BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Tinjauan Perkembangan Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe) Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan penataan ruang meliputi aspek-aspek pengaturan,

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan disebabkan oleh berkembangnya berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (Land Based

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. berada di Kota Yogyakarta dan banyaknya juga obyek wisata, menjadikan

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali yang terkenal sebagai pulau Dewata merupakan salah satu

BAB III TINJAUAN WILAYAH

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. fungsi yang sangat penting bagi kegiatan pembangunan, demi tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

STUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR JALAN MANADO- BITUNG DI KECAMATAN KALAWAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KEGIATAN WILAYAH PERKOTAAN MARABAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

STUDI LITERATUR UKDW DATA. Profil Kota Yogyakarta (DIY) Potensi Kota Yogyakarta Potensi Kota Yogyakarta dalam bidang olahraga Data - data sekunder

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI MAYANG TERURAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan permasalahan bagi perencana maupun pengelola kota, dan akan menjadi lebih semakin berkembang karena terdapat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain potensi wilayah, potensi ekonomi, dan potensi sosial budaya. Pertumbuhan wilayah perkotaan dapat juga terjadi lebih cepat dari lainnya akibat beberapa hal yang mempengaruhi misalnya: aspek ruang kota, hubungan terhadap kota lainnya, sumberdaya alam, sistem manajemen kota, maupun pusat kegiatan yang mampu memicu kegiatan lainnya. Pertumbuhan wilayah perkotaan pada suatu kawasan akan berlangsung lebih cepat dari yang lainnya bila diawali oleh keberadaan berbagai macam kegiatan bagi masyarakat seperti kegiatan kantor dengan pembangunan gedung instansi pemerintahan, penempatan beberapa fasilitas pendidikan termasuk perguruan tinggi, kegiatan industri dan pengembangan pusat perdagangan serta munculnya beberapa komplek perumahan, dilengkapi dengan prasarana perkotaan seperti jalur transportasi, komunikasi dan utilitas lainnya. Kondisi tersebut berperan sebagai simpul-simpul kegiatan yang berakibat terhadap percepatan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengalami pertumbuhan penduduk tertinggi. Salah satunya, hal 1

2 itu dipengaruhi oleh strategisnya posisi kabupaten ini sebagai pintu gerbang bagi Provinsi DIY melalui transportasi darat dari arah utara (dari Semarang/Magelang) dan arah timur (dari Solo/Klaten) maupun transportasi udara di Bandara Adisutjipto yang telah menjelma menjadi bandara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Dalam posisi semacam itu, kawasan perkotaan di Sleman menjadi kawasan pertumbuhan yang berdekatan dengan kota Yogyakarta dan merupakan kawasan strategis perbatasan karena sifat pertumbuhannya sangat dipengaruhi pola pertumbuhan konsentris Kota Yogyakarta. Secara fungsional wilayah Kota Yogyakarta telah tumbuh dan berkembang melampaui batas wilayah administrasinya sehingga membentuk suatu aglomerasi perkotaan yang dikenal sebagai Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) dengan wilayah fungsionalnya terdiri dari Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang berada di sekitar Kota Yogyakarta (www.phpkartamantul.pemda-diy.go.id) menurut Kuncoro (2011), melihat komposisi penduduk Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah selatan Kabupaten Sleman yang meliputi kecamatan Gamping, Mlati, Ngaglik dan Depok memang merupakan basis pertumbuhan perkotaan yang membentuk satu aglomerasi dengan Kota Jogja. Terjadinya perluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas di Jalan Seturan Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Jalan Seturan melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Seiring dengan bertambahnya Mahasiswa di Yogyakarta, fasilitas-fasilitas yang disediakan pun semakin menjamur. Kawasan ini tadinya

3 merupakan kawasan mahasiswa YKPN dan UPN, juga Atma Jaya. Semakin tinggi tingkat pembangunan di kawasan ini, semakin banyak kegiatan sosial yang berubah. Kawasan Seturan ini masuk ke dalam Kecamatan Depok, Sleman, yang berkarakteristik kawasan aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu). Pertumbuhan dikawasan ini terhitung pesat mengingat fasilitas-fasilitas yang bertambah dalam kurun waktu beberapa tahun saja (Ramadhana, 2014). Jalan Seturan merupakan wilayah dari dusun Seturan Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok Sleman. Menurut Kepala Dukuh Seturan Bapak Mada Ferdian Sumedi, kawasan Seturan khususnya Jalan Seturan mulai berkembang sejak dibangun kampus terpadu Universitas Pembangunan Nasional (UPN), sekitar tahun 1990an. Pada saat yang hampir bersamaan juga dibangun jalan lingkar Yogyakarta atau biasa disebut Ringroad Utara. Pembangunan kampus terpadu UPN kemudian disusul dengan pembangunan STIE YKPN di kawasan Jalan Seturan. Sejak saat itu banyak sawah di pinggir Jalan Seturan kemudian dialihfungsikan menjadi bangunan komersial. Selain itu, Jalan Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota. Jalan Seturan merupakan jalur kolektor sekunder penghubung Jalan Arteri Luar Kota Outer Ringroad dengan jalan utama menuju Kota Yogyakarta. Jalan Laksda Adisucipto mempunyai peranan strategis untuk kepentingan dalam kota, dari atau menuju luar kota dan kawasan primer. Menurut RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota Kecamatan Depok) tahun 2005 2014, kawasan Seturan dan Babarsari akan dikembangkan sebagai kawasan pendidikan (campus estate) dan kawasan komersial. Sedangkan dalam penggal

