[Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta]

dokumen-dokumen yang mirip
PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB 2. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 3

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

JERAPAN DEBU DAN PARTIKEL TIMBAL (Pb) OLEH DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK: STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS DAN SINTESIS

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAUN BERDASARKAN LETAK POHON DAN POSISI TAJUK (STUDI KASUS JALUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. METODE PENELITIAN

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

Elaeis Noviani R., Titik Istirokhatun, Sudarno. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGI TERHADAP KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DI JALAN GAJAHMADA KAWASAN SIMPANGLIMA KOTA SEMARANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

Transkripsi:

Penurunan Polusi Timbal PENURUNAN POLUS TMBAL OLEH JALUR HJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) D TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT [Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta] ')~ro~ram Sarjana Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dun Ekowisata Fakultas Kehutanan PB, Kampus Darmaga, Bogor 6680, ndonesia 2)Bagian Hutan Kota dun Jasa Lingkungan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dun Ekowisata Fakultas Kehutanan PB, Kampus Darmaga, Bogor 6680, ndonesia ABSTRACT Diterima 0 Januari 2008lDisetujui 25 Maret 2008 Lead (Pb) concentration in the air emitted byfuel combustion from motor vehicles could be reduced by civ green belt through the absorption and adsorption processes. The study ivas conducted to know the capabiliv oftanjung green belt in Taman Monas in reducing lead (Pb) concentration emitted by motor vehiclesfuel combustion. Pb concentration ivas measured using grmimetric method and analyzed using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). The study showed that tanjung stand with 4 tree individuals in 3 rows were able to reduce Pb concentration with reduction rate of0.26,ug/m3 in the morning, 0.30,ug/m3 in the day time, and 0.4 &m3 in the afiernoon. Lead concentration in the air would increase with the increase of motor vehicles densly. The green belt in Taman Monas could repair micro climate by reducing environmental temperature and increasing humidiv. Keywords: Lead (Pb), green belt, tanjung (Mimusops eleng~ Linn), pollution PENDAHULUAN Sumber utama pencemaran udara di wilayah perkotaan, kurang lebih 70%, disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor (Damanik 2004). Salah satu polutan yang dikeluarkan dari proses pembakaran bahan bakar adalah timbal (Pb). Timbal merupakan bahan aditif pada premium dan premix yang bertujuan untuk mengurangi letupan selama proses pemampatan dan pembakaran di dalam mesin, pencegah korosi, anti pengembunan dan zat pewarna. Campuran atau komposisi yang lazim ditambahkan terdiri atas 62% tetraetil (Pb(C2H5)4), 8% etilen dibromid (C2H4Br2), 8% etilen dikhlorida (C2H4C2) dan 2% bahanbahan lainnya (Harahap 2004). Konsumsi premium tahun 999 untuk transportasi mencapai.55.40 kilo liter (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi diacu dalam Damanik 2004). Dalam setiap liter premium yang diproduksi, terkandung timbal sebesar 0,45 gram sehingga jumlah timbal yang terlepas ke udara total sebesar 5.8.930,45 ton per tahun (Damanik 2004). Bahkan di negara-negara yang telah berhasil menghapuskan penggunaan bensin yang mengandung timbal, udara tetap tercemar karena penggunaan bahan bakar ini selama puluhan tahun (BPLHD DK Jakarta 2007). Timbal merupakan polutan yang bersifat prevalens dan mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan. Timbal merupakan racun berbahaya bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak timbal dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan (Q points), penurunan kemampuan belajar. Pada orang dewasa pencemaran timbal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, serangan jantung, kemandulan dan pada level yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian (Lestari 2006). Salah satu upaya untuk mengurangi dampak polutan timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor adalah dengan membangun jalur-jalur hijau di sepanjang jalan raya. Jalur hijau ini berfungsi sebagai penyangga bagi penghuni atau penduduk di sekitar jalan raya. Mekanisme jalur hijau dalam mengurangi dampak polutan timbal melalui dua proses yaitu : ) absorpsi (penyerapan), untuk tanaman yang stomata daunnya mempunyai diameter lebih besar dari ukuran partikel; 2) adsorpsi (penjerapan), lebih bersifat sebagai barrier fisik dengan penempelan pada bagian L pohon, terutama tajuk. Menjadi pertanyaan adalah seberapa lebar jalur hijau ~ yang diperlukan sehingga dapat meredusir polutan Pb f sampai dengan tingkat yang tidak membahayakan. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan terlebih dahulu mengkaji secara parsial kemampuan jalur hijau dalam mengurangi partikel Pb. Alasan pemilihan lokasi sekitar Taman Monas adalah wilayah yang padat kendaraan bermotor serta terdapat jalur hijau yang sudah dewasa. r i

Media Konservasi Vol. 3, No. April 2008 : 6-20 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan jalur hijau tanjung (Mimusops elengi) di Taman Monas dalam menurunkan konsentrasi timbal (Pb) di udara ambien dari emisi kendaraan bermotor. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan jalur hijau di tempat-tempat lain yang mempunyai permasalahan dan kondisi lingkungan yang kurang lebih sama. METODE PENELTAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar jalur hijau Tanjung Taman Monas. Lokasi ini merupakan tempat pengambilan sampel konsentrasi Pb di udara ambien, sedangkan analisisnya dilaksanakan di Pusat Penelitian Lingkungan, Hidup (PPLH) PB. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2007. Tahapan Peneitian. Penentuan Plot Penelitian Plot penelitian jalur hijau ditentukan berdasarkan kriteria berikut : () terletak di tepi jalan dengan tingkat pencemaran yang cukup tinggi, (2) plot penelitian memiliki pohon yang sejenis dan tidak terhalang oleh benda atau pohon jenis lain, (3) jumlah baris pohon dalam plot penelitian lebih dari satu baris, (4) dimensi pohon relatif sama. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dari hasil observasi lapang diperoleh plot jalur hijau. Selanjutnya untuk mengetahui lebih detail kondisi fisik plot jalur hijau tersebut, maka dilakukan penghitungan dan pengukuran: jumlah pohon, tinggi pohon, diameter pohon, lebar tajuk pohon. Plot jalur hijau yang digunakan sebagai stasiun riset ini mempunyai lebar 30 m, terdiri dari 3 baris dengan jumlah pohon sebanyak 4 pohon, tinggi rata-rata 4 m, diameter rata-rata 4 cm dan lebar tajuk 2-3 m. 2. Penelitian Lapangan a. Pengambilan Contoh Udara Ambien Pengambilan kualitas udara dilakukan sebanyak dua kali pada pukul 0.00-7.00 WB. Penentuan jam tersebut berdasarkan pada asumsi bahwa pada jam tersebut jalan raya sangat padat karena jam tersebut merupakan jam kerja. Pengambilan contoh udara dilakukan dengan memperhatikan arah angin dominan yaitu ketika arah angin menghadap jalur hijau. Pengukuran konsentrasi Pb di udara ambien menggunakan metode Gravimetri. Proses pengambilan sampel sebagai berikut : () alat pengumpul sampel debu (Dust Air Sampler) dipasang tegak dengan ketinggian,5 meter dari permukaan tanah, (2) titik pertama penempatan alat yaitu dekat dengan jalan raya dan tidak terhalang pohon, (3) titik berikutnya ditempatkan pada jarak 5 meter di belakang plot penelitian, (4) pengambilan sampel udara dilakukan selama jam di setiap posisi pada saat pagi, siang dan sore hari. Pada setiap posisi dilakukan dua ulangan. Hasil pengukuran selanjutnya dianalisis konsentrasi Pb-nya di Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) PB. b. Pengkuran Parameter klim Mikro Parameter iklim mikro yang diukur adalah suhu udara, kelembaban udara dan arah serta kecepatan angin, dilakukan bersamaan dengan pengukuran sampel udara ambien. Kelembaban udara diukur dengan menggunakan alat termometer bola basah dan bola kering. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara yaitu termometer. Pengukuran suhu udara dilakukan pada ketinggian,5 m di atas permukaan tanah. c. Penghitungan Jumlah Kendaraan Kendaraan yang melintasi plot penelitian selama pengambilan data dihitung untuk mengkaji dan menganalisis keterkaitan antara tingkat pencemaran dengan jumlah kendaraan yang melintas. Penghitungan dilakukan bersamaan dengan pengukuran sampel, suhu dan kelembaban udara, dilakukan dua ulangan di setiap titik pengamatan. Semua jenis kendaraan yang melintas dicatat tanpa membedakan jenis kendaraan (mobil, sepeda motor, truk dan angkutan umum). 3. Penelitian di Laboratorium Peneltian di laboratorium dilakukan untuk analisis konsentrasi timbal (Pb) dengan alat AAS (Atomic Absorption Spechtrophotometer). Analisis tersebut meliputi beberapa proses sebagai berikut: () kertas saring yang mengandung partikel Pb diletakkan di cawan petri dan dipanaskan dalam oven pada suhu 05 OC selama 6 jam, kemudian didinginkan, (2) kertas saring dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dilarutkan dengan aquaregia (campuran HC dan HN03 pekat 3:l) kemudian dipanaskan di hot plate selama 30 menit sambil diaduk (sampai kertas saring menjadi putih), (c) larutan disaring dan diencerkan dengan aquades menjadi 00 mi. Dari larutan ini dilakukