1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun. 2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

TINJAUAN PUSTAKA. Kurang lebih 1500 tahun lalu, beberapa kesukuan di Amerika

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung


BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan rokok akan membunuh 1 miliar orang sepanjang abad ke-21

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok

EFFECT OF CIGARETTE SMOKE IN QUALITY AND QUANTITY SPERMATOZOA

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Radikal Bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA RADIKAL BEBAS DAN REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang. agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan

BAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol merupakan lemak yang penting namun jika terlalu berlebihan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk bertindak dan berpersepsi (Notoadmodjo, 2010).

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem reproduksi pria terdiri dari duktus genitalis, kelenjar-kelenjar

Jenis Rokok Kandungan Rokok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terpapar (WHS, 1993). Bunyi atau suara didefinisikan sebagai

Transkripsi:

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya (Hans, 2003). Menurut Sitepoe (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di bagi tiga jenis: 1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

10 Lebih lanjut Sitepoe (1997) mengatakan bahwa rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis : 1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus 2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus 2.1.2 Kandungan rokok Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%). Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David, 2003). Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut : 1. Nikotin Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam nicotoana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya yang

11 sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Komponen ini paling banyak dijumpai didalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat (Sitepoe, 1997). 2. Karbon Monoksida (CO) Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997). 3. Tar Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbonaromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya

12 kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paruparu. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg (Sitepoe, 1997). 4. Timah Hitam (Pb) Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, 1997). 5. Amoniak Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk

13 sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Sitepoe, 1997). 6. Hidrogen Sianida (HCN) Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian (Sitepoe, 1997). 7. Nitrat Oksida Nitrat Oksida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit (Sitepoe, 1997). 8. Fenol Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim (Sitepoe, 1997).

14 9. Hidrogen sulfida Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (Sitepoe, 1997). 2.1.3 Pengaruh Asap Rokok terhadap Organ Reproduksi Pria Rokok umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rokok mild, rokok kretek, dan rokok cerutu. Rokok tipe mild mempunyai kadar tar dan nikotin paling rendah dibanding rokok kretek. Rokok mild disebut juga rokok putih yang memiliki sekitar 14 15 mg tar dan 5 mg nikotin. Rokok kretek memiliki kadar tar dan nikotin lebih tinggi dari rokok mild, yaitu sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin. Karena kandungan tar dan nikotinnya yang relatif lebih tinggi, resiko terjadinya kerusakan jaringan juga akan meningkat (Aditama, 2006). Asap rokok kretek terutama asap rokok sampingan dapat mempengaruhi proses spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh tersebut dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu pertama komponen dalam asap rokok kretek berupa logam (kadmium dan nikel) dapat mengganggu aktifitas enzim adenilsiklase pada membran sel Leydig yang mengakibatkan terhambatnya sintesis hormon testosteron, kedua nikotin dalam asap rokok dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan

15 katekolamin yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui mekanisme umpan balik antara hipotalamushipofisis anterior testis (Anita, 2004) Sel Leydig berfungsi untuk sintesis hormon testosteron. Asap rokok secara langsung dapat menyebabkan terjadinya degenerasi sel Leydig dan sel Sertoli. Degenerasi sel Leydig dapat menyebabkan penurunan sintesis testosteron (Nova, 2006). Penurunan kadar testosteron menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa karena testosteron berperan penting dalam proses spermatogenesis (Moestafa et al., 2004). Rokok dapat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Selain itu asap rokok juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap spermatozoa seperti mengubah bentuk spermatozoa menjadi tidak normal, menurunkan jumlah spermatozoa, dan melambatkan spermatozoa menuju sel telur (Aditama, 2000). 2.1.4 Pengaruh Asap Rokok terhadap Fertilitas Pria Pada pria yang merokok memiliki jumlah sperma dan motilitas lebih rendah serta peningkatan abnormalitas bentuk dan fungsi sperma. Adapun pengaruh rokok terhadap kesuburan laki-laki lebih sulit untuk dipahami karena hasil penelitiannya belum cukup untuk menjawab

