MATERI DAN METODE. Materi

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

MATERI. Lokasi dan Waktu

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kandang Penelitian

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

METODE. Lokasi dan Waktu

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan April 2012 hingga Juni 2012. Materi Ternak Merpati yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 pasang atau 60 ekor berumur 9-12 bulan dengan kisaran bobot badan 200-405 g dan rataan bobot badan 322,93 g. Merpati diperoleh dari peternak dan pedagang merpati di sekitar lokasi penelitian. Kriteria merpati dalam penelitian ini yaitu merpati dalam kondisi sehat, memiliki jumlah bulu sayap primer dan bulu ekor yang lengkap, tidak memiliki cacat fisik dan mampu untuk dilatih terbang. Kandang Setiap pasang merpati ditempatkan dalam kandang utama berukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Kandang berjumlah 17 unit dan terbagi dalam tiga blok yaitu blok A terdiri dari 4 unit kandang, blok B terdiri dari 5 unit kandang dan blok C terdiri dari 8 unit kandang. Setiap unit kandang dilengkapi tempat pakan dan tempat minum. Kandang yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 1. (a) (b) (c) Gambar 1. Kandang Merpati pada Blok A (a), Blok B (b) dan Blok C (c). Kandang lain yang digunakan dalam penelitian ini selain kandang utama yaitu kandang tempat penjodohan adalah kandang untuk betina saat di luar kandang 8

utama dan kandang untuk melepas merpati jantan. Kandang tempat penjodohan, kandang untuk betina dan kandang untuk melepas merpati jantan disajikan pada Gambar 2. (a) (b) (c) Gambar 2. Kandang Penjodohan (a), Kandang Betina (b) dan Kandang Lepas (c). Pakan dan Air Minum Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jagung kuning yang berukuran kecil (jagung super) dengan diameter 0,5 cm. Pakan diberikan setiap pagi dan hanya satu kali. Setiap pasang merpati diberikan pakan sebanyak 70 g, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Prosedur Proses Penjodohan Proses penjodohan merpati dimulai dengan masa perkenalan. Merpati jantan dipertemukan dengan merpati betina namun masih dalam kandang yang berbeda. Kandang tersebut dibuat sekat untuk memisahkan merpati jantan dan merpati betina agar tidak terjadi keributan dalam kandang, namun sepasang merpati tersebut masih bisa saling melihat. Merpati jantan akan mengeluarkan suara bekur pada saat melihat merpati betina, hal tersebut merupakan salah satu ciri untuk membedakan merpati jantan dan merpati betina. Saat merpati jantan bekur yaitu menggelembungkan bagian lehernya, yang diikuti dengan gerakan-gerakan yang khas untuk menggoda merpati betina. Merpati betina juga bisa mengeluarkan suara bekur namun tidak sekeras suara bekur merpati jantan dan bekur merpati betina tidak diikuti dengan gerakan-gerakan seperti merpati jantan. Ciri merpati yang sudah berjodoh yaitu saat merpati jantan dan betina disatukan, merpati jantan akan mengeluarkan suara bekur dan menggelembungkan 9

bagian lehernya serta menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan kemudian ke atas dan ke bawah yang diikuti dengan gerakan seperti tarian. Posisi sayap dan ekor merpati jantan pada saat bekur akan lebih rendah bahkan hingga terseret di tanah. Merpati betina mengangguk-anggukan kepalanya pada saat merpati jantan mengeluarkan suara bekur. Proses perkawinan diawali dengan percumbuan, merpati jantan maupun merpati betina melakukan aktifitas telisik. Telisik merupakan salah satu tingkah laku unggas untuk membersihkan bulu menggunakan paruh. Merpati betina memasukan paruhnya ke dalam paruh merpati jantan. Saat paruh merpati betina berada dalam paruh merpati jantan keduanya menggetarkan kepalanya seperti sedang meloloh, setelah melakukan pelolohan maka betina akan merebahkan badannya agar dinaiki merpati jantan. Jika pada saat merpati betina merebahkan badannya namun merpati jantan tidak mau menaiki maka merpati betina akan meminta diloloh lagi sampai merpati jantan mau menaikinya. Jika merpati jantan sudah menaiki merpati betina dan merpati jantan pasangannya menggoyang-goyangkan ekor serta mengepakkepakan sayapnya maka proses perkawinan telah berhasil dilakukan. Setelah proses perkawinan biasanya merpati jantan langsung terbang, namun ada juga beberapa pasangan yang melakukan proses perkawinan secara bergantian. Pada saat merpati jantan telah berhasil melakukan perkawinan maka giliran merpati betina yang menaiki merpati jantan dengan gerakan yang sama. Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem pemeliharaan semi intensif. Sepasang merpati dikandangkan dalam kandang utama dari sore hingga pagi hari. Selanjutnya setiap pagi merpati jantan dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan bebas, sedangkan merpati betina ditempatkan dalam kandang khusus untuk betina. Merpati betina tidak dibiarkan bebas agar mempermudah dalam penanganan. Merpati betina lebih cenderung senang di luar kandang, sedangkan merpati jantan lebih sering masuk keluar kandang karena ingin menjaga kandangnya atau daerah teritorialnya, sehingga merpati jantan lebih sering terlihat berkelahi dibandingkan merpati betina. Perkelahian pada merpati bukan hanya masalah kandang, ada juga perkelahian yang disebabkan karena memperebutkan pasangan, merpati jantan yang mempunyai pasangan yang berwarna sama biasanya akan 10

