Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada :

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Banten

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Transkripsi:

Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada : www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Jl. H. Nani Wartabone No. 35 Gorontalo 96115, Indonesia Telepon : 0435-824444 Faksimili : 0435-827993

Halaman ini sengaja dikosongkan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 v

Halaman ini sengaja dikosongkan vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 vii

viii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 ix

x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 xi

xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 xiii

Halaman ini sengaja dikosongkan xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 xv

RINGKASAN EKSEKUTIF xvi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 xvii

Halaman ini sengaja dikosongkan xviii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

Indikator Ekonomi Makro Regional 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43 7.85 7.21 Berdasarkan sektor - Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25 5.24 4.45 - Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61 4.74 5.86 - Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80 9.53 9.25 - Listrik, Gas dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64 7.75 7.17 - Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51 10.63 10.85 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74 11.16 11.05 - Transportasi dan Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24 10.03 7.80 - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11 8.35 8.17 - Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 2.46 5.79 6.46 6.14 5.67 4.53 Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45 6.54 6.59 - Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86 10.01 8.16 - PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84 9.83 11.11 - Ekspor 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91) 15.17 7.75 - Impor 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61 10.13 8.19 Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) 2.92 4.64 2.79 3.44-1.89 2.43 0.96 0.04 1.38 Impor - Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) 5.97 6.13-24.69 15.20 1.28 27.86 33.95 43.19 1.62 Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2.88 3.01 3.06 3.04 3.22 3.24 3.44 3.19 3.50 3.60 - Giro 0.45 0.46 0.51 0.33 0.56 0.48 0.58 0.32 0.57 0.59 - Tabungan 1.56 1.73 1.71 1.98 1.76 1.81 1.91 2.12 1.90 1.90 - Deposito 0.88 0.82 0.84 0.73 0.90 0.94 0.95 0.75 1.03 1.11 Kredit (Rp Triliun) 4.74 5.03 5.25 5.53 5.79 6.32 6.58 6.77 6.91 7.10 - Modal Kerja 1.66 1.99 1.66 1.72 1.75 1.88 1.92 1.94 2.01 2.03 - Konsumsi 2.36 2.39 2.96 3.25 3.49 3.86 4.13 4.28 4.33 4.63 - Investasi 0.73 0.64 0.62 0.56 0.56 0.58 0.53 0.55 0.57 0.44 Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.98 2.36 1.97 1.98 2.00 2.21 2.13 2.16 2.29 2.23 - Modal Kerja 1.29 1.78 1.40 1.48 1.51 1.69 1.66 1.68 1.79 1.86 - Investasi 0.68 0.59 0.57 0.50 0.49 0.52 0.47 0.48 0.50 0.37 Loan to Deposit Ratio (%) 164.38 166.78 171.17 181.94 179.91 195.11 191.49 212.00 197.67 197.60 NPL Gross (%) 2.56 2.44 2.49 1.99 3.17 3.10 3.36 2.82 3.30 3.79 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.47 0.69 0.65 0.85 0.72 0.82 0.97 1.01 0.74 0.76 - Rata-Rata Harian Volume Transaksi 1,208 1,573 1,584 1,730 1,366 1,728 1,722 1,911 1,405 1,600 Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.13 0.14 0.14 0.16 0.15 0.17 0.19 0.13 0.13 0.15 - Rata-Rata Harian Volume Transaksi 5,891 5,762 5,936 6,064 5,707 6,260 6,503 5,192 5,309 5,774 2013 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 xix

Halaman ini sengaja dikosongkan xx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BAB 1 : PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Perekonomian Gorontalo pada triwulan II 2014 tumbuh 7,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,85% (yoy). Realisasi tersebut berada sedikit di bawah proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,23 8,23% (yoy). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, perekonomian Gorontalo triwulan II 2014 juga tumbuh lebih rendah daripada triwulan II 2013 yang sebesar 7,67% (yoy). Di sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat akibat masuknya musim tanam. Aktivitas konsumsi yang tinggi terjadi pada akhir triwulan laporan seiring dengan masuknya bulan Ramadhan 1435 H dan musim liburan sekolah. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif pada bulan April 2014 serta belanja partai politik dalam menghadapi Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014 meningkatkan kinerja konsumsi lembaga swasta nirlaba. Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami perlambatan pertumbuhan disebabkan penyaluran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang baru akan dilakukan pada awal triwulan III 2014. Selain itu, belanja non modal pemerintah juga melambat sesuai dengan instruksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar penyaluran bantuan sosial dari dana APBD maupun APBN dilaksanakan setelah pelaksanaan Pemilu Presiden 2014. Walaupun realisasi belanja modal pemerintah belum optimal, tetapi beberapa pelaksanaan pembangunan proyek pemerintah sudah berjalan pada triwulan II 2014, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan investasi Gorontalo. Aktivitas perdagangan luar negeri juga mengalami perlambatan, baik dari sisi ekspor maupun impor. Pemenuhan kebutuhan domestik menyebabkan ekspor luar negeri tumbuh melambat, sedangkan pelemahan tekanan impor disebabkan oleh stok raw sugar produsen gula di Gorontalo yang masih tersedia setelah melakukan impor dalam jumlah cukup besar pada triwulan I 2014. Di sisi penawaran, sektor utama perekonomian Provinsi Gorontalo yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Musim tanam dan kegagalan panen di beberapa sentra produksi pangan menjadi beberapa faktor penghambat peningkatan produksi pertanian. Sementara itu, sektor jasa-jasa tumbuh melambat mengingat realisasi belanja barang dan jasa pemerintah serta perkembangan kredit jasa-jasa yang masih tumbuh terbatas. Sektor utama lainnya yaitu Perdagangan-Hotel-Restoran tumbuh moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Subsektor perhotelan berhasil tumbuh meningkat disebabkan banyaknya frekuensi kegiatan yang disponsori oleh Pemerintah Daerah, sedangkan subsektor perdagangan tumbuh terbatas seiring dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 1

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 10.00 9.00 8.00 7.00 yoy (%) 8.75 6.81 6.33 8.91 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43 7.85 7.21 6.00 5.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 1.1 SISI PERMINTAAN Secara keseluruhan, komponen konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat, perlambatan konsumsi pemerintah juga turut memberikan dampak pada perlambatan komponen konsumsi. Penyaluran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri yang baru dilaksanakan pada bulan Juli 2014 tidak hanya berpengaruh pada terbatasnya aktivitas konsumsi rumah tangga, tetapi juga perlambatan belanja non modal pemerintah. Sementara itu, konsumsi swasta nirlaba meningkat karena dorongan belanja partai politik menghadapi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Kegiatan pembangunan proyek pemerintah yang mulai berjalan pada triwulan laporan mendorong pertumbuhan iklim investasi pada triwulan laporan. Kinerja ekspor dan impor luar negeri mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Akan tetapi, masuknya bulan Ramadhan di akhir triwulan laporan berpengaruh pada aktivitas perdagangan antar daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan domestik. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan KOMPONEN 2012 (% yoy) 2013 (% yoy) 2014 2012 2013 I II III IV I II III IV I II Konsumsi 8,93 8,95 7,47 6,55 7,94 3,78 7,47 5,35 8,20 6,23 7,85 7,27 Rumah Tangga 6,13 5,84 6,12 5,35 5,86 5,91 6,24 6,29 6,45 6,23 6,54 6,59 Swasta Nirlaba 10,13 3,15 3,48 6,77 5,82 4,99 8,88 8,51 7,95 7,58 10,04 13,67 Pemerintah 13,70 14,30 9,79 8,41 11,43 0,34 9,33 3,77 10,86 6,21 10,01 8,16 PMTB 5,83 10,14 8,35 3,37 6,85 0,89 2,32 4,10 10,84 4,65 9,83 11,11 Perubahan Stok 19,79 32,61 27,83 1,23 18,11 (72,26) (31,87) (48,14) (16,50) (39,24) 12,38 15,86 Ekspor Barang & Jasa 11,27 14,98 8,97 8,72 10,92 (35,32) (28,53) (22,78) (26,91) (28,33) 15,17 7,75 Impor Barang & Jasa 5,47 5,27 4,51 4,80 5,01 6,80 8,46 9,59 10,61 8,89 10,13 8,19 PDRB GORONTALO 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71 7,06 7,67 7,90 8,43 7,77 7,85 7,21 Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1.1 KONSUMSI Pada triwulan II 2014, kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 7,27% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,85% (yoy). Kinerja konsumsi pemerintah mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari 10,01% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 8,16% (yoy) pada triwulan II 2014. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh moderat sedangkan konsumsi swasta nirlaba tumbuh meningkat. Konsumsi rumah tangga tumbuh moderat dari 6,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,59% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan yang cukup siginifikan dialami oleh konsumsi lembaga swasta nirlaba yang tumbuh 13,67% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,01% (yoy). Penyerapan anggaran belanja pemerintah yang belum optimal, baik dari APBN maupun APBD memberikan pengaruh pada perlambatan kinerja konsumsi pemerintah. Hal ini terkonfirmasi dari masih tingginya nilai giro pemerintah di perbankan. Giro Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 tercatat mencapai Rp382 miliar, atau meningkat hingga 66,13% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 3,26% (yoy). Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo di triwulan laporan juga tumbuh 5,54% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2013 yang tumbuh 15,79%. Menurunnya realisasi belanja pemerintah disebabkan oleh pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri serta penyaluran bantuan sosial yang baru dapat diberikan pada triwulan III 2014. Pada tahun 2013 lalu, penyaluran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri di Provinsi Gorontalo umumnya dilaksanakan pada bulan Juni. Sedangkan pada 2014, pemberian gaji ke-13 dan rapel kenaikan gaji dilakukan mulai bulan Juli. Hal yang serupa juga terjadi pada penyaluran bantuan sosial dan hibah, baik dari dana APBN maupun APBD yang baru dapat dilakukan setelah pelaksanaan Pemilu Presiden bulan Juli 2014. Hal ini sesuai dengan instruksi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) demi menghindari penggunaan dana tersebut untuk kepentingan politik. Grafik 1.2. Perkembangan Giro Pemerintah Daerah Gorontalo 500 400 300 200 100 Rp miliar Giro Pemda ggiro Pemda % 150 120 90 60 30 0-30 1,200 1,000 800 600 400 200 Grafik 1.3. Perkembangan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Rp miliar Realisasi Belanja APBD grealisasi Belanja APBD % 60 40 20 0-20 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-60 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-40 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 3

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tumbuh relatif moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 160,27. Walaupun masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 164,87, tetapi nilai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tetap optimis terhadap kegiatan ekonomi saat ini dan ke depan. Masyarakat juga beranggapan bahwa kondisi ekonomi masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi di tengah Hari Raya Idul Fitri 1435 H dan tahun ajaran baru sehingga Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat mengalami kenaikan dari 156,67 menjadi 162,77. Hasil Survei Konsumen juga sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo. ITK pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 108,70, yang menunjukkan bahwa masyarakat tetap optimis dengan kondisi ekonomi saat ini. Hal ini dipengaruhi oleh membaiknya pendapatan rumah tangga kini (109,29), rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi (108,93), dan meningkatnya konsumsi makanan dan non makanan menjelang bulan Ramadhan 1435 H (107,00). Peningkatan aktivitas konsumsi diperkirakan hanya terjadi pada akhir triwulan laporan. Selain kebutuhan akan bahan makanan, peningkatan penjualan perabot rumah tangga juga meningkat seiring dengan pola masyarakat Gorontalo menjelang masuknya bulan Ramadhan. Grafik 1.4. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II 2014 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 - Indeks IKK IKE IEK 109.29 108.93 107.00 108.70 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 Pendapatan Ruta Kini Pengaruh Inflasi Thd Tingkat Konsumsi Konsumsi Makanan & Nonmakanan ITK Kini Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Aktivitas konsumsi masyarakat juga terlihat dari penggunaan listrik dan energi rumah tangga. Pada triwulan II 2014, konsumsi listrik rumah tangga tercatat tumbuh 16,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,10% (yoy). Sementara itu, program konversi minyak tanah ke LPG yang telah dilakukan oleh pemerintah sejak bulan Februari 2014 menyebabkan konsumsi minyak tanah menurun cukup signifikan. Sebagai dampaknya, penjualan LPG di Gorontalo pada triwulan laporan berhasil tumbuh 76,18% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 75,15% (yoy). 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga 70 60 50 40 30 20 10 - juta KWh Listrik Rumah Tangga glistrik (%) % 35 30 25 20 15 10 5 0 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Minyak Tanah Rumah Tangga LPG Rumah Tangga (metric ton) gminyak Tanah RT % 60 40 20 0-20 -40-60 -80-100 -120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sumber : Produsen Bahan Bakar Gorontalo Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi berhasil diredam melalui peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) masyarakat. Peningkatan dialami oleh penghimpunan deposito masyarakat yang berhasil tumbuh 22,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 15,16% (yoy). Akan tetapi, penghimpunan tabungan masyarakat mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat menjelang bulan Ramadhan. Pada triwulan II 2014, penghimpunan tabungan perbankan Gorontalo tumbuh 5,13% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 7,81% (yoy). Di sisi lain, kredit konsumtif terus mengalami perlambatan sejak triwulan III 2013. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan Loan To Value (LTV) pada kredit konsumsi serta penerapan kebijakan suku bunga tinggi membuat target ekspansi kredit di tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Sebagai akibatnya, penyaluran kredit konsumtif perbankan Gorontalo di triwulan II 2014 tercatat tumbuh 21,74% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,23% (yoy). 2,500 2,000 1,500 1,000 500 Grafik 1.8. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan Rp miliar Deposito Tabungan gdeposito gtabungan % 50 40 30 20 10 0 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Rp miliar Kredit Konsumsi gkredit Konsumsi % 150 120 90 60 30 0-30 - -10 - -60 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 5

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1.2 INVESTASI Kinerja investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan II 2014 tumbuh 11,11% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,83% (yoy). Investasi pemerintah masih memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan komponen ini, terutama dalam hal investasi fisik. Walaupun realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan II 2014 masih belum optimal, tetapi pembangunan proyek pemerintah yang sudah mulai berjalan berdampak positif pada peningkatan investasi daerah. Iklim investasi positif juga tampak dari peran pihak swasta melalui pembangunan beberapa kompleks perumahan rakyat serta perbaikan rumah dan tempat peribadatan. Di sisi pemerintah, pelaksanaan pembangunan proyek pemerintah sudah mulai dilakukan pada triwulan laporan, baik melalui dana APBD maupun APBN. Total pagu belanja modal APBN di wilayah Gorontalo pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,91 triliun dengan realisasi hingga triwulan II 2014 sebesar 24,22% dari total pagu atau Rp462,74 miliar. Tabel 1.2. Satuan Kerja Pemerintah di Provinsi Gorontalo dengan Proyek Strategis APBN Tahun 2014 No Nama Satker Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Jlh Proyek Pagu (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) % Realisasi 1 Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Provinsi Gorontalo 26 642.23 254.18 39.58 2 SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Provinsi Gorontalo 4 260.60 24.49 9.40 3 SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Provinsi Gorontalo 6 124.85 24.54 19.66 4 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Gorontalo 5 48.04 8.96 18.65 5 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Gorontalo 2 13.69 2.53 18.52 6 Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo 3 147.58 - - 7 Unit Penyelenggara Pelabuhan Anggrek 1 29.44 - - 8 Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gorontalo 1 10.00 - - 9 Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo 1 7.64 - - 6 Listrik Pedesaan Gorontalo 6 73.93 - - 7 Universitas Negeri Gorontalo 1 27.00 - - Pembangunan proyek strategis di Provinsi Gorontalo tetap difokuskan dalam pembangunan infrastruktur daerah demi mempercepat pertumbuhan ekonomi. Beberapa proyek pembangunan yang telah berjalan adalah seperti pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional di wilayah Provinsi Gorontalo, pembangunan dan pemeliharaan jaringan sumber air, pembangunan dan pemeliharaan jaringan pemanfaatan air, serta pengembangan penyehatan lingkungan pemukiman Gorontalo. Sementara itu, proyek lainnya terkait pembangunan Bandar Udara Djalaluddin, Pelabuhan Anggrek, Pelabuhan Gorontalo, listrik pedesaan, dan Universitas Negeri Gorontalo rencananya akan mulai dilakukan di triwulan III 2014. 6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH No. Tabel 1.3. Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Melalui APBD dan APBN Provinsi Gorontalo APBD SUMBER DAYA AIR (SDA) Fisik (%) Keuangan (%) 1 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Gorontalo 74.25 64.40 Juli s/d Agustus 2014 2 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Boalemo 76.25 30.00 Juli s/d Agustus 2014 3 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Pohuwato 70.28 44.00 Juli s/d Agustus 2014 4 Rehab dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kab. Gorontalo Utara 78.71 61.95 Juli s/d Agustus 2014 5 Penanggulangan Banjir Sungai Desa Pelehu Kec. Bilato Kab. Gorontalo 100 30.0 11 Agustus 2014 6 Perkuatan Tebing Sungai Desa Mamongaa Kec. Bulawa Kab. Bone Bolango 75 72.7 11 Agustus 2014 7 Pembangunan Tanggul Banjir Sungai Mohiyolo Kab. Gorontalo 100 75.5 10 September 2014 8 Pembangunan Tanggul Sungai Dumbaya Bulan 31.86 30 11 Agustus 2014 9 Pengaman Abrasi Pantai Desa Mamungaa Kec. Bulawa Kab. Bone Bolango 81.88 76.9 11 Agustus 2014 10 Rehab Rumah Jaga Bendung Bulia (DP04) Kab. Gorontalo 100 95 14 Juni 2014 11 Rehab Rumah Jaga Bendung Tabulo Latula (DP05) Kab. Boalemo 100 95 15 Juni 2014 12 Pembangunan Saluran Pembungan Daerah Irigasi Lomaya Desa Huntu Barat 100 89.5 16 Juni 2014 13 Lanjutan Pembangunan Irigasi Bunggalo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 100 30 17 Juni 2014 14 Pekerjaan Tanggul Saluran Air, Saluran Pembuang Tanggidaa Kota Gorontalo 100 95 18 Juni 2014 15 Pembangunan Tanggul Sungai Wapo Lombongo 100 100 19 Juni 2014 16 Perkuatan Tebing Sungai Bongo Kec. Tolangohula Kab. Gorontalo (Jembatan Bongo) 100 86 20 Juni 2014 17 Pengaman Abrasi Pantai Desa Mootinelo Kec. Bone Raya Kab. Bone Bolango 100 76.9 21 Juni 2014 18 Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Desa Tabulo Selatan Kab. Boalemo 85 30 22 Juni 2014 APBN 1 Rehabilitasi Tanggul Banjir Sungai di Kab. Gorontalo 68.02 50.57 2 Pembangunan Pengaman Pantai Biluhu di Kab. Gorontalo 27.03 17.40 3 Rehabilitasi Pengaman Pantai Biluhu Barat (50 M) Kab. Gorontalo 33.48 26.38 4 Revitalisasi Danau Limboto Tahap 3 24.60 18.58 5 Pembangunan Tanggul & Pengaman Pantai Paguyaman Kab. Boalemo dan Kab. Gorontalo 40.33 16.73 1 April 2014 6 Pembangunan Jaringan Irigasi Randangan Kiri Lanjutan Kab. Pohuwato 1.97 18.66 7 Pembangunan Bendung Randangan (1 Bh) Kab. Pohuwato (Multi Years) 11.10 10.17 8 Pembangunan Tanggul Banjir Dumbaya Bulan (1 Km) Kab. Bone Bolango 22.89 29.77 9 Pembangunan Tanggul Banjir dan Normalisasi Sungai di Kab. Bone Bolango 45.59 31.41 10 Pembangunan Tanggul dan Perkuatan Tebing Sungai Tolinggula (2 Km) Kab. Gorontalo Utara 25.03 16.00 11 Pembangunan Pengaman Pantai Monano (0.15 Km) Kab. Gorontalo Utara 50.05 24.28 12 Pembangunan Jaringan Tersier DI. Paguyaman (2.148 ha) Kab. Gorontalo & Kab. Boalemo 8.58 18.88 13 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI. Alo, Pohu dan Alopohu (600 Ha) Kab. Gorontalo 41.89 16.53 14 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI Huludupitango (300 Ha) Kab. Gorontalo 67.30 55.46 15 Pembangunan Prasarana Jaringan Irigasi Air Tanah Tersebar di Provinsi Gorontalo (Lanjutan) 15.24 16.42 16 Pembangunan Embung & Jaringan Transmisi Air Baku Bulota /Telaga Biru (0.1M3/det) Kab. Gorontalo 35.17 10.49 17 Finalisasi Bendung & Jaringan Irigasi DI. Paguyaman (450 Ha) Kab. Gorontalo & Kab. Boalemo 12.80 16.00 18 Pembangunan Jaringan Irigasi Randangan Kiri Lanjutan Kab. Pohuwato 1.97 18.66 19 Rehabiliatasi Jaringan Irigasi DI. Lomaya / Alale (300 Ha) Kab. Bone Bolango 19.42 22.90 20 Pembangunan Embung dan Jaringan Transmisi Air Baku Botutonuo (0.1M3/det) Kab. Bone Bolango 63.43 58.69 21 Rehabilitasi Bendung Poso (400 Ha) Kab. Gorontalo Utara 3.77 15.66 22 Pembangunan Embung dan Jaringan Transmisi Air Baku Ilangata (0.1M3/det) Kab. Gorontalo Utara 14.95 18.00 APBD Nama Proyek BINA MARGA Realisasi Target Penyelesaian 1 Rehab. Berkala Ruas Jalan Duhiyadaa - Imbodu 19.25 20.0 10 Desember 2014 2 Pembangunan Ruas Jalan Molombulahe - Bubaa 9.28 20.0 10 Desember 2014 3 Pelebaran Ruas Jalan Gorontalo - Batudaa - Isimu 25.14 20.0 2 Desember 2014 4 Pelebaran Ruas Jalan Gorontalo - Suwawa - Tulabolo 25.19 20.0 3 Desember 2014 5 Peningkatan Jalan Prof. Dr. Jhon A. Katili (Ex. Andalas) 45.12 20.0 3 Desember 2014 6 Pengawasan Rehab./Pemeliharaan Berkala Jalan Tahun 2014 20.00 20.0 13 September 2014 7 Rehab. Berkala Jalan Kalengkongan - 30.0 17 September 2014 8 Rehab. Berkala Ruas Jalan Ahmad Dahlan - Cokroaminoto - 20.0 12 Oktober 2014 9 Rehab. Berkala Jalan Pangeran Hidayat 17.50 20.0 29 September 2014 10 Rehab. Berkala Ruas Jalan Bilato - Tangkobu 8.71 20.0 3 Oktober 2014 11 Rehab. Berkala Ruas Jalan Motolohu - Marisa IV 19.23 20.0 4 Oktober 2014 12 Pembangunan Ruas Jalan Tangkobu - Pentadu ( Segmen Girisa - Karya Murni) 14.11 30.0 3 oktober 2014 13 Peningkatan Jalan Rusli Datau 20.0 17 oktober 2014 14 Pembangunan Ruas Jalan Boidu -Longalo - Dulamayo lanjutan (Desa Modelidu) 4.26 30.0 12 Oktober 2014 15 Pembangunan Jembatan Ruas jalan Duhiadaa - Imbodu 0.29 20.0 13 Oktober 2014 16 Lanjutan Pembangunan Jembatan Sigaso (Bangunan Atas) 22.89 20.0 10 Oktober 2014 17 Rekonstruksi Ruas Jalan Batudaa - Isimu (Lanjutan Pembayaran) 100 98.6 30 Maret 2014 18 Pengaspalan Jalan Brimob (Lanjutan Pembayaran) 100 100.0 30 Maret 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 7

