Tembalang, Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
*) Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

STUDI PENURUNAN KADAR COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM ANAEROB - AEROB MENGGUNAKAN MEDIA BIORING SUSUNAN RANDOM

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

PENURUNAN KONSENTRASI BOD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN TEKNOLOGI KOLAM (POND) BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER JARING IKAN DAN BIOBALL

HASIL DAN PEMBAHASAN

Veronica Susan Purba, Sri Sumiyati, S.T, M.Si, Ir. Irawan Wisnu Wardana, MS Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENURUNAN KONSENTRASI COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN TEKNOLOGI KOLAM (POND) - BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER JARING IKAN DAN BIOBALL

PENDAHULUAN. Latar Belakang

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

Key words: biofilter, bioball and clamshell

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

REMOVAL COD DAN TSS LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM MENGGUNAKAN SISTEM BIOFILTER ANAEROB

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PENURUNAN SENYAWA ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN PROSES BIOFILTER AEROB

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

EVALUASI DIMENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDOKTER RUBINI MEMPAWAH

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DENGAN PROSES BIODEGESTER

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

STUDI EFEKTIFITAS PENURUNAN KADAR BOD, COD DAN NH 3 PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI JAMU DENGAN SEQUENCING BATCH REACTOR

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN BIOFILTER ANAEROB BERMEDIA PLASTIK (BIOBALL)

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

Transkripsi:

PENCUCIAN PAKAIAN (LAUNDRY) DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA FILTER SERAT PLASTIK DAN TEMBIKAR DENGAN SUSUNAN RANDOM Satyanur Y Nugroho *), Sri Sumiyati *), Mochtar *) *) Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang Email : satyanuryn@gmail.com Abstract Laundry waste is waste generated from clothes washing process, which is increasing in demand due to population increase certain area. Waste generated is contain organic and anorganic material with concentration above quality standard. Therefore, a treatment is necessary to minimize contamination effect in water bodies. One method that can be used is by biological treatment using biofilter system. This research intended to find out concentration reduction and reduction efficiency in COD and TSS amount using biofilter made from mixed media plastic fiber and shard. This research is built on laboratory scale and using 2 reactors, which is anaerob aerob combination. Hydraulic Retention time planned is 5 hours with continuous checkpoint in 5, 10, 15, 20, and 25 hours. Biofilm process using mixed plastic fiber and shard combination can remove COD concentration 60,76% at 25 hours and TSS concentration as 62,26% at 15 hours. Also, it can be seen that COD and TSS concentration reduction is affected by temperature inside reactor. Key Words : Biofilm, Laundry waste. Mixed media PENDAHULUAN Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan urbanisasi penduduk di wilayah perkotaan, membawa perubahan bagi pola hidup masyarakat. Dengan semakin tingginya jam kerja dan aktivitas yang dilakukan di kota besar, masyarakat tak mampu lagi memenuhi kebutuhan rumah tangga secara mandiri. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat atas layanan jasa rumah tangga, salah satunya adalah industry pencucian pakaian (laundry). Dengan meningkatnya jumlah usaha industri laundry yang menghasilkan limbah cair sisa penggunaan detergen, maka limbah cair laundry yang dihasilkan semakin banyak setiap harinya. Peningkatan jumlah limbah akibat pencucian pakaian yang dihasilkan ini memiliki dampak langsung kepada lingkungan apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik karena limbah laundry ini dapat mencemari badan air dan tanah. (Dessy, 2008) Beberapa kandungan pencemar yang terdapat di dalam limbah cair laundry ini adalah kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid). Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap organisme air. Kandungan COD yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam menjaga ekosistem yang ada. Analisis COD diperlukan untuk

