KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Posisi beberapa bagian konstruksi kapal

Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB V SHELL EXPANSION

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Bulbous bow Terhadap Pengurangan Tahanan Kapal Kayu Tradisional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu :

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAMINASI BAMBU ORI DENGAN VARIASI UMUR UNTUK PEMBUATAN KAPAL KAYU Oleh : NUR FATKHUR ROHMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. DASAR PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya Terhadap Ukuran Konstruksi dan Biaya Produksi

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

DINDING DINDING BATU BUATAN

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi

V. PENDIMENSIAN BATANG

Analisis Alternatif Rangka Atap..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 95

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU PROFIL TERSUSUN BENTUK

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Gambar 5.1. Proses perancangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & Andi Haris Muhammad Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411)585637 e-mail: andi_haris@eng.unhas.ac.id Abstrak Kapal kayu tradisional tipe Pinisi telah banyak dibangun dan difungsikan sebagai kapal wisata dengan tujuan menggujungi pulau-pulau kecil di nusantara. Dibanding kapal niaga pada umumnya kapal kayu tradisional yang dibangun secara tradisional tersebut memiliki sejumlah keunikan diantaranya adalah kapal dibangun tanpa mengunakan gambar rencana garis air (lines plan) sebagaimana layaknya kapal yang dibangun oleh bangsa Eropa, termasuk perencanaan konstruksi kapal. Kapal dibangun hanya berdasarkan kepiawaian pengrajin semata yang diperoleh secara turun temurun dan teknologi pembuatannya terbilang sederhana. Meskipun demikian sejumlah kapal ukuran besar (diatas 100 GT) dapat diselesaikan. Penelitian ini untuk mengetahui pengunaan dimensi dan model sambungan yang digunakan pada pembangunan kapal kayu tradisional berukuran besar serta tingkat keamanan berdasarkan kriteria standar keselamatan kapal sebagaimana yang disyaratkan Biro Klasifikasi Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pemilihan jenis material, dimensi dan model sambungan berdasarkan peletakanya telah sesuai sebagaimana yang disarankan peraturan konstruksi kapal kayu (BKI). Kata Kunci: Kapal kayu, konstruksi, peraturan, dan keselamatan PENDAHULUAN Pembangunan kapal kayu akhir-akhir ini semakin meningkat, khususnya kapal yang berukuran diatas 100 GT yang difungsikan sebagai kapal wisata (Dewa dan Muhammad, 2010). Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam berbagai macam spesies di negara tropis seperti Indonesia. Sebagai bahan konstruksi kapal, kayu mempunyai sejumlah keunggulan dibanding material baja yang diantaranya adalah: ringan, mudah dalam pengerjaan, dapat di daur ulang, memiliki nilai estetika yang tinggi serta relatif ekonomis. Bahan kayu untuk bangunan kapal harus memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan pengunaan secara umum. Hal tersebut dikarenakan bangunan kapal berada di air, selain itu kayu yang dipergunakan harus dapat menahan seluruh beban yang ditimbulkan oleh kapal baik beban internal (beban kapal itu sendiri) maupun beban ekternal (beban gelombang atau arus laut). Sehingga kayu yang digunakan harus awet, kuat, dan kelembaban tertentu. Biro Klasifikasi Indonesia pada tahun 1996 telah mengeluarkan peraturan dan konstruksi kapal kayu. Peraturan tersebut berisi ketentuan dimensi dan jenis-jenis kayu yang dipergunakan. Di Indonesia para pembuat kapal kayu tradisional sudah melakoni profesinya secara turun temurun selama bergenerasi. Teknologi pembangunan dikatagorikan masih sangat sederhana dan terbilang unik. Jika teknologi pembangunan kapal secara modern umumnya diawali dengan peletakan lunas, pemasangan linggi, gading, balok geladak, galar dan terakhir pemasangan lajur kulit serta papan geladak (BKI, 1996). Namun pembangunan kapal secara tradisional kapal dibangun dimulai dari peletakan lunas, pemasangan linggih dan balok tegak/poros, lajur kulit, gading (secara bersamaan), galar, balok geladak, dan papan geladak. Dari perbedaan cara dalam pembangunan kapal, hal tersebut menunjukan bahwa: cara tradisi lebih mementingkan kekuatan kulit yang dipasang secara utuh yang kemudian didukung dengan pemasangan rangka (gading dan galar) dengan jarak relatip kecil, sedangkan cara modern mengutamakan kekuatan pada keutuhan rangka (gading dan galar) meskipun dengan jarak yang relatip besar. Kedua sistem masing-masing mempunyai kekuatan yang kokoh, walaupun prinsip pembangunan berbeda. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 T P4-1