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Lanjutan Tabel 1.3 No. APBD BINA MARGA Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo Fisik (%) Keuangan (%) 19 Pembuatan Saluran Ruas Jalan Duhiadaa - Imbodu (Lanjutan Pembayaran) 100 64.6 30 Maret 2014 20 Pengawasan Pembangunan Jalan Strategis Provinsi 2014 20.0 20.0 5 September 2014 21 Pemeliharaan Rutin Ruas Jalan Provinsi (Tersebar) 36.6 36.6 22 Pemeliharaan Rutin Jembatan Tersebar 38.13 38.13 23 Pembangunan Jalan Provinsi (Operasional) 24.3 24.3 24 Pemeliharaan Rutin Jalan Provinsi (Operasional) 29.0 29.03 APBN 1 Paket Berkala Jalan Tersebar 68.50 57.48 2 Paket Pelebaran Jalan Tersebar 31.88 33.65 Februari 2014 3 Paket Pembangunan/Pelebaran Jalan Tersebar 58.17 51.66 Maret 2014 4 Paket Penggantian Jembatan Tersebar 34.48 33.48 Maret 2014 5 Paket Rekonstruksi Jalan Tersebar 50.71 38.70 Februari 2014 6 Pemeliharaan Rutin Jalan Basuki Rahmat (Gorontalo) 38.57 38.57 7 Pemeliharaan Jembatan Tersebar 30.81 24.88 8 Pemeliharaan Rutin Jalan Kota Gorontalo 30.91 30.91 9 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Gorontalo 37.52 37.52 10 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Gorontalo Utara 37.65 37.65 11 Pemeliharaan Rutin Jalan Kab. Pohuwato 45.47 45.47 12 Pemeliharaan Rutin Jembatan Tersebar 20.29 20.29 APBD Nama Proyek CIPTA KARYA 1 Lanjutan Pembangunan Kantor Pemerintah Provinsi (Kawasan Blok Plan) 6.03 Realisasi 2 Pengawasan Lanjutan Pembangunan Kantor Pemerintah Provinsi Gorontalo (Blok Plan) 5.00 3 Peningkatan Jalan Akses Desa Iloponu Kabupaten Gorontalo Utara, 3km 20.0 4 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Air Bersih Kecamatan Tilango 90.00 30.0 5 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Air Bersih Kecamatan Kabila 30.0 6 Pembangunan Jaringan Pipa Air Bersih Kecamatan Marisa Utara 30.0 7 Peningkatan Jalan Depan R.S. Mall (Paving Stone, L= 5 m) 0,7 km 85.00 30.0 8 Pembangunan Jalan Akses Desa Tuladenggi (Dusun II, L=4 m) 1,375 km 30.0 9 Peningkatan Jalan Akses TPA Talumelito, 0.5 km 30.00 30.0 10 Pembangunan Jalan Kompleks Blok Plan, 0.6 km 25.30 30.0 11 Pembangunan Jalan Bukit Aren 30.0 12 Pembangunan MCK Tersebar 58.69 40.07 13 Pembangunan Jaringan Air Bersih Sambungan Rumah (SR) Tersebar 92.00 30.00 14 Pembangunan Jalan Akses Agropolitan Pos Pasar Desa Dimito Wonosari 100 95.00 15 Pembangunan Drainase Desa Bunggalo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 95-16 Pembangunan Drainase Luwoo Kec. Telaga Kab. Gorontalo 100-17 Pembangunan Drainase Jalan Batudaa 100 30.00 18 Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Minum dengan Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan 43.46 43.50 19 Pembangunan Prasarana dan Sarana Gedung Perkantoran (Opersional) 49.62 49.60 20 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman (Opersional) 56.75 56.70 21 Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Fasilitas Layanan Umum (Opersional) 45.43 45.40 22 Penyediaan Prasarana dan Sarana Sanitasi bagi Masyarakat (Opersional) 47.31 47.30 APBN 1 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Saritani Kec. Wonosari Kab Boalemo - 24.49 2 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Desa Mustika Kec Paguyaman Kab Boalemo - 25.43 3 Peningkatan Jalan Agropolitan Kws. Bongoime Kec Tilongkabila Kab Bone Bolango - 16.26 4 Peningkatan Jalan Agropolitan Desa Bulalo Kec Kwandang Kab Gorontalo Utara - 16.35 5 Pembangunan SPAM Tersebar 5.00 24.60 6 Penyusunan RTBL Kawasan Kota Gorontalo 12.53 12.53 Target Penyelesaian Akan tetapi, pembangunan proyek multiyears seperti Gorontalo Outer Ring Road (GORR) dan Terminal Bandar Udara Djalaluddin masih belum optimal seiring dengan munculnya beberapa kendala, terutama dalam hal pembebasan lahan. Sedangkan proyek multiyears yang sedang berjalan adalah pembangunan Bendungan Randangan di Kabupaten Pohuwato dengan realisasi fisik baru sekitar 11,10%. 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Dari sisi APBD, perkembangan belanja modal pemerintah di triwulan II 2014 turut membaik walaupun mengalami kontraksi. Pertumbuhan realisasi belanja modal tercatat terkontraksi sebesar 76,40% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 137,85% (yoy). Penyerapan anggaran tersebut juga masih rendah yaitu sebesar 17,60% dari total pagu. Grafik 1.10. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Melalui APBD Grafik 1.11. Perkembangan Volume Penjualan Semen 140 120 100 80 60 40 20 - Rp miliar Belanja Modal gbelanja Modal (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 % 500 400 300 200 100 0-100 -200 80,000 60,000 40,000 20,000 0 ton Semen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 % 100 80 60 40 20 0-20 -40 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Perkembangan kontribusi investasi fisik yang terjadi pada triwulan II 2014 tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang mencapai 60.464 ton atau tumbuh 28,91% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 24,59% (yoy). Iklim investasi yang positif juga didukung oleh peranan pihak swasta dalam pembangunan, khususnya perumahan rakyat di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Momentum masuknya bulan puasa juga berpengaruh pada meningkatnya permintaan bahan bangunan untuk perbaikan rumah masyarakat dan tempat peribadatan. Sementara dalam hal investasi pihak asing, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menginformasikan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan berjumlah 8 proyek atau meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang hanya 2 proyek. Akan tetapi, realisasi dari PMA tersebut belum dilakukan hingga triwulan II 2014. Rp miliar 160 120 80 40 Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan - Kredit Konstruksi gkredit (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 % 60 40 20 0-20 -40 800 600 400 200 - Grafik 1.13. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Rp miliar Kredit Investasi gkredit Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 % 300 200 100 0-100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 9

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Perkembangan kinerja investasi juga tidak lepas dari peranan pihak perbankan dalam penyaluran kredit. Jika dilihat menurut penggunaannya, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 22,29% (yoy) atau turun dari triwulan I 2014 yang sebesar 3,33% (yoy). Akan tetapi, bila dilihat menurut sektor ekonominya, penyaluran kredit untuk sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 13,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,38% (yoy) pada triwulan laporan. 1.1.3 EKSPOR IMPOR Perkembangan aktivitas perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014. Kinerja ekspor tercatat tumbuh 7,75% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 15,17% (yoy). Hal yang sama juga dialami oleh kinerja impor yang turut melambat dari 10,13% (yoy) menjadi 8,19% (yoy). Akan tetapi, peningkatan nilai ekspor pada triwulan II 2014 menyebabkan defisit neraca perdagangan Gorontalo mengalami perbaikan dari US$43,14 juta pada triwulan I 2014 menjadi US$0,32 juta. Walaupun kinerja ekspor mengalami perlambatan, namun secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Nilai ekspor Gorontalo pada triwulan laporan tercatat mencapai US$2,55 juta, naik cukup signifikan dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar US$0,04 juta. Sejalan dengan itu, volume ekspor juga meningkat dari 113 ton pada triwulan sebelumnya menjadi 21.729 ton pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekspor gula yang dilakukan produsen gula di Gorontalo pada bulan April dan Juni 2014 senilai US$ 2,50 juta, dengan negara tujuan Taiwan dan Korea Selatan. Komoditas kayu dan barang dari kayu juga turut menyumbang ekspor di triwulan II 2014 senilai US$0,05 juta. Sementara itu, ekspor ke pelabuhan antar daerah tercatat nihil seiring dengan orientasi penjualan pelaku usaha yang umumnya ditujukan untuk kebutuhan domestik. Berdasarkan hasil liaison ke salah satu produsen gula di Gorontalo, peningkatan ekspor di triwulan II 2014 tidak lepas dari impor raw sugar dalam jumlah besar pada akhir triwulan I 2014, yaitu senilai US$42,50 juta. Hal ini dilakukan dalam hal menjaga stabilnya ketersediaan gula menjelang masuknya bulan Ramadhan 1435H. Sekitar 20% hasil produksi digunakan untuk kebutuhan domestik seperti Provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku. Upaya penggunaan hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri juga dilakukan oleh salah satu produsen minyak kelapa di Gorontalo sehingga belum melakukan ekspor bungkil kopra ke luar negeri. Hasil informasi liaison menyebutkan bahwa kapasitas utilisasi mesin pengolahan minyak kelapa relatif mencapai 100% dengan bahan baku kopra yang dibutuhkan sekitar 5.000-8.000 ton per bulan. Keterbatasan kopra di Gorontalo menyebabkan 60% bahan 10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH baku diperoleh dari Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, sekitar 1.500 ton minyak goreng curah juga dipasok dari pabrik utama di Bitung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Gorontalo. Kinerja ekspor juga terkonfirmasi dari pertumbuhan volume muat barang di seluruh pelabuhan Gorontalo. Pada triwulan II 2014, volume muat barang mengalami kontraksi sebesar 10,10% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 49,29% (yoy). Akan tetapi secara nominal, total barang yang dimuat pada triwulan laporan mencapai 75.081 ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 37.771 ton. Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo Grafik 1.15. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 5,000 4,000 3,000 2,000 US$ ribu Nilai Ekspor gnilai EKSPOR % 15,000 12,000 9,000 6,000 3,000 100 80 60 40 ribu ton Muat Barang gmuat Barang % 120 80 40 0 1,000 0 20-40 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-3,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-80 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Dalam rangka meningkatkan kinerja ekspor Gorontalo, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo menyelenggarakan Rapat Evaluasi Kegiatan Ekspor pada tanggal 21 April 2014 yang dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo. Rapat yang turut dihadiri oleh pimpinan instansi pemerintah daerah, instansi vertikal, dan pelaku usaha tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi kendala dan peluang ekspor Gorontalo ke depan. Dari segi produksi, ekspor pertanian terutama jagung akan kembali diupayakan mengingat ekspor komoditas tersebut tidak dilakukan lagi sejak tahun 2013. Oleh karena itu, pemerintah daerah bermaksud meningkatkan hasil produksi jagung melalui pemberian bantuan benih dan mengoptimalkan peran BUMD dalam menggerakkan ekonomi daerah. Sedangkan dari segi infrastruktur, perencanaan Pelabuhan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara sebagai pelabuhan terbuka akan dikembangkan, mengingat aktivitas ekspor impor yang banyak dilakukan melalui kedua pelabuhan tersebut. Di sisi lain, impor Gorontalo pada triwulan II 2014 tercatat sebesar US$3,10 juta atau tumbuh 143,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 184,21% (yoy). Keseluruhan nilai impor tersebut adalah berupa batu bara yang berasal dari Tiongkok, Singapura, dan Korea Selatan dan akan digunakan oleh salah satu produsen gula sebagai bahan bakar mesin olahannya. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan tersebut dalam meningkatkan jumlah produksinya pada triwulan II 2014 setelah mendapatkan pasokan bahan baku raw sugar di triwulan I 2014. Informasi hasil liaison ke produsen gula KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 11

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH dimaksud menyebutkan bahwa kapasitas utilisasi yang belum optimal, yaitu pada kisaran 50-60%, membuat contact liaison harus mengimpor sebagian besar bahan baku dari negara lain seperti Thailand dan Afrika Selatan. Sementara untuk perolehan dari dalam negeri, contact liaison bekerja sama dengan petani tebu melalui bentuk Pola Inti Rakyat (PIR). Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo Grafik 1.17. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo 50 40 30 20 US$ juta Nilai Impor gnilai Impor % 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 250 200 150 100 ribu ton Bongkar Barang gbongkar Barang % 80 60 40 20 0 10 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 500 0-500 50 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-20 -40 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo yang melambat didorong oleh pertumbuhan impor antar pulau seiring dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat menjelang masuknya bulan Ramadhan 1435H. Hal tersebut terkonfirmasi dari volume bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang tumbuh positif, yaitu sebesar 9,18% (yoy) setelah mengalami kontraksi 32,52% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Impor domestik pada triwulan II 2014 berasal dari bahan makanan dan bahan bangunan. Dilihat dari kumulatif ekspor impor, Gorontalo masih mengalami defisit neraca perdagangan luar negeri pada triwulan II 2014, yaitu sebesar US$0,32 juta. Nilai tersebut tercatat mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami defisit US$43,14 juta. Sementara itu, bila dilihat secara kumulatif hingga triwulan II 2014, defisit neraca perdagangan Gorontalo masih relatif tinggi yaitu mencapai US$43,67 juta. Grafik 1.18. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo Neraca Perdagangan Luar Negeri Periode Triwulan II 2014 Ekspor ke LN US$1,17 juta DEFISIT US$0,32 juta Impor dari LN US$1,48 juta Sumber : Kantor Pelayanan Bea Cukai Gorontalo 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.2 SISI PENAWARAN Menurut sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan II 2014 ditopang oleh tiga sektor utamanya yaitu sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 27,04%, sektor jasa-jasa sebesar 25,70%, dan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran sebesar 12,04%. Ketiga sektor utama tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan, diikuti oleh sektor industri pengolahan, sektor Listrik-Gas-Air Bersih, sektor Pengangkutan- Komunikasi, dan sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan. Sedangkan sektor Pertambangan-Penggalian dan sektor konstruksi mengalami peningkatan. Menurut sektor usahanya, perekonomian Provinsi Gorontalo didominasi oleh sektor tersier (services-oriented) yang terdiri dari sektor Perdagangan-Hotel-Restoran, sektor Pengangkutan-Komunikasi, sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor tersier memiliki kontribusi sebesar 58,71% terhadap total PDRB nominal Gorontalo pada triwulan II 2014. Akan tetapi, pertumbuhan sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan dari 8,61% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 7,68% (yoy) pada triwulan II 2014, seiring dengan efek perlambatan perekonomian Gorontalo secara keseluruhan. Sementara itu, sektor primer memiliki kontribusi terbesar kedua pada triwulan laporan dengan pangsa 28,16%, diikuti sektor sekunder dengan pangsa 13,13%. Grafik 1.19. Perkembangan Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Gorontalo 1,000 Rp miliar Primer Sekunder Tersier Grafik 1.20. Pangsa Perekonomian (PDRB Riil) Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014 800 600 400 200 Tersier, 58.71% Primer, 28.16% Sekunder, 13.13% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Masuknya musim tanam dan terjadinya gagal panen pada beberapa sentra produksi tanaman pangan di Provinsi Gorontalo berpengaruh pada perlambatan kinerja sektor pertanian, yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total PDRB Gorontalo. Tekanan pada pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh perlambatan kinerja sektor jasa-jasa mengingat realisasi belanja operasional Pemerintah Daerah yang belum optimal. Sektor Perdagangan- Hotel-Restoran (PHR) mengalami sedikit perlambatan disebabkan konsumsi masyarakat yang tumbuh moderat walaupun aktivitas perdagangan meningkat di akhir triwulan II 2014 seiring dengan momen bulan puasa. Dukungan bagi sektor PHR juga berasal dari subsektor perhotelan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 13

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH yang mampu tumbuh seiring dengan meningkatnya frekuensi kegiatan yang disponsori oleh pemerintah daerah. Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi mampu tumbuh meningkat didukung oleh investasi fisik pemerintah dan swasta. Walaupun masih belum optimal, namun pelaksanaan proyek pembangunan pemerintah yang mulai berjalan di triwulan II 2014 mampu mendorong kinerja konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2012 (% yoy) 2013 (% yoy) 2014 (yoy) 2012 2013 I II III IV I II III IV I II Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 5.71 6.70 5.16 5.50 6.25 5.90 5.24 4,45 Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 6.62 3.58 4.74 5.21 5.61 4.80 4.74 5,86 Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 9.55 6.51 9.35 9.70 12.80 9.62 9.53 9,25 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.13 8.51 8.05 8.21 7.64 8.10 7.75 7,17 Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 9.38 7.51 8.86 8.90 11.51 9.24 10.63 10,85 Perdagangan, Hotel, Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 11.13 10.97 11.34 11.42 10.74 11.12 11.16 11,05 Pengangkutan & Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 8.69 9.00 9.09 8.56 8.24 8.71 9.88 7,80 Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan 7.40 10.43 9.46 9.86 9.30 9.38 9.06 9.19 9.11 9.18 8.35 8,17 Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 5.22 2.46 5.79 6.46 6.14 5.23 5.67 4,53 PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77 7.83 7.21 Sumber : BPS. Provinsi Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Sedang berlangsungnya musim tanam pada triwulan II 2014 berpengaruh signifikan terhadap perlambatan pertumbuhan sektor pertanian Gorontalo. Kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh 4,45% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 5,24% (yoy). Kegagalan panen di beberapa sentra produksi tanaman pangan turut menyebabkan produksi pertanian belum optimal. Produksi tanaman bahan makanan masih memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung dan padi. Akan tetapi, musim tanam yang berlangsung pada triwulan laporan menyebabkan produksi tanaman bahan makanan menurun. Panen tanaman jagung di Gorontalo tercatat hanya seluas 6.664 ha atau mengalami kontraksi 69,63% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,39% (yoy). Akan tetapi, lahan panen padi mampu tumbuh 51,89% (yoy) atau seluas 9.988 ha, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,19% (yoy). 14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Grafik 1.21. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya Hektar Kab. Boalemo Kab. Gorontalo 40,000 Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango 35,000 Kab. Gorontalo Utara Kota Gorontalo 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Hektar 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Grafik 1.22. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya 0 Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Kab. Gorontalo Utara Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango Kota Gorontalo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultra Provinsi Gorontalo 60,000 50,000 Grafik 1.23. Perkembangan Luas Panen dan Luas Tanam Jagung dan Padi Hektar Luas Panen Jagung Luas Tanam Jagung Luas Panen Padi Luas Tanam Padi 12 9 Grafik 1.24. Perkembangan SBT Sektor Pertanian Hasil SKDU SBT 40,000 6 30,000 3 0 20,000-3 10,000-6 - -9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6-12 2012 2013 2014-15 Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultra Provinsi Gorontalo Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Penurunan kinerja sektor pertanian juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana realisasi usaha pertanian menurun -0,56% atau lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,97%. Hasil in-depth interview dengan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Gorontalo memperoleh informasi bahwa penurunan hasil panen jagung di semester I 2014 dipengaruhi faktor perubahan iklim. Sebagai akibatnya, dampak kekeringan ringan dialami pada lahan jagung seluas 1.418 ha, dampak kekeringan sedang seluas 764 ha, dampak kekeringan berat seluas 448 ha. Selain itu, lahan puso seluas 636 ha dialami oleh Kabupaten Pohuwato, sedangkan Kabupaten Boalemo mengalami puso seluas 1.416 ha. Kabupaten Pohuwato sebagai sentra penghasil jagung terbesar di Gorontalo mengalami penurunan luas panen hingga 79,07% (yoy) pada triwulan II 2014, begitu juga dengan Kabupaten Boalemo yang terkontraksi 78,79% (yoy). Sejalan dengan itu, hasil Angka Ramalan (ARAM) I BPS Provinsi Gorontalo mencatat bahwa produksi jagung Gorontalo pada tahun 2014 diperkirakan akan menurun 17,91% dari 669.094 ton pada tahun 2013 menjadi 549.234 ton pipilan kering. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh perkiraan penurunan luas panen jagung dari 140.423 ha menjadi 118.408 ha (-15,68%) dan penurunan produktivitas dari 47,65 kw/ha menjadi 46,38 kw/ha (-2,66%). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 15

