatang. 15

Penyelesaian transaksi forward pada umumnya dalam jangka waktu 30, 90, atau 180 hari. Mata uang yang sering diperdagangkan dalam pasar forward adalah Deutsche Mark (DEM), Canadian Dollar (CAD), Poundsterlling (GBP), Japanese Yen (JPY), Swiss Franc (CHF), Belgian Franc (BEF), Italian Lira (ITL), dan Netherlands Guilder (NLG). Sedangkan mata uang negara-negara berkembang umumnya tidak diperdagangkan. Forward Rate timbul karena adanya ketidakpastian dan fluktuasi kurs valas. Hal ini terutama terjadi semenjak berlakunya sistem kurs mengambang (Floating rate system) setelah dekrit presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971. Dekrit tersebut antara lain menyatakan bahwa nilai mata uang USD tidak dikaitkan lagi dengan emas. Semenjak diberlakukannya sistem kurs mengambang tersebut, banyak perusahaan dan perbankan termasuk badan usaha pemerintah, menggunakan forward market untuk mengadakan forward contract. Hal ini bertujuan melindungi transaksi perdagangan dan keuangan internasional dari risiko kerugian dan daripada pedagang valas yang melakukan spekulasi untuk tujuan mencari keuntungan dari fluktuasi forward rate. Dalam perdagangan mata uang, pada umumnya harga yang disebutkan adalah selisih antara forward rate dan spot rate, yang dikenal dengan istilah swap rate. Bila forward rate lebih tinggi dari spot rate (FR>SR), maka disebut forward premium. Sebaliknya bila forward rate lebih rendah dari spot rate (FR<SR), maka disebut kondisi forward premium/discount. 16

Perhitungan forward premium dan forward discount ini diperlukan bagi para pengusaha atau pedagang valas untuk mengantisipasi risiko kerugian atau spekulasi memperoleh keuntungan dengan membandingkannya dengan tingkat bunga atau risiko yang harus ditanggung jika tidak melakukan forward contract. 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang Keseimbangan kurs akan berubah mengikuti perubahan pada skedul permintaan dan penawaran. Oleh karena itu untuk dapat menjelaskan mengapa terjadi perubahan kurs, harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang. Dalam praktek jarang terjadi perubahan suatu kurs mata uang hanya disebabkan oleh perubahan pada satu faktor saja. Umumnya, perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi antara beberapa faktor secara simultan. Meskipun demikian, untuk dapat menjelaskan efek dari interaksi tersebut, analis perlu mengetahui dampak perubahan dari masing-masing faktor secara individual, dengan mengasumsikan faktorfaktor yang lain tetap (ceteris paribus). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang yang berdampak pada perubahan nilai tukar mata uang menurut Jeff Madura (2000 :100) adalah : 1. Relative Inflation Rate, yaitu pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai tukar valas. Jika laju inflasi di Amerika Serikat meningkat cukup besar, sementara laju inflasi di Inggris relatif tetap. Kenaikan laju inflasi di Amerika Serikat akan membuat harga produk buatan Amerika Serikat menjadi semakin mahal. Akibatnya konsumen di 17

Amerika Serikat akan mengalihkan pembeliannya ke produk substitusi buatan Inggris, karena harganya relatif lebih murah. Di lain pihak, konsumen di Inggris akan enggan membeli produk buatan Amerika Serikat, karena harganya lebih mahal dibandingkan produk buatan Inggris. Fenomena di atas memiliki implikasi ganda. Pertama, permintaan terhadap Poundsterling akan meningkat, karena ekspor Inggris ke Amerika Serikat akan melonjak. Eksportir Inggris yang menerima pembayaran dari importir Amerika Serikat akan menukarkan USD yang diterima ke Poundsterling. Kedua, penawaran Poundsterling akan berkurang, karena penurunan animo masyarakat terhadap produk Amerika Serikat akan menurunkan impor produk dari Amerika Serikat. Apabila faktorfaktor di luar laju inflasi relatif dipegang konstan, maka keseimbangan kurs baru akan ditentukan oleh besarnya perbandingan perubahan relatif dari laju inflasi di Amerika Serikat. 2 Relative Interest Rate yaitu pengaruh tingkat suku bunga terhadap nilai tukar mata uang. Jika tingkat bunga nominal (tingkat bunga pasar yang belum disesuaikan dengan laju inflasi) di Amerika Serikat naik, sementara tingkat bunga nominal di Inggris relatif konstan. Kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat akan membuat investasi dalam USD (dalam bentuk deposito) menjadi semakin menarik, relatif jika dibandingkan dengan investasi dalam Poudsterling. Investor Inggris (baik individu maupun perusahaan) akan mengalihkan investasinya dari Poundsterling ke USD. Sementara itu 18

investor Amerika Serikat akan enggan menyimpan dana dalam Poudsterling dan mengalihkannya ke USD. Fenomena di atas akan menurunkan permintaan dan menaikkan penawaran terhadap Poundsterling. Selain tingkat bunga nominal, tingkat bunga riil juga sering digunakan oleh analis untuk mengukur dampak perubahan terhadap kurs mata uang. Tingkat bunga riil dapat dicari dengan rumus : Tingkat bunga riil = tingkat bunga nominal - laju inflasi. Apabila laju inflasi di Amerika Serikat dan di inggris relatif sama, maka arah pengaruh perubahan tingkat bunga riil akan sama dengan perubahan pada tingkat bunga nominal. 3. Relative Income Level yaitu pengaruh tingkat pendapatan terhadap nilai tukar mata uang. Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kurs valas adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di suatu negara. Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat tinggi sedangkan kenaikan jumlah barang yang tersedia relatif kecil, tentu impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas. 4. Expectations yaitu pengaruh ekspetasi pasar terhadap nilai tukar mata uang. Adanya harapan bahwa tingkat inflasi akan menurun atau sebaliknya di suatu negara, dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Karena mendorong pasar untuk membeli dan menjual valas, begitu pula jika ada isu lainnya, seperti politik dan sosial di suatu negara. 19

5. Government control yaitu pengaruh kontrol pemerintah terhadap nilai tukar mata uang. Faktor pengawasan pemerintah yang biasanya dijalankan dalam berbagai bentuk kebijaksanaan moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri untuk tujuan tertentu mempunyai pengaruh terhadap kurs valas atau forex rate. Misalnya pengawasan lalu lintas devisa, peningkatan trade barrier, pengetatan uang beredar, penaikan tingkat bunga, dan sebagainya. Kebijaksanaan pemerintah tersebut pada umumnya akan berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan valas atau forex yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap kurs valas atau forex rate. 2.8 Peramalan Kurs Mata Uang Peramalan atau prediksi adalah suatu pernyataan atau suatu perkiraan dalam bentuk kuantitas di masa yang akan datang tentang sesuatu, berdasarkan asumsi yang jelas, walaupun hal ini belum tentu dilaksanakan. Tujuan prediksi adalah untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan proses perencanaan. Dengan kata lain metode prediksi dapat meminimumkan tingkat kesalahan dalam forecasting. Tujuan tehnik peramalan kurs mata uang menurut Jeff Madura (2000:258) adalah : a Kebijakan pemagaran risiko (hedging decision) 20

Jika berdasarkan prediksi, mata uang x akan terdepresiasi, maka investor harus melakukan hedging, agar terhindar dari risiko perubahan nilai tukar mata uang. Tetapi jika terapresiasi, hedging tidak dilakukan. b. Kebijakan Pembiayaan Jangka Pendek. Dalam hal mendapatkan dana jangka pendek, MNC dapat meminjam dari luar negara asalnya. Untuk melakukan hal tersebut, setidaknya ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 1. Dana tersebut harus memiliki tingkat suku bunga yang rendah. 2. Dana tersebut harus memiliki nilai mata uang yang rendah dalam periode keuangan tertentu. Sehingga dengan memperhatikan kedua faktor tersebut, MNC dapat menghemat pengeluaran guna pembayaran pinjaman (seandainya nilai mata uang negara yang dipinjam dananya oleh MNC mengalami depresiasi terhadap nilai tukar mata uang asal MNC). Peramalan kurs akan sangat membantu MNC dalam melakukan pertimbangan di atas. c. Keputusan Investasi Jangka Pendek. Dalam beroperasi, kadangkala MNC memegang sejumlah dana yang menganggur. Untuk memanfaatkan dana yang menganggur tersebut, MNC dapat mendepositokannya pada bank di dalam maupun di luar negeri. Agar diperoleh keuntungan yang optimal dari depositonya (terutama di luar negeri) ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu negara tujuan harus : 1) Memiliki tingkat suku bunga yang tinggi, dan 21

2) Memiliki nilai mata uang yang kuat dalam periode investasi tertentu. Sehingga bila terjadi apresiasi, MNC akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Peramalan kurs mata uang akan sangat membantu kebijakan ini. d. Kebijakan Penganggaran Modal (Capital Budgeting). Dalam melakukan perencanaan guna mendirikan cabang di negara lain, MNC perlu melakukan analisis penganggaran modal dengan memperkirakan aliran kas (cash flow) dari hasil pendirian cabang tersebut. Perkiraan aliran kas ini sangat bergantung pada nilai mata uang Negara tujuan di masa yang akan datang. Ketergantungan tersebut dapat terjadi apabila : 1) Dilakukan konversi dari hasil inflow atau outflow mata uang negara tujuan ke negara asal MNC, dan 2)Pengaruh peramalan kurs terhadap permintaan produk MNC di negara tujuan. Peramalan kurs mata uang yang akurat akan semakin mempertajam perkiraan aliran kas dan pengambilan keputusan MNC. e. Kebijakan pendanaan jangka panjang. Untuk mendapatkan dana jangka panjang, MNC dapat mengeluarkan obligasi dan menjualnya ke pasar modal luar negeri (dengan menggunakan harga mata uang negara tujuan). Peramalan kurs akan membantu perkiraan dana yang harus dibayarkan bila terjadi depresiasi ataupun apresiasi di negara tujuan. Pengambiian keputusan penjualan obligasi sangat bergantung pada peramalan tersebut (obligasi akan diterbitkan di negara yang diperkirakan mengalami depresiasi). 22

f. Kebijakan Perkiraan Keuntungan yang akan didapat. Prediksi nilai tukar mata uang diperlukan terutama untuk perusahaan yang mempunyai cabang di luar negeri. Dengan prediksi nilai tukar mata uang perusahaan dapat memperkirakan berapa keuntungan yang akan diterima perusahaan dalam USD, saat penerimaan ditranslasikan. Idealnya mata uang yang dipilih adalah yang akan terapesiasi. Karena prediksi nilai tukar mata uang mempunyai kegunaan yang besar maka perlu diketahui pula tehnik prediksi (metode prediksi). 2.9 Syarat Untuk Menghasilkan Peramalan yang Akurat Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk mengahasilkan peramalan yang akurat. Tidak semua kriteria tersebut harus dipenuhi, tergantung pada situasi dan koridisi peramalan. Kriteria tersebut menurut Sri Handaru Yuliati dan Handoyo Prasetyo (2000:126) adalah: a. Adanya model peramalan superior yang memiliki penggunaan eksklusif. Kriteria ini memiliki sifat self-correcting. Maksudnya, modal peramalan dapat disesuaikan dengan penggunaannya secara berkala. b. Adanya akses informasi yang konsisten. Kriteria ini memiliki karakteristik tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan karena dalam dunia yang global ini tidak ada satu sumber informasi yang selalu konsisten. Informasi selalu berubah-ubah setiap saat. c. Adanya deviasi yang kecil dari peramalan. 23

Kriteria ini menggambarkan bahwa deviasi merupakan kondisi yang tidak bersifat konstan. Dari ketidakkonstanan inilah, peramal dapat selalu memperbaiki kondisi peramalannya. d. Adanya prediksi yang tepat terhadap intervensi pemerintah di pasar valuta asing. Kriteria ini merupakan kondisi yang paling susah untuk didapatkan walaupun kriteria ini memegang peranan yang sangat penting. Hal penting yang perlu diingat adalah kekonsistenan peramalan yang menguntungkan hanya dapat dicapai dalam jangka panjang bila tekanan pasar dapat dikurangi. 2.10 Teknik-Teknik Peramalan Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprediksikan nilai tukar valas dapat digolongkan menjadi empat. Metode tersebut menurut Jeff Madura (2000 : 244} adalah : a. Technical Forecasting Method Peramalan ini menggunakan data tingkat kurs historis dan kadang kala peramalan dilakukan hanya dengan pengamatan data tanpa menggunakan perhitungan statistik. Namun tidak jarang pula perhitungan statistik disertakan dalam peramalan. Selain itu juga ada beberapa model time series yang digunakan untuk pengujian moving average sehingga para peramal dapat melakukan interpretasi yang dapat didasarkan pada hasil pengujian tersebut. Tentu saja cara pengujian ini tidak dipublikasikan secara luas guna mencegah pembajakan terhadap cara penghitungan tersebut. Jika data historis 24

yang ada menampakkan pola yang random, maka peramalan teknis ini kurang begitu tepat untuk diterapkan. Mode! peramalan teknis ini telah banyak dibuktikan kegunannya di berbagai pasar valuta asing. Namun model yang cocok untuk satu pasar belum tentu cocok bila diterapkan di pasar yang lain, dan walaupun model peramalan teknis ini sangat beragam namun hasil pengujian membuktikan bahwa tidak ada satupun model yang dapat menghasilkan keuntungan yang konsisten. Dan banyak yang berpendapat bahwa bila satu model digunakan oleh banyak orang maka model ini tidak akan memiliki kegunaan lagi, karena semakin sering model ini digunakan akan semakin cepat mengubah nilai mata uang. Kelemahan lain dari model ini adalah memakan waktu yang sangat lama untuk menemukan pola yang diinginkan. Dan karena model ini bersifat spekulatif, maka dibutuhkan modal yang sangat besar guna menutupi kerugian yang terjadi. Dari sudut pandang perusahaan, model peramalan teknis ini hanya berguna dalam jangka pendek dan kurang akurat dalam jangka panjang. b. Fundamental Forecasting Method Peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental di antara variabel ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada variabel-variabel tadi maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara memberikan penilaian subyektif pada tingkat di mana pergerakan variabel ekonomi secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs. Dari perspektif statistikal, peramalan dilakukan berdasar pada ukuran kuantitatif 25

pengaruh variabel ekonomi pada tingkat kurs. Selain itu metode fundamental menggunakan data-data historis untuk memprediksikan nilai tukar mata uang. Sebenarnya fokus yang akan dibahas adalah dua dari banyak faktor yang mempengaruhi nilai mata uang. Namun sebelumnya diasumsikan bahwa materi yang akan dibahas adalah peramalan perubahan persentase tingkat kurs, pound Inggris terhadap dolar Amerika pada tahun yang akan datang. Dan untuk lebih mudahnya, diasumsikan bahwa peramalan terhadap nilai pound hanya dipengaruhi oleh dua faktor: 1. Inflasi di Amerika Serikat relatif terhadap inflasi di Inggris. 2. Pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat relatif terhadap pertumbuhan pendapatan di Inggris. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan bagaimana pengaruh kedua variabel ini terhadap nilai pound berdasarkan pada data historis yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Pertama-tama dilakukan pengumpulan data tahunan inflasi dan tingkat pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat dan Inggris. Variabel dependennya adalah perubahan persentase tahunan pada nilai pound (disingkat GBP), sedangkan variable independennya dapat ditetapkan sebagai berikut : 1. Perubahan persentase perbedaan inflasi di masa lampau (tingkat inflasi Amerika Serikat dikurangi tingkat inflasi Inggris), disingkat menjadi INF. 2. Perubahan persentase perbedaan pertumbuhan pendapatan di masa lampau (pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat dikurangi pertumbuhan pendapatan di Inggris), disingkat PDT. 26

Sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut BP = bo + b1 INF + b2 PDT + E Di mana bo merupakan konstanta, b1 mengukur sensitivitas pengaruh perubahan INF pada BP, b2 mengukur sensitivitas pengaruh perubahan PDT terhadap BP, dan E mewakili error. Data historis sangat diperlukan untuk mendapatkan nilai variabel koefisien regresi b0, b1, dan b2. Tanda positif di depan koefisien INF menandakan adanya hubungan yang searah dengan BP dan tanda negatif menujukkan sebaliknya. Pada persamaan di atas b1 diharapkan memiliki nilai yang positif karena bila tingkat inflasi di Amerika Serikat relatif terhadap tingkat inflasi di Inggris, maka akan mendesak tekanan pada nilai pound. Koefisien regresi b2 juga diharapkan positif, karena pertumbuhan pendapatan Amerika Serikat lebih tinggi dari inggris. Hal ini akan menimbulkan tekanan ke atas pada nilai pound. Model di atas dengan dua faktor yang dianalisis merupakan model yang sederhana. Bila lebih dari dua faktor, maka kita gunakan model regression yang dapat dituliskan persamaannya sebagai berikut : BP = b0 + b1x1 +b2x2 +...... bnxn + E Dalam penggunaan model regresi untuk melakukan peramalan yang berbasis pada data historis, kadang kala ada beberapa faktor yang memiliki pengaruh yang cukup kuat pada perubahan kurs yang tidak dapat diidentifikasi, Bila hal ini tidak diantisipasi maka hasil peramalan akan menjadi tidak akurat. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukan peramalan guna mengetahui berapa besarnya pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat diidentifikasi tersebut. 27

Ada 4 keterbatasan dari peramalan fundamental menurut Jeff Madura (2000:243) yaitu : 1. Ketidakpastian pengaruh suatu faktor pada waktu tertentu. Hal ini dapat dipahami bahwa sebenarnya suatu faktor memiliki pengaruh yang tidak terbatas hanya pada satu periode namun bisa lebih. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang pasti dari penggunaan model regresi, diperlukan penyesuaian secara terus menerus. 2. Diperlukannya peramalan untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh langsung pada nilai kurs. Walaupun seandainya peramal tahu bagaimana pergerakan faktorfaktor yang memiliki pengaruh langsung tersebut, namun bila peramal tidak mengetahui nilai dari faktor-faktor tersebut malah akan membuat hasil peramalan menjadi tidak akurat. 3. Tidak semua faktor yang relevan dimasukkan dalam model. Hal ini dapat terjadi karena kadang kala faktor tersebut tidak dapat diukur dengan mudah. Contoh seandainya terjadi pemogokan pada sebuah perusahaan eksportir yang besar di Jepang, hal ini akan menyebabkan menurunnya ekspor Jepang ke Amerika, misalnya yang akan berakibat pada menurunnya permintaan Amerika Serikat akan yen Jepang. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan tekanan penurunan yen. Faktor semacam inilah yang kadang kala sulit untuk diukur. 4. Adanya perubahan sensitivitas pergerakan mata uang sepanjang waktu hal ini disebabkan karena tidak ada satupun yang konstan di pasar sepanjang waktu selain perubahan itu sendiri. Sehingga nilai-nilai koefisien di dalam model regresi akan selalu berubah. 28

c. Market Based Forecasting Metode ini menggunakan indikator-indikator pasar yang biasanya didasarkan pada kurs spot atau kurs forward. Jadi spot rate digunakan untuk memprediksi kurs dengan jarak waktu yang sangat dekat, sedangkan forward rate digunakan untuk jangka waktu 2 sampai 365 hari. d. Mixed Forecasting Mixed forecasting dapat dilakukan bila masing-masing teknik peramalan memiliki tingkat superioritas yang sama. Menurut Jeff Madura (2000:269) mendefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai teknik peramalan. Cara melakukan mixed forecast ini adalah dengan menimbang hasil proyeksi masing-masing tehnik dengan total timbangan 100%, dengan asumsi bahwa teknik yang dianggap paling baik mendapat timbangan lebih tinggi, sedangkan menurut Shapiro (2000:171), suksesnya prediksi kurs valas ditunjang oleh empat kriteria yaitu : 1. Metode prediksi kurs yang digunakan mempunyai sifat yang exclusive dan superior, sehingga mempertinggi tingkat keakuratan. Hal ini biasanya dapat dipenuhi, sebab forecast service akan membuat metode prediksi yang sesuai dengan pemakaian pelanggan. 2. Forecasting harus mempunyai akses informasi yang konsisten sebelum yang lain mengetahui. Hal ini sulit dipenuhi, karena informasi dapat dimiliki oleh publik. 3. Mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah. 4. Dapat memprediksi tentang intervensi yang akan dilakukan pemerintah, hal ini sulit untuk diketahui secara pasti. 29

