IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

dokumen-dokumen yang mirip
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Fraksi n-butanol Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) secara Spektrofotometri UV-Cahaya Tampak

Ratna Djamil, Wiwi Winarti, Nurul Istiqomah Fakultas farmasi universitas pancasila ABSTRAK

Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr), Euphorbiaceae

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L)

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Fraksi n-butanol Taraxacum officinale, Asteraceae

Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JENIS SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE BUTANOL DARI EKSTRAK METANOL DAUN DARUJU

Isolasi dan Identifikasi Jenis Senyawa Flavonoid dalam Fase n-butanol Daun Murbei (Morus alba L.) secara Spektrofotometri

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

Ros Sumarny, Ratna Djamil, Afrilia Indira S. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA rosaries15@yahoo.com ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

IDENTIFIKASI FLAVONOID DAUN TEH HIJAU (Camelia sinensis L. Kuntze) SECARA REAKSI WARNA DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Afriani Kusumawati

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK METANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

UJI FITOKIMIA EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.)

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KEMBANG BULAN (TITHONIA DIVERSIFOLIA) DENGAN METODE PEREAKSI GESER

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF GOLONGAN SENYAWA ORGANIK DARI KULIT DAN KAYU BATANG TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Isolasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

TELAAH KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK N-HEKSANA DAUN KINA (Cinchona ledgeriana L)

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA RIMPANG, BATANG, DAN DAUN BANGLE (Zingiber purpureum Roscoe)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Pemeriksaan dengan Kromatografi Lapis Tipis HASIL DAN PEMBAHASAN Pencirian Bahan Baku Separasi dengan Kromatografi Kilas

BAB IV PROSEDUR KERJA

UJI PENDAHULUAN KANDUNGAN KIMIA BAHAN ALAM. Dikocok. H 2 SO 4 2 N 10 tts. Dikocok. Filtrat. Fase Air. Pereaksi Meyer. + Alkaloid Jika Terdapat Endapan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETANOL 70% RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.)

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Ratna Djamil *, Wiwi Winarti Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta 12640 Email: ratnadj_ffup@yahoo.co.id ABSTRAK Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) familia Thymelaeaceae adalah tanaman obat yang sudah populer untuk mengobati berbagai macam penyakit ringan maupun berat seperti gatal, alergi, jerawat, eksim, kanker, diabetes, darah tinggi dan asam urat. Hasil pemeriksaan kandungan metabolit sekunder dari daun mahkota dewa menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, kumarin, tanin serta saponin. Berdasarkan adanya kandungan senyawa flavonoid di dalam daun Mahkota Dewa, maka telah diisolasi dan diidentifikasi golongan senyawa flavonoid yang terdapat dalam fase n-butanol dari ekstrak metanol daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) familia Thymelaeaceae. Tahapan penelitian dan identifikasi meliputi tahap penyiapan simplisia, penapisan fitokimia, pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid, isolasi senyawa flavonoid dan identifikasi secara spektrofotometri UV-Vis. Hasil identifikasi spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak dalam fase n-butanol dari ekstrak metanol daun Mahkota Dewa diduga adanya senyawa flavonoid golongan flavonol dengan 3,5 dan 7 OH. Kata kunci: daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) familia Thymelaeaceae, isolasi dan identifikasi, flavonoid, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl umumnya ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah. Dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia yang diperkirakan berasal dari Papua/Irian Jaya. Menurut beberapa pustaka diketahui tanaman mahkota dewa mampu menyembuhkan penyakit darah tinggi, lever, kanker, sakit jantung, kencing manis, penyakit kulit, disentri, asamurat, reumatik dan sakit ginjal. Dari data literatur diketahui selain flavonoid, mahkota dewa memiliki kandungan kimia yang kaya. Dalam daun dan kulit buahnya juga terkandung senyawaalkaloid, saponin, minyak atsiri, tanin dan zat antihistamin.flavonoid

merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, terdapat pada hampir semua bagian tumbuhan dan merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam daun mahkota dewa, isolasi dan identifikasi jenis senyawa flavonoidnya. A. BAHAN Bahan yang digunakan adalah simplisia dari daun Mahkota Dewa macrocarpa (Scheff) Boerl yang diperoleh dari Balittro, Bogor. Phaleria B. METODE Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun mahkota dewa. Berupa identifikasi golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri. C. Ekstraksi dan Isolasi Pembuatan ekstrak. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi kinetik menggunakan pelarut metanol, filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental metanol. Partisi ekstrak metanol Ekstrak kental metanol yang diperoleh dipisahkan dengan cara dipartisi dalam corong pisah berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan n- butanol. Kemudian fase n-butanol yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental n-butanol. Pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid Pemeriksaan pendahuluan senyawa flavonoid dilakukan untuk mengetahui tidaknya senyawa flavonoid dalam fase n-butanol 1) Dengan reaksi warna Reaksi Warna dilakukan terhadap fase n-butanol untuk memastikan ada atau tidaknya senyawa flavonoid dalam fase tersebut. ada

Reaksi Pew. Sejumlah 1 ml larutan dari fase n-butanol diuapkan sampai kering ditambahkan 1-2 ml etanol 95%, 400 mg serbuk zink dan 2 ml asam klorida 2N, lalu didiamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 0,5 ml asam klorida p. adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah intensif 2-5 menit. Reaksi Shinoda. Sejumlah 1 ml larutan dari fase n-butanol diuapkan sampai kering. Sisa ditambahkan 1 ml etanol 95 %, 100 mg serbuk magnesium dan 0,5 ml asam klorida. Bila terbentuk warna merah jingga sampai warna merah ungu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid. Bila berwarna kuning jingga menunjukkan adanya senyawa flavonoid golongan flavon, auron atau khalkon. Reaksi Wilson-Taubock. Sejumlah 1 ml larutan fase n-butanol diuapkan sampai kering, lalu ditambahkan aseton, asam borat dan asam oksalat. Diuapkan hati-hati diatas tangas air. Sisa ditambahkan 10 ml eter, kemudian diamati dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm. Jika terlihat pendaran warna kuning intensif menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid. Reduksi dengan natrium borohidrid. Satu ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, lalu ditambahkan 1 ml metanol, 10 mg natrium borohidrid dan 2 tetes asam klorida 2N, didiamkan 1 menit. Kemudian ditambahkan tetes demi tetes asam klorida pekat sampai gas habis.bila terbentuk warna merah ungu sampai merah lembayung menunjukkan adanya golongan flavonoid dan glikosidanya. 2) Secara kromatografi kertas. Pemeriksaan senyawa flavonoid dalam fase n-butanol dilakukan secara kromatografi kertas Whatman No.3 dengan fase gerak yang sesuai. diamati perubahan warna sebelum dan sesudah diuapi dengan ammonia. Isolasi senyawa flavonoid. Isolasi senyawa flavonoid dilakukan secara kromatografi kertas preparatif dari ekstrak n-butanol hasil partisi ekstrak metanol ditotolkan berupa pita pada kertas Whatman No.3 selanjutnya dieluasi dengan fase gerak yang sesuai. Fase gerak yang pertama yaitu BAA (n-butanol-asam asetat-air). Untuk memastikan bahwa pita yang diperoleh sudah merupakan senyawa tunggal, maka pita digunting hingga menjadi potongan kecil kemudian diekstraksi dengan metanol, ekstrak ditotolkan pada kertas Whatman No.3 kemudian dielusi dengan fase

gerak kedua yaitu asam asetat 15 %. Apabila pita yang diperoleh sudah merupakan pita tunggal maka kemungkinan besar isolat yang diperoleh merupakan senyawa murni. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat yang diperoleh dari hasil isolasi selanjutnya diidentifikasi menggunakan spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak untuk mengetahui panjang gelombang serapan maksimum isolat dan diamati pergeseran panjang gelombang serapan maksimum dari isolat tersebut sebelum dan setelah diberi pereaksi geser. HASIL DAN DISKUSI Skrining Fitokimia Hasil Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dari serbuk menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, steroid/triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri Reaksi warna. Hasil identifikasi senyawa flavonoid dengan reaksi warna menunjukkan hasil positif pada reaksi Shinoda, Wilson Taubock, reaksi Pew dan Borohidrid Reaksi warna Pengamatan Hasil Percobaan Pew Merah intensif + Shinoda Merah jingga + Wilson -Taubock Fluoresensi kuning + Borohidrid Merah lembayung + Isolasi dengan Kromatografi Kertas Isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak kental n-butanol dilakukan secara kromatografi kertas preparatif dengan cairan pengembang BAA (4:1:5) dengan menghasilkan 3 pita.ketiga pita tersebut diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak, ternyata yang menunjukkan panjang gelombang serapan maksimum flavonoid hanya 1 pita yaitu NB-II.Terhadap pita tersebut digunting kecil-kecil dan diekstraksi dengan metanol.selanjutnya isolat yang diperoleh dieluasi kembali dengan asam asetat 15 %, untuk mengetahui apakah