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Tabel 1.5. Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Uraian 2012 2013 2014 Perkembangan 2012-2013 Perkembangan 2013-2014 Aram I Absolut Persen Absolut Persen Luas Panen (ha) 135.543 140.423 118.408 4.880 3,60% -22.015-15,68% Produktivitas (kw/ha) 47,57 47,65 46,38 0,08 0,17% -1,27-2,66% Produksi (ton) 644.754 669.094 549.234 24.340 3,78% -119.860-17,91% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (bentuk hasil produksi adalah pipilan jagung) Walaupun luas panen padi di triwulan laporan tercatat tumbuh meningkat, akan tetapi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura menyebutkan bahwa hasil tersebut belum optimal mengingat banyaknya bantuan benih tanaman padi yang disalurkan pemerintah di akhir tahun 2014. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti : a. Kelangkaan pupuk di Provinsi Gorontalo pada bulan Desember 2013, yang merupakan akhir musim tanam di tahun 2014. Ketersediaan pupuk baru terjadi di triwulan I 2014 saat musim pemupukan sudah berakhir. b. Tingginya intensitas curah hujan saat musim panen tiba yang terjadi di Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. c. Gagal panen yang terjadi akibat masuknya endapan air hasil pertambangan emas rakyat di Desa Taluduyunu ke lahan persawahan di Kecamatan Buntulia dan Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. d. Tidak adanya penanaman sawah tadah hujan di Kabupaten Pohuwato. e. Terjadinya lahan puso seluas 219 ha di Kabupaten Gorontalo Utara pada bulan April 2014 akibat tingginya curah hujan. Tabel 1.6. Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Padi di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Uraian 2012 2013 2014 Perkembangan 2012-2013 Perkembangan 2013-2014 Aram I Absolut Persen Absolut Persen Luas Panen (ha) 51.193 56.894 60.016 5.701 11,14% 3.122 5,49% Produktivitas (kw/ha) 48,01 52,01 48,15 4,00 8,33% -3,86-7,42% Produksi (ton) 245.786 295.913 289.000 50.127 20,39% -6.913-2,34% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (bentuk hasil produksi adalah gabah kering giling) Gangguan produksi tersebut menyebabkan hasil ARAM I BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan hasil produksi padi juga menurun. Meningkatnya luas panen dari 56.894 ha pada tahun 2013 menjadi 60.016 ha pada tahun 2014 tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas. Angka produktivitas diperkirakan menurun 7,42% dari 52,01 kw/ha menjadi 48,15 kw/ha. Kondisi ini pada akhirnya membuat produksi padi menurun 2,34% dari 295.913 ton menjadi 289.000 ton gabah kering giling. 16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pertanian, pemerintah daerah selalu berupaya mendorong pertumbuhan produksi, salah satunya adalah pemberian bantuan benih kepada petani. Realisasi bantuan sosial di bidang pertanian yang telah disalurkan melalui dana APBN wilayah Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 telah mencapai 75,13% dari pagu anggaran. Target peningkatan produksi tanaman jagung pada tahun 2014 direspon pemerintah melalui penyaluran bantuan 148 ton benih jagung hibrida untuk 9.922 ha lahan di Provinsi Gorontalo. Penyaluran bantuan tersebut telah dimulai sejak triwulan II 2014 dengan realisasi penyaluran mencapai 93,21% dari target. Sekitar 25,54% bantuan yang diberikan disalurkan di Kabupaten Pohuwato sebagai sentra produksi jagung terbesar, diikuti oleh Kabupaten Gorontalo (25,13%), Kabupaten Boalemo (21,32%), Kabupaten Gorontalo Utara (18,34%), Kabupaten Bone Bolango (9,23%), dan Kota Gorontalo (0,44%). Musim tanam yang berlangsung pada triwulan II 2014 turut menyebabkan peningkatan penggunaan pupuk di kalangan petani. Walaupun jatah pupuk bersubsidi di Gorontalo pada 2014 mengalami penurunan, tetapi diperkirakan pada 2 bulan musim tanam tersebut permintaan pupuk meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Data salah satu distributor pupuk Gorontalo menyebutkan pada bulan April dan Mei 2014, total pupuk bersubsidi yang disalurkan di Gorontalo mencapai 1.691 ton, masing-masing di Kota Gorontalo 32 ton, Kabupaten Gorontalo 1.117,50 ton, Kabupaten Boalemo 199 ton, Kabupaten Pohuwato 152,50 ton, Kabupaten Bone Bolango 96 ton, dan Kabupaten Gorontalo Utara 94 ton. Grafik 1.25. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya Hektar 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Kab. Gorontalo Utara Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango Kota Gorontalo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Grafik 1.26. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya Hektar 16,000 Kab. Boalemo 14,000 Kab. Pohuwato 12,000 Kab. Gorontalo Utara 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango Kota Gorontalo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Hortikultura Provinsi Gorontalo Dukungan bantuan dari pemerintah memberikan dampak positif berupa luas lahan tanam yang relatif tinggi untuk tanaman jagung. Pada triwulan II 2014, luas lahan tanam jagung di Gorontalo tercatat mencapai 72.581 ha atau meningkat 63,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, lahan tanam padi tercatat seluas 22.994 ha atau menurun 7,36% (yoy) dibandingkan triwulan II 2013 dikarenakan curah hujan tinggi yang masih tinggi pada triwulan II 2014. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 17

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2014 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 7,80% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 10,03% (yoy). Perlambatan terjadi di seluruh subsektor, baik pengangkutan darat, laut, maupun udara. Kinerja subsektor pengangkutan laut terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan penumpang kapal laut dan kapal ferry. Pada triwulan II 2014, penumpang kapal laut tercatat berjumlah 5.066 orang atau tumbuh 55,21% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 86,52% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada jumlah penumpang kapal ferry yang tercatat sebanyak 20.600 atau mengalami kontraksi 15,28% (yoy), menurun dibandingkan triwulan I 2014 yang terkontraksi 0,74%. Hal ini turut dipengaruhi oleh menurunnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Gorontalo, sebagai daerah transit sebelum melanjutkan perjalanan wisata ke Pulau Togean di Provinsi Sulawesi Tengah. Kondisi tersebut terlihat dari menurunnya tingkat lama menginap tamu asing pada hotel di Kota Gorontalo, dari 7,35 hari pada triwulan I 2014 menjadi 1,58 hari pada triwulan II 2014. Turunnya jumlah penumpang kapal laut turut dipengaruhi oleh kenaikan tarif kapal laut Pelni sekitar 20% pada bulan Mei 2014. Grafik 1.27. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 Penumpang 5,000 - Penumpang Ferry gferry (y.o.y) Penumpang Kapal gkapal (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo % 250 200 150 100 50 - (50) (100) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 Kilo liter 5,000 - Grafik 1.28. Perkembangan Konsumsi Premiumdan Solar Premium gpremium (y.o.y) Solar gsolar (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : Produsen Bahan Bakar Gorontalo % 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Penurunan frekuensi angkutan laut juga terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi solar sebagai bahan bakar utama kapal laut dan ferry. Pada triwulan II 2014, konsumsi solar tercatat mencapai 10.271 kilo liter atau tumbuh 6,02% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,64% (yoy). Sementara itu, kinerja subsektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari melambatnya jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan laporan tercatat tumbuh 2,94% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,34% (yoy). Momen musim liburan sekolah yang berlangsung saat masuknya bulan 18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH puasa ditengarai belum mampu mendorong aktivitas transportasi masyarakat Gorontalo melalui jalur darat. Grafik 1.29. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat Penerbangan % 1,200 Jumlah Penerbangan gpenerbangan (y.o.y) 1,000 800 600 400 200 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 50 40 30 20 10 0-10 -20 Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat Penumpang % 140,000 Penumpang Pesawat gpenumpang (y.o.y) 40 120,000 30 100,000 20 80,000 10 60,000 0 40,000-10 20,000-20 - -30 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Kinerja subsektor pengangkutan udara juga mengalami penurunan pada triwulan laporan. Frekuensi jumlah penerbangan, baik menuju maupun meninggalkan Gorontalo pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi 16,73% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan I 2014 yang juga terkontraksi sebesar 6,75% (yoy). Hal tersebut tidak lepas dari berkurangnya frekuensi salah satu maskapai penerbangan sejak akhir tahun 2013 yang pada awalnya dua kali penerbangan menjadi hanya sekali penerbangan dalam sehari. Salah satu maskapai penerbangan lainnya juga ikut mengurangi frekuensi penerbangan saat memasuki low season. Sebagai dampaknya, jumlah penumpang pesawat ikut mengalami penurunan dengan mengalami kontraksi sebesar 19,60 (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh 0,54% (yoy). Perlambatan pertumbuhan subsektor pengangkutan udara juga dipengaruhi oleh nihilnya event berskala besar di Gorontalo pada triwulan II 2014. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan triwulan II 2013, dimana terdapat penyelenggaraan Pospenas (Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren tingkat Nasional) IV yang bahkan membuat salah satu maskapai penerbangan menambah jumlah armadanya untuk mengantisipasi lonjakan penumpang. 1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perlambatan pertumbuhan dialami oleh sektor Perdagangan-Hotel Restoran (PHR), dimana pada triwulan II 2014 tumbuh 11,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,16% (yoy). Subsektor perhotelan berhasil tumbuh meningkat disebabkan meningkatnya frekuensi kegiatan yang disponsori oleh Pemerintah Daerah, sedangkan subsektor perdagangan tumbuh terbatas seiring dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 19

Grafik 1.31. Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan ton Gorontalo Kwandang 250,000 Anggrek Tilamuta gbongkar Barang 200,000 150,000 100,000 50,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo % 80 60 40 20 0-20 -40 BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Tingginya aktivitas perdagangan yang hanya terjadi di akhir triwulan laporan terkonfirmasi dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh moderat. Musim tanam yang terjadi menyebabkan aktivitas perdagangan masyarakat relatif terbatas, kecuali menjelang masuknya bulan Ramadhan 1435 H. Pelaksanaan Pemilu Legislatif dan kampanye Pemilu Presiden relatif tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kegiatan perdagangan masyarakat Gorontalo. Ketergantungan perdagangan akan impor dari daerah lain menjelang bulan puasa masih cukup tinggi, yang terkonfirmasi dari meningkatnya aktivitas bongkar barang di pelabuhan, terutama pada Pelabuhan Kota Gorontalo. Pada triwulan II 2014, volume bongkar barang di Pelabuhan Kota Gorontalo mampu tumbuh 16,08% (yoy) atau meningkat setelah mengalami kontraksi pada triwulan I 2014 sebesar 30,58% (yoy). Selain sebagai satu-satunya pelabuhan yang sudah menjadi kawasan pabean di Gorontalo, aktivitas perdagangan yang masih terpusat di Kota Gorontalo juga menyebabkan aktivitas bongkar barang masih dominan dilakukan di Pelabuhan Kota Gorontalo, yaitu mencapai 67,63% dari total volume. Aktivitas perdagangan barang elektronik juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil liaison pada salah satu perusahaan perdagangan elektronik terbesar di Gorontalo, dimana tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh pada kenaikan marjin keuntungan dan harga penjualan barang-barang elektronik sejak awal tahun 2014. Opsi kenaikan harga juga ditempuh oleh contact liaison mengingat biaya pengiriman barang penjualan yang keseluruhannya disuplai dari pulau Jawa, khususnya kota Jakarta dan Surabaya. 15 10 5 0-5 -10-15 Grafik 1.32. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR SBT Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Perbankan Rp miliar 2,400 2,000 1,600 1,200 800 400 - Kredit Perdagangan gkredit Perdagangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo % 80 40 0-40 -80-120 Dari sisi perbankan, perlambatan kinerja perdagangan swasta terlihat dari perkembangan kredit perdagangan yang tercatat tumbuh 7,18% (yoy), lebih rendah 20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 18,26% (yoy). Hingga triwulan II 2014, jumlah kredit di sektor perdagangan yang berhasil disalurkan oleh perbankan Gorontalo mencapai Rp1,99 triliun. Dinamika aktivitas perdagangan swasta yang masih lemah juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia. Realisasi perdagangan di triwulan II 2014 masih mengalami kontraksi 2,69%, tetapi tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 6,13%. Grafik 1.34. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel Grafik 1.35. Perkembangan Listrik Kelompok Bisnis 50 40 30 20 % Tingkat Penghunian Hotel 16 12 8 juta KWh Listrik Kelompok Bisnis glistrik Bisnis % 600 500 400 300 200 10 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 4 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 100 0-100 2011 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sementara itu, kinerja subsektor perhotelan diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Kondisi ini terlihat dari Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 37,26% atau naik dibandingkan kondisi bulan Maret 2014 yang sebesar 30,00. Bila dibandingkan per daerah, TPH tertinggi masih dialami oleh Kota Gorontalo yaitu sebesar 43,94 %dengan rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik sekitar 2,28 hari. Peningkatan aktivitas jasa perhotelan dan juga terkonfirmasi dari perkembangan listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan. Konsumsi listrik kelompok bisnis berhasil tumbuh hingga 19,88% (yoy) setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 17,79% (yoy). Beberapa pihak perhotelan menyebutkan bahwa penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang dilakukan oleh pemerintah daerah sedang meningkat sehingga berdampak positif pagi tingkat okupansi kamar dan ruang pertemuan. 1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan, dari tumbuh 8,35% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,17% (yoy) pada triwulan laporan. Menurunnya penerimaan Net Interest Margin (NIM) perbankan merupakan dampak dari kebijakan suku bunga ketat dan kebijakan Loan To Value (LTV) berpengaruh pada perkembangan sektor ini. Perlambatan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan relatif dipengaruhi oleh kinerja subsektor keuangan, terutama lembaga keuangan bank. Kebijakan Loan To Value (LTV) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 21

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH yang diterapkan oleh Bank Indonesia terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turut berpengaruh penyaluran kredit konsumsi yang mengalami tendensi melambat. Pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga melambat dari 24,23% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 21,74% (yoy) pada triwulan II 2014. Bila dilihat lebih dalam, penyaluran kredit multiguna dan KKB mengalami kontraksi, masing-masing sebesar 17,90% (yoy) dan 7,88% (yoy). Sejalan dengan itu, penyaluran KPR juga melambat dari 60,29% (yoy) menjadi 49,06% (yoy). Hal ini menandakan adanya antisipasi perbankan dalam menjaga kesehatan penyaluran kredit seiring dengan kondisi perekonomian yang diproyeksikan melambat di triwulan II 2014. 1,200 1,000 Grafik 1.36. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan 800 600 400 200 - Rp miliar Pendapatan Bunga gpendapatan (y.o.y) Beban Bunga gbeban (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 % 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 Grafik 1.37. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan 900 750 600 450 300 150 - Rp miliar Net Interest Margin (NIM) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 % 120 80 40 0-40 -80 Beban bunga perbankan Gorontalo pada triwulan laporan tercatat tumbuh 32,33% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 36,26% (yoy). Akan tetapi, pendapatan bunga perbankan juga tumbuh melambat dari 28,69% (yoy) menjadi 26,82% (yoy). Hal ini turut berdampak pada melambatnya pendapatan bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM). Pertumbuhan NIM perbankan Gorontalo pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,18% (yoy) atau lebih rendah daripada triwulan I 2014 yang yaitu 26,28% (yoy). 1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor industri pengolahan tumbuh melambat dari 9,53% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 9,25% (yoy) pada triwulan II 2014. Pertumbuhan industri mikro dan kecil mengalami perlambatan yang signifikan disebabkan oleh menurunnya kinerja industri makanan dan minuman serta industri makanan jadi. Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, perlambatan pertumbuhan tidak hanya terjadi pada industri mikro dan kecil, tetapi juga industri besar dan sedang. Jika melihat kinerja industri miko dan kecil dengan lebih rinci, penurunan produksi terjadi pada industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, industri tekstil, dan industri furniture. Sementara itu, produksi Industri kayu dan barang dari kayu tumbuh signifikan seiring dengan permintaan yang meningkat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Industri kayu bahkan melakukan ekspor 22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ke Korea Selatan pada bulan Juni 2014 senilai US$42.142. Pertumbuhan produksi industri makanan dan minuman di triwulan laporan mengalami kontraksi 10,51% (yoy). Penurunan juga dialami oleh industri pakaian jadi dan industri furniture yang masing-masing mengalami kontraksi 5,18% (yoy) dan 6,85% (yoy). Grafik 1.38. Perkembangan Subsektor Industri Mikro-Kecil % (yoy) 50 30 10-10 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-30 -50 2011 2012 2013 2014-70 -90-110 Makanan & Minuman Furniture Barang dari Kayu Tekstil Pakaian jadi -130 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 1.39. Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang 25 20 15 10 5 0-5 -10 % (yoy) Industri Mikro dan Kecil Industri Besar dan Sedang Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Melambatnya kinerja subsektor industri mikro dan kecil juga diikuti oleh industri besar dan sedang. Pertumbuhan produksi industri tersebut tercatat sebesar 7,02% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,15% (yoy). Kondisi sektor industri yang tumbuh melambat turut terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana kapasitas produksi industri pengolahan menurun dari 89,25% pada triwulan I 2014 menjadi 85,63% pada triwulan II 2014. Masih terbatasnya jumlah industri pengolahan yang sustainable dan berskala besar di Gorontalo menjadi hal perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Hal ini disebabkan pembangunan industri merupakan bagian integral dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan berkembangnya sektor industri, fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia semakin meningkat dan menopang kehidupan antar generasi. 5 4 3 2 1 0 Grafik 1.40. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri juta KWh Listrik Industri glistrik Industri (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 % 50 40 30 20 10 0-10 Grafik 1.41. Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Industri 90 Rp miliar % 160 75 Kredit Industri 120 60 gkredit Industri (y.o.y) 80 45 30 40 15 0 - -40 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Bila dilihat dari sisi produksi, kinerja sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan BBM industri. Konsumsi listrik industri pada triwulan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 23