berkelahi ketika merpati betina yang berwarna sama tersebut dibiarkan bebas. Kedua merpati jantan tersebut akan sama-sama mengejar merpati betina yang berwarna sama dengan pasangannya sehingga terjadi perkelahian. Pada saat merpati dikeluarkan dari kandang, tempat pakan dan tempat minum dikeluarkan dan dibersihkan atau dicuci dan dilakukan setiap hari. Tempat pakan dan tempat minum yang sudah dicuci kemudian dijemur. Saat menunggu tempat pakan dan minum kering, kandang dibersihkan dengan menggunakan peralatan seperti kape, koas dan serokan. Merpati jantan dan merpati betina dijemur 1-2 jam setiap pagi agar memperoleh cahaya sinar matahari. Merpati yang terlihat kotor (terdapat kotoran/feses pada bagian bulunya) dimandikan dan dijemur. Merpati dimandikan dua hari sekali, merpati yang sudah dijemur kemudian dimasukan kembali dalam kandang. Merpati dikeluarkan kembali pada sore hari, merpati jantan dan merpati betina dibiarkan bebas. Hal ini bertujuan agar merpati tersebut dapat mencari grit berupa batu-batu kecil atau kerikil, arang serta abu yang ada di sekitar kandang. Grit ini merupakan pakan tambahan yang bertujuan untuk membantu proses pencernaan dalam tembolok. Selain untuk mendapatkan grit, tujuan lain merpati jantan dan betina dibiarkan bebas pada sore hari yaitu agar sepasang merpati tersebut dapat melakukan perkawinan. Cara Melatih Merpati yang baru datang dikurung terlebih dahulu selama satu hari penuh dengan tujuan agar sepasang merpati tersebut dapat beradaptasi dengan kandang atau tempat tinggal barunya. Merpati mulai dikeluarkan dari kandang pada hari ke-dua, namun merpati betina tetap berada di dalam kandang khusus betina (dongdang dalam bahasa sunda) yang berada di dekat kandang utama. Jika sepasang merpati sudah dapat beradaptasi, maka mulai dilepas bebas hanya pada sore hari sekitar pukul 17.00 atau ketika sudah mulai gelap agar merpati tidak terbang jauh. Merpati jantan mulai dilatih terbang pada hari ke-tiga pemeliharaan. Latihan terbang untuk merpati jantan dilakukan pada jarak tertentu dan bertahap. Selain itu latihan terbang untuk merpati lokal tipe tinggian dilakukan pada satu arah, misalkan barat ke timur. Jika merpati telah mengenal medan latihan, maka jarak latih terbang ditambah. Pada setiap latihan terbang, merpati yang masih baru dibantu oleh merpati yang telah mengenal medan (guide). 11