pita-pita tersebut sudah merupakan pita tunggal.dari hasil eluasi dengan asam asetat 15 % ternyata pita NB-II menghasilkan satu pita tunggal.selanjutnya pita tunggal tersebut digunting kecil-kecil dan diekstraksi dengan metanol, isolat yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak. Identifikasi Isolat Isolat NB-II Identifikasi isolat NB-II dilakukan dengan mengamati pergeseran panjang gelombang serapan maksimum sebelum dan sesudah penambahan pereaksi geser seperti natrium hidroksida, aluminium klorida, asam klorida, natrium asetat dan asam borat. Tabel 1. Pergeseran panjang gelombang maksimum isolat NB-II No Pereaksi geser Panjang gelombang maksimum Pita I Pita II (nm) (nm) 1 Metanol 347,0 256,5 Pita I (nm) Pergeseran Pita II(nm) 2 Metanol + NaOH 403 278 56 21.5 3 Metanol + AlCl 3 395 267 48 10,5 4 Metanol + AlCl 3 +HCl 416 272 69 15,5 5 Metanol + NaOAC 419 271,5 72 15 6 Metanol + NaOAC + H3BO 3 420 271 73 14.5 Hasil pemeriksaan pendahuluan terhadap isolat NB-II mengarah dugaan pada golongan 5-OH Flavon atau Flavonol (tersulih pada 3-O dan mempunyai 5-OH

tetapi tanpa 4 -OH bebas ), hal ini didasarkan pada warna bercak ungu sebelum diberi uap amonia dan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah diberi uap amonia. Pada identifikasi secara spektrofotometri menggunakan pelarut metanol, isolat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 347,0 nm untuk pita I dan 256,5 nm untuk pita II. Hasil tersebut mengarahkan bahwa isolat adalah golongan flavon atau flavonol (3-OH tersubtitusi) dan khalkon. Pada penambahan natrium hidroksida puncak serapan pita I 403 nm, berarti terjadi pergeseran batokromik sebesar 56 nm. Hal ini memperkuat dugaan semula bahwa isolat termasuk pada golongan flavon, flavonoldengan tidak ada 4 -OH. Penambahan aluminium (III) klorida dan asam klorida serapan maksimum pita I menjadi 416 nm berarti terjadi pergeseran batokromik pita I sebesar 69 nm. Hal ini menunjukkan dugaan adanya 3-OH (dengan atau tanpa 5- OH). Pada penambahan natrium asetat serapan maksimum pita II 271,5 nm, berarti terjadi pergeseran batokromik pita II sebesar 15 nm.hal ini menunjukkan adanya gugus OH pada posisi 7 dari flavonol. Pada penambahan asam borat serapan maksimum pita I menjadi 420 nm berarti terjadi pergeseran batokromik pita I sebesar 73nm.Dari data ini tidak ada yang dapat disimpulkan. Dari data diatas dapat diduga bahwa isolat NB-IIadalah senyawa flavonol dengan gugus OH pada posisi 3, 5 dan 7 SIMPULAN 1. Hasil penapisan fitokimia serbuk daun mahkota dewa menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin. 2. Dari hasil identifikasi spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak dalam fase n-butanol dari ekstrak metanol daun mahkota dewadiduga mengandungsenyawa flavonol dengan gugus OH pada posisi 3, 5 dan 7

PUSTAKA 1. Harmanto N. Mahkota Dewa Obat Pusaka para dewa. Revisi, Depok: Agromedia pustaka; 2004.hal 25-9 2. Dalimartha S. Atlas tumbuhan obat Indonesia, Jilid 3. Jakarta; Puspa Swara;2003, hal 65-62. 3. Markham.K.R. Cara mengidentifikasi flavonoid, Bandung;1988, hal 1-10 4. Farnsworth NR. Biological and Phytochemical screening of Plant. Journal of Pharmaceutical, sci; 1996; 55 (3). 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku panduan Teknologi Ekstrak. Jakarta: Direktorat Jenderal pengawasan Obat dan Makanan; hal.19 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Obat Tradisional. Jilid 1. Jakarta: 1987, hal. 1-5. 7. Ciulei. Methodology for analysis of vegetable and drugs. Bucharest; Faculty of Pharmacy Rumania. Hal.11-26 8. Harbone JB.Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisa tumbuhan Diterjemahkan oleh Kosasih P, Iwans. Edisi Kedua. Bandung; ITB; 1987. Hal.6-7 9. Roth HJ, Gottfried B. Analisis farmasi. Diterjemahkan oleh Sarjono K, Slamet I. Penerbit Gajah Mada University Press; 1994,hal.44-46