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH laporan tercatat sebesar 4,34 juta KWh atau terkontraksi 0,64% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,75% (yoy). Dari sektor perbankan, penyaluran kredit sektor industri melambat dari 43,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 42,00% (yoy) pada triwulan laporan. 1.2.6 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor Listrik-Gas-Air Bersih (LGA) pada triwulan II 2014 tumbuh 7,17% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,75% (yoy). Pertumbuhan sektor LGA di ditopang oleh peningkatan penjualan LPG seiring dengan program konversi minyak tanah ke LPG oleh pemerintah. Kebutuhan akan LPG yang meningkat menjelang bulan puasa membuat konsumsi LPG rumah tangga di triwulan laporan tumbuh 76,18% (yoy). Juta VA 700 600 500 400 300 200 100 - Grafik 1.42. Perkembangan Daya Listrik Tersambung % Daya Tersambung gdaya (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 1.43. Perkembangan Konsumsi Listrik Juta KWh % 100 Penjualan Listrik gpenjualan (y.o.y) 80 60 40 20 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 90 60 30 0-30 -60 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sumber : PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo Sementara itu, kontribusi penjualan daya listrik tumbuh melambat dikarenakan pemadaman listrik yang mulai terjadi sejak akhir triwulan I 2014. Kondisi ini dipengaruhi oleh gangguan yang terjadi pada PLTU Amorang sebagai pemasok utama listrik Gorontalo serta kerusakan coal belt conveyor pada PLTU Molotabu. Untuk mengurangi beban defisit listrik tersebut, PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo harus membatasi pemasangan listrik dan penambahan daya baru sejak bulan Maret 2014. Sebagai akibatnya, daya listrik tersambung tumbuh melambat dari 20,74% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 18,64% (yoy) pada triwulan II 2014. Dalam rangka mengantisipasi beban puncak listrik Gorontalo yang mencapai 70 MW, maka PT. PLN Wilayah Suluttenggo Cabang Gorontalo menempuh beberapa cara seperti menyewa 18 unit mesin genset yang memproduksi listrik sebesar 10 MW pada bulan Mei 2014, mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLMT) Taludaa sebesar 1,5 MW serta Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumalata sebesar 2 MW. Kondisi listrik yang semakin membaik di akhir triwulan II 2014 akhirnya berpengaruh positif pada perkembangan penjualan listrik, dimana pada triwulan laporan tumbuh 15,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,21% (yoy). 24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Kendala akan ketersediaan energi mendapat perhatian serius dari pemerintah. Selain untuk mensuplai kebutuhan listrik rumah tangga, ketersediaan listrik turut mendorong perkembangan investasi di Gorontalo. Oleh sebab itu, rampungnya PLTU Anggrek di Gorontalo Utara dengan kapasitas 2x50 MW perlu diakselerasi oleh pemerintah mengingat pembangunannya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II 2014 meningkat dibandingkan triwulan I 2014. Sektor ini berhasil tumbuh 5,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,74% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kinerja sektor ini turut dipengaruhi oleh pertumbuhan kinerja sektor konstruksi yang juga turut meningkat. Sektor konstruksi tumbuh dari 10,63% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,85% (yoy) pada triwulan laporan. Sektor pertambangan dan penggalian sendiri masih memberikan share yang relatif kecil bagi PDRB Provinsi Gorontalo, yaitu hanya 1,12%, dengan didominasi oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Oleh karena itu, produk sektor pertambangan kerap digunakan oleh sektor konstruksi dalam menyelesaikan pembangunan fisik. Sektor pertambangan Gorontalo diperkirakan memiliki potensi yang besar ke depannya. Hal ini ditengarai oleh aktivitas eksplorasi salah satu perusahaan tambang emas di Kabupaten Pohuwato yang rencananya akan memasuki studi amdal pada akhir tahun 2014. Kondisi ini dapat terealisasi apabila kerja sama dengan dengan perusahaan tambang milik daerah di kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, pemerintah Kabupaten Bone Bolango juga berupaya melakukan kerja sama dengan negara lain melalui kunjungan langsung ke salah satu perusahaan pertambangan emas terbesar di Tiongkok pada bulan Mei 2014. Grafik 1.44. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Perbankan Grafik 1.45. Perkembangan Belanja Non Modal APBD Provinsi Gorontalo 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rp miliar Kredit Jasa-jasa gjasa (y.o.y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 % 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 300 250 200 150 100 50 - Rp miliar Belanja Non Modal gbelanja Non Modal Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 % 70 60 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Sementara itu, pada triwulan II 2014 sektor jasa-jasa tercatat tumbuh 4,53% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,67% (yoy). Keadaan ini terkonfirmasi dari realisasi kredit sektor jasa-jasa perbankan yang mengalami KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 25

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH kontraksi 45,22% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang berhasil tumbuh 15,90% (yoy). Selain itu, realisasi belanja non modal pemerintah melalui dana APBD apada triwulan laporan juga masih belum optimal dengan penyerapan sebesar 39,05% dari total pagu anggaran. Walaupun demikian, realisasi belanja modal dapat tumbuh 50,32% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 22,97% (yoy). 26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BOKS 1: PERAN STRATEGIS FORUM EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI GORONTALO Dalam rangka membangun perekonomian Provinsi Gorontalo yang berkualitas melalui pengambilan kebijakan yang strategis oleh pemerintah daerah, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo menggagas pelaksanaan Forum Ekonomi dan Keuangan Provinsi Gorontalo pada tanggal 22 Juli 2014. Acara tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur Gorontalo dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, serta dihadiri pula oleh Pimpinan SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Gorontalo, Kakanwil Ditjen Perbendaharaan, Pimpinan Perbankan, dunia usaha, akademisi, dan media massa. Pada kesempatan tersebut, Bank Indonesia turut menyampaikan materi tentang Perkembangan Ekonomi Gorontalo Terkini dan Prospek Tahun 2015. Kepala Perwakilan BI Provinsi Gorontalo menyerahkan Analisis Singkat Proyeksi Ekonomi Gorontalo 2015 kepada Wakil Gubernur Gorontalo dalam acara Forum Ekonomi dan Keuangan Provinsi Gorontalo Terkait dengan perkembangan ekonomi terkini, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia menyampaikan bahwa berdasarkan Secara umum, perekonomian Gorontalo tumbuh akan tumbuh melambat pada triwulan II 2014 di kisaran 7,23-8,23% (yoy). Di sisi permintaan, komponen konsumsi sebagai pendorong ekonomi utama diperkirakan mengalami perlambatan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga, dipengaruhi oleh gaji ke-13 PNS yang belum terealisasi dan masuknya musim tanam. Inflasi juga relatif terkendali, meskipun tercatat sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok volatile foods memberikan tekanan inflasi tertinggi seiring dengan momentum masuknya bulan Ramadhan, dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas seperti bawang merah, bawang putih, tomat sayur, dan beberapa jenis ikan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada kelompok administered price melemah seiring dengan meredanya efek kenaikan harga BBM dan TDL. Dengan telah adanya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 27

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH di tingkat provinsi, kota, maupun kabupaten di Gorontalo, koordinasi pengendalian inflasi diharapkan dapat semakin optimal melalui penguatan kelembagaan dan kapasitas kegiatan. Namun demikian, sampai dengan akhir tahun 2014 inflasi diperkirakan akan cenderung menurun hingga 4,85%. Untuk prospek ekonomi 2015 diperkirakan relatif lebih baik dari tahun 2014, yaitu pertumbuhan diperkirakan naik dari proyeksi tahun 2014 sebesar 7,80% menjadi 7,86% pada 2015. Inflasi juga diproyeksikan menurun dari perkiraan tahun 2014 yang sebesar 4,85%±1%. Pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat ini ditopang oleh pertumbuhan konsumsi (swasta dan pemerintah) dan investasi. Adapun secara sektoral didukung oleh pertumbuhan sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan jasa-jasa. Dalam pertemuan tersebut juga didiskusikan beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah, baik yang sudah diketahui bersama-sama seperti ketersediaan listrik dan kualitas infrastruktur yang harus ditingkatkan, penyerapan anggaran yang harus dioptimalkan, pengendalian inflasi melalui TPID yang lebih diefektifkan, serta bagaimana mengatasi persoalan tingginya LDR di Gorontalo dan naiknya rasio NPL kredit UMKM. Dibahas pula tentang berbagai persoalan lainnya seperti kesejahteraan petani dan perlunya dibangun industri yang sustainable demi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di Provinsi Gorontalo. Forum Ekonomi dan Keuangan Provinsi Gorontalo ini rencananya akan dilaksanakan rutin minimal sekali setiap tahun, mengingat dapat meningkakan peran KPw BI Gorontalo sebagai economic advisor pemerintah daerah. 28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH BAB 2 : KEUANGAN PEMERINTAH Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan pemerintah di Provinsi Gorontalo tercermin dari besarnya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di wilayah Provinsi Gorontalo serta realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pada triwulan II 2014, realisasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Provinsi Gorontalo masih relatif rendah yaitu sebesar 31,38% dari pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2014. Kinerja tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II 2013 yang sebesar 30,01% dari pagu DIPA 2013. Sementara itu, penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan di triwulan II 2014 tercatat sebesar 53,57% dari pagu penerimaan APBD 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang sebesar 50,32% dari pagu penerimaan APBD 2013. Akan tetapi, hasil yang belum optimal ditunjukkan oleh realisasi belanja APBD dimana hingga triwulan II 2014, anggaran belanja APBD yang telah terealisasi hanya sebesar 34,52% dari pagu belanja APBD 2014 atau lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II 2013 yang sebesar 37,41% dari pagu belanja APBD 2013. 2.1 ALOKASI APBN DI PROVINSI GORONTALO Selain APBD, peran alokasi APBN dalam kegiatan perekonomian di Provinsi Gorontalo cukup signifikan. Hal ini terlihat pada pagu total DIPA yang dikelola di wilayah Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dari Rp3,93 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp3,96 triliun pada triwulan II 2014. Grafik 2.1. Pangsa Pagu APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis Belanja Grafik 2.2. Pangsa Pagu APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Satker Pemerintahan Belanja Bantuan Sosial, 9.73% Belanja Pegawai, 26.25 % Kota Gorontalo, 38.14% Prov. Gorontalo, 35.62% Belanja Modal, 37.19% Belanja Barang & Jasa, 26.84% Kab. Gorontalo Utara, 2.98% Kab. Gorontalo, 11.67% Kab. Bone Bolango, 4.31% Kab. Pohuwato, 3.20% Kab. Boalemo, 4.09% Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 29

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Jika dilihat secara rinci, pengeluaran APBN di Provinsi Gorontalo lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja modal dengan pangsa yang mencapai 48,19% dari total pagu atau sebesar Rp1,91 triliun. Kondisi ini menunjukkan perhatian pemerintah yang masih besar dalam meningkatkan kualitas infrastruktur di Provinsi Gorontalo demi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya, belanja barang memiliki pangsa terbesar kedua yaitu sebesar 25,08% atau Rp994,39 miliar. Sementara itu, belanja pegawai memiliki pangsa sebesar 19,33% (Rp776,41 miliar) yang merupakan pengeluaran rutin pemerintah seperti pembiayaan pegawai untuk gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lainnya. Belanja bantuan sosial memiliki pangsa terkecil sebesar 7,41% atau Rp293,66 miliar, yang digunakan untuk pengeluaran bencana alam, bantuan sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya. Apabila dilihat berdasarkan satuan kerja pemerintahan, penggunaan APBN di Provinsi Gorontalo lebih difokuskan untuk Kota Gorontalo dan Provinsi Gorontalo yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 38,14% (Rp1,51 triliun) dan 35,62% (Rp1,41 triliun). Sementara itu, dana APBN yang dianggarkan untuk kabupaten lainnya masih relatif kecil seperti Kabupaten Gorontalo dengan pangsa 11,67% (Rp462,62 miliar), Kabupaten Bone Bolango dengan pangsa 4,31% (Rp170,85 miliar), Kabupaten Boalemo dengan pangsa 4,09% (Rp162,02 miliar), Kabupaten Pohuwato dengan pangsa 3,20% (Rp126,97 miliar), dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan pangsa 2,98% (Rp117,98 miliar). Grafik 2.3. Alokasi APBN di Provinsi Gorontalo 2014 Berdasarkan Jenis dan Satker Pemerintahan Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Utara Kab. Bone Bolango Kab. Pohuwato Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Prov. Gorontalo Rp miliar 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Jika dilihat secara lebih rinci, pagu belanja modal APBN yang dianggarkan untuk Pemerintah Provinsi Gorontalo mencapai Rp830,46 miliar atau sebesar 20,94% dari total pagu APBN wilayah Gorontalo, sedangkan untuk Pemerintah Kota Gorontalo mencapai Rp820,24 miliar atau 20,69% dari total pagu. Aktivitas ekonomi, pemerintahan, dan pembangunan yang masih terpusat di Kota Gorontalo juga menyebabkan belanja pegawai Pemerintah Kota 30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Gorontalo merupakan yang terbesar dibandingkan Satuan Kerja Pemerintahan lainnya, yaitu sebesar Rp344,17 miliar atau 8,68% dari total pagu APBN wilayah Gorontalo. 2.1.1. REALISASI BELANJA APBN DI PROVINSI GORONTALO Realisasi belanja APBN di wilayah Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp1,24 triliun atau 31,38% dari pagu DIPA 2014. Kinerja tersebut tercatat sedikit lebih baik dibandingkan realisasi triwulan II 2013 yang menyerap 30,01% dari total pagu. Realisasi belanja modal yang merupakan pangsa terbesar dari total pagu APBN 2014 masih relatif rendah. Hingga triwulan II 2014, realisasi belanja modal tercatat sebesar Rp462,74 miliar atau hanya 24,22% dari pagu belanja modal yang dianggarkan. Walaupun begitu, kinerja tersebut lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 yang sebesar 21,60% dari total pagu. Realisasi yang belum optimal tersebut dipengaruhi oleh masih minimnya pengerjaan infrastruktur karena masih memasuki tahap penawaran pekerjaan. Penyerapan belanja APBN terbesar pada triwulan II 2014 masih dialami oleh belanja pegawai, yaitu sebesar 42,62% dari pagu belanja pegawai, diikuti oleh belanja bantuan sosial (41,23%), belanja barang dan jasa (33,59%), dan belanja modal (24,22%). Jika dilihat berdasarkan strukturnya, realisasi belanja modal mempunyai pangsa terbesar 37,19% (Rp462,74 miliar), diikuti belanja barang dan jasa sebesar 26,84% (Rp333,99 miliar), belanja pegawai sebesar 26,25% (Rp326,62 miliar), dan belanja bantuan sosial sebesar 9,73% (Rp121,06 miliar). Grafik 2.4. Pangsa Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014 Grafik 2.5. Perbandingan Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 Belanja Bantuan Sosial, 9.73% Belanja Pegawai, 26.25 % 50% 40% 30% Tw II 2013 Tw II 2014 Belanja Modal, 37.19% 20% Belanja Barang & Jasa, 26.84% 10% 0% Prov. Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Kota Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Berdasarkan satuan kerjanya, peningkatan realisasi belanja APBN tertinggi dialami oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu dari 29,6% pada triwulan II 2013 menjadi 38,5% pada triwulan II 2014. Realisasi tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan satuan kerja lainnya KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 31

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH yaitu mencapai Rp544,00 miliar atau memiliki pangsa 43,72% dari total realisasi. Peningkatan lainnya juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara itu, penurunan realisasi terjadi pada Pemerintah Kota Gorontalo yaitu dari 30,3% pada triwulan II 2013 menjadi 25,8% pada triwulan II 2014, serta Pemerintah Kabupaten Gorontalo dari 26,7% pada triwulan II 2013 menjadi 22,4% pada triwulan II 2014. 2.2 POSTUR APBD PROVINSI GORONTALO Selain APBN, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo dari sisi fiskal tentu juga dipengaruhi oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pagu pendapatan daerah Provinsi Gorontalo pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,20 triliun atau meningkat 15,59% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 yang sebesar Rp1,04 triliun. Pagu belanja daerah Provinsi Gorontalo juga meningkat 14,38% dibandingkan anggaran belanja daerah setelah perubahan tahun 2013, yaitu dari Rp1,13 triliun menjadi Rp1,29 triliun. 1400 Grafik 2.6. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo Rp miliar 1200 1000 Pendapatan Daerah Belanja Daerah 800 600 400 200 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah tahun 2014 dialami oleh penerimaan Pajak Daerah sebesar 40,35% (yoy), yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan di Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Air Bawah Tanah, dan Pajak Rokok. Peningkatan tertinggi kedua dialami oleh Retribusi Daerah sebesar 33,33% (yoy), diikuti Dana Alokasi Umum sebesar 12,57% (yoy), dan Lain-lain PAD yang sah sebesar 4,36% (yoy). Sementara itu, penurunan pendapatan daerah dialami oleh Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dan Dana Alokasi Khusus. Struktur anggaran pendapatan daerah Provinsi Gorontalo masih didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang dianggarkan hingga 61,03% dari total anggaran pendapatan. 32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH Di sisi anggaran belanja daerah, peningkatan yang signifikan dialami oleh Belanja Bagi Hasil sebesar 39,63% (yoy), Belanja Modal sebesar 32,05% (yoy), Belanja Pegawai sebesar 13,22% (yoy), dan Belanja Barang dan Jasa sebesar 11,52% (yoy). Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,07%, diikuti oleh Belanja Pegawai (23,95%), Belanja Modal (21,10%), dan Belanja Hibah (13,69%). Belanja konsumsi pemerintah yang masih mendominasi pengeluaran anggaran daerah memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo di sisi permintaan. Grafik 2.7. Pangsa Pagu APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2014 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 10.57% Pajak daerah, 21.44% PAD Lainnya, 1.36% Belanja Modal, 21.10% Belanja Pegawai, 23.95 % Dana Alokasi Umum, 61.03% Dana Perimbangan Lainnya, 5.59% Belanja Barang dan Jasa, 30.07% Belanja Tidak Langsung Lainnya, 11.19 % Belanja Hibah, 13.69% Sumber: Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo 2.2.1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 mencapai Rp644,47 miliar atau 53,57% dari pendapatan yang ditargetkan pada APBD 2014. Realisasi ini lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yaitu 50,32% dari rencana anggaran. Hal tersebut dipengaruhi oleh penerimaan dana perimbangan yang mencapai Rp451,75 miliar atau 56,36% dari target 2014. Sementara itu, penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp129,49 miliar atau 47,21% dari yang ditargetkan, lebih rendah dari kinerja triwulan II 2013 yang sebesar 49,06%. Hal tersebut disebabkan oleh belum optimalnya penerimaan pendapatan pajak daerah, terutama pada penerimaan akan bea balik nama kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor. Dari sisi dana perimbangan, Dana Alokasi Umum yang diperoleh pada triwulan II 2014 sebesar Rp428,33 miliar atau 58,33% dari dana yang dianggarkan. Kinerja tersebut tercatat lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 yang hanya 51,18% dari target anggaran. Kenaikan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 33

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH perolehan Dana Alokasi Umum tersebut berpengaruh cukup signifikan terhadap penerimaan dana perimbangan secara keseluruhan disebabkan pangsanya yang mencapai 66,46% dari total realisasi penerimaan di triwulan II 2014. Sejalan dengan pola historisnya, tingkat kemandirian fiskal daerah secara umum masih belum cukup baik, tercermin dari realisasi Pendapatan Asli Daerah yang relatif kecil yaitu 20,09% dari total realisasi pendapatan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah dari awal sampai dengan akhir tahun sangat tergantung dengan bantuan dana dari pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen Dana Perimbangan. Dana Alokasi Umum yang dianggarkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan 12,57% dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Alokasi Khusus mengalami penurunan masing-masing sebesar 13,90% dan 1,49%. No Tabel 2.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD I Pendapatan Asli Daerah (PAD) 195.53 95.94 9.22 274.28 129.49 10.76 a. Pajak Daerah 183.78 92.05 8.84 257.94 108.66 9.03 b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - - - 4.00 - - c. Retribusi Daerah 0.23 0.10 0.01 0.30 0.45 0.04 d. Lain-lain PAD 11.53 3.79 0.36 12.03 20.38 1.69 II Dana Perimbangan 724.26 370.64 35.61 801.59 451.75 37.55 a. Bagi Hasil Pajak 28.96 12.24 1.18 24.93 10.71 0.89 b. Dana Alokasi Umum 652.28 326.14 31.34 734.28 428.33 35.60 c. Dana Alokasi Khusus 43.01 32.26 3.10 42.37 12.71 1.06 III Lain-lain Pendapatan 121.01 57.17 5.49 127.22 63.23 5.26 Total Pendapatan Uraian APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan II 2013 APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan II 2014 1,040.80 523.74 50.32 1,203.08 644.47 53.57 Tabel 2.2. Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 No Uraian Triwulan II 2013 (%) Triwulan II 2014 (%) I Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18.32 20.09 a. Pajak Daerah 17.58 16.86 b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - - c. Retribusi Daerah 0.02 0.07 d. Lain-lain PAD 0.72 3.16 II Dana Perimbangan 70.77 70.10 a. Bagi Hasil Pajak 2.34 1.66 b. Dana Alokasi Umum 62.27 66.46 c. Dana Alokasi Khusus 6.16 1.97 III Lain-lain Pendapatan 10.91 9.81 Total Pendapatan 100.00 100.00 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 2.2.2 REALISASI BELANJA DAERAH Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga triwulan II 2014 masih relatif minim, yaitu tercatat hanya sebesar Rp446,93 miliar atau menyerap 34,52% dari pagu anggaran belanja. Kinerja tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 dengan penyerapan realisasi belanja sebesar 37,41% dari anggaran. Penurunan tersebut terjadi pada beberapa komponen belanja seperti Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Belanja Bagi Hasil. Sementara itu, komponen Belanja Operasi masih relatif stabil dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Komponen Belanja Operasi Pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp366,34 miliar dan berhasil menyerap 28,30% anggaran belanja. Realisasi pada komponen tersebut terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial. Penyumbang utama berasal dari Belanja Barang dan Jasa yaitu sebesar Rp145,04 miliar, diikuti Belanja Pegawai sebesar Rp127,50 miliar, dan Belanja Hibah sebesar Rp88,03 miliar. Apabila dilihat lebih rinci dari pangsanya, komposisi total belanja APBD triwulan II 2014 juga didominasi oleh ketiga kelompok tersebut dengan total pangsa mencapai 81,97%. Realisasi belanja pegawai yang belum optimal dipengaruhi oleh pemberian gaji ke-13 PNS, TNI, Polri, dan Pensiunan yang baru akan dilakukan pada awal triwulan III 2014. Sementara itu, realisasi Belanja Modal pada triwulan II 2014 menurun cukup signifikan dibandingkan triwulan II 2013, yaitu dari Rp70,63 miliar menjadi Rp48,08 miliar. Kondisi tersebut menyebabkan belanja modal hanya menyerap 3,71% dari total APBD yang direncanakan. Beberapa pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah ditengarai mengalami beberapa hambatan, terutama mengenai pembebasan lahan sehingga Gubernur Gorontalo menginstruksikan agar permasalahan tersebut dapat segera diselesaikan agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda. Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan belanja tersebut, maka Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus yang relatif besar pada triwulan II 2014 yaitu mencapai Rp197,53 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2013 yang mengalami surplus Rp100,29 miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang relatif besar tersebut menunjukkan penggunaan anggaran Pemerintah Daerah belum cukup optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, surplus anggaran dapat dialokasikan untuk membantu pengembangan Kabupaten/Kota lainnya, sehingga dapat memberikan multiplier effect yang besar dan merata terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 35