Satyanur Y Nugroho, Sri Sumiyati, Mochtar menentukan beban pencemaran dan untuk merancang sistem penanganan air limbah secara biologis. Oleh sebab itu, dilakukan suatu usaha pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengolah kandungan COD dan TSS tersebut agar didapatkan kandungan COD dan TSS yang sesuai dengan baku mutu. (Mahida, 1981) Biofilm merupakan salah satu bentuk teknologi pengolahan limbah cair. Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan METODOLOGI PENELITIAN Jangka waktu penelitian ini adalah 4 bulan, yang dimulai pada bulan Agustus 2013. Penelitian dan analisa dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Untuk pengambilan sampel limbah cair diambil dari laundry Sinar Jaya, Tembalang Selatan, Tembalang, Semarang. Media filter yang yang digunakan yaitu campuran serat plastik dan tembikar. Tahapan penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pengkondisian limbah dengan media filter (seeding/aklimatisasi) dan tahap proses penelitian (running) dengan variasi waktu tinggal. Pada Tahap pengkondisian limbah dengan media campuran serat plastik dan tembikar bertujuan agar bakteri yang ada pada limbah laundry dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap media filter dan limbah laundry. Pada tahap pengkondisian limbah ini terjadi pengembangbiakan mikroorganisme yang melekat pada media filter. Pembiakan mikroorganisme dilakukan secara alami yaitu dengan cara mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu dengan debit 40 ml / detik. Air limbah dialirkan secara teratur supaya bakteri tetap mendapatkan suplai makanan yang terkandung dalam air oleh bakteri. Dengan adanya biofilter yang terdiri dari campuran serat plastik dan tembikar, diharapkan akan terbentuk biofilm dan membantu dalam menurunkan kandungan COD dan TSS dalam air limbah. Pembentukan biofilm ini dapat mereduksi COD sampai 70% berdasarkan penelitian Arie Herlambang, 2010. Sedangkan menurut Nusa Idaman Said, 2005, Penggunaan metode biofilter bisa mereduksi BOD 73,24 94,92 %, COD 65,80 90,76 %, dan TSS 95,60 97,96 % pada limbah hasil industri tahu. limbah. sesuai dengan Said (2002) yang mengungkapkan bahwa biofilm akan terbentuk secara cepat selama 2 minggu pada sistem kontinyu, dimana kebutuhan nutrient tersedia secara teratur bagi bakteri. Pembentukan lapisan biofilm yang melekat pada media dilakukan dengan waktu tinggal selama 21 hari. Untuk memicu pertumbuhan awal mikroorganisme pada penelitian ini, digunakan starter yaitu EM4 (bibit mikroba). Tujuan penambahan starter ini ialah agar proses pembiakan bakteri dapat berlangsung lebih cepat. Perbedaan pada biofilter aerob adalah pertumbuhan mikroorganisme dibantu dengan udara yang masuk ke dalam reaktor. Pemilihan media filter serat plastik dan tembikar didasarkan karena keduanya merupakan bahan yang mudah ditemukan dan umumnya tidak dimanfaatkan lagi. Ukuran media filter serat plastik yang digunakan rata-rata berupa potongan dengan panjang 5 cm dan lebar 1 cm, sedangkan untuk media filter tembikar berupa pecahan dengan ukuran rata-rata 3-4 cm. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan mikroba yang terbentuk dengan limbah yang akan diolah. Seeding dan aklimatisasi dilakukan secara