Latihan terbang dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari jarak 100 m, 150 m dan 200 m. Latihan terbang dilakukan pagi hari karena kecepatan angin pada pagi hari masih konstan, sehingga kondisi angin saat latihan maupun pengambilan data kecepatan terbang seragam. Merpati diterbangkan pada jarak yang sama sebanyak tiga kali atau sampai merpati tersebut dapat terbang tanpa salah arah. Jika merpati sudah mengenal medan yaitu langsung pulang ke kandang ketika terbang berdua dengan seekor guide, selanjutnya merpati dibiasakan terbang sendiri. Pencatatan kecepatan terbang merpati dilakukan saat merpati terbang sendiri dan tidak dipandu oleh guide. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan secara bertahap karena kapasitas kandang terbatas. Pengambilan data dilakukan secara bergilir. Merpati yang dipelihara sudah didapatkan seluruh datanya, maka merpati tersebut ditukar ke pasar atau ke peternak. Setiap pasang merpati dipelihara selama 14 hari. Pemeliharaan di kandang selama 3 hari dan latihan terbang untuk persiapan pengambilan data kecepatan terbang dilakukan selama 9 hari, selanjutnya hari ke-13 dan ke-14 dilakukan pengambilan data kecepatan terbang. Pengamatan dilakukan setiap hari secara langsung meliputi manajemen pemeliharaan, pengambilan data sifat kualitatif dan sifat kuantitatif, serta data rataan kecepatan terbang. Pengambilan data sifat kualitatif dilakukan pada saat merpati datang, sedangkan pengambilan data kuantitatif berlangsung selama 14 hari untuk setiap pasang merpati. Rancangan dan Analisis Data Peubah Peubah sifat kualitatif yang diamati antara lain warna bulu, warna iris mata, tipe shank, tipe bulu sayap, tipe ujung bulu sayap, bentuk kepala dan bentuk badan. 1) Warna bulu. Warna bulu merpati bervariasi seperti hitam, putih, coklat, megan, gambir, tritis, blantong, kelabu, batik dan blorok. 2) Warna iris mata. Warna iris mata merpati bervariasi. Warna iris mata merpati yaitu kuning, putih (pillow) dan coklat (asem). Selain itu, ada juga merpati yang memiliki warna iris mata yang berbeda pada kedua sisinya, misal iris 12

mata kiri berwarna kuning dan iris mata kanan berwarna coklat (asem) yang disebut iris mata liplap. Ada juga merpati yang memiliki warna iris mata yang berbeda dalam satu mata seperti sebagian mata berwarna putih (pillow) dan sebagian lagi berwarna coklat (asem). 3) Tipe shank. Tipe shank merpati terdiri dari dua jenis, yaitu tipe shank basah dan tipe shank kering. Warna shank merpati yang kering terlihat lebih putih dan seperti bersisik dibandingkan dengan warna shank basah. 4) Tipe bulu sayap. Tipe bulu sayap merpati ada dua jenis, yaitu bulu sayap rapat dan bulu sayap renggang. 5) Bentuk ujung bulu sayap. Bentuk ujung bulu sayap ada dua jenis, yaitu ujung bulu sayap tumpul dan ujung bulu sayap lancip. 6) Bentuk kepala. Bentuk kepala merpati ada tiga jenis, yaitu kepala jenong, kepala perkutut dan kepala curut. 7) Bentuk tubuh. Bentuk tubuh merpati ada dua jenis, yaitu bentuk tubuh seperti kapal dan bentuk tubuh seperti jantung pisang. Peubah sifat kuantitatif yang diamati antara lain bobot badan, lingkar dada, lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, panjang dada, panjang punggung, jumlah bulu sayap primer, rentang sayap, panjang sayap, jumlah bulu ekor, panjang bulu ekor, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan rataan kecepatan terbang serta pola terbang. 1). Bobot badan. Penimbangan dilakukan pada hari pertama (sebelum dilatih terbang) dan hari ke-14 (setelah pengambilan data kecepatan terbang). Pengukuran bobot badan dilakukan pada pagi hari sebelum merpati diberi makan. Timbangan dan penimbangan bobot badan disajikan pada Gambar 3. (a) (b) Gambar 3. Timbangan Digital (a) dan Penimbangan Bobot Badan (b) 13