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH No Tabel 2.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2014 Uraian Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd APBD I Belanja Operasi 840.35 318.25 28.12 901.33 366.34 28.30 a. Belanja Pegawai 273.93 114.75 10.14 310.13 127.50 9.85 b. Belanja Barang dan Jasa 349.05 112.34 9.93 389.27 145.04 11.20 c. Belanja Bunga - - - 2.00 - - d. Belanja Subsidi - - - - - - e. Belanja Hibah 183.75 85.91 7.59 177.26 88.03 6.80 f. Belanja Bantuan Sosial 1.00 0.27 0.02 1.50 0.38 0.03 g. Belanja Bantuan Keuangan 32.63 4.98 0.44 21.17 5.39 0.42 II Belanja Modal 206.86 70.63 6.24 273.16 48.08 3.71 III Belanja Tidak Terduga 2.50 0.33 0.03 5.40 - - IV Belanja Bagi Hasil 82.21 34.25 3.03 114.78 32.52 2.51 Total Belanja APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan II 2013 APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan II 2014 1,131.92 423.46 37.41 1,294.66 446.93 34.52 Tabel 2.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan II 2013 dan Triwulan II 2014 No Uraian Triwulan II 2013 (%) Triwulan II 2014 (%) I Belanja Operasi 75.16 81.97 a. Belanja Pegawai 27.10 28.53 b. Belanja Barang dan Jasa 26.53 32.45 c. Belanja Bunga - - d. Belanja Subsidi - - e. Belanja Hibah 20.29 19.70 f. Belanja Bantuan Sosial 0.06 0.08 g. Belanja Bantuan Keuangan 0.06 1.21 II Belanja Modal 16.68 10.76 III Belanja Tidak Terduga 0.08 - IV Belanja Bagi Hasil 8.09 7.28 Total Belanja 100.00 100.00 Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Kinerja fiskal pada triwulan II 2014 belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 12,17%, lebih rendah dibandingkan pangsa triwulan II 2013 yang sebesar 12,67%. Hal yang serupa juga terjadi pada belanja modal yang memiliki pangsa hanya 1,47% atau juga lebih rendah dibandingkan pangsa triwulan II 2013 yaitu 2,54%. Baik realisasi anggaran konsumsi maupun belanja modal mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2013. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah sebaiknya dapat memanfaatkan penggunaan dana APBN secara optimal sehingga dapat mendorong pertumbuhan komponen konsumsi dan investasi PDRB Provinsi Gorontalo. 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH No Uraian Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Tabel 2.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil APBDP 2013 (Rp miliar) Triwulan II 2013 Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd PDRB APBD 2014 (Rp miliar) Triwulan II 2014 Realisasi (Rp miliar) % Realisasi thd PDRB I Konsumsi Pemerintah 925.06 352.83 12.67 1,019.51 398.85 12.17 a. Belanja Pegawai 273.93 114.75 4.12 310.13 127.50 3.89 b. Belanja Subsidi - - - - - - c. Belanja Hibah 183.75 85.91 3.09 177.26 88.03 2.69 d. Belanja Bantuan Sosial 1.00 0.27 0.01 1.50 0.38 0.01 e. Belanja Bagi Hasil 82.21 34.25 1.23 114.78 32.52 0.99 f. Belanja Bantuan Keuangan 32.63 4.98 0.18 21.17 5.39 0.16 g. Belanja Tidak Terduga 2.50 0.33 0.01 5.40 - - h. Belanja Barang dan Jasa 349.05 112.34 4.03 389.27 145.04 4.43 II Pembentukan Modal Tetap Bruto 206.86 70.63 2.54 273.16 48.08 1.47 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 37

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH BOKS 2 : OPTIMALISASI REALISASI BELANJA FISKAL DALAM MENDORONG PEREKONOMIAN GORONTALO Pemerintah daerah dan Kementerian/Lembaga memegang peranan penting dalam mendorong pergerakan roda perekonomian daerah, salah satunya melalui pengelolaan anggaran belanja, baik APBN maupun APBD. Hal tersebut setidaknya terefleksi dari data share belanja pemerintah terhadap PDRB pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 32,17%. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, pengelolaan anggaran oleh pemerintah daerah terlihat masih belum optimal antara lain tercermin dari penyerapan anggaran dan kualitas belanja daerah. Belanja pemerintah daerah ataupun Kementerian/Lembaga telah menghasilkan pola belanja dengan karakteristik penyerapan yang rendah di semester pertama dan menumpuk pada akhir tahun anggaran berjalan. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian mengingat realisasi anggaran belanja pemerintah yang kurang optimal akan berpengaruh terhadap roda perekonomian daerah. Jika dana tersebut bisa diserap dengan baik dan direalisasikan untuk belanja barang dan modal, maka hal ini bisa meningkatkan output pelayanan masyarakat dan mendorong roda perekonomian daerah. Di Provinsi Gorontalo sendiri, pada semester awal tahun 2014, penyerapan belanja oleh Pemerintah Daerah dan Kementerian/Lembaga Gorontalo masih belum sesuai dengan target yang ditetapkan di awal tahun anggaran. Realisasi penggunaan APBN provinsi Gorontalo di semester pertama 2014 hanya 31,38% lebih rendah dari target pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2014 Semester I sebesar 40%. Sementara, pada periode yang sama untuk penyerapan belanja anggaran yang bersumber dari APBD hanya sebesar 34,52% dari pagu belanja APBD 2014. Share Pagu dan Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Semester I 2014 50% 40% 30% 20% Perbandingan Presentase Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo dan Nasional 46.9% 42.6% 41.1% 33.6% Realisasi Juni 2014 Realisasi Juni 2013 Rata-rata Realisasi Nasional 27.5% 26.1% 24.2% 21.6% 15.2% 41.2% 41.2% 34.5% 10% 0% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Untuk belanja modal yang dianggap memiliki multiplier effect yang tinggi, dari sisi APBN baru terealisasi 24,22% di semester pertama 2014. Begitu pula halnya dengan realisasi belanja 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH modal dari APBD yang hanya sekitar 17,60% dari total pagu anggaran belanja di semester awal 2014. Rendahnya penyerapan belanja modal ini menyebabkan fungsi belanja pemerintah untuk mengakselerasi pembangunan di Gorontalo kurang berfungsi secara optimal. Kondisi ini memperlambat pembangunan ekonomi di Gorontalo terutama berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Analisis terhadap faktor-faktor penyebab rendahnya penyerapan belanja oleh Pemerintah Daerah dan Kementerian/Lembaga Gorontalo di semester awal tahun anggaran menjadi hal yang perlu dilakukan. Karena jika kondisi ini terus menerus mengalami pengulangan dari tahun ke tahun, pengembangan dan pembangunan Provinsi Gorontalo tidak akan berjalan optimal dan rentan terhadap resiko perlambatan pertumbuhan. Reydonnyzar Moenoek, Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, mengatakan bahwa rendahnya penyerapan belanja daerah khususnya di awal tahun disebabkan oleh dua faktor. Pertama, keterlambatan daerah dalam menetapkan peraturan daerah tentang APBD mereka. Faktor kedua dipicu oleh proses pengadaan barang dan jasa yang selama ini memang memerlukan waktu. 1 Merujuk pada pernyataan Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri tersebut, keterlambatan yang terjadi biasanya dipicu oleh kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lamban, lemahnya koordinasi antara perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta kurang terpadunya mekanisme kerja pada unit-unit tertentu. Faktor pendorong kendala-kendala tersebut antara lain dapat dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman terhadap mekanisme pencairan anggaran, faktor kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran, ataupun satuan harga yang ditetapkan tidak sesuai kebutuhan rill. Selain itu, juga bisa disebabkan oleh perencanaan kegiatan proyek yang kurang baik, seperti tidak adanya kerangka acuan kerja (TOR) dan rincian anggaran biaya (RAB) yang mengakibatkan terjadinya ketidaksesuaian antara kebutuhan dan alokasi anggaran pada kegiatan tersebut. Terkait pengadaan, permasalahan yang timbul biasanya disebabkan oleh kendala spesifikasi teknis barang dan jasa yang tidak jelas ataupun biaya di lapangan yang tidak sesuai dengan Standar Biaya Umum dan Standar Biaya Khusus yang telah ditetapkan. Hal ini dapat mengakibatkan terbatasnya peserta lelang, pelaksanaan pelelangan ulang, atau bahkan menjadi temuan auditor. Selain itu, kendala lain yang mungkin timbul adalah banyaknya sanggahan dalam proses lelang, kurangnya panitia pengadaan yang bersertifikat, serta kurangnya sosialisasi mekanisme pengadaan barang dan jasa. Lebih lanjut, hal-hal seperti masalah dalam pengadaan dan pembebasan lahan atau tanah, dan tidak seimbangnya risiko 1 Triyono, A (2014). Realisasi Belanja Daerah masih saja Seret. www.kontan.co.id. Diakses melalui http://nasional.kontan.co.id/news/realisasi-belanja-daerah-masih-saja-seret pada 11 Agustus 2014. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 39

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH pekerjaan dengan imbalan yang diterima oleh pejabat pelaksana pengadaan, dapat juga menjadi penghambat proses pengadaan yang dilakukan. Sebagai tambahan, Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan, Agus Suprijanto, mengatakan bahwa masih adanya ketakutan dari aparat pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja mulai awal tahun, disebabkan oleh pemahaman yang lemah terkait implementasi peraturan pengadaan barang dan jasa terbaru. Padahal sekarang sudah ada Perpres 70/2012, yang mengatur bahwa pengadaan sampai Rp5 miliar bisa dilakukan dengan penunjukkan langsung, sehingga bisa lebih mampercepat proses realisasi belanja 2. Sementara itu untuk pos belanja modal, kendala yang dihadapi sering dipengaruhi antara lain oleh keterlambatan dalam tender dan termin pembayaran yang belum jatuh tempo. Selain itu, salah satu faktor terbesar yang menyebabkan rendahnya penyerapan belanja modal pada awal tahun adalah ketidaksiapan aparat dalam menyiapkan dokumen pencairan anggaran. Melalui kajian dan analisis terhadap faktor-faktor penyebab rendahnya penyerapan belanja di awal tahun, diharapkan dapat merubah pola dan kondisi yang selama ini terjadi. Evaluasi kinerja dan kesiapan aparat berdasarkan faktor-faktor tersebut akan mampu mengantisipasi hambatan atau kendala rill yang terjadi di lapangan, yang sebelumnya tidak diperhitungkan dalam melakukan proses penganggaran. Perubahan yang diharapkan adalah terjadinya sebaran yang lebih merata, baik di semester pertama maupun di semester kedua, dengan kata lain diharapkan realisasi belanja tidak mengalami penumpukan pada akhir tahun. Terakhir, monitoring terhadap dana Pemerintah Daerah yang belum digunakan dalam belanja atau pengeluaran pembiayaan menjadi penting untuk diinformasikan secara rutin. Monitoring realisasi penyerapan belanja oleh Pemerintah Daerah sangat penting dilakukan untuk mendorong perencanaan anggaran yang lebih baik, penetapan anggaran yang lebih tepat waktu, serta pelaksanaan program kerja yang lebih disiplin. Dalam hal ini, apresiasi pada pemerintah Provinsi Gorontalo layak diberikan, karena komitmen yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi untuk menyajikan data realisasi anggarannya secara langsung di lobi gedung Kantor Gubernur Provinsi Gorontalo. Namun demikian, akan lebih baik lagi jika realisasi anggaran yang ditampilkan dapat mencapai target yang ditetapkan di awal tahun. 2 Burhani, R. (2013). Kemenkeu Harapkan Realisasi Belanja Triwulan I Tinggi. www.antaranews.com. Diakses melalui http://www.antaranews.com/berita/359863/kemenkeu-harapkan-realisasi-belanja-triwulan-i-tinggi pada 11 Agustus 2014 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH BAB 3 : INFLASI DAERAH Laju inflasi Gorontalo pada triwulan II 2014 relatif terkendali, yaitu tercatat sebesar 5,82% (yoy. Sesuai pola historisnya, inflasi menjelang bulan puasa Ramadhan cenderung meningkat. Realisasi inflasi pada triwulan II 2014 tersebut sesuai dari proyeksi sebelumnya yang berkisar antara 5,43%-6,43% (yoy). Realisasi inflasi Gorontalo pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti tomat sayur, cabai rawit, bawang merah, ayam hidup, cabai merah, dan daging ayam menjadi salah satu faktor penyebab inflasi di triwulan II 2014. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga terjadi pada komoditas ikan segar seperti ikan ekor kuning, ikan cakalang, ikan layang, ikan malalugis, dan ikan tuna. Selain karena pasokan ikan cukup melimpah, penurunan harga pada komoditas ikan-ikanan tersebut juga disebabkan oleh tradisi masyarakat Gorontalo untuk mengkonsumsi daging ayam pada awal bulan puasa, sehingga terjadi penurunan konsumsi ikan. Dari sisi penawaran, kenaikan harga rokok di tingkat penjualan eceran serta kenaikan harga angkutan udara memberikan sumbangan inflasi pada triwulan II 2014. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar Rupiah, meskipun sedikit diminimalkan oleh berlanjutnya penurunan harga komoditas global. 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Secara umum inflasi Gorontalo pada triwulan II 2014 cukup terkendali. Stabilnya inflasi pada triwulan laporan disebabkan karena perkembangan harga komoditas yang relatif stabil meskipun mendapatkan tekanan yang cukup besar pada bulan April 2014. Hal ini dapat dilihat pada laju inflasi bulanan (mtm) Gorontalo pada April, Mei dan Juni 2014 secara berturut-turut adalah sebesar 0,89%, -0,34% dan 0,45%. Pada triwulan II 2014, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,72% (yoy), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 8,72% (yoy), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,61% (yoy), kelompok sandang sebesar 5,43% (yoy), kelompok kesehatan sebesar 6,57% (yoy), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 2,26% (yoy), serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 8,27% (yoy). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 41

No. Tabel 3.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy) Kelompok BAB 3 INFLASI DAERAH 5 Kesehatan 2.22 3.43 3.50 4.64 3.81 2.91 2.83 5.02 5.10 6.39 7.55 5.95 5.68 6.57 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1.18 0.60 3.88 3.96 3.72 4.26 0.88 0.61-0.14 0.04 0.00 0.28 1.81 2.26 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.44 3.36 1.38 2.44 3.18 3.00 2.18 1.74 1.21 3.92 9.18 9.14 12.27 8.27 Umum 5.77 7.11 3.27 4.08 5.90 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.40 5.84 5.10 5.82 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Jika dilihat secara tahunan, maka tingkat inflasi Gorontalo pada akhir triwulan II 2014 adalah sebesar 5,82% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 5,10% (yoy). Inflasi pada triwulan II 2014 tersebut juga searah dengan perkiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 5,43%-6,43% (yoy), serta lebih rendah dari realisasi inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy). 2011 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 Bahan makanan 8.50 12.04-0.70-0.62 1.90 3.58 6.02 6.66 9.62 3.32 0.42 6.61 0.16 3.72 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 8.32 7.44 4.82 7.69 6.00 7.04 7.11 5.48 7.91 6.37 6.18 8.17 6.79 8.72 Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4.21 5.05 6.58 7.85 12.67 10.47 7.59 7.05 1.70 2.82 2.97 3.69 4.62 4.61 4 Sandang 4.14 5.12 12.33 9.78 9.44 7.12 0.44 1.83 1.92 0.90 1.45 1.09 2.70 5.43 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Grafik 3.1. Inflasi Nasional dan Gorontalo % Nasional Gorontalo I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 2013 2014 6.70 5.82 Grafik 3.2. Peta Inflasi Nasional Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Tabel 3.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (mtm) No. Kelompok 2013 2014 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 1 Bahan makanan 6.39 4.79-10.97 1.10 2.78 4.02 0.79-5.01 0.04 2.75-2.12 0.13 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 0.45 0.14 0.98 0.03 1.99 0.74 0.40 0.38 0.17 0.78 0.44 0.71 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.17 0.64 0.25 0.38 0.51 0.38 0.82 0.42 0.02 0.13 0.07 0.30 4 Sandang -0.17 0.50 1.43 0.25-0.19 0.22 0.02-0.42 1.30 0.71 0.30 1.46 5 Kesehatan 0.13 1.11 0.53 0.77 0.34 0.63 0.96 0.28 0.70 0.56 0.60 0.77 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga -0.01 0.09 0.04 0.18 0.02 0.00 0.56 0.39 0.02 0.38-0.02 0.50 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 4.91 0.46-0.17 0.28 0.03 0.03-0.95 0.02 0.88 0.16 0.09 0.47 Umum 2.78 1.89-3.43 0.53 1.35 1.54 0.36-0.98 0.31 0.89-0.34 0.45 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Pada triwulan II 2014 tersebut, kelompok komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,31%, 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH dengan komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi adalah rokok kretek filter. Peningkatan harga rokok tersebut disebabkan oleh adanya pajak rokok yang diberlakukan sejak Januari 2014 yaitu sebesar 10% dari total nilai cukai yang dikenakan. Kelompok komoditas kedua yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi adalah tomat sayur, cabe rawit, bawang merah, ayam hidup dan daging ayam. Sedangkan yang ketiga dari kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan terjadi peningkatan harga pada jasa angkutan udara. Peningkatan laju inflasi tersebut searah dengan peningkatan laju inflasi secara nasional akibat masuknya bulan puasa Ramadhan. Sumbangan inflasi pada kelompok lainnya bisa dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa No Komoditas Andil Inflasi (%) April Mei Juni Triwulan I 2014 1 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0.12 0.07 0.11 0.31 2 Bahan Makanan 0.63-0.48 0.03 0.18 3 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.03 0.02 0.09 0.14 4 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.04 0.02 0.08 0.14 5 Sandang 0.04 0.02 0.08 0.13 6 Kesehatan 0.02 0.03 0.03 0.08 7 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.02 0.00 0.03 0.04 Inflasi Gorontalo (mtm) 0.89-0.33 0.45 - Sumber: BPS (diolah) Tabel 3.4. Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua No Provinsi Provinsi Gorontalo 1 (Gorontalo) Provinsi Papua Barat 2 (Sorong, Manokwari) Provinsi Sulawesi Tenggara 3 (Kendari, Bau-bau) Provinsi Papua 4 (Jayapura, Merauke) Provinsi Sulawesi Barat 5 (Mamuju) Provinsi Sulawesi Selatan 6 (Makassar, Pare-pare, Palopo, Watampone, Bulukumba) Provinsi Sulawesi Utara 7 (Manado) Provinsi Maluku Utara 8 (Ternate) Provinsi Sulawesi Tengah 9 (Palu) Provinsi Maluku 10 (Ambon, Tual) SULAMPUA - (Sulawesi, Maluku dan Papua) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Triwulan II 2014 (mtm) (yoy) (ytd) 0.45 5.82 0.67-0.11 5.27 1.08 0.82 4.84 1.16-0.30 7.40 1.44 0.66 6.65 1.82 0.30 5.92 1.94 0.67 6.26 1.97 1.29 9.75 2.18 0.94 10.37 2.90 0.17 8.85 3.60 0.42 6.68 1.95 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 43