Satyanur Y Nugroho, Sri Sumiyati, Mochtar bersamaan karena pembenihan langsung didalam reaktor. (Indriyati, 2001). Pada proses seeding dan aklimatisasi, dilakukan uji salah satu parameter untuk mengetahui kemampuan biofilm dalam pengolahan limbah. Parameter yang dipilih adalah COD, dimana COD merupakan salah satu indikator pencemar yang dapat menunjukkan banyak sedikitnya zat organik yang terkandung di dalam limbah dengan waktu uji yang relatif cepat (Mahida, 1981). Semakin tinggi nilai COD berarti semakin tinggi pula zat organik di dalam limbah dan sebaliknya. Sehingga nilai COD yang diukur setiap harinya dapat digunakan sebagai indicator keberhasilan proses seeding dan aklimatisasi, sekaligus penanda bakteri sudah dalam kondisi steady state atau belum. Semakin lama waktu aklimatisasi, lapisan biofilm yang terbentuk dalam reaktor di perkirakan akan menjadi semakin tebal dan akan mengakibatkan penurunan nilai COD. Penurunan konsentrasi COD mengindikasikan PEMBAHASAN Pada tahap aklimatisasi/seeding, dilakukan pengukuran selama 21 hari dengan parameter terukur yaitu kadar COD. Tahap ini bertujuan untuk pembenihan dan mempersiapkan biofilm dan mikroorganisme untuk mengolah sampel limbah yang diberikan. Data karakteristik awal limbah yang diperoleh pada tahap ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1 Karakteristik awal limbah cair industri laundry No Parameter Hasil Perda PerMen Uji (mg/l) Jateng No.5 2012 LH No. 03 Thn 2010 Keterangan 1 COD 295 < 180 < 100 Melebihi 2 BOD5 192 < 75 < 50 Melebihi 3 T.Phosphat 7,2 < 2 - Melebihi keberhasilan biofilm dalam mengurangi kadar pencemar organik di dalam air limbah Laundry. Pengukuran dan analisis nilai COD dilakukan setiap hari dengan memperhatikan efisiensi penurunannya. Menurut Widyaningsih (2011), proses seeding aklimatisasi dapat dikatakan selesai jika biofilter telah dapat menurunkan kandungan COD limbah cair sebanyak 50%. Gambar 1. Rangkaian Reaktor Biofilm 4 TSS 158 < 60 < 150 Melebihi 5 ph 9.2 < 6-9 < 6-9 Melebihi Dari data Karakteristik awal dapat dilihat bahwa untuk parameter pencemar khususnya COD dan TSS melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu Perda Jateng No. 5 Tahun 2012 dan KepMen LH No. 10 Tahun 2010. Oleh karena itu diperlukan pengolahan lanjutan untuk mengurangi konsentrasi COD dan TSS dalam limbah. Nilai ph juga sedikit tinggi yang menunjukkan bahwa limbah tersebut bersifat basa.

Efisiensi Penurunan (%) Efisiensi Penurunan (%) 30-Agu 01-Sep 03-Sep 05-Sep 07-Sep 09-Sep 11-Sep 13-Sep 15-Sep 17-Sep 19-Sep Satyanur Y Nugroho, Sri Sumiyati, Mochtar 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Efisiensi COD Reaktor Anaerob - Aerob Tanggal Aklimatisasi efisiensi Gambar 2. Efisiensi COD Selama Tahap Aklimatisasi Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama tahap aklimatisasi, setelah hari pertama beroperasi, proses pertumbuhan mikroorganisme mulai terjadi, baik pada reaktor anaerob maupun aerob. Hal ini terlihat dari mulai adanya penurunan kadar COD pada limbah laundry sebesar 4,85%. Pada kondisi ini aktivitas mikroorganisme sudah dapat dikatakan ada karena mikroorganisme mulai mengolah kadar organik yang terdapat dalam limbah, meski masih pada tahap awal dan nilai penurunan kadar COD masih sangat kecil. Mikroorganisme juga mulai melakukan penyesuaian terhadap media dengan bantuan ph dan suhu yang memadai. Hasil pengukuran ph menunjukkan nilai 7,6 7,9 yang berarti kondisi limbah dalam reaktor bersifat basa. Sedangkan hasil pengukuran temperatur adalah 28-30 0 C. Menurut Tchobanoglous et al.(1981), bakteri dapat hidup dan berkembang biak optimal pada ph 6,5-8,5 dan suhu 25-35 o C. Hingga hari ke 11, penurunan konsentrasi bahan organik efluen dan efisiensi penyisihan bahan organik masih fluktuatif, yaitu berkisar antara 20 62%. Penurunan konsentrasi baru mulai konstan pada hari ke 12, dimana penurunan kadar COD mencapai 60,28% dan hari ke 13 diperoleh penurunan kadar COD sebesar 60,52. Setelah itu waktu aklimatisasi ditambahkan selama seminggu untuk melihat kestabilan penurunan kadar COD dan juga melihat potensi penambahan efiensi penurunan. Dalam hari 14-21, diperoleh penurunan kadar COD berkisar antara 59 60%, dengan efisensi maksimum pada hari ke 17 yaitu sebesar 62,07 dan efisiensi minimum pada hari ke 21 yaitu sebesar 59,77%. Hal ini menunjukkan bahwa ketika proses awal pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan lapisan biofilm pada media tumbuh memerlukan waktu, yang dikenal dengan proses pematangan (Herlambang, 2002) 61,00 60,00 59,00 58,00 efisiensi 5 10 15 20 25 Waktu Pengambilan (jam) Gambar 3. Efisiensi COD Tahap Running Penurunan kadar COD pada tahap ini mencapai kondisi optimum pada waktu pengambilan sampel jam ke 25, dimana efisiensi penurunan kadar COD mencapai 60,76%. Hal ini disebabkan oleh pengkondisian yang telah cukup lama dan lapisan biofilm telah terbentuk, sehingga mikroorganisme sudah dapat menguraikan kadar organik limbah dengan baik. Mikroorganisme ini mengalami peningkatan kemampuan seiring dengan lama waktu tinggal yang diberikan. Meski begitu, penurunan efisiensi yang terjadi pada jam ke 15 dan 20 disebabkan oleh menurunnya suhu dalam reaktor, sehingga mempengaruhi efektivitas pengolahan mikroorganisme. Penurunan ini juga disebabkan oleh kondisi sloughing yang terjadi dalam reaktor sehingga meningkatkan nilai kadar COD pada outlet limbah.

