KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

dokumen-dokumen yang mirip
FOREST PROGRAMME (SUPPORT FOR THE MINISTRY OF FORESTRY) FORCLIME - FC

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

West Kalimantan Community Carbon Pools

2 Mengingat : 1. c. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 39 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008, penugasan sebagian urusan pemerintahan dari

REDD - INDONESIA STRATEGI. Disampaikan Pada Peluncuran Demonstration Activities REDD Indonesia. Jakarta, 6 Januari 2010

REDD - INDONESIA STRATEGI. Disampaikan Pada Peluncuran Demonstration Activities REDD Indonesia. Jakarta, 6 Januari 2010

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

Kebijakan Pelaksanaan REDD

ANALISIS KESIAPAN TIGA KABUPATEN DI KALIMANTAN DALAM UPAYA MENDUKUNG IMPLEMENTASI REDD+ Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.102/Menhut-II/2014 TENTANG

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL DI KPHP DAMPELAS TINOMBO PROVINSI SULAWESI TENGAH

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

FAQ. bahasa indonesia

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini?

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :.P. 7/Menhut-II/2012 /Menhut-II/2009 TENTANG

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

REDD+ Coordination, Actor s Role and Their Responsibilities

Transkripsi:

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA, JANUARI 2007

Latar belakang Negosiasi Bilateral G-G, Oktober 2007 telah menyetujui program baru dengan prioritas pada Climate Change. Kerjasama dalam suatu pendekatan program (2 Program: Environment & Climate Change, Forests & Climate Change). Jerman berkomitmen untuk melaksanakan kerjasama Teknis & Finansial untuk Forests & Climate Change dengan jumlah dana 27 juta EUR (FC+TC). Departemen Kehutanan sebagai Executing Agency. Lembaga pengembangan Jerman lainnya yang terlibat (GTZ, CIM, DED, InWEnt, KfW). Komitment saat ini adalah fokus pada dukungan Kalimantan untuk District-based approach. Koordinasi dengan lembaga bantuan internasional lainnya.

FORMULASI PROGRAM FORESTS AND CLIMATE CHANGE Langkah Pendekatan: Awal Program (TC-Module) Penempatan Ahli Terpadu DED di Tarakan, Pontianak, Putussibau, Samarinda (sedang berjalan) Februari Juni GTZ kick off rapat dengan BAPPENAS TC-Module GTZ, Lokakarya Rencana Strategis pada tingkat nasional Juli 07 Pertama, KfW- GTZ Misi Fact Finding November 07 Kedua, KfW-GTZ Misi Fact Finding Januari Misi Pre- Appraisal TC- Module Keragaman hayati (HoB) April/Mei Misi Persiapan untuk TC Module Juli Bersama KfW- GTZ-DED fase pertama Studi Kelayakan November Perjanjian pada Kerangka Program Formal BersamaKfW-GTZ-DED fase kedua Studi Kelayakan dan persiapan program Juni Penandatan gan MoM Persiapan FC Module Juli Penandatangan perjanjian Finansial Agustus Evaluasi Tender 2007 2008 2009

Program Forests and Climate Change (FORCLIME) Agensi Jerman terkait Modul Kerjasama Teknis (TC) Modul Kerjasama Finansial (FC) 3 TC-Modul Component 3 KfW Konsultan untuk mengukur TC Program Baru FORCLIME

Tujuan Strategis dari Keseluruhan Program Kerjasama (FC & TC): Mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan meningkatkan kehidupan masyarakat miskin pedesaan melalui penerapan strategi perlindungan hutan dan pengelolaan hutan secara lestari Indikator: 1. Emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan di Kabupaten terpilih di Kalimantan berada dibawah kesepakatan Reference Emission Levels. 2. Sektor publik dan privat menanamkan investasi dalam mekanisme REDD di Indonesia. 3. Secara signifikan kawasan hutan yang lebih besar ditunjuk/ditetapkan sebagai kawasan hutan yang dikelola secara lestari dan kawasan perlindungan hutan. 4. Sebagian besar masyarakat yang hidup di kawasan REDD menyatakan bahwa kehidupannya makin baik melalui perlindungan hutan dan pengelolaan hutan lestari.

MODUL KERJASAMA TEKNIK

Tujuan Strategis dari Keseluruhan TC Module: Pihak publik dan privat terkait dapat mengimplementasikan perbaikan kerangka institusi dan regulasi, cara dan pelayanan untuk pengelolaan hutan lestari, konservasi alam, dan pengurangan emisi GRK yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. Indikator: 1. Kerangka kelembagaan telah dibentuk di tingkat nasional dan provinsi, juga di Kabupaten terpilih untuk penerapan reformasi sektor kehutanan dan pengurangan emisi GRK dari hutan. 2. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) Kabupaten berpartisipasi dalam kegiatan REDD. 3. Sejumlah pemegang konsesi hutan di Kalimantan menerapkan pengelolaan hutan lestari. 4. Setidaknya 3 (tiga) Kabupaten di Kalimantan mengimplementasikan RTRWP yang telah disetujui di tingkat provinsi dan nasional serta terdapat kejelasan/kepastian batas antara kawasan hutan dan non hutan. 5. Menurut survei yang dapat dipertanggungjawabkan yang dilakukan di atas area uji coba REDD, mayoritas penduduk, khususnya perempuan merasakan peningkatan kehidupan mereka (pendapatan, pekerjaan, infrastruktur), mendapatkan akses pemanfaatan sumber daya alam dan benefit lain dari mekanisme insentif REDD.

C1: Kebijakan kehutanan, rencana strategis dan pengembangan institusi Tujuan: Peningkatan kapasitas bagi kerangka kelembagaan dan regulasi yang dibentuk oleh pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten dalam rangka penerapan pengelolaan hutan lestari dan penurunan GRK yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. C2: Implementasi rencana strategis dalam rangka pengelolaan hutan lestari Tujuan:Aktor pada kabupaten uji coba menerapkan kerangka kerja yang telah disempurnakan untuk implementasi reformasi administrasi dalam rangka pengelolaan hutan lestari dan kegiatan REDD. C3: Konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan di wilayah HoB Tujuan: Stakeholder menerapkan skema yang efektif untuk konservasi alam, pengelolaan sumber daya alam dan meningkatkan kondisi dasar kehidupan bagi masyarakat miskin atau masyarakat yang masih tergantung pada keberadaan hutan di wilayah HoB.

C2: Implementasi rencana strategis dalam rangka pengelolaan hutan lestari Tujuan: Aktor pada kabupaten uji coba menerapkan kerangka kerja yang telah disempurnakan untuk implementasi reformasi administari dalam rangka pengelolaan hutan lestari dan kegiatan REDD. Dukungan untuk pengembangan Kesiapan strategis daerah untuk REDD di Kalimantan Dukungan untuk REDD terkait riset daerah. Dukungan untuk pelatihan dan pengembangan kapasitas REDD di tingkat daerah. Pembuatan referensi data sosial ekonomi untuk mengimplementasikan REDD di kabupatan terpilih. Dukungan untuk pengembangan regulasi daerah untuk FMU dan REDD di Kalimantan. Fasilitasi REDD di hutan produksi di hutan produksi yang belum berizin dengan memandang pengembangan FMU. Resolusi konflik pada lahan hak ulayat/lahan tradisional di wilayah FMU. Fasilitasi kejelasan batas di wilayah FMU di areal terpilih. Dukungan untuk wilayah konservasi atau wilayah yang dilindungi di hutan produksi. (e.g. HCVF).

MODUL KERJASAMA KEUANGAN

Gambaran Umum Nama Program: Forest Programme (FORCLIME FC Module) Budget disepakati: 20 Juta Euro Durasi Program: 7 tahun (2010-2016) Channel Keuangan: KFW Tujuan: Implementasi konservasi hutan dan SFM guna pengurangan emisi gas rumah kaca dan perbaikan kondisi masyarakat sekitar hutan

Karakteristik Program Pendekatan berbasis kabupaten (district approach) Mempersiapkan kabupaten yang terseleksi untuk pasar karbon nasional dan internasional Pemilihan kegiatan yang tepat Uji Coba implementasi REDD dengan berbagai partner (instansi pemerintah, masyarakat, LSM, swasta dan pemegang konsesi) Pengujian REDD dalam berbagai skenario kondisi lapangan (fungsi hutan, tutupan hutan, tingkat deforestasi, dll)

Tahapan Kegiatan dan Pemilihan DA Kesiapan tingkat nasional (pembentukan NPMU) Mengembangkan mekanisme pembiayaan berkelanjutan Mengembangkan sistem distribusi pembayaran karbon Kesiapan tingkat kabupaten (pembentukan DPMU) Penetapan REL tingkat kabupaten Pengembangan sistem monitoring emisi carbon FS dan proses pemilihan DA Pengujian metodologi dengan berbagai variasi partner proyek Pengembangan instentif untuk pemanfaatan lahan secara berkelanjutan Pengembangan ekonomi masyarakat lokal Konservasi biodiveristy Penurunan emisi melalui penanganan aspek-aspek utama penyebab degradasi/deforestasi pada kawasan APL, HP yang tidak/belum dikonsesiakan, hutan lindung, dan hutan konservasi Kabupaten terpilih: Kapuas Hulu (Kalbar), Malinau dan Berau (Kaltim) Kegiatan teknis akan dituangkan dalam Separated Agreement, sedangkan penetapan lokasi detail cakupan DA dan kegiatannya akan dikembangkan bersama antara Dephut, kabupaten, dan pihak konsultan.

Perkembangan sampai dengan saat ini FS untuk penentuan 2 kabupatan DA telah diselesaikan bulan Pebruari 2009 Minutes of Meeting (MoM) telah ditandatanganidepartemen Kehutanan, Bappenas, Departemen Keungan, dan KFW pada tanggal 16 Mei 2009 Tender pengadaan konsultan sudah dilaksanakan mulai bulan Juni 2009 Kontrak dengan konsultan telah ditandatangani tanggal 18 Desember 2009 Penandatanganan Financial Agreement (oleh Departemen Keuangan dan KFW) dan Separated Agreement (Departemen Kehutanan dan KFW dijadwalkan bulan Januari 2010 FS untuk kabupaten ke-3 (Berau) akan dilaksanakan mulai bulan Januari s/d Maret 2010 Komponen anggaran counterpart untuk pusat dan kabupaten telah disiapkan dalam DIPA 2010

Mengapa District-based approach? KONTRIBUSI UNTUK TARGET PENURUNAN EMISI NASIONAL DAN KREDIT DAPAT MENGHASILKAN: Koordinasi kegiatan Pendekatan strategis KELEBIHAN: Lebih mudah dikelola Lebih mudah di-monitor dan di-verifikasi METODOLOGI YANG KONSISTEN DI TINGKAT KABUPATEN DAN NASIONAL Reference emission level kabupaten yang terpadu dengan national reference emission level ( baseline ) Kabupaten dapat menjadi contoh bagi kabupaten lain (scaling-up) SUPERVISI DAN TRANSPARANSI YANG LEBIH BAIK SATU GARIS DENGAN STRUKTUR PEMERINTAH MENGURANGI BIAYA TRANSAKSI

REDD District-based Approach Reference Emission Level Pembentukan FMU Mengurangi dampak penebangan di hutan produksi Meng-update rencana pengunaan lahan Carbon Reserve Kebijakan baru mengenai pengembangan perkebunan kelapa sawit hanya pada lahan rusak Perbaikan patroli terhadap pelanggaran batas illegal logging Community forestry in buffer zone Agroforestry/perkebunan karet daripada ladang berpindah Taman Nasional

TERIMA KASIH