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 BAB 3 INFLASI DAERAH Provinsi Gorontalo menjadi provinsi yang memiliki tingkat inflasi tahun kalender paling rendah dari 10 provinsi yang berada di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua), dengan inflasi sebesar 0,67% (ytd). Sedangkan provinsi yang memiliki inflasi tahun kalender tertinggi di wilayah Sulampua adalah Provinsi Maluku sebesar 3,60% (ytd). Tabel 3.5. Perbandingan Inflasi Kota di Sulampua No Kota Triwulan II 2014 mtm yoy ytd 1 Kendari 0.94 4.21 0.51 2 Gorontalo 0.45 5.82 0.67 3 Manokwari 0.36 3.80 0.83 4 Tual 0.06 5.68 0.83 5 Jayapura (0.44) 6.87 0.85 6 Sorong (0.26) 5.76 1.16 7 Pare-pare 0.39 5.57 1.59 8 Makassar 0.25 5.38 1.77 9 Mamuju 0.66 6.65 1.82 10 Manado 0.67 6.26 1.97 11 Ternate 1.29 9.75 2.17 12 Palu 0.94 10.37 2.90 13 Watampone 0.69 8.14 2.90 14 Bau-bau 0.49 6.58 2.99 15 Bulukumba 0.49 14.10 3.09 16 Palopo 0.41 7.36 3.09 17 Merauke 0.09 8.89 3.10 18 Ambon 0.18 9.14 3.84 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Grafik 3.3. Peta Inflasi Sulawesi Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Jika dilihat dari tingkat inflasi tahun kalender seluruh kota di Sulampua (tabel 3.5), maka Gorontalo menduduki peringkat kedua terendah sebesar 0,67% (ytd) dibawah kota Kendari yang menempati urutan pertama dengan inflasi sebesar 0,51% (ytd). Perkembangan laju inflasi tahun kalender pada triwulan II 2014 tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir di periode yang sama. Laju inflasi kumulatif (ytd) Gorontalo pada triwulan II 2014 di tahun 2011, 2012, dan 2013 berturut-turut sebesar 1,04%, 2,85%, dan 1,17% (tabel 3.6). No. Tabel 3.6. Inflasi Tahun Kalender Menurut Kelompok Barang dan Jasa (ytd) 2011 2012 2013 2014 Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 Bahan makanan -2.66-1.57-1.80-0.62-0.20 2.59 4.77 6.66 2.57-0.62-1.37 6.61-4.22-3.55 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 2.61 3.37 5.12 7.69 1.01 2.75 4.56 5.48 3.33 3.61 5.25 8.17 0.96 2.92 Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.73 2.99 6.70 7.85 6.28 5.49 6.44 7.05 0.97 1.32 2.39 3.69 1.26 1.76 4 Sandang 0.18 2.46 10.59 9.78-0.13-0.02 1.18 1.83-0.04-0.93 0.81 1.09 0.90 3.41 5 Kesehatan 1.57 2.69 3.47 4.64 0.76 1.00 1.68 5.02 0.83 2.31 4.13 5.95 1.95 3.93 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.62 0.24 3.76 3.96 0.39 0.53 0.69 0.61-0.36-0.04 0.08 0.28 0.97 1.85 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.04 0.66 1.60 2.44 0.68 1.21 1.34 1.74 0.16 3.37 8.76 9.14-0.06 0.66 Umum 0.02 1.04 2.89 4.08 1.77 2.85 4.20 5.31 1.65 1.17 2.31 5.84-0.32 0.67 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah)

BAB 3 INFLASI DAERAH Inflasi kelompok core inflation pada triwulan II 2014 berasal dari kenaikan harga beberapa komoditas seperti kayu balokan, daging ayam kampung, sabun detergen, makanan ringan/snack, seragam sekolah anak, biaya sekolah dasar, air kemasan dan bahan pelumas/oli. Sedangakan Inflasi kelompok non-core inflation disumbang oleh kenaikan harga komoditas pada sub kelompok daging dan hasilnya, sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Tekanan inflasi juga disumbang dari kenaikan harga rokok kretek filter, tarif angkutan udara, tarif listrik dan jasa angkutan laut. Perkembangan harga beberapa komoditas di Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Hasil Survei Pemantaun Harga (SPH) No Komoditas Satuan 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II 1 Beras Super Win kg 8,500 8,500 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 Ciheran kg 8,000 8,000 8,500 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 IR 64 kg 7,500 7,500 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 2 Minyak Goreng Kemasan Bimoli liter 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,500 16,500 Curah kg 13,000 12,000 12,000 10,000 11,000 11,000 12,000 13,000 13,500 13,000 3 Daging&telur Daging Sapi kg 75,000 75,000 80,000 80,000 80,000 80,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Daging Ayam ekor/kg 40,000 40,000 45,000 40,000 35,000 45,000 40,000 50,000 40,000 50,000 Telur Ayam Ras butir 1,200 1,200 1,250 1,250 1,250 1,300 1,250 1,250 1,250 1,300 4 Cabe Merah Cabe Rawit kg 20,000 18,000 16,000 40,000 50,000 30,000 20,000 30,000 54,000 30,000 Cabe Keriting kg 10,000 18,000 12,000 20,000 20,000 15,000 10,000 26,000 12,000 10,000 5 Bumbu-bumbuan Bawang Merah kg 14,000 20,000 14,000 20,000 45,000 35,000 28,000 40,000 26,000 36,000 Bawang Putih kg 12,000 22,000 24,000 20,000 70,000 30,000 15,000 15,000 18,000 24,000 Tomat Sayur kg 5,000 5,000 6,000 7,000 8,000 12,000 4,000 10,000 7,000 25,000 6 Ikan Ekor Kuning kg 18,000 20,000 17,000 25,000 23,500 27,000 27,000 35,000 25,000 28,000 Tude/Oci kg 25,000 25,000 19,000 25,000 15,000 22,000 25,000 25,000 20,000 20,000 Malalugis kg 17,500 15,000 22,500 17,500 17,500 13,500 15,000 25,000 12,500 15,000 Cakalang Kg 15,000 15,000 13,000 12,000 10,000 12,500 11,000 17,000 15,000 10,000 Mujair Kg 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 7 Gula Gula Pasir kg 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 12,000 12,000 12,000 11,500 11,000 8 Semen Semen Tonasa sak 70,000 67,500 69,000 70,000 69,000 67,000 68,000 67,000 66,500 67,000 9 Emas Perhiasan 23 Karat 1 Gr 70,000 67,500 69,000 70,000 560,000 505,000 550,000 440,000 530,000 540,000 Sumber: SPH Bank Indonesia Gorontalo Kenaikan harga daging ayam di Gorontalo tersebut dipicu oleh kebiasaan masyarakat Gorontalo yang mengkonsumsi daging ayam di awal bulan puasa. Harga daging ayam ras pada pertengahan triwulan II 2014 meningkat dari Rp40.000/kg menjadi Rp50.000/kg. komoditas tomat sayur, cabe rawit, bawang merah, dan cabe merah. Secara umum, kenaikan harga disebabkan oleh peningkatan permintaan menjelang bulan Ramadhan. SPH Bank Indonesia juga mencatat terjadinya kenaikan daging sapi dan telur ayam ras. Harga daging sapi bahkan menyentuh level Rp100.000/Kg, jauh di atas harga referensi Pemerintah melalui Permendag KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 45

BAB 3 INFLASI DAERAH Nomor 46/M-DAG/KEP/8/2013 yang sebesar Rp76.000,-/kg. Rendahnya realisasi impor (baik untuk sapi hidup maupun daging sapi) mendorong terbatasnya pasokan di domestik dan pada gilirannya menyebabkan harga bertahan pada level yang tinggi dan rawan terjadi gejolak. Sementara kenaikan harga rokok disebabkan oleh adanya Pajak Rokok yang dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Berdasarkan pasal 27 ayat 3 UU No.28/2009, Pajak Rokok dipungut oleh instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai bersama dengan pemungutan cukai rokok. Hasil penerimaan Pajak Rokok tersebut sebesar 70% dibagihasilkan kepada daerah di provinsi yang bersangkutan. Pasca diberlakukannya Pajak Rokok tersebut, industri rokok nasional mulai meningkatkan harga jual mereka, sehingga dampak kenaikan rokok mulai terasa pada triwulan II 2014. Beberapa komoditas lain yang mempengaruhi inflasi pada triwulan II 2014 dapat dilihat dalam tabel 3.8. Tabel 3.8. Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Gorontalo Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas No No No core inflation (%) volatile foods (%) administred prices Inflasi Inflasi Inflasi 1 Kayu Balokan 0.07 1 Tomat Sayur 0.50 1 Rokok Kretek Filter 0.13 2 Daging Ayam Kampung 0.05 2 Cabai Rawit 0.21 2 Angkutan Udara 0.11 3 Sabun Detergen 0.04 3 Bawang Merah 0.21 3 Rokok Kretek 0.02 4 Ikan Bakar 0.04 4 Selar/Tude 0.17 4 Tarip Listrik 0.01 5 Makanan Ringan/Snack 0.03 5 Ayam Hidup 0.12 5 Angkutan Laut 0.01 6 Seragam Sekolah Anak 0.03 6 Mujair 0.04 7 Sekolah Dasar 0.02 7 Cabai Merah 0.04 8 Air Kemasan 0.02 8 Susu Bubuk 0.03 9 Televisi Berwarna 0.02 9 Bawang Putih 0.03 10 Bahan Pelumas/Oli 0.01 10 Daging Ayam Ras 0.02 Deflasi Deflasi 1 Malalugis/Sohiri -0.09 1 Ekor Kuning -0.12 2 Tuna -0.04 2 Cakalang/Sisik -0.10 3 Bubara -0.02 3 Layang/Benggol -0.02 4 Deho -0.02 4 Kangkung -0.02 5 Emas Perhiasan -0.01 5 Beras -0.01 6 Gula Pasir -0.01 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (diolah) Andil (%) Dari sisi eksternal, nilai rupiah pada triwulan II 2014 tercatat sedikit melemah jika dibandingkan dengan triwulan I 2014. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tercatat mengalami pelemahan sebesar -4,72% dari sebelumnya sebesar Rp.11.404,- per USD di akhir triwulan I 2014 menjadi Rp.11.969,- per USD di akhir triwulan II 2014. Ekspektasi inflasi dunia usaha yang diambil melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia tercatat lebih tinggi dari realisasi inflasi pada triwulan I 2014, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 3.5. 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH Grafik 3.4. Ekspektasi Inflasi SKDU Grafik 3.5. Nilai Tukar Rupiah 12 10 (%, yoy) Rp12,250 Rp11,750 12.189 11,969 8 6 4 2 0 6.72 5.82 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Rp11,250 Rp10,750 Rp10,250 Rp9,750 Rp9,250 Rp8,750 9,719 11.404 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perkiraan Inflasi SKDU Realisasi Inflasi Rp8,250 I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 Sementara itu, penyebab kenaikan inflasi transportasi udara pada triwulan II 2014 ditengarai karena adanya penerapan fuel surcharge pada tarif angkutan udara berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2014 tanggal 10 Februari 2014, yang kemudian mulai diterapkan oleh beberapa maskapai penerbangan pada akhir Februari 2014. Fuel surcharge merupakan bea tambahan untuk minyak yang dibebankan kepada penumpang jasa angkutan udara. Latar belakang penerapan kebijakan fuel surcharge di Indonesia pada awal tahun 2014 ini dimaksudkan untuk melindungi industri penerbangan, khususnya maskapai penerbangan, dari kerugian atau bahkan kebangkrutan akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga avtur. Tabel 3.9. Perhitungan Biaya Surcharge Tipe Pesawat Jarak Biaya Tambahan Yang Dibebankan Kepada Penumpang 664 Km Jarak Rute/664 Km x Rp.60.000,- Jet 665 Km- 1.328 Km Jarak Rute/664 Km x Rp.60.000,- x 0,95 1.328 Km Jarak Rute/664 Km x Rp.60.000,- x 0,90 348 Km Jarak Rute/348 Km x Rp.60.000,- Propeller 348 Km- 696 Km Jarak Rute/348 Km x Rp.60.000,- x 0,90 696 Km Jarak Rute/348 Km x Rp.60.000,- x 0,85 Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2014 Adapun peningkatan inflasi tarif listrik pada triwulan II 2014 sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) untuk enam golongan konsumen. Peningkatan inflasi pada jasa angkutan laut terjadi karena PT Pelni melakukan penyesuaian harga tarif angkutan penumpang laut kelas ekonomi dengan rata-rata kenaikan sebesar 20% pada 15 Mei 2014. 3.2 Koordinasi Pengendalian Inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo akan terus berkordinasi untuk menjaga potensi terjadinya gejolak inflasi. Untuk memperkuat koordinasi dalam pengambilan kebijakan terkait inflasi, Pemerintah Provinsi Gorontalo secara aktif terus mendorong KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 47

BAB 3 INFLASI DAERAH pembentukan TPID di tingkat kabupaten/kota. Tercatat hingga triwulan laporan, telah terbentuk 1 (satu) TPID Provinsi dan 6 (enam) TPID di seluruh kabupaten/kota sesuai tabel 3.10. Tabel 3.10. Daftar TPID di Provinsi Gorontalo Dalam rangka menghadapi bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1435 H, TPID Provinsi Gorontalo meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi dengan mengadakan High Level Meeting pada tanggal 1 Juni 2014. Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo serta dihadiri berbagai instansi anggota TPID seperti Biro Perekonomian (P2E), Disperindagkop, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Bulog, Pertamina, BI, BPS, serta beberapa narasumber yaitu Wakapolda, Danlanal, Hiswana Migas, Pengelola Pelabuhan, dan beberapa distributor di Gorontalo. No TPID Dasar Pembentukan 1 TPID Provinsi Gorontalo SK Gubernur Gorontalo No. 422/03/XII/2013 2 TPID Kota Gotontalo SK Walikota Gorontalo No.7/25/I/2014 3 TPID Kab. Gorontalo Utara SK Bupati Gorontalo Utara No. 30 Tahun 2014 4 TPID Kab. Bone Bolango SK Bupati Bone Bolango No. 46/KEP/BUP.BB/101/2014 5 TPID Kabupaten Gorontalo SK Bupati Gorontalo No.201/01.5/II/2014 6 TPID Kab. Pohuwato SK Bupati Pohuwato No.161/I/III/2014 7 TPID Kab. Boalemo SK Bupati Boalemo No.163 Tahun 2014 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BOKS 3: OPTIMISME KONSUMEN MELAMBAT I. PERKEMBANGAN INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN HINGGA TRIWULAN II 2014 Tingkat keyakinan konsumen di Kota Gorontalo terhadap kondisi perekonomian hingga triwulan II 2014 melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan tercatat sebesar 160,27 turun bila dibandingkan dengan kondisi triwulan I 2014 yang sebesar 164,87. Perlambatan IKK tersebut diakibatkan adanya penurunan pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang turun dari sebelumnya 173,07 pada triwulan I 2014 menjadi 165,27 di triwulan II 2014. Sedangkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat meningkat dari sebelumnya 156,67 menjadi 162,77. Grafik 1. Indeks Keyakinan Konsumen 180 170 160 150 140 130 120 110 100 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 165.27 162.77 160.27 IKK, IEK dan IKE diperoleh dari Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Gorontalo dan dilaksanakan secara bulanan dengan melibatkan 120 rumah tangga sebagai responden. Indeks tersebut dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya jika indeks berada dibawah 100 maka berarti pesimis. II. KOMPONEN KEYAKINAN KONSUMEN Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) digunakan untuk mengetahui tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan merupakan gabungan dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE menggambarkan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan kinerja perekonomian saat ini. IKE dibentuk dari indeks penghasilan saat ini, indeks ketersediaan lapangan kerja, serta indeks pembelian barang konsumsi. Sedangkan IEK menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi mendatang. IEK dibentuk dari indeks ekspektasi penghasilan kedepan, indeks ketersediaan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 49

lapangan kerja kedepan serta indeks kondisi ekonomi kedepan. Pada grafik 2 dan grafik 3 dapat dilihat komponen pembentk IKE dan IEK di kota Gorontalo. 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 Grafik 2. Komponen Pembentuk IKE I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Konsumsi 185.80 149.20 145.80 Ketersediaan Lapangan Kerja 190 Grafik 3. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 170 150 130 110 90 I II III IV I II III IV I II III IV 2012 2013 2014 Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan Ketersediaan Lapangan Kerja Kondisi Ekonomi Kedepan 50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN BAB 4 : SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Pada triwulan II-2014, indikator perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Gorontalo tercatat sebesar Rp.3,73 triliun atau tumbuh sebesar 15,08% (y.o.y), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,63% (y.o.y), dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah Giro yang tumbuh 38,61% (y.o.y). Sementara itu penyaluran kredit yang menggambarkan fungsi intermediasi perbankan, tercatat sebesar Rp.7,25 triliun, tumbuh sebesar 14,82% (y.o.y) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,35% (y.o.y) karena perlambatan kredit konsumsi dan naiknya suku bunga kredit. Rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan II 2014 mencapai 194,66%. Sementara itu rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) relatif baik yaitu 3,30%, sedangkan khusus UMKM NPLs tercatat sebesar 9,26%. 4.1 FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN Jumlah bank yang beroperasi di Gorontalo hingga saat ini sebanyak 17 bank umum dan 4 BPR yang tersebar di 6 kabupaten/kota di Gorontalo, belum ada tambahan bank baru pada triwulan II 2014. Total aset bank umum hingga triwulan II 2014 mencapai Rp7,51 triliun (grafik 4.1). Aset bank tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat Rp7,08 triliun, namun pertumbuhannya relatif melambat seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan kredit. Pada triwulan II 2014 angka LDR tercatat sebesar 194,66% menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan Gorontalo secara umum berjalan baik. Angka LDR ini sedikit mengalami penurunan dibanding triwulan I 2014 yang tercatat 197,67%, antara lain dipengaruhi oleh adanya perlambatan pertumbuhan kredit perbankan (grafik 4.2). Secara umum, LDR tersebut masih tergolong tinggi karena angka di atas 100% merefleksikan bahwa sebagian dana yang disalurkan oleh perbankan Gorontalo bersumber dari dana antar kantor bank di luar Gorontalo. Penyaluran kredit yang cukup progresif, perlu diimbangi dengan ekspansi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar LDR tetap terjaga pada level yang baik bagi operasional perbankan. Untuk itu, diperlukan upaya berkelanjutan dalam mendorong peningkatan penghimpunan dana antara lain melalui Gerakan Indonesia Menabung sebagai bagian dari edukasi perbankan kepada masyarakat dalam merencanakan masa depan yang lebih baik. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 51

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Gorontalo Grafik 4.2. Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - ASET (Rp. Juta) Growth ASET (%) 35% 7,512,317 30% 25% 20% 15% 15.77% 10% 5% 0% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% LDR Aset Kredit DPK 212.00% 197.67% 194.66% 14.82% 250% 200% 150% 15.77% 100% 15.08% 50% 0% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 4.2 PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA Jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Gorontalo hingga triwulan II 2014 mencapai Rp3,73 triliun atau tumbuh sebesar 15,08%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,63% (grafik 4.3). Dilihat dari komposisinya, dana pihak ketiga perbankan terbesar bersumber dari jenis tabungan yang mencapai Rp1,90 triliun (51,11%). Sementara jenis deposito dan giro masing-masing hanya sebesar Rp1,15 triliun (30,89%) dan Rp670,63 miliar (18,00%) dari total dana yang dihimpun (grafik 4.4). Penghimpunan DPK perbankan di Gorontalo pada triwulan II 2014 mengalami pertumbuhan positif terutama disumbang oleh jenis Giro yang tercatat tumbuh 38,61% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 0,80% (y.o.y). Hal tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya giro milik pemerintah daerah terkait adanya droping dana dari pusat yaitu Rp304,99 miliar menjadi Rp383,99 miliar pada triwulan II 2014. Hal lain adalah meningkatnya imbal jasa dana sebagaimana tercermin dari angka suku bunga giro rata-rata tertimbang yang meningkat dari 1,37% menjadi 1,44% pada triwulan II 2014. Respon suku bunga ini antara lain tercermin dari meningkatnya rata-rata saldo giro dari Rp.70,21 juta menjadi Rp84,80 juta pada triwulan II 2014. Komponen lain yang mendorong pertumbuhan DPK adalah deposito yang tumbuh 22,14%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,16%. Kenaikan imbal jasa berupa suku bunga deposito diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya jumlah deposito pada perbankan di Gorontalo. Suku bunga deposito rata-rata tertimbang meningkat dari 6,77% menjadi 7,30% pada triwulan II 2014. Respon suku bunga ini antara lain tercermin dari meningkatnya rata-rata saldo deposito dari Rp.263,54 juta menjadi Rp315,59 juta pada triwulan II 2014. Adapun tabungan, tercatat tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 7,81% menjadi 5,13% (y.o.y), yang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan sehubungan dengan adanya libur sekolah dan menjelang tahun ajaran baru, dan adanya puasa dimana pengeluaran relatif meningkat. 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan Gorontalo Grafik 4.4. Share Komponen DPK Perbankan Gorontalo 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - DEPOSITO (Rp. Juta) TABUNGAN (Rp. Juta) GIRO (Rp. Juta) Growth DPK (%) 30% 25% 1,903,764.11 20% 15.08% 15% 10% 5% 0% Giro Deposito Tabungan Rp1,903,764 ; 51% Rp670,626 ; 18% Rp1,150,638 ; 31% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 4.3 PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Fasilitas kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan Gorontalo pada triwulan II 2014 tercatat Rp7,25 triliun atau tumbuh sebesar 14,82% (y.o.y) seperti terlihat pada grafik 4.5. Pertumbuhan kredit tersebut mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,35% (y.o.y) karena kredit konsumsi yang memiliki share terbesar terhadap kredit, tumbuh melambat dari 24,23% (y.o.y) pada triwulan I 2014 menjadi 21,74% (y.o.y) pada triwulan II 2014. Kenaikan suku bunga kredit diperkirakan turut mempengaruhi perlambatan tersebut sebagaimana tercermin dari suku bunga kredit rata-rata tertimbang yang naik dari 12,85% pada bulan Maret 2014 menjadi 12,88% pada bulan Juni 2014. Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut juga diperkirakan sebagai bagian dari langkah prudensial perbankan karena adanya kecenderungan naiknya rasio kredit bermasalah sejak triwulan IV 2013 dimana pada triwulan II 2014 telah mencapai 3,88%. Kredit bermasalah tertinggi adalah kredit investasi yang tercatat sebesar 14,82%. Berdasarkan komposisinya, kredit perbankan di Gorontalo masih dominan disalurkan pada jenis kredit konsumsi yaitu sebesar 64,78% dari total kredit perbankan yang mencapai Rp7,25 triliun. Sementara jenis kredit produktif yaitu investasi dan modal kerja masing-masing hanya memiliki share sebesar 6,22% dan 29,00% dari total kredit perbankan di Gorontalo. Adanya momen lebaran dimana pembelian furniture masyarakat meningkat, diperkirakan menjadi faktor yang turut mempengaruhi meningkatnya permintaan dan share kredit konsumsi dibandingkan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 62,69% (grafik 4.6). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 53