2). Ukuran-ukuran tubuh. Bagian tubuh yang diamati yaitu lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, panjang dada, lingkar dada, panjang punggung, rentang sayap, panjang sayap, lebar ekor, panjang bulu ekor, lebar pangkal ekor, jumlah bulu sayap primer, dan jumlah bulu ekor. Pengukuran tersebut dilakukan pada hari ke-3 (sebelum dilatih terbang) dan hari ke-14 (setelah diperoleh data rataan kecepatan terbang) untuk merpati jantan. Pengamatan ukuran tubuh pada merpati betina dilakukan hanya sekali yaitu pada hari pertama, karena merpati betina tidak dilatih terbang. Pengukuran lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, panjang dada, lebar ekor, dan lebar pangkal ekor dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan pengukuran lingkar dada, panjang bulu ekor, panjang dada, panjang punggung, panjang sayap dan rentang sayap dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Jangka sorong dan pita ukur yang dipakai untuk pengambilan data disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Jangka Sorong (a) dan Pita Ukur (b) a). Lebar dada dalam diperoleh dengan mengukur jarak antara dada bagian kiri dengan dada bagian kanan, sedangkan lebar dada luar diperoleh dengan cara mengukur jarak antara sayap bagian kiri dan sayap bagian kanan. Cara pengukuran lebar dada diperlihatkan pada Gambar 5. (a) (b) Gambar 5. Pengukuran Lebar Dada Luar (a) dan Lebar Dada Dalam (b) 14

b). Panjang dada diperoleh dengan mengukur panjang tulang sternum. Cara pengukuran panjang dada diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6. Pengukuran Panjang Dada c). Lingkar dada diperoleh dengan mengukur pangkal sayap kanan melalui tulang sternum hingga pangkal sayap kiri. Cara pengukuran lingkar dada diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7. Pengukuran Lingkar Dada d). Dalam dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang punggung hingga tulang sternum. Cara pengukuran dalam dada diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 8. Pengukuran Dalam Dada e). Panjang punggung diperoleh dengan mengukur jarak dari pangkal leher hingga tulang pygostile. Cara pengukuran panjang punggung diperlihatkan pada Gambar 9. 15

Gambar 9. Pengukuran Panjang Punggung f). Panjang sayap diperoleh dengan mengukur jarak dari tulang humerus hingga perbatasan bulu primer ke-10 dan tulang sayap. Cara pengukuran panjang sayap diperlihatkan pada Gambar 10. Gambar 10. Pengukuran Panjang Sayap g). Rentang sayap diperoleh dengan mengukur jarak dari tulang humerus hingga ujung bulu sayap ke-10. Cara pengukuran rentang sayap diperlihatkan pada Gambar 11. Gambar 11. Pengukuran Rentang Sayap h). Jumlah bulu sayap primer diperoleh dengan menghitung jumlah bulu sayap primer yang masih terdapat pada sayap. Cara menghitung jumlah bulu sayap primer diperlihatkan pada Gambar 12. 16

Gambar 12. Perhitungan Jumlah Bulu Sayap Primer i). Jumlah bulu ekor diperoleh dengan menghitung jumlah bulu ekor yang masih terdapat pada ekor. Cara menghitung jumlah bulu ekor diperlihatkan pada Gambar 13. Gambar 13. Perhitungan Jumlah Bulu Ekor j). Panjang bulu ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara pangkal bulu ekor hingga ujung bulu ekor. Cara pengukuran panjang bulu ekor diperlihatkan pada Gambar 14. Gambar 14. Pengukuran Panjang Bulu Ekor k). Lebar bulu ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara bulu ekor sebelah kiri dan bulu ekor sebelah kanan. Cara pengukuran lebar bulu ekor diperlihatkan pada Gambar 15. 17

Gambar 15. Pengukuran Lebar Bulu Ekor l). Lebar pangkal ekor diperoleh dengan mengukur jarak antara sisi kiri hingga sisi kanan tulang pygostile. Cara pengukuran pangkal ekor diperlihatkan pada Gambar 16. Gambar 16. Pengukuran Lebar Pangkal Ekor 3). Kecepatan terbang dilakukan dan diukur selama dua hari, yaitu pada hari ke- 13 dan hari ke-14. Pengukuran kecepatan terbang dilakukan pada jarak 100 m, 150 m dan 200 m dengan 3 kali pengulangan pada setiap jarak. Selain catatan waktu, dilakukan pula pengamatan karakteristik dan pola terbangnya. Pengambilan data kecepatan terbang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 hingga 11.00. Hal ini dikarenakan kecepatan angin pada waktu tersebut masih seragam, sehingga perlakuan yang diberikan untuk semua merpati yang dilatih terbang sama. Kecepatan terbang merpati diukur dengan menggunakan stopwatch. Data rataan kecepatan terbang diperoleh dengan menghitung jarak yang ditempuh dibagi dengan catatan waktu yang dibutuhkan untuk dapat kembali pulang ke kandang setelah dilepas pada jarak yang telah ditentukan. Jarak yang digunakan yaitu 100 m, 150 m dan 200 m dengan kondisi medan latihan terbang berupa rumah-rumah penduduk, instalasi kabel listrik ke rumah penduduk yang merupakan lintasan terbang merpati, pepohonan dan kabel tegangan tinggi. 18