Kajian Dimensi dan Model Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & A. Haris Muhammad Saat ini bahan baku kayu untuk pembanguan kapal semakin. Sementara kapal yang dibangun semakin besar ukurannya, hal tersebut tentunya akan sangat berpengaruh pada kekuatan konstruksi kapal yang dihasilkan, khususnya berkaitan dengan dimensi dan sambungan konstruksi yang dipergunakan. Kondisi ini pula memaksa pihak pembuat kapal kayu untuk menggunakan alternatif jenis kayu lain diluar jenis kayu yang selama ini digunakan seperti bangkirai, bitti, pude, kandole dan lain sebagainya (Karim, 2010). Biro Klasifikasi Indonesia dalam Peraturan Konstruksi Kapal Kayu (Tahun 1996) telah mengatur penggunaan jenis kayu untuk konstruksi kapal kayu berdasarkan klas sifat awet dan kuat kayu tersebut. Sehingga perlu untuk mengkaji lebih dalam bagaimana penerapan dimensi dan model sambungan yang digunakan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjamin mutu produksi kapal kayu sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara teknis. Khususnya kapal kayu berukuran diatas 100 GT hasil produksi galangan rakyat di kabupaten Bulukumba. STUDI PUSTAKA Kapal Kayu Tradisional Kapal kayu tradisional, khususnya di Sulawesi, kapal di bangun berdasarkan kepiawaian pengrajin tempatan yang berada di sepanjang pantai pulau Sulawesi bagian barat dan selatan (seperti: alar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Palopo dan Majene). Kapal dibangun tanpa gambar garis air (lines plan), tidak seperti halnya kapal yang dibangun secara modern. Semuanya berdasarkan kepada tradisi dan daya ingat para pengrajin dalam menentukan bentuk badan kapal dan konstruksinya. Namun, bahan kayu yang digunakan untuk konstruksi kapal umumnya dipilih dari kayu yang cukup kuat dan memiliki daya tahan terhadap ombak laut. Misalnya kayu besi digunakan untuk lunas dan linggi, serta kayu Bitti digunakan untuk gading (Taufiqurrahman dan Muhammad, 2004) (Dewa dan muhammad, 2010). Teknik pembangunan kapal kayu tradisional terdapat dua jenis keunikan yaitu: 1) Teknik yang umum dalam pembangunan kapal adalah dimulai dengan pemasangan gading (rangka badan kapal) dan kemudian pemasangan kulit. Tetapi di Sulawesi pembangunan kapal didahului dengan pemasangan kulit dan kemudian diikuti dengan pemasangan gading (rangka badan kapal). 2) Pemasangan kulit terhadap gading (rangka badan kapal) dipasang dengan mengunakan paku kayu sementara sambungan antara papan kulit dengan menggunakan pasak. Tahapan pembangunan kapal kayu sebagai berikut: 1) Lunas dipasang menggunakan sebuah kayu utuh dengan tujuan memberikan kekuatan memanjang kapal, 2) Pemasangan linggi haluan dan buritan yang bertumpuh langsung pada kekuatan lunas, 3) pemasangan kulit kapal yang diatur dari bawah kemudian keatas badan kapal, 4) Pemasangan gading (rangka badan kapal) dengan jarak 30 40 cm, 5) pemasangan rangka geladak kapal yang bertumpuh pada konstruksi memanjang kapal. 6) Pemasangan tiang layar (muka dan belakang) dan 7) pemasangan daun kemudi sisi. Umumnya kapal tradisional tersebut dilengkapi dengan mesin pengerak kapal ( single engine dan single propeller) Selanjutnya sejumlah sebutan dimensi kapal yang digunakan dalam menentukan dimensi besaran kapal yang umum digunakan dalam pembangunan kapal kayu adalah sebagai berikut: Panjang dek, Panjang lunas, Tinggi kapal, sedangkan dimensi sarat ditentukan kemudian setelah kapal dioperasikan (disesuaikan dengan jenis muatan) termasuk koefisien blok kapal disesuaikan dengan kelengkunan kayu dibentuk semasa pembuatanya. Sehingga kapal kayu memiliki dimensi yang agak spesifik jika dibanding dengan kapal modern. Komponen Konstruksi Kapal kayu tradisional memiliki sejumlah komponen utama konstruksi. Komponen- konstruksi tersebut antara lain lunas, linggi haluan dan buritan, gading, galar, geladak, dan kulit luar (lihat gambar 1). ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 T P4-2

PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK a. Lunas Gambar 1. Penampang Melintang Kapal Kayu Tradisional Lunas (keel) merupakan komponen konstruksi bagian bawah kapal. Beban kapal sebagian besar bermuara pada konstruksi ini. Lunas dibuat menerus dari linggi buritan sampai ke linggi haluan. Dimensi lunas ditentukan oleh besaran kapal. Untuk kapal kecil, lunas dapat dibuat dari satu bagian saja, sedangkan untuk kapal besar lunas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah disebut lunas luar dan bagian atas disebut lunas dalam. Sambungan pada Linngih haluan dan lunas diperkuat dengan balok lutut. b. Linggi Haluan dan Buritan Linggi haluan dan buritan merupakan lanjutan konstruksi dari lunas. Fungsi linggi antara lain: i) berfungsi menghubungkan papan kulit bagian kiri dan kanan, ii) menghubungkan galar galar pada kedua sisi kapal, iii) sebagai bantalan bawah untuk poros kemudi (sepatu kemudi). iv) sebagai tabung poros buritan (untuk berbaling baling). Bagian bagian linggi buritan adalah telapak linggi yang merupakan lanjutan lunas, linggi baling baling yang tegak lurus lunas, linggi kemudi yang memegang kemudi serta kayu mati dan kayu pondasi. c. Gading dan Papan Kulit Luar Fungsi gading adalah menghubungkan papan kulit antara satu papan dengan papan lainnya, secara struktur konstruksi gading berfungsi memperkuat kulit luar pada arah melintang untuk menahan beban ekternal (air) dan muatan diatas palka. Gading dapat dibuat secara tunggal (gading tunggal) ataupun secara ganda (gading ganda). Gading tunggal biasanya terdiri dari bagian kiri dan bagian kanan yang dihubungkan dengan wrang. Gading ganda umumnya menerus melewati tengah kapal dan dibagian tengah dibuat meninggi. Tingginya diambil sama dengan tinggi wrang pada gading tunggal. Jarak gading diukur dari tengah gading yang satu ke tengah gading berikutnya, dan jarak ini ditentukan berdasarkan daerah pelayaran kapal yang bersangkutan. d. Galar Galar adalah salah satu komponen konstruksi yang dipasang memanjang dari linggi haluan hingga linggi buritan. Letaknya bersilangan antara gading dan balok geladak. Komponen galar terdiri atas 2 bagian yaitu galar balok dan galar kim. Galar balok terletak (dilekatkan) dibawah balok geladak dan disamping gading. Sedangkan galar kim terletak (dilekatkan) didaerah lajur bilga yang dipasang secara memanjang mulai dari linggi haluan hingga linggi buritan. e. Geladak dan Balok Geladak Fungsi geladak adalah lantai yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas di atas kapal. Sejumlah konstruksi umumnya terletak diatas geladak antara lain: i) bangunan atas, ii) lubang palka, dan lain-lain. Ditinjau dari segi Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 T P4-3

Kajian Dimensi dan Model Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & A. Haris Muhammad jumlahnya, geladak terdiri atas geladak tunggal dan geladak ganda. Untuk kapal yang hanya memiliki satu geladak yaitu geladak terbuka maka dinamakan geladak tunggal. Geladak diperkuat oleh balok geladak, dengan demikian papan geladak satu dengan lainnya dapat dihubungkan, selain itu balok geladak dapat memperkuat geladak pada arah melintang. Untuk daerah bagian ambang palka, balok geladak dipasang dari gading gading sampai pada penumpu samping palka, balok geladak dipasang dari sisi kiri sampai sisi kanan. Peraturan Konstruksi Berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dalam buku Peraturan Biro Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Laut, penentuan dimensi bagian konstruksi didasarkan atas jenis kayu sebagai berikut: a. Untuk lunas, linggi haluan dan buritan, wrang, gading, balok buritan, tutup isi geladak :kayu dengan berat jenis minimum 700 kg/cm 3. Untuk gading yang berlapis (laminasi), lapisan tengah boleh dibuat dari kayu yang lebih ringan (minimum 450 kg/cm 3 ), dengan ketentuan tebal seluruhnya dari lapisan tengah tidak boleh melebihi 30% tebal gading-gading. b. Untuk papan kulit luar, balok geladak, galar balok, lutut balok, penumpu geladak, dudukan mesin, kayu mati: kayu dengan berat jenis minimum 560 kg/cm 3. c. Untuk geladak dan galar bilga: kayu dengan berat jenis minimum 450 kg/cm 3. d. Berat kayu tersebut diatas (butir a, b, c dan d) berlaku untuk kayu dengan kelembaban sebesar 15%. e. Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi harus baik, sehat dan tidak ada celah serta tidak ada cacat yang dapat membahayakan dan memiliki sifat yang mudah dikerjakan. f. Bagian konstruksi diatas garis air, umpamanya papan samping (dari kulit), geladak, bangunan atas, ambang palka dan lain-lain, dan juga bagian konstruksi di dalam badan kapal harus dibuat dari kayu yang telah kering udara. Selanjutnya bagian konstruksi di bawah garis air boleh digunakan kayu yang tidak begitu kering. Geladak, ruang ikan harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya. Tabel 1. Karakteristik kayu kelas awet yang disyaratkan oleh BKI Kelas awet I II III IV V a. Selalu berhubungan Sangat Sangat 8 tahun 5 tahun 3 tahun dengan tanah pendek pendek b. Hanya terbuka terhadap angin dan iklim tetapi Beberapa Sangat dilindungi terhadap 20 tahun 15 tahun 10 tahun tahun pendek pemasukan air dan kelemasan c. Dibawah atap tidak berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan d. Seperti pada c. tetapi dipelihara yang baik, selalu dicat dsb. Sangat lama Agak e. Serangan oleh rayap Tidak Jarang cepat f. Serangan oleh bubuk Hampir Tidak Tidak kayu kering tidak Sumber : Konstruksi kayu oleh Ir. K. H. Felix Yap Mutu Kayu Beberapa tahun Pendek 20 tahun 20 tahun Sangat cepat seberapa Sangat cepat Sangat cepat Sawedy (2005) kayu yang baik dengan ciri-ciri kayu sebagai berikut : i) Serat dari kayu halus dan padat, letak seratnya tidak berbelok-belok. ii) Tidak terdapat mata kayu, sebab sebab bila ada maka mata kayu akan mudah membusuk atau lapuk. iii) Tidak mudah retak bila mendapat tekanan (seperti halnya tekanan air dan gelombang). iv) Tahan terhadap matahari bila sewaktu-waktu kapal naik dock. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 T P4-4

PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Menurut Tsoumiis (1991) sifat mekanik kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: kadar air, kerapatan, struktur, temperatur, lama pembebanan dan cacat kayu. Pada umumnya kekuatan, kekerasan, dan sifat mekanik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya (PKKI,1961). Tabel 2 menunjukan kelas kuat kayu berdasarkan keteguhan lengkung dan kekuatan tekan kayu. Tabel 2. Kelas Kuat Kayu Kelas Berat Jenis Kuat Keteguhan Lengkung Maksimum /MOR (kg/cm 2 ) Kekuatan Tekan Sejajar (kg/cm 2 ) I 0, 90 1100 650 II 0,90 0,60 1100 725 650 425 III 0,60 0,40 725 500 425 300 IV 0,40 0,30 500 360 300 215 V 0, 30 360 215 Kekuatan kayu terhadap gaya tekanan (sejajar serat) disebut daya tegang kayu. Tegangan adalah gaya yang tersebar persatuan luas dan dinyatakan dalan psi (pon per inci persegi) atau dalam Pascal (newton per meter kuadrat). Apabila suatu gaya dikenakan pada suatu benda, maka akan terjadi tegangan-tegangan internal. Tegangan ini memiliki atau mengubah bentuk ukuran benda tersebut. Perubahan panjang per satuan panjang dalam arah tekanan disebut regangan. Sedangkan berdasarkan nilai MOE (Modulus of Elasticity) Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (1961) membagi kekuatan kayu Indonesia dalam empat kelas kuat seperti pada Tabel 3. Tabel.3. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan MOE (Modulus of Elasticity) Kelas Kuat Modulus of Elasticity/MOE (kg/cm 2 ) I 125.000 II 100.000 III 80.000 IV 60.000 ANALISA DAN BAHASAN Kapal Sampel Gambar 2 dan Tabel 4 menunjukan sebuah desain dan ukuran utama kapal tradisonal yang digunakan dalam penelitian. Kapal berukuran 300 GT tersebut dibangun secara tradisi, termasuk perencanaan konstruksinya. Gambar 3: Kapal kayu tradisional Tipe Pinis Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 T P4-5

Kajian Dimensi dan Model Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & A. Haris Muhammad Tabel 4: Dimensi utama kapal kayu tradisional tipe pinisi Dimensi Kapal Displasmen (ton) 279.92 Lwl (m) 30.5 B (m) 8.5 H (m) 3.7 T (m) 2.7 Cp Cb 0.389 V (Knot) 10 Dimensi Konstruksi Tabel 5 menunjukan jenis konstruksi, dimensi dan jenis kayu yang digunakan kapal sampel, komponen utama konstruksi meliputi: lunas, linggi haluan dan buritan, gading, galar, geladak, dan papan kulit sehubungan dimensi (modulus penampang kayu), Jenis kayu yang digunakan, Tabel 5. Ukuran konstruksi Jenis Konstruksi Ukuran (mm) Jenis Kayu Kelas Kuat 1. Lunas 300 X 350 Besi I I 2. Linggi Haluan 300 X 350 Besi I I 3. Linggi Buritan 300 X 350 Besi I I 4. Linggi Poros 300 X 350 Besi I I 5. Gading 120 X 250 Bitti II - III 6. Galar 80 X 200 Besi I I 7. Balok Geladak 100 X 150 Besi I I 8. Papan Lambung 60 X 250 Besi I I 9. Papan Geladak 50 X 200 Jati I II 10. Bullwark 60 X 250 Besi I I 11. Papan Sekat 40 X 200 Besi I I 12. Balok Sekat 60 X 120 Besi I I 13. Balok Pondasi 300 X 350 Besi I I 14. Balok Bangunan Atas 60 X 100 Besi I I 15. Papan Bangunan Atas 30 X 200 Jati I II Model Sambungan Gambar 4 menunjukan konstruksi linggih haluan kapal sampel, konstruksi linggih terbagi atas dua bagian konstruksi dengan penyambungan bibir miring. Penyambungan linggih haluan dan lunas pada bagian siku dengan mengunakan kayu utuh, hal tersebut akan memperkuat konstruksi linggih. Gambar 5 menunjukun konstruksi buritan, konstruksi buritan difungsikan sebagai tabung poros propeler dan bagian atas konstruksi difungsikan sebagai dudukan kemudi. Konstruksi tabung poros disusun dari kayu utuh selebar lunas. Konstruksi sepatu kemudi mengunakan kayu menerus dari lunas. Keseluruahan konstruksi dengan jenis dan ukuran yang sejenis, kecuali konstruksi lunas dengan ukuran yang lebih besar Gambar 4. Konstruksi sambungan pada linggih haluan ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 T P4-6

PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar 5. Konstruksi pada Buritan Gambar 6 dan 7 menunjukan konstruksi sambungan gading dengan gading, gading dengan kulit dan kulit dengan kulit baik secara memanjang maupun melebar. Sambungan gading dengan gading mengunakan sambungan miring dengan bahan kayu bitti. Sambungan gading dengan kulit mengunakan mur stanless dengan jarak yang sesuai. Selanjutnya konstruksi sambungan kulit dengan kulit, khusus sambungan memanjang dengan mengunkan bibir miring dan untuk yang melebar dengan mengunakan pasak yang diantarai dengan kulit kayu agar kedap terhadap air. Gambar 6. Sambungan pada gading Gambar 7. Sambungan pada kulit dengan kulit (melintang) KESIMPULAN i) Memilihan jenis material telah sesuai dengan peletakaannya Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : 978-979-127255-0-6 T P4-7

Kajian Dimensi dan Model Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & A. Haris Muhammad ii) Pengunaan dimensi konstruksi telah sesuai sebagaimana yang disarankan peraturan konstruksi kapal kayu (BKI) iii) Model sambungan yang digunakan lebih bervariasi dibanding kapal berukuran dibawah 100GT (penguatan sambungan umumnya dilakukan dengan baut stanless). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Ni-5 1961, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 1996. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu Indonesia, Biro Klasifikasi Indonesia, Jakarta. Azis Abdul Karim, 2010. Studi Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Konstruksi Kapal Kayu, Tesis Magister, Universitas Hasanuddin. K. H. Felix Yap. 1964. Konstruksi Kayu, Penerbit Bina Cipta, Bandung. Syarifuddin Dewa dan A. Haris Muhammad, Teknologi Pembangunan Kapal Kayu Tradisional di Tanahberu Kabupaten Bulukumba, Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kealautan (SENTA ) 2010), Surabaya Taufiqurrahman and A.Haris Muhammad,: Analisis Disain dan Konstruksi Kapal Rakyat di Sulawesi Selatan, Jurnal Riset Teknologi Kelautan, Volume 2 No 1 Jan 2004. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 T P4-8