4 Jalan Seturan dalam RUTRK Kecamatan Depok akan dikembangkan sebagai koridor komersial atau perdagangan (Meiarsa, 2014). Gambar 1.1 Rencana Umum Tata Ruang Kota Kecamatan Depok Kajian yang dilakukan adalah menganalisis aspek-aspek yang berperan dan berpengaruh terhadap terjadinya proses perkembangan wilayah perkotaan yang terjadi secara cepat yang dinamakan kawasan-kawasan tumbuh cepat dari wilayah perkotaan Yogyakarta. Kondisi tersebut ditandai oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan berada pada kawasan pinggiran perkotaan dengan adanya pemicu kegiatan ekonomi berupa pusat-pusat kegiatan, baik yang disediakan oleh pemerintah, swasta ataupun oleh masyarakat.

5 Jalan Seturan dijadikan obyek penelitian karena dalam 25 tahun terakhir kawasan ini mengalami perkembangan secara pesat. Perkembangan ini tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Sujarto (1989) menyatakan terdapat faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perkembangan kawasan. Kawasan Seturan sampai Babarsari yang awalnya untuk kawasan pendidikan (perguruan tinggi swasta) akhirnya diperluas fungsinya menjadi kawasan kawasan pendidikan (campus estate) dan kawasan komersial. Setelah melakukan grand tour, dari berbagai lokasi seperti Demangan dan Gejayan, peneliti melihat tidak ada perubahan yang signifikan dari Demangan dan Gejayan ketika melihat lebih jauh tentang lahan terbangun. Selain itu, peneliti juga tidak melihat perubahan fungsi bangunan di kawasan itu, melainkan ketinggian atau intensitas bangunan. Di sini, diindikasikan di Demangan dan Gejayan tidak terjadi perubahan lahan terbangun yang pesat seperti kawasan Seturan. Di antara ketiganya, Seturan yang paling kelihatan perubahan lahan terbangunnya. Berbeda dengan Demangan dan Seturan, kawasan Gejayan memiliki intensitas kegiatannya semakin pesat atau semakin besar, sedangkan dari sisi ketinggian tidak terlalu. Kegiatan di Gejayan dahulu hanya ada counter HP, sekarang ada counter HP dan toko baju/butik, minimarket, tempat kuliner. Dari dinamikanya, tidak hanya HP tetapi bercampur dengan toko baju, bangunan, sampai hotel pada tahun 2010. Kawasan Seturan memiliki kekhasan dibandingkan kawasan lain di sekitarnya. Namun demikian, Jalan Gejayan maupun Jalan Demangan Baru

6 memiliki karakteristik pertumbuhan yang berbeda dengan Seturan. Secara umum, di Jalan Gejayan maupun Jalan Demangan Baru terjadi perubahan fungsi bangunan dari residensial menuju perdagangan dan jasa, sedangkan Seturan mengalami perubahan lahan terbangun langsung ke fasilitas perdagangan dan jasa. Lahan terbangun berasal dari alih fungsi tanah di Seturan dari semula sawah, tegalan atau semak menjadi bangunan perdagangan dan jasa. Perubahan lahan terbangun ini yang membuat Seturan memiliki ciri khusus dibandingkan kawasan lain. Desain bangunan tersebut di Seturan sudah diperuntukkan area komersil sehingga sudah lebih tertata dibandingkan kawasan lain. 1.2 Rumusan Masalah Seturan merupakan kawasan yang berkembang cepat pada satu dasa warsa terakhir. Pada tahun 1970-an kawasan ini masih berupa tegalan, semak, maupun sawah. Pada tahun 1990-an kawasan mulai mengalami perubahan lahan terbangun dengan adanya kampus UPN di sebelah Utara. Perubahan fisik lahan terbangun menjadi semakin besar pada era setelah tahun 2005 sampai sekarang (tahun 2015). Seturan Raya sebagai salah satu kawasan utama pada kawasan Seturan, yang telah berimbas pada perubahan aspek fisik dan kegiatan kawasan yang tumbuh dengan cepat. Hal ini perlu diantisipasi dengan baik oleh di masa yang akan datang oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dengan perencanaan mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor penyebab perkembangan kawasan tumbuh cepat jalan Seturan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Oleh karena

7 itu perlu diteliti seperti apa perubahan fungsi lahan terbangun (jumlah) dan intensitas kegiatan ekonomi di Kawasan Seturan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perkembangan kawasan tumbuh cepat di Jalan Seturan? 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui seperti apa perkembangan Kawasan Jalan Seturan. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah: 1. Untuk Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan tumbuh cepat di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman (studi kasus jalan seturan), yang sekaligus menjadi bahan evaluasi terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan Depok sebagai Ibukota Kecamatan Depok yang masih berlaku.