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II 5,000,000 4,000,000 Grafik 4.5. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan MODAL KERJA (Rp. Juta) KONSUMSI (Rp. Juta) INVESTASI (Rp. Juta) Growth KREDIT 4,697,176 40% 35% 30% Grafik 4.6. Share Kredit Penggunaan Perbankan Gorontalo Investasi Modal Kerja Konsumsi 3,000,000 25% 6.23% 2,000,000 1,000,000 2,102,609 14.82% 451,505 20% 15% 10% 5% 29.00% - 0% 64.78% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Penyaluran kredit konsumsi (rumah tangga) seperti terlihat pada grafik 4.5 menunjukkan perlambatan dari 24,23% (y.o.y) pada triwulan I 2014 menjadi 21,74% (y.o.y) pada triwulan II 2014. Hal tersebut terutama terjadi pada kredit multiguna yang mengalami kontraksi sebesar 17,90% (y.o.y) pada triwulan II 2014. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga terkontraksi 7,88% pada triwulan II 2014 (grafik 4.8). Sementara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mengalami perlambatan pertumbuhan dari 60,29% (y.o.y) pada triwulan I 2014 menjadi 49,06% (y.o.y) pada triwulan II 2014. Perlambatan pertumbuhan KPR dan KKB tersebut antara lain dipengaruhi oleh adanya kebijakan Loan to Value (LTV) yaitu menaikkan prosentase uang muka debitur untuk fasilitas pembelian perumahan atau kendaraan bermotor dari 20% menjadi 30%. Perlambatan tersebut juga merupakan salah satu respon upaya perbaikan perbankan terkait dengan kecenderungan naiknya rasio NPLs kredit rumah tangga yaitu dari 1,00% menjadi 1,23% dari total kredit rumah tangga sebesar Rp4,69 triliun. Dari total kredit konsumsi (rumah tangga) yang telah disalurkan pada triwulan II 2014 sebanyak Rp4,69 triliun, kredit multiguna memiliki pangsa sebesar 26,43% (Rp1,24 triliun), kemudian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memiliki pangsa sebesar 16,83% (Rp.790,30 miliar), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 4,05% (Rp190,09 miliar), dan selebihnya kredit pembelian perlengkapan dan kredit konsumsi lainnya (grafik 4.7). Grafik 4.7. Kredit Rumah Tangga Menurut Penggunaannya Grafik 4.8. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga 3,000,000 2,500,000 2,000,000 Rp. juta) KPR PERLENGKAPAN LAINNYA KKB MULTIGUNA 2,190,202 1600.00% 1400.00% 1200.00% 1000.00% KPR KKB PERLENGKAPAN MULTIGUNA 1,500,000 1,000,000 500,000 1,309,697 624,558 800.00% 600.00% 400.00% 200.00% 38.96% -7.88% 49.06% - 0.00% -200.00% -17.90% 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Penyaluran kredit produktif yakni modal kerja dan investasi (Rp2,55 triliun) kepada sektor ekonomi di Gorontalo hingga triwulan II 2014 masih didominasi oleh sektor perdagangan dengan pangsa sebesar 76,28% dari total kredit produktif yang disalurkan perbankan Gorontalo, diikuti oleh sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 5,58% (grafik 4.10). Permintaan kredit pada kedua sektor tersebut antara lain karena adanya faktor musiman seperti libur sekolah dan puasa, serta adanya realisasi proyek pemerintah dan swasta yang mulai dikerjakan pada triwulan II 2014. Sementara itu, kredit sektor primer yang meliputi pertanian, perikanan, dan pertambangan tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 3,50%, 0,89%, dan 0,20% dari total kredit produktif. Kondisi tersebut merefleksikan masih perlunya optimalisasi peran perbankan dalam kredit/pembiayaan kepada sektor primer, tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip perbankan yang sehat. Grafik 4.9. Penyaluran Kredit Perbankan Menurut Penggunaan Grafik 4.10. Kredit Produktif Sektor Ekonomi dengan Share Terbesar 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000-4,697,176 60% 50% 40% 30% 2,554,114 20% 10% 0% 3.95% -10% -20% 1.88% 3.50% 3.09% 5.58% PERTANIAN INDUSTRI KONSTRUKSI TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 KREDIT KONSUMTIF (Rp. Juta) KREDIT PRODUKTIF (Rp. Juta) Growth KREDIT PRODUKTIF (%) 76.28% PERDAGANGAN AKOMODASI Dilihat dari aspek pertumbuhan, secara umum kredit produktif yang disalurkan kepada sektor ekonomi di Gorontalo pada triwulan II 2014 menunjukkan perlambatan dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 4.9). Perlambatan pertumbuhan kredit produktif tersebut antara lain dipengaruhi oleh adanya perlambatan pertumbuhan kredit sektor perdagangan. Kredit sektor perdagangan pada triwulan II 2014 tercatat mencapai Rp1,95 triliun dengan pertumbuhan mencapai 7,08% (y.o.y) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 18,58% (y.o.y). Dari hasil pendalaman melalui liaison yang dilakukan pada salah satu perusahaan perdagangan di Gorontalo, diperoleh informasi bahwa omzet perdagangan pada triwulan II 2014 masih stabil namun relatif lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Kredit sektor perdagangan yang tumbuh melambat tersebut (grafik 4.12) searah dengan pertumbuhan PDRB sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang juga melambat dari 11,16% (y.oy) menjadi 11,05% (y.o.y) pada triwulan II 2014. Untuk sektor pertanian, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp89,27 miliar. Kredit sektor ini tercatat hanya tumbuh 35,39% (y.o.y) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 37,26% (y.o.y). Sementara sektor konstruksi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 55

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II tercatat tumbuh positif yaitu sebesar 19,38% dengan jumlah kredit mencapai Rp142,49 miliar. Pertumbuhan kredit konstruksi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 13,29% (y.o.y) yang didorong oleh adanya realisasi beberapa proyek pemerintah dan swasta pada triwulan II 2014 antara lain pekerjaan jalan lingkar Gorontalo, dan pekerjaan awal terminal Bandara Jalaluddin. Perkembangan kredit produktif berdasarkan nominal dan pertumbuhan tahunan (y.o.y) dapat dilihat pada grafik 4.11 dan 4.12 berikut ini. Grafik 4.11.Kredit Produktif Tiga Sektor Terbesar Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Sektor Terbesar 3,000,000 2,500,000 Rp. juta KONSTRUKSI PERDAGANGAN PERTANIAN TOTAL KREDIT PRODUKTIF 2,554,114.21 120% 100% gpertanian gperdagangan gkonstruksi gkredit PRODUKTIF 2,000,000 1,948,404 80% 1,500,000 60% 1,000,000 40% 35.39% 500,000-142,486 20% 0% 7.08% 19.38% 3.95% -20% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014-40% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 4.4 KREDIT SEKTOR USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Gorontalo pada triwulan II 2014 mencapai Rp2,28 triliun (Grafik 4.13). Kredit UMKM tersebut tumbuh sebesar 2,80% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 14,27% (yoy). Kredit produktif bagi UMKM yang tercatat Rp2,28 triliun tersebut memiliki share sebesar 31,44% dari total kredit yang disalurkan perbankan di Gorontalo (grafik 4.14). Grafik 4.13. Jumlah & Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.14. Perkembangan Share Kredit UMKM 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - TOTAL UMKM (Rp. Juta) Growth UMKM (%) 60% 50% 2,279,503 40% 30% 20% 10% 0% 2.80% -10% -20% -30% -40% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Share UMKM (%) 35.11% 33.26% 31.44% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Kelompok usaha yang terbanyak memperoleh kredit UMKM adalah usaha kecil yang tercatat sebesar Rp870,11 miliar atau memiliki porsi sebesar 38,17% dari total kredit. Sedangkan kredit mikro dan menengah masing-masing tercatat Rp600,73 miliar atau 22,40% dan Rp808,66 miliar atau 35,48% (grafik 4.15). Salah satu bentuk kredit UMKM yang disalurkan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana sampai dengan triwulan II 2014 total KUR yang telah disalurkan tercatat sebesar Rp803,64 miliar dengan jumlah penerima mencapai 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 69.919 debitur. Outstanding atau baki debet KUR posisi triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp232,23 miliar. Penyaluran skim kredit KUR pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 36,24% (y.o.y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 28,99% (grafik 4.16). Melihat trend selama 2 tahun terakhir dan kondisi perekonomian Gorontalo yang tumbuh rata-rata di atas 7%, kredit kepada UMKM Gorontalo dinilai masih memiliki prospek yang baik. Grafik 4.15. Kredit UMKM Menurut Kelompok Grafik 4.16. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 KECIL (Rp. Juta) MENENGAH (Rp. Juta) MIKRO (Rp. Juta) 870,109 808,660 600,734 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 KUR (Rp. Juta) Growth KUR (%) 300% 222,204 250% 200% 150% 100% 50% 31.54% 0% 0 0-50% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Dalam rangka mendorong penyaluran kredit kepada UMKM, telah dilakukan berbagai upaya antara lain pengembangan klaster dan kewirausahaan dalam rangka memfasilitasi perbaikan pengelolaan usaha sekaligus menyiapkan pelaku UMKM agar nantinya siap dan layak memperoleh pembiayaan perbankan. Pada tahun 2014 dilakukan pengembangan klaster sapi dan program kewirausahaan, setelah pada tahun 2011-2013 mengembangkan klaster karawo dan kewirausahaan. Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Bank Indonesia dan pihak lainnya terkait program klaster dan kewirausahaan antara lain berupa pemberian pelatihan dan pendampingan untuk penguatan kelompok dan peserta program, fasilitasi akses pemasaran melalui pameran dan lainnya, serta pemberian bantuan sarana produksi atau modal. 4.5 RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan tercermin dari indikator rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 3,88% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 3,30% (grafik 4.17). Naiknya angka NPLs tersebut seiring dengan semakin menurunnya kualitas kredit produktif yaitu investasi dan modal kerja dengan NPLs sebesar 8,77%. Sementara untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financings (NPFs) tercatat kualitas pembiayaannya juga menurun dari 4,22% pada triwulan I 2014 menjadi sebesar 7,75% pada triwulan II 2014. Berdasarkan jenis penggunaan, penyumbang kredit bermasalah terbesar adalah jenis kredit investasi yaitu sebesar 14,82%, selanjutnya adalah kredit modal kerja yang tercatat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 57

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II 7,47%, sedangkan kredit konsumsi merupakan yang terendah dengan NPLs tercatat sebesar 1,23%. Untuk kredit konsumsi menurut peruntukannya, seluruhnya memiliki rasio batas wajar (dibawah 5%), dengan NPLs tertinggi pada kredit konsumsi jenis KPR yang tercatat memiliki NPLs sebesar 3,52%. Gambaran kualitas kredit berdasarkan jenis penggunaan dapat dilihat pada grafik 4.17 dan 4.18. Grafik 4.17. Rasio NPLs Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.18. Rasio NPLs Kredit Konsumsi Menurut Peruntukannya 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% NPLs Total NPLs Modal Kerja NPLs Investasi NPLs Konsumsi 9.02% 6.65% 3.30% 1.00% 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - NPLs KPR NPLs PERLENGKAPAN NPLs LAINNYA NPLs KKB NPLs MULTIGUNA NPLs TOTAL RUMAH TANGGA 3.52 2.42 1.23 (2.00) 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Secara sektoral, masih terdapat 3 sektor yang memiliki rasio kredit bermasalah di atas batas wajar sebesar 5% yaitu sektor konstruksi, perdagangan dan pertanian. Pada triwulan II 2014, rasio kredit bermasalah terbesar ada pada sektor konstruksi yaitu sebesar 33,16%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,79%. Sementara kredit bermasalah pada sektor perdagangan dan sektor pertanian pada triwulan II 2014 tercatat masing-masing sebesar 7,61% dan 7,27%. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 4.19. Grafik 4.19. Rasio NPLs Berdasarkan Sektor Ekonomi Utama 35% 30% NPLs Pertanian NPLs Perdagangan NPLs Konstruksi NPLs TOTAL SEKTOR 33.16% 25% 20% 15% 10% 7.61% 5% 7.27% 0% 3.88% -5% 2011 2012 2013 2014 Adapun kualitas kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Gorontalo juga masih perlu mendapat perhatian karena sejak triwulan IV 2013 berada di atas batas wajar NPLs sebesar 5% dan cenderung menunjukkan peningkatan. Rasio kredit UMKM triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,26%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,62%. Penyumbang naiknya NPLs kredit UMKM tersebut adalah kredit usaha menengah 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN dengan NPLs sebesar 13,71% dan kredit usaha kecil sebesar 9,00%, sedangkan kualitas kredit usaha mikro relatif baik dengan NPLs sebesar 3,66% (grafik 4.20). Grafik 4.20. Rasio NPLs Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 15% 10% 5% 0% NPLs UMKM (%) NPLs MIKRO (%) NPLs KECIL (%) NPLs MENENGAH (%) 13.71% 9.26% 9.00% 3.66% TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 59

Halaman ini sengaja dikosongkan 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Jumlah uang masuk (inflow) pada triwulan II 2014 sebesar Rp776,18 milyar sedangkan uang keluar (outflow) sebesar Rp.833,26 milyar, sehingga peredaran uang tunai di Gorontalo pada triwulan II 2014 mengalami net outflow sebesar Rp57,07 milyar. Besarnya jumlah uang kartal yang beredar tersebut seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk melakukan transaksi dalam aktivitas ekonomi. Meskipun jumlah uang beredar mengalami peningkatan, namun penemuan uang palsu relatif kecil, hanya ditemukan 1 (satu) lembar uang palsu pecahan Rp100.000,- pada triwulan II 2014. Perkembangan sistem pembayaran secara non-tunai pada triwulan II 2014 menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat pada aktivitas transaksi kliring yang meningkat 15,83% (qtq) dari Rp.401.09 milyar pada triwulan I-2014 menjadi Rp.464,59 milyar pada triwulan II 2014. Sedangkan aktivitas transaksi melalui RTGS meningkat sebesar 2,27% (qtq) dari sebelumnya Rp.2,22 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp.2,27 triliun pada triwulan II 2014. Salah satu fungsi dan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah melalui UU. No.3 tahun 2004 dan UU. No. 6 tahun 2009 yaitu mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran. Namun, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo belum dapat melakukan fungsi dan tugas tersebut. Penyelenggaraan aktivitas pengelolaan sistem pembayaran hingga saat ini masih dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang bekerjasama dengan salah satu bank milik pemerintah untuk melaksanakan fungsi Kas Titipan dan Penyelenggara Kliring Lokal. Sistem pembayaran sendiri dapat diartikan sebagai seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tersebut dapat dilakukan baik secara tunai maupun non-tunai. Pembayaran secara tunai dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non-tunai dilakukan dengan cara kliring ataupun dengan menggunakan real time gross settlement (RTGS). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 61

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Setoran-Bayaran (Rp.Juta) Netflow (Rp.Juta) 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Pada triwulan II 2014, jumlah uang kartal yang masuk ke kas titipan Bank Indonesia (inflow) turun sebesar -5,21% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp.818,81 miliar menjadi sebesar Rp.776,18 miliar. Menurunnya jumlah nominal uang yang masuk ke kas titipan Bank Indonesia pada triwulan II 2014 sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi di Gorontalo akibat masuknya bulan Ramadhan 1435 H. Sementara itu, outflow atau jumlah uang yang keluar dari kas titipan Bank Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 63,08% (qtq) dari sebelumnya sebesar Rp.510,94 miliar di triwulan I-2014 menjadi Rp.833,26 miliar pada triwulan II 2014. Peningkatan aliran uang yang keluar (outflow) tersebut disebabkan oleh mulai terealisasikannya proyek-proyek pemerintah di tahun 2014 dan datangnya bulan Ramadhan 1435 H, sehingga uang yang beredar di masyarakat relatif meningkat. Dengan demikian, Gorontalo mengalami net outflow sebesar Rp.57,07 miliar pada triwulan II 2014. Jika dilihat secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan Mei 2014 yang mencapai Rp.34,80 miliar (Grafik 5.1 dan Grafik 5.2). Grafik 5.1 Perkembangan Net Flow Secara Bulanan 500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000-200,000 150,000 100,000 50,000 - (50,000) (100,000) (150,000) 2012 2013 2014 inflow outflow Net Flow 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 400 300 (milyar rupiah) Grafik 5.2 Net Inflow/Outflow Gorontalo 200 100 0-100 -200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 2011 2012 2013 2014-300 Sumber: Bank Indonesia 5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN Meskipun jumlah uang yang beredar di Provinsi Gorontalo pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan, namun penemuan uang palsu tidak banyak, dimana hanya ditemukan 1 (satu) lembar uang pecahan Rp100.000,- yang terindikasi palsu di kas titipan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo. Meski peredaran uang palsu di Gorontalo tidak terlalu signifikan, masyarakat Gorontalo diharap tetap perlu berhati-hati dalam melakukan transaksi atau melakukan kegiatan ekonomi lainnya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat, sehingga Bank Indonesia selaku otoritas dalam sistem pembayaran secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat. Salah satu program yang terus disosialisasikan oleh Bank Indonesia adalah tagline 3D (dilihat, diraba, diterawang) yang selanjutnya dikembangkan lagi dengan pengertian yang baru yaitu Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat maupun distaples. Dalam menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). 5.2 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Berkembangnya perekonomian Indonesia termasuk di Gorontalo berdampak pada peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap keamanan, kehandalan dan ketepatan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran non-tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara lebih efisien, efektif dan aman. Dalam rangka mitigasi risiko dalam KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 63

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG sistem pembayaran nasional, Bank Indonesia telah mengembangkan sistem setelmen (sistem penyelesaian transaksi) yaitu Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) dan Sistem Kliring Nasional (SKN). BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik. Sementara SKN merupakan kliring antar bank untuk alat pembayaran cek, Bilyet Giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. 5.2.1 KEGIATAN KLIRING Penyelenggaraan kliring diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring Nasional (SKN) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010. SKN-BI adalah sistem transfer elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. SKN-BI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp.100 juta. Penyelenggaraan kliring di Gorontalo dilaksanakan oleh penyelenggara kliring lokal (PKL) selain BI, yaitu kantor bank yang telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, dalam hal ini PKL di Gorontalo dilaksanakan oleh salah satu bank milik pemerintah.. Perkembangan kliring di Gorontalo selama triwulan II 2014 menunjukkan adanya peningkatan aktifitas jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 17.321 lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp.464,59 miliar atau meningkat baik secara volume maupun nominalnya masing-masing sebesar 8,75% dan 15,83% (qtq) dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang sebanyak 15.927 lembar dengan nominal sebesar Rp.401,09 miliar. KETERANGAN Perputaran Kliring Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Gorontalo 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II a. Lembar 17,673 17,286 17,809 18,192 17,121 18,781 19,509 15,576 15,927 17,321 b. Nominal (Rp miliar) 396.15 423.53 423.45 470.09 455.05 512.04 561.42 393.04 401.09 464.59 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 280.52 278.92 292.04 303.36 285.78 298.15 308.70 258.06 265.45 274.94 b. Nominal (Rp miliar) 6.29 6.83 6.93 7.86 7.62 8.14 8.92 6.50 6.68 7.37 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.16 0.82 1.00 1.12 1.06 0.90 1.53 1.33 1.26 1.60 b. Nominal (%) 1.57 0.90 1.03 1.46 1.16 1.31 1.68 1.23 1.82 1.46 Sumber: Bank Indonesia 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Pada Triwulan II 2014 terdapat 63 hari transaksi kliring, dimana rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro selama triwulan laporan tercatat 1,60% dari rata-rata lembar warkat kliring yang dikliringkan per hari atau meningkat dari rata-rata penolakan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 1,26% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan. Meski rata-rata jumlah persentase lembar cek/bilyet giro yang ditolak mengalami peningkatan. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan lembar cek/bg yang ditransaksikan pada sistem kliring nasional mengalami penolakan, berdasarkan PBI No.12/5/PBI/2010 tentang SKNBI yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2. Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Persentase Rata-rata Penolakan 600 550 500 450 400 350 300 (milyar) (lembar) 464.59 17,321 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Nominal Jumlah Warkat Kliring (skala kanan) 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 (%) 1.60 1.46 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Nominal Jumlah Warkat Kliring (skala kanan) Sumber: Bank Indonesia Tabel 5.2 Alasan Penolakan pada Cek/BG dalam SKN-BI No. Alasan Penolakan 1 Saldo rekening giro atau rekening khusus tidak cukup 2 Rekening giro atau rekening khusus telah ditutup 3 Unsur cek/syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal penarikan 4 Unsur cek tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan penarik 5 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama dan nomor rekening giro Pemegang 6 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama bank penerima 7 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-lengkapnya 8 9 10 Syarat formal bilyet giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan, nama jelas dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel Bilyet giro diunjukkan sebelum tanggal penarikan atau sebelum tanggal efektif, atau tanggal efektif dicantumkan tidak dalam tenggang waktu pengunjukan Cek dan/atau bilyet giro dibatalkan oleh penarik setelah berakhirnya tenggang waktu pengunjukan berdasarkan surat pembatalan dari penarik 11 Cek dan/atau bilyet giro sudah kadaluarsa 12 Perubahan teks/perintah yang telah tertulis pada Bilyet Giro tidak ditandatangani oleh Penarik. 13 Tanda tangan tidak cocok dengan spesimen. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 65