2.11 Inflasi Menurut Ball et al. (2005:278) menyatakan bahwa inflasi merupakan faktor kekuatan keuangan eksternal yang harus dihadapi oleh manajer keuangan dengan sebaik mungkin. Hampir semua perusahaan kadang-kadang harus meminjam uang, dan tngkat inflasi menentukan biaya riil dari pinjaman. Negara-negara dapat melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter sedemikian rupa sehingga menyebabkan peningkatan atau penurunan inflasi. Inflasi juga mempengaruhi bisnis internasional, dengan komplikasi bahwa tingkat inflasi berbeda di tiap negara. Oleh karena itu, manajemen perusahaan internasional harus mencoba untuk memprediksi tingkat inflasi untuk setiap negara dimana perusahaan tersebut berada. Tingkat inflasi komparatif akan mempengaruhi nilai mata uang komparatif ketika mata uang dari negara denagn tingkat inflasi tinggi melemahkan mata uang dengan tingkat inflasi yang lebih rendah. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan harga barang dan jasa yang dihasilkan atau ditawarkan suatu negara meningkat, dan dengan demikian narang dan jasa tersebut menjadi kurang kompetitif. Kondisi yang demikian cenderung untuk mengakibatkan neraca pembayaran menjadi defisit, dan manajemen harus waspada terhadap perubahan dalam kebijakan pemerintah yang berusaha untuk memperbaiki defisit tersebut. Perubahan tersebut dapat meliputi kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ketat, pengendalian mata uang, insentif ekspor dan rintangan untuk impor. Tingkat inflasi relatif mempengaruhi dimana perusahaan internasional meningkatkan dan melakukan investasi modal. Suku bunga cenderung lebih tinggi bila inflasi tinggi. 30

2.12 Suku Bunga Definisi suku bunga yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2008:387) dalam bukunya Mikro Ekonomi Suatu Pengantar adalah pendapatan dari tabungan yang dilakukan oleh masyarakat, yang dinyatakan dari persentase dari jumlah tabungan yang dibuat. Dalam teori ekonomi terdapat dua pandangan yang menerangkan bagaimana suku bunga yang ditentukan. Dalam teori klasik, suku bunga ditentukan oleh interaksi di antara permintaan ke atas dana modal (permintaan untuk investasi) dan penawaran dana modal (tabungan masyarakat). Teori yang kedua yaitu teori yang dikemukakan olek Keynes, berpendapat suku bunga ditentukan olah interaksi antara permintaan uang dan penawaran uang. 2.13 Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Product/GNI) Bank Dunia dahulu menggunakan sistem klasifikasi berdasarkan Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) per kapita, tetapi mulai tahun 2002 beralih ke Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI), yang mengikuti praktik statisik terbaru kebanyakan negara. Definisi pendapatan nasional bruto menurut Ball et al. (2005:170) adalah pendapatan yang dihasilkan oleh suatu negara dari kegiatan internasional dan domestik dan lebih disukai oleh organisasi-organisasi internasional daripada produk domestik bruto, yang mengukur pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan domestik oleh penduduk negara itu dan yang bukan penduduk.. 31

Setiap perekonomian diklasifikasikan sebagai berpendapatan rendah, menegah rendah, menengah tinggi dan tinggi, pemggolongan yang didasarkan atasa kategorikategori pinjaman bank itu. Bank Dunia menggunakan klasifikasi berdasarkan GNI per kapita berikut ini: 1. Berpendapatan rendah ($ 755 atau kurang) 2. Berpendapatan menengah rendah ($ 756 - $ 2995) 3. Berpendapatan menengah tinggi ($ 2996 - $ 9265) 4. Berpendapatan tinggi ( $ 9265 atau lebih) 32