BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004). Perencanaan geometrik baru dikenal di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980. Dalam buku ini diuraikan perencanaan geometrik jalan khususnya untuk Jalan Baru Antar Kota (rural road) sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Dirjen Bina Marga, 1997). Untuk hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari Dirjen Bina Marga, digunakan ketentuan AAHSTO dan lainnya. 1.1. Tahapan Perencanaan Teknik Jalan Tahapan kegiatan perencanaan teknik diuraikan seperti gambar 1.1 yaitu : Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan Kriteria perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu lintas, kondisi lapangan, pertimbangan ekonomi, dll. Penyiapan peta planimetri, merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan sebagai peta dasar perencanaan geometrik. Perencanaan geometrik, meliputi jarak pandang dan perencanaan alinemen horizontal dan vertikal Geoteknik dan material jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan material untuk keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan Perencanaan perkerasan jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku 17
Gambar 1.1. Bagan Alir Perencanaan Teknik Jalan Sumber : Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya Drainase jalan, menguraikan analisis hidrologi dan sistem serta bangunan drainase, kebutuhan material dan sistem drainase bawah permukaan (subdrain) Bangunan pelengkap jalan, meliputi tembok penahan, rambu-rambu lalulintas, dll 18
Perkiraan biaya, meliputi perhitungan kwantitas, analisis harga satuan dan dokumen pelelangan Lampiran, tabel-tabel dan ketentuan lain yang dapat digunakan untuk perhitungan 1.2. Ruang Lingkup Perencanaan Geometrik Jalan Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan raya. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu memberikan pelayanan kepada pergerakan arus lalu lintas (kendaraan) secara optimum. Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan design infrastruktur jalan raya yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas dan memaksimumkan ratio tingkat pengunaan/ biaya pelaksanaan. Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan. Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah : Alinyemen horizontal / trase jalan, terutama dititik beratkan pada perancanaan sumbu jalan. Pada perencanaan alinyemen horizontal akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran. Alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan 19
Pada perencanaan alinyemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinemen vertikal ini dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan jarak pandang, dan fungsi jalan. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan. Penampang melintang jalan Bagian bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya. 1.3. Klasifikasi Jalan 1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan terbagi atas : 1. Jalan Arteri : adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan Kolektor : adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal : adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan cirri-ciri perjalanan jarak dekat kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 2. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan 20
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dengan satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dapat dilihat tabel dibawah ini. Tabel 1.1. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST ( ton ) Arteri Kolektor I II III III A III B > 10 10 8 8 8 Sumber :TPGJAK 97 3. Klasifikasi Menurut Medan Jalan Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebahagian besar medan yang di ukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini : Tabel 1.2. Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%) 1. Datar D < 3 2. Perbukitan B 3 25 3. Pegunungan G > 25 Sumber : TPGJAK 97 21
4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1 985 adalah jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan Khusus. Klasifikasi jalan berdasarkan TPGJAK 1997 tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut ini : Tabel 1.3. Ketentuan Klasifikasi (Fungsi, Kelas Beban, Medan) Sumber : Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya 22