16 pertanyaan tentang dampak merokok pada reproduksi laki - laki. Meskipun dampak merokok pada kesuburan pria belum meyakinkan, tetapi efek bahaya dari perokok pasif jika pasangan wanitanya merokok akan berdampak merugikan terhadap kualitas sperma. Sehingga tetap disarankan bahwa merokok pada laki-laki dianggap sebagai faktor risiko infertilitas (American Society For Reproductive Medicine, 2003). Radikal bebas dapat merusak integritas DNA pada nukleus spermatozoa. Kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) ini pada akhirnya akan menginduksi terjadinya apoptosis sel yang pada akhirnya menyebabkan turunnya jumlah spermatozoa, kualitas spermatozoa, kualitas spermatozoa erat kaitannya dengan fertilitas, karena dengan spermatozoa yang berkualitas, proses pembuahan sel telur dapat berjalan dengan baik (Ashok et al., 2005). Konsentrasi sperma rata rata pada perokok (11 20 rokok perhari) lebih tinggi dibandingkan non-perokok. Beberapa penelitian statistik non-signifikan melaporkan bahwa konsentrasi sperma akan terlihat lebih rendah pada perokok berat. Adapun kebanyakan penelitian statistik signifikan yang berhubungan antara dosis dan respon merokok akan meningkat dan terjadi penurunan konsentrasi sperma (Hansen, et al., 2011).

17 2.2 Vitamin E 2.2.1 Definisi, Kimiawi dan Metabolisme Vitamin E Vitamin E adalah pertahanan utama melawan oksigen perusak, lipid perokida dan radikal bebas serta menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas. Vitamin E dapat larut dalam lemak. Analisis struktural yang dimiliki vitamin E dalam aktivitas antioksidan terdapat empat tocopherol (α-, β-, γ-, θ- tocoferol) dan empat tocotrienols (α-, β-, γ-, θ- tocotrienols). Bentuk yang paling aktif secara biologi adalah RRR-αtokoferol (Gambar 1), yang merupakan kira-kira 90% tokoferol dalam jaringan hewan dan menunjukkan aktivitas biologis tertinggi dalam sebagian besar sistem bioasai (Sugiyama, 1992). Gambar 3 : Struktur α-tocoferol ( Goodman dan Gilman 2007) 2.2.2 Fungsi Vitamin E Vitamin E berada pada bagian lemak dalam membran sel, melindungi fosfolipid unsaturated dalam membran dari degradasi oksidatif terhadap oksigen reaktif spesies yang tinggi dan radikal bebas yang lain. Vitamin E mempunyai kemampuan untuk mengurangi radikal bebas menjadi metabolit yang tidak berbahaya dengan memberikan gugus

18 hidrogennya. Dalam fungsinya sebagai antioksidan vitamin E mengalami oksidasi primer menjadi tocopherylquinone, prosesnya melalui radikal tocopheroxyl semi stabil. Oksidasi monovalen tokoferol menjadi radikal tocopheroxyl adalah reaksi yang dapat kembali, tetapi proses oksidasi selanjutnya satu arah. Tocopherylquinone tidak mempunyai aktivitas vitamin E, produksinya menggambarkan katabolisme dan hilangnya vitamin dari sistem. α- 27 tocopherylquinone dapat tereduksi menjadi α -tocopherylhydroquinone, yang dapat terkonjugasi dengan asam glukoronat disekresikan dalam empedu, dan kemudian diekskresikan dalam feses, ini merupakan jalur eliminasi dari vitamin E (Gallager, 2004). Vitamin E dapat didaur ulang dengan reduksi radikal tocopheroxyl kembali menjadi tokoferol. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa proses ini dapat terjadi dalam liposom oleh asam askorbat (vitamin C), dalam mikrosom oleh NAD(P)H, dan dalam mitokondria oleh NADH dan suksinat, dengan dua sistem terakhir (Gallager, 2004) Vitamin E berperan sebagai antioksidan biologis dengan fungsi pentingnya memelihara integritas membran semua sel dalam tubuh. Fungsi antioksidan ini meliputi reduksi radikal bebas, perlindungan terhadap reaksi-reaksi yang berpotensial merusak seperti ROS. Vitamin E mempunyai kemampuan antioksidan dalam memutus reaksi rantai di antara Polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dalam membran dimana

19 dia berada, hal ini karena reaktifitas dari phenolic hydrogen pada kelompok C-6 hidroksil dan kemampuan dari sistem cincin chromanol untuk menstabilkan elektron yang tidak berpasangan. Kemampuan ini, yang disebut penyapu radikal bebas, melibatkan donasi hidrogen phenolke radikal bebas dari asam lemak (atau O-) untuk melindungi serangan senyawa tersebut pada PUFAs yang lain (Combs,1998) 2.2.3 Efektivitas Vitamin E Terhadap Spermatozoa Vitamin E berfungsi sebagai anti oksidan intra seluler yang paling kuat dalam mencegah peroksidasi asam lemak tak jenuh di dalam dan di dinding sel, sehingga dapat menghindari kerusakan peroksidatif yang berpengaruh terhadap viabilitas dan fertilitas spermatozoa (Donelly et al., 1999; Agarwall et al., 2005). Kemungkinan stres oksidatif berperan dalam penuaan epididimis. Stres oksidatif yang berkepanjangan berdampak pada proses penuaan epididimis dan kerusakan yang semakin meluas sehingga dibutuhkan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan yang mencegah perkembangan lebih lanjut reaksi radikal bebas yang akan membentuk terjadinya stres oksidatif dan selanjutnya melindungi sel dari kerusakan (Dhyaulha et al., 2010). Vitamin E dapat menetralisir gugus hidroksil, superoksida, dan radikal hidrogen peroksida, serta mencegah aglutinasi sperma (Aggarwal et al.

20 2005). Pemberian vitamin E dosis 4,4 IU/kg tidak menimbulkan efek pada sel sertoli dan jumlah sperma, tetapi jika pemberian vitamin E ditingkatkan menjadi 220 IU/kg dapat menurunkan konsentrasi prostaglandin pada prostat dan kematangan vesikel glandula seminal pada babi hutan (Guzman et al., 2000). Pemberian vitamin E dosis 100 mg/kg/hari tidak hanya berefek pada peningkatan berat testis, jumlah sperma, motilitas sperma, dan produksi estrogen, tetapi juga meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan sperma tikus yang dipapar timbal (Momeni et al., 2009). 2.3 Sistem Reproduksi Mencit Jantan Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kandung skrotum, epididimis dan vas deferens, sisa sistem ekskretori pada masa embrio yang berfungsi untuk transport sperma, kelenjar asesoris, uretra dan penis. Selain uretra dan penis, semua struktur ini berpasangan (Rugh, 1968). 2.3.1 Testis Menurut Nalbandov (1990), testis adalah suatu kelenjar endokrin, karena memproduksi testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig yang berpengaruh pada sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis. Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian tipisnya atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus yang mengandung beberapa tubulus

21 disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika memasuki testis dan bagian arteri testicular yang masuk disebut sebagai hilus (Rugh, 1968). Fungsi testis ini untuk menghasilkan hormon seks jantan yang disebut androgen dan juga menghasilkan gamet jantan yang disebut sperma. Di dalam testis terdapat dua komponen penting yaitu komponen spermatogenesis dan komponen interlobular. Komponen spermatogenesis terdiri dari sel germinal dan sel sertoli pada tubulus seminiferus. Komponen interlobular terdiri dari sel interstesial Leydig dan jaringan peritubular serta sistem vaskular dan limfatik (Russel et al., 1990). Lebih dari 90% testis terdiri dari tubulus seminiferus yang merupakan tempat menghasilkan sperma. Tubulus tersebut tersusun berliku-liku di dalam testis dan sangat panjang. Pada mencit jantan muda struktur tubulus terdiri dari epithelium lembaga yang menghasilkan sel-sel spermatogonia dan sel sertoli. Pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosid sekunder haploid. Spermatosid sekunder akan menjadi spermatid yang menjalani spermatogenesis yang akhirnya akan menjadi sperma yang terdiri dari kepala, tubuh dan ekor (Nalbandov, 1990).

22 2.3.2. Penis Penis sebagai organ kopulasi berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri dari bagian-bagian: korpus kavernosum penis, korpus kavernosum uretra, preputialis (Leeson et al., 1996) 2.3.3 Sistem Duktus Sistem duktus terdiri dari duktus eferens, epididimis, duktus deferens dan duktus ejakulatorius. Duktus tersebut berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan spermatozoa dari masing masing testis. Duktus ejakulatorius berjalan konvergen terhadap uretra (Burkitt et al.,1995). 2.3.4 Kelenjar eksokrin Kelenjar eksokrin terdiri dari sepasang vesika seminalis,sepasang kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretalis atau Cowper. Kelenjar tersebut berfungsi mensekresikan medium cairan nutrisi dan pelumas yang disebut cairan seminal. Cairan seminal membawa spermatozoa ke traktus reproduksi betina. Cairan seminal spermatozoa dan sel sel deskuaminasi (lapisan sistem duktus) akan membentuk semen (Burkitt et al., 1995).

23 2.4 Spermatogenesis Gambar 4. Sistem Reproduksi Mencit Jantan (Rugh, 1968). Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi spermatozoa yang bebas. Rangkaian perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama, sel spermatogonia mengadakan pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit dan sel induk spermatogonia. Tahap kedua, pembelahan meiosis (reduksi) spermatosit primer dan sekunder menghasilkan spermatid yang haploid. Tahap ketiga, perkembangan spermatid menjadi spermatozoa melalui serangkaian metamorfosa yang panjang dan kompleks disebut spermiogenesis (Syahrum, 1994). Proses spermatogenesis pada mencit terbagi atas empat siklus epitel seminiferus. Tiap siklus terdiri dari 12 stadia. Lebih dari satu siklus pertama diperlukan untuk menghasilkan spermatosit primer (Oakberg, 1956). Siklus pertama ini dimulai dari perkembangan sel-sel genosit (primordial germ cell) yang pada mencit sudah mulai terlihat pada hari ke-8 masa embrio, menjadi

24 sel-sel spermatogonium. Pada mencit dan tikus ada tiga tipe spermatogonia, yaitu spermatogonia tipe A, tipe intermediet (In) dan tipe B (Clermont dan Leblond, 1953). Spermatogonia tipe A yang disebut juga sebagai spermatogonia induk (stem cell), akan mengalami pembelahan secara mitosis membentuk spermatogonia induk baru. Spermatogonia tipe A lainnya kemudian berdiferensiasi menjadi spermatogonia tipe intermediet (In), spermatogonia tipe B dan selanjutnya spermatosit primer. Pada tahap perkembangan berikutnya, spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis menjadi spermatosit sekunder. Tahap perkembangan berikutnya dimulai dari spermatosit sekunder yang membelah lagi menjadi spermatid. Akhirnya, pada tahap perkembangan terakhir sel-sel spermatid akan mengalami transformasi menjadi sel-sel spermatozoa dewasa (Clermont dan Leblond, 1953). Spermatogenesis terjadi didalam tubulus seminiferus. Spermatogenesis pada mencit memerlukan waktu 35,5 hari atau spermatogenesis akan selesai menempuh 4x daur epitel seminiferus. Lama 1 kali daur epitel seminiferus pada mencit adalah 207 jam ± 6,2 jam (Oakberg, 1956; Rugh, 1968). Tahap akhir dalam spermatogenesis adalah diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa matang, disebut spermiogenesis. Dalam proses ini terjadi perubahan pada sperma yaitu perubahan bentuk sperma, namun tidak terjadi lagi pembelahan sel. Sel sperma mencapai karakteristik morfologinya dengan jelas dalam proses spermiogenesis. Adanya defek pada proses ini dapat mengakibatkan abnormalitas morfologi sperma (Yavetz et al., 2001).

25 2.5 Struktur Sel Spermatozoa Sel sperma yang normal terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala ditutupi oleh tudung protoplasmik (galea kapitis). Galea kapitis biasanya larut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan. Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan dalam air. Bila mati sperma akan terlihat datar dengan permukaan. Pada mencit ujung kepala sperma berbentuk kait. Leher dan ekor tersusun dari flagellum tunggal yang padat tetapi tersusun dari 9-18 fibril yang dibungkus oleh satu selubung. Pada ujung ekor selubung menghilang, fibril menyembul dalam bentuk sikat yang telanjang (Nalbandov, 1990; Rugh, R, 1968). Gambar 5. Morfologi Normal Spermatozoa Mencit ( Rugh,1968 ).