Selain sifat kualitatif, kuantitatif dan kecepatan terbang, diamati juga konsumsi pakan harian dari sepasang merpati. Konsumsi pakan diamati untuk mengetahui seberapa banyak pakan yang dikonsumsi oleh sepasang merpati setiap harinya. Konsumsi pakan harus sesuai dengan kebutuhan merpati. Pakan yang diberikan tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak karena pakan yang dikonsumsi merpati sangat mempengaruhi performa merpati tersebut. Rancangan 1). Data manajemen pemeliharaan disajikan secara deskriptif. 2). Data sifat kualitatif disajikan secara deskriptif. 3). Data sifat kuantitatif disajikan secara deskriptif dan dianalisis rataan, simpangan baku, koefesien keragaman, uji t antara merpati jantan dan betina, uji t merpati jantan sebelum dan setelah dilatih terbang dan korelasi antara rataan kecepatan terbang dengan ukuran-ukuran tubuh yang diamati. Model matematika yang digunakan menggunakan model rancangan menurut Walpole (1992), yaitu : Keterangan : = nilai rataan X i = peubah yang diukur, dimulai dari individu ke-i, i = 1, 2, n n = jumlah ternak Keterangan : sb = simpangan baku X i = peubah sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu ke-i, i = 1, 2,, n = nilai rataan sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu ke-i, i = 1, 2, n n = jumlah ternak Keterangan : KK = koefisien keragaman sb = simpangan baku 19

= nilai rataan Uji t merpati jantan sebelum dan setelah dilatih terbang yaitu: Keterangan : Sd = standar deviasi v = derajat bebas n = jumlah ternak t = nilai hitung d i = selisih peubah yang diukur, dimulai dari individu ke-i, i = 1, 2, n Uji t antara merpati jantan dan betina yaitu: Keterangan : S p = standar deviasi v = derajat bebas n = jumlah ternak t = nilai hitung = nilai rataan Korelasi antara rataan kecepatan terbang dan ukuran-ukuran tubuh yaitu: Keterangan : r = korelasi 20

X i = peubah sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2,, n Y i = rataan kecepatan terbang yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2,, n n = jumlah ternak Uji lanjut untuk mengetahui keeratan nilai korelasi dengan menggunakan uji t (Irianto, 2010) yaitu: Keterangan : t = nilai hitung (t-hitung) r = nilai korelasi n = jumlah ternak Glosarium Batik Bekur Blantong Blorok Curut Dondang Gambir Klepek Giring Guide Jenong Joki Kelabu Liplap Megan Ring Telisik Tritis : Warna bulu merpati dengan pola seperti batik berwarna kecoklatan. : Suara merpati jantan saat mendekati merpati betina. : Warna bulu merpati dengan dua pola warna, bagian kepala, dada dan sayap berwarna putih. : Warna bulu merpati dengan dua pola warna, salah satu warna menyebar dengan pola tidak beraturan. : Bentuk kepala menyerupai curut (tikus), dengan permukaan paruh atas dan dahi sejajar. : Kandang untuk merpati betina saat diluar kandang utama dan kandang untuk membawa merpati jantan saat akan dilepas. : Warna bulu merpati dengan warna dasar coklat tua. : Aktifitas mengepakkan sayap merpati betina secara disengaja untuk memancing merpati jantan. : Kondisi pada saat merpati betina akan bertelur dan merpati jantan selalu ingin dekat dengan merpati betina. : Merpati jantan yang telah mengenal lokasi latihan terbang dan memandu merpati lain pada saat dilatih terbang. : Bentuk kepala merpati dengan bagian dahi yang menonjol. : Peternak yang melatih terbang merpati. : Warna bulu merpati dengan warna dasar abu-abu. : Pola warna mata merpati yang berbeda pada kedua matanya. : Warna bulu merpati dengan warna dasar biru keabu-abuan. : Tempat merpati mendarat saat perlombaan. : Aktifitas merpati saat membersihkan bulu menggunakan paruh. : Warna bulu merpati dengan warna dasar biru keabu-abuan dan memiliki corak hitam. 21