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Lanjutan Tabel 5.2 No. Alasan Penolakan 14 Bank Penagih bukan merupakan Bank penerima yang disebut dalam Cek Silang Khusus atau Bilyet Giro sebagai Bank penerima Dana. 15 Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang atau dicuri (harus dilampiri dengan surat keterangan dari kepolisian). Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang karena diduga 16 terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Penarik (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang). 17 Rekening Giro diblokir oleh instansi yang berwenang (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang). 18 Perintah dalam DKE Debet tidak sesuai dengan perintah dalam Warkat Debet yang bersangkutan. 19 Penerimaan DKE Debet tidak disertai dengan penerimaan fisik Warkat Debet. 20 Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu/dimanipulasi. 21 Warkat Debet yang diterima oleh Bank Tertarik bukan ditujukan untuk Bank Tertarik. 22 Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain. 23 Nota Debet tidak sesuai dengan ketentuan dan/atau perjanjian yang mendasarinya. Sumber: Bank Indonesia 5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator) sistem BI-RTGS, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman dan handal. 2. memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut. 3. memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta. 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi Melalui RTGS di Gorontalo KETERANGAN 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Dari Gorontalo ke Luar Daerah (from) a. Volume Transaksi 2,189 2,886 2,907 3,077 2,224 2,711 2,620 2,938 2,200 2,454 b. Nominal (Rp miliar) 626.50 828.97 782.39 1,010.21 666.37 847.99 955.64 1,044.09 778.75 811.19 Dari Luar Daerah Ke Gorontalo (to) a. Volume Transaksi 1,434 1,832 1,846 2,112 1,442 1,870 1,927 2,096 1,560 1,796 b. Nominal (Rp miliar) 788.46 1,231.93 1,171.26 1,527.27 1,322.40 1,387.23 1,647.23 1,665.89 1,173.10 1,189.16 Transaksi di dalam Gorontalo (From - To) a. Volume Transaksi 543 792 820 905 431 603 620 698 456 550 b. Nominal (Rp miliar) 222.10 280.15 240.28 307.64 161.61 215.54 311.02 321.86 270.47 272.38 Total Transaksi RTGS a. Volume Transaksi 4,166 5,510 5,573 6,094 4,097 5,184 5,167 5,732 4,216 4,800 b. Nominal (Rp miliar) 1,637.06 2,341.05 2,193.93 2,845.12 2,150.38 2,450.76 2,913.89 3,031.84 2,222.32 2,272.73 Sumber: Bank Indonesia Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank. Keanggotaan peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. Peserta Langsung adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas Peserta Langsung. Dalam pengisian instruksi transfer, peserta wajib memenuhi ketentuan mengenai prinsip pengenalan nasabah (know your customer principles) dan aturan mengenai tindak pidana pencucian uang (anti money laundering). Untuk itu, identitas mengenai data nasabah pengirim dan penerima transfer melalui BI-RTGS harus diisi secara lengkap dan benar. Grafik. 5.5 Perkembangan Total Nominal Transaksi RTGS di Gorontalo 3500 (milyar rupiah) (yoy) 35% 3000 30% 25% 2500 20% 2000 15% 1500 10% 1000 5% 0% 500-5% 0-10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 2013 2014 (From-To) (to) (from) Pertumbuhan (yoy, skala kanan) Sumber : Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 67

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Grafik 5.6 Perkembangan Total Volume Transaksi RTGS di Gorontalo 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 (volume transaksi) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (yoy) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Sumber : Bank Indonesia 2010 2011 2012 2013 2014 (From-To) (to) (from) Pertumbuhan (yoy, skala kanan) Pada triwulan II 2014, total transaksi RTGS di Gorontalo sebesar Rp.2,27 triliun dengan jumlah total volume transaksi sebanyak 4.800 transaksi. Total nominal transaksi tersebut lebih rendah -7,26% (yoy) dari triwulan yang sama di tahun 2013 yang sebesar Rp.2,45 triliun rupiah dengan 5.184 transaksi. Total volume transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar sebesar -7,41% (yoy) dari sebelumnya sebanyak 5.184 transaksi di triwukan II 2013 turun menjadi 4.800 transaksi di triwulan II 2014 (Grafik 5.5). Penurunan volume transaksi tersebut terjadi di seluruh jenis transaksi, baik yang dari Gorontalo (from), dari luar daerah Gorontalo (to), maupun transaksi di dalam Gorontalo (from-to). Namun bila dilihat secara triwulanan, volume transaksi RTGS di triwulan II 2014 tersebut sedikit mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan I 2014. Peningkatan tersebut sesuai dengan data historisnya dimana akan terjadi peningkatan transaksi hingga akhir tahun karena mulai berjalannya transaksi dari proyek swasta ataupun pemerintah. 68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di awal tahun 2014, kondisi ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo mengalami perbaikan. Tingkat pengangguran terbuka pada bulan Februari 2014 tercatat sebesar 2,44% atau menurun bila dibandingkan bulan Februari 2013 yang sebesar 4,51%. Sebagian besar penduduk masih bekerja di sektor pertanian dengan pangsa mencapai 33,34% dari total penduduk yang bekerja. Kesejahteraan petani juga meningkat meskipun relatif kecil, yang terindikasi dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 101,10 pada triwulan I 2014 menjadi 101,98 pada triwulan II 2014. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 juga membaik dibandingkan tahun sebelumnya, dari 70,82 menjadi 71,28. Kondisi yang membaik juga ditunjukkan oleh penurunan jumlah penduduk miskin. Pada bulan Maret 2014, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,44%, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Maret 2013 yang sebesar 17,51%. Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan angka Rasio Gini nasional yang sebesar 0,41%. 6.1. KETENAGAKERJAAN Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada bulan Februari 2014 tercatat sebanyak 785.923 jiwa, atau meningkat 1,61% (yoy) dibandingkan bulan Februari 2013 yang sebanyak 773.433. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja hingga 4,94%, (yoy) dari 496.112 jiwa pada bulan Februari 2013 menjadi 520.643 jiwa pada bulan Februari 2014. Hal ini juga didorong oleh menurunnya jumlah bukan angkatan kerja dari 277.321 jiwa menjadi 265.280 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja dari 473.753 jiwa menjadi 507.939 jiwa atau meningkat hingga 7,22% (yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami penurunan dari 22.359 jiwa pada bulan Februari 2013 menjadi 12.704 jiwa pada bulan Februari 2014. Hal ini dipengaruhi oleh shifting komponen bukan angkatan kerja, yaitu pengurus rumah tangga, yang beralih menjadi angkatan kerja sehingga menyebabkan penurunan hingga 13,72%. Pertumbuhan ekonomi yang kondusif pada triwulan IV 2013 dan triwulan I 2014 berpengaruh pada perbaikan tingkat pengangguran. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah pengangguran angkatan kerja dari 22.359 jiwa pada bulan Februari 2013 menjadi 12.704 jiwa pada bulan Februari 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka juga ikut mengalami perbaikan dari 4,51% menjadi 2,44%. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Gorontalo cukup berkualitas. Namun demikian, terdapat kondisi ketenagakerjaan di Gorontalo yang perlu mendapat perhatian, karena peningkatan jumlah pekerja dipengaruhi oleh jumlah KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 69

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN pekerja paruh waktu yang naik mencapai 18% (yoy). Oleh karena itu, kualitas lapangan kerja yang tersedia juga harus diperhatikan oleh Pemerintah sehingga angka pengangguran dapat semakin berkurang. Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo 800,000 jiwa % 66.25 jiwa 500,000 % 6 600,000 400,000 200,000 - Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb 2011 2012 2013 2014 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Ke 400,000 300,000 200,000 100,000-2.44 Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb 2011 2012 2013 2014 Bekerja Tidak Bekerja Tingkat Pengangguran Terbuka 5 4 3 2 1 0 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.2. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo bulan Februari 2014 Tidak Bekerja 2.44% Bukan Angkatan Kerja 33.75% Angkatan Kerja 66.25% Bekerja 97.56% Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap 169.345 tenaga kerja pada bulan Februari 2014 atau sebesar 33,34% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 2,20% (yoy) jika dibandingkan dengan bulan Februari 2013 yang hanya menyerap 165.694 tenaga kerja. Peningkatan tertinggi dialami pada sektor perdagangan dengan pertumbuhan tenaga kerja mencapai 25,76% (yoy). Pada bulan Februari 2014, sektor perdagangan berhasil menyerap 104.106 tenaga kerja, lebih tinggi dibandingkan bulan Februari 2013 yang menyerap 82.781 tenaga kerja. Tenaga kerja pada sektor lainnya juga berhasil meningkat 20,79% (yoy) dengan jumlah 110.849 tenaga kerja. Sementara itu, tenaga kerja pada sektor industri terus menunjukkan tren penurunan. Pada bulan Februari 2014, sektor industri hanya menyerap 19.196 tenaga kerja atau menurun 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 22,17% (yoy) jika dibandingkan dengan bulan Februari 2013 yang menyerap 24.665 tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku masih menjadi kendala utama yang dihadapi oleh industri Provinsi Gorontalo yang umumnya menggunakan tenaga kerja tidak tetap dalam proses produksinya. Grafik 6.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo 600,000 500,000 jiwa Lainnya Jasa Kemasyarakatan Perdagangan Industri Pertanian Total jiwa 520,000 500,000 400,000 480,000 300,000 460,000 200,000 440,000 100,000 420,000 0 Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb 400,000 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.4. Perkembangan Ketenagakerjaan di Sektor Formal-Informal jiwa 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 - Sektor Formal Sektor Informal Feb Ags Feb Ags Feb 2012 2013 2014 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.5. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha Jasa Kemasyarakatan, 19.97% Lainnya, 21.82% Perdagangan, 20.50% Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Pertanian, 33.34% Industri, 3.78% Tingkat pekerja formal pada bulan Februari 2014 berjumlah 190.698 jiwa atau meningkat 6,26% (yoy). Pekerja formal mencakup kategori buruh/karyawan/pegawai maupun mereka yang berusaha sendiri, dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, dan dibantu buruh tetap. Pekerja di sektor informal juga tercatat meningkat 7,80% (yoy) dengan jumlah mencapai 317.241 jiwa. Dalam hal jenjang pendidikan, jumlah tenaga kerja pada bulan Februari 2014 masih didominasi oleh jenjang SD ke bawah terutama pada sektor pertanian, yaitu sebanyak 274.202 jiwa atau 61,06% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut juga meningkat 8,22% KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 71

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN (yoy) dibandingkan bulan Februari 2013, dengan penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian. Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif rendah dimana hingga bulan Februari 2014 hanya menyerap 54.113 tenaga kerja atau 10,65% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut terus mengalami tren pertumbuhan dan pada Februari 2014 tercatat meningkat 13,42% (yoy) dibandingkan bulan Februari 2013. Grafik 6.6. Perkembangan Ketenagakerjaan Menurut Jenjang Pendidikan 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 jiwa SD ke Bawah Universitas SMP - SMU Total jiwa 520,000 500,000 480,000 460,000 440,000 420,000 Grafik 6.7. Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Jenjang Pendidikan SMP - SMU, 28.07% Universitas, 10.65% SD ke Bawah, 61.28% - Feb Ags Feb Ags Feb 2012 2013 2014 400,000 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo 6.2. KEMISKINAN Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada Maret 2014 tercatat sebesar 17,44% dari jumlah penduduk (194.169 jiwa), mengalami penurunan dibandingkan persentase bulan Maret 2013 yang sebesar 17,51% dari jumlah penduduk (192.584 jiwa). Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) dan sejak bulan September 2013 pengolahan data menggunakan hasil proyeksi penduduk. Pada periode Maret 2014, jumlah penduduk miskin di kota mengalami kenaikan dari 17.839 jiwa di bulan Maret 2013 menjadi 25.207 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di desa tercatat sebanyak 168.962 jiwa, atau mengalami penurunan dibandingkan bulan Maret 2013 yang sebanyak 174.745 jiwa. Walaupun terjadi penurunan persentase jumlah penduduk miskin, akan tetapi garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan. Pada bulan Maret 2014, garis kemiskinan tercatat sebesar Rp243.547 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp22.090 per kapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp221.457 per kapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan Maret 2014 tercatat sebesar Rp246.633 per kapita per bulan, lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang sebesar Rp241.936 per kapita per bulan. 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Pada bulan Maret 2014, Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) di perkotaan lebih besar dibandingkan di pedesaan. GKNM wilayah perkotaan tercatat sebesar Rp65.534 atau memiliki selisih Rp14.966 dibandingkan GKNM wilayah pedesaan yang sebesar Rp50.568. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan minimum masyarakat perkotaan untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan yang relatif lebih banyak dan mahal harganya dibandingkan masyarakat pedesaan. Sementara itu, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) wilayah pedesaan cenderung lebih besar dibandingkan perkotaan disebabkan pola konsumsi masyarakat pedesaan yang lebih tinggi. GKM wilayah pedesaan tercatat sebesar Rp191.368 atau memiliki selisih Rp10.268 dibandingkan GKM wilayah perkotaan yang sebesar Rp181.100. Salah satu faktor pendorong menurunnya persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk Provinsi Gorontalo di tahun 2014. Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat di awal tahun menyebabkan garis kemiskinan masyarakat juga ikut meningkat. Pemerintah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga tingkat inflasi daerah dan daya beli masyarakat dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo 210,000 180,000 150,000 120,000 90,000 60,000 30,000 jiwa Perkotaan Pedesaan gpenduduk Miskin % 30 25 20 15 10 5 Grafik 6.9. Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Rp Perkotaan Total Pedesaan Rp 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000-0 0 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009 2010 2011 2012 2013 2014 * * Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (* Maret 2014) Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (* Maret 2014) 6.3. RASIO GINI Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk Provinsi Gorontalo lebih tinggi dari nasional yang tercatat 0,41% dan merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif kesejahteraan antar penduduk masih cukup lebar. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 73

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.10. Perkembangan Gini Rasio Nasional dan Wilayah Sulawesi 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 Nasional Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susenas Maret 2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara 6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari indeks daya beli, indeks pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 70,82. Meskipun demikian, IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sulawesi, kecuali Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM tertinggi berada di Kota Gorontalo yang tercatat sebesar 74,17, sedangkan IPM terendah berada di Kabupaten Boalemo sebesar 69,49. Hal ini tidak terlepas dari posisi Kota Gorontalo yang merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan, sehingga masyarakatnya lebih banyak tersentuh kegiatan pembangunan. Grafik 6.11. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi Grafik 6.12. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 78 76 2008 2009 2010 2011 2012 76 74 2008 2009 2010 2011 2012 74 72 72 70 68 66 70 68 66 64 Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara 64 Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Kota Gorontalo 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.5. KESEJAHTERAAN PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 6.13. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo SBH 2007=100 SBH 2012=100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Indeks diterima (It) Indeks dibayar (Ib) Nilai Tukar Petani (NTP) 105 104 103 102 101 100 99 98 97 96 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian. Kesejahteraan petani terjadi pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 101,98, meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 101,10. Meningkatnya produksi tanaman perkebunan, hortikultura, hasil perikanan, dan hasil peternakan berpengaruh pada kenaikan NTP secara keseluruhan. Sementara itu, gagal panen yang terjadi pada hasil tanaman pangan menjadi faktor penarik ke bawah NTP akibat penurunan NTP subsektor tanaman pangan. Indeks yang diterima (lt) oleh petani tercatat sebesar 114,73, atau meningkat 2,38% (q.t.q) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 112,06. Akan tetapi, biaya produksi yang dikeluarkan petani juga ikut mengalami peningkatan. Indeks dibayar petani (lb) tercatat meningkat 1,50% (q.t.q) dari 110,84 menjadi 112,50. NTP pada subsektor hortikultura, perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang berturut-turut tercatat sebesar 112,55, 101,30, 102,86, dan 99,49. Peningkatan NTP subsektor hortikultura dipengaruhi oleh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 75

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN kenaikan harga kelompok sayur-sayuran, khususnya bawang merah, cabai merah, cabai rawit, kacang panjang, timun, terong, dan tomat. Kenaikan NTP subsektor perkebunan rakyat dipengaruhi oleh meningkatnya produksi kopi, kakao, dan buah aren. Masuknya bulan Ramadhan di akhir triwulan II 2014 turut mempengaruhi kinerja NTP subsektor peternakan disebabkan peningkatan permintaan akan daging sapi potong, daging kambing, daging ayam, dan telur ayam. Grafik 6.14. Perkembangan NTP Provinsi Gorontalo per Subsektor 140 Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan 130 120 SBH 2007=100 SBH 2012=100 110 100 90 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Apabila dibandingkan dengan 10 provinsi yang ada di Kawasan Timur Indonesia, Provinsi Gorontalo termasuk sebagai salah satu provinsi yang mempunyai NTP di atas angka 100. NTP Provinsi Gorontalo juga relatif sama dengan NTP nasional yaitu 101,98. NTP terendah dialami oleh Provinsi Papua yaitu 97,54, sedangkan NTP tertinggi dialami oleh Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 105,81. Peran pemerintah dipandang cukup strategis dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui pemberian bantuan teknis, ketersedian sarana produksi, serta pembangunan infrastruktur pendukung. Kemandirian pangan daerah turut membantu pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dengan didukung oleh distribusi yang lancar kepada masyarakat. 76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani 10 Provinsi di Kawasan Indonesia Timur Triwulan II 2014 No Provinsi lt lb NTP 1 Papua 105.44 108.10 97.54 2 Sulawesi Utara 111.50 111.51 99.99 3 Maluku 113.27 112.84 100.39 4 Papua Barat 112.32 111.58 100.66 5 Sulawesi Tenggara 112.61 110.65 101.77 6 Gorontalo 114.73 112.50 101.98 7 Sulawesi Barat 112.49 108.92 103.27 8 Sulawesi Tengah 114.61 114.61 103.77 9 Maluku Utara 113.81 109.13 104.29 10 Sulawesi Selatan 117.11 110.67 105.81 Nasional Sumber: BPS Provinsi Gorontalo 113.18 110.99 101.98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014 77

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BOKS 4 : PEMBANGUNAN KELAUTAN BERBASIS BLUE ECONOMY DI GORONTALO Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah sekitar 62.715,44 km 2, dengan luas wilayah darat 12.215,44 km 2 (19,48%) dan luas wilayah laut mencapai 50.500 km 2 (80,52%). Wilayah perairan laut tersebut terdiri dari luas wilayah laut Teluk Tomini 7.400 km 2, laut Sulawesi 3.100 km 2, dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut Sulawesi 40.000 km 2. Panjang garis pantai provinsi Gorontalo adalah 655,8 km, yang meliputi wilayah pantai Utara (laut Sulawesi) 217,7 km dan wilayah pantai Selatan (Teluk Tomini) 438,1 km 3. Dengan kondisi geografis tersebut, Gorontalo memiliki potensi ekonomi yang tinggi di bidang kelautan. Potensi yang dimiliki oleh Gorontalo tampaknya belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat Gorontalo antara lain terefleksi antara lain dari indikator share subsektor kelautan terhadap pembentukan PDRB Gorontalo yang masih relatif rendah. Berdasarkan data Gorontalo dalam Angka Tahun 2013, nominal PDRB subsektor perikanan hanya sebesar Rp147,70 miliar atau sebesar 15,79% dari total PDRB sektor pertanian yang tercatat sebesar Rp935,68 miliar. Peta Penutupan Lahan Provinsi Gorontalo Sumber: Sucofindo, 2005 Indikator lain adalah data kemiskinan di Gorontalo yang masih berada di atas rata-rata nasional. Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Gorontalo tercatat sebanyak 17,44 persen dari total penduduk Provinsi Gorontalo. Selain itu, juga terdapat gap yang sangat besar antara tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan yang hanya 6,60 persen dibandingkan 3 Dikutip RPJPD 2007-2025 dan RPJMD 2012-2017 Provinsi Gorontalo 78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN II 2014