Efisiensi Penurunan (%) Satyanur Y Nugroho, Sri Sumiyati, Mochtar 64,00 62,00 60,00 58,00 efisiensi 5 10 15 20 25 Waktu Pengambilan (jam) Gambar 4. Efisiensi TSS Tahap Running Penurunan kadar TSS pada tahap ini mencapai kondisi optimum pada waktu pengambilan sampel jam ke 15, dimana efisiensi penurunan kadar TSS mencapai 62,26%. Hal ini disebabkan oleh KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik limbah laundry umumnya mengandung kadar BOD, COD, TSS, dan Total phospat, dimana semua nilai kadar tersebut melebihi baku mutu. 2. Terjadi Penurunan konsentrasi COD dan TSS yang di hasilkan pada masing masing reaktor DAFTAR PUSTAKA Dessy, Ika. 2009. Penurunan Kandungan Phosphat Pada Limbah Cair Industri Pencucian Pakaian (Laundry) Menggunakan Karbon Aktif Dari Sampah Plastik Dengan Metode Batch Dan Kontinyu (Studi Kasus : Limbah Cair Industri Laundry Lumintu Tembalang, Semarang). Teknik Lingkungan Undip Herlambang, Arie dan Said, Nusa Idaman.2010. Penurunan Kadar Zat Organik dalam Air Sungai dengan Biofilter Tercelup Struktur Sarang Tawon. BPPT : Jakarta pengkondisian yang telah cukup lama dan lapisan biofilm telah terbentuk, sehingga mikroorganisme sudah dapat menguraikan kadar organik limbah. Partikel-partikel padatan yang terdapat dalam limbah diikat oleh lapisan biofilm dan ada yang mengalami pengendapan di dasar reaktor. Penurunan efisiensi yang terjadi pada jam ke 20 disebabkan oleh ada partikel yang terbawa arus keluar pada reaktor dalam kondisi sloughing. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya suhu dalam reaktor yang mempengaruhi biofilm biofilter tercelup anaerob - aerob Dimana efisiensi penyisihan kadar COD optimum yaitu sekitar 60,76% dan kadar TSS sekitar 62,26%. 3. Adanya pengaruh suhu dan kondisi sloughing terhadap penurunan kadar COD dan TSS. Dimana suhu optimum untuk penurunan COD adalah pada 25 jam (60,76%) dengan suhu 29 O C dan untuk penurunan TSS pada 15 jam (62,26%) dengan suhu 28 O C. Indriyati, 2003. Jurnal proses Pembenihan (Seeding) dan Aklimatisasi pada reaktor Tipe Fixed Bed. BPPT : Jakarta Said, Nusa Idaman. 2002. Penggunaan media serat plastic pada proses biofilter tercelup untuk pengolahan air limbah rumah tangga non toilet. Jakarta : BPPT Tchobanoglous, G., 1981, Waste Water Engineering Collection and Pumping Waste Water, Mc.Graw-Hill Book Co., New York Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Katin Yongma FISIP UI. Depok : Jurusan Teknik Lingkungan UI

Satyanur Y Nugroho, Sri Sumiyati, Mochtar