8 2. Untuk Pemkab Sleman Manfaat penelitian ini bagi Pemkab Sleman adalah (1) dapat berfungsi sebagai salah satu acuan penataan ruang di Kabupaten Sleman dalam melakukan program-program dan proyek-proyek pembangunan dengan melihat fungsi utama kawasan, (2) memberikan kebijakan pokok dalam pemanfaatan ruang di Kecamatan Depok sesuai dengan kondisi wilayah dan berazaskan pembangunan yang berkelanjutan, (3) mewujudkan keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah di dalam Kabupaten Sleman, (4) memberikan arahan yang jelas bagi kebijakan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta, (5) sebagai acuan dalam melakukan penyusunan Rencana Tata Ruang dan Kawasan. 3. Untuk Ilmu Pengetahuan Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai pengembangan teori perencanaan kawasan yaitu kaitannya dengan kajian perkembangan kawasan (seperti: topografi, kepadatan lahan dan tata guna lahan/wilayah dalam dimensi ekonomi) dan hubungannya dengan kebijakan penataan kawasan permukiman dan dalam kerangka perkembangan kecamatan. Selain itu, sebagai bahan referensi untuk pengembangan ilmu perencanaan wilayah dan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

9 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang perkembangan kota yang menyoroti kawasan tumbuh cepat dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya: Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya Peneliti, Tahun Judul Lokasi Ita Rustianti (2008) Perkembangan kawasan Umbulharjo sebagai kawasan tumbuh cepat di Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta Umi Akhsanti (2005) Kawasan Tumbuh Cepat Umbulharjo Kota Yogyakarta Bachtaruddin Analisis tingkat perkembangan kawasan (2002) tumbuh cepat kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu Mochammad Kajian pengendalian perubahan penggunaan Komar (2000) lahan : Kasus kawasan tumbuh cepat Purdowo Di Kabupaten Sleman Ari Hermanto Kajian kawasan tumbuh cepat : Kasus Desa (1996) Purwomartani, Wedomartani, Maguwoharjo Kabupaten Dati II Sleman Sumber : Analisa Peneliti Kota Bengkulu Kabupaten Sleman Kabupatren Sleman Penelitian di atas pada dasarnya hampir sama dan dapat melatarbelakangi penelitian ini. Perbedaannya adalah terletak pada lokasi penelitian dan metode analisisnya yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan deduktif menggunakan parameter seperti faktor perkembangan permukiman, faktor fisik, faktor ekonomi, dan faktor sosial.

10 1.6 Sistematika Penulisan Pada penelitian ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Berisi mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Berisi mengenai Pengertian Kota, Faktor-faktor Penyebab Perkembangan Kota, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kota, Pengertian Wilayah Dan Kawasan, Perkembangan Kawasan, Pengertian Kawasan Tumbuh Cepat, Kajian Kasus-Kasus Kawasan Tumbuh Cepat, dan Proposisi Teoritis. Bab 3 Metode Penelitian Berisi Metode Penelitian, Kisi - kisi Penelitian, Unit Kasus, Tahapan Penelitian, Cara Penelitian, Desain Penelitian, Materi penelitian, Pengumpulan Data, Jalannya Penelitian, Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Dan Metode Analisis Bab 4 Deskripsi Wilayah Penelitian Meliputi Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Depok, Kondisi Sosial, Budaya dan Sarana Prasarana Kecamatan Depok, Letak Geografis dan Luas Wilayah Dusun Seturan Desa Caturtunggal Kecamatan Depok serta Gambaran Umun Kawasan Seturan Kecamatan Depok. Bab 5 Temuan dan Pembahasan Berisi temuan umum hasil observasi lapangan, perkembangan kawasan lahan terbangun, guna lahan, dan intensitas bangunan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kawasan baik itu faktor perkembangan berdasarkan

11 periode tahun maupun deskripsi perkembangan dan faktor penyebab seperti faktor jumlah penduduk, faktor perekonomian, fasilitas fisik serta faktor kebijakan pemerintah daerah. Pada bab ini juga berisi pembahasan mengenai kontribusi teoritik penelitian dan implikasi kebijakan. Bab 6 Penutup Berisi ringkasan temuan hasil penelitian yang berisi pembahasan dalam rangka menjawab rumusan masalah, kontribusi teoritik, rekomendasi kebijakan dan saran penelitian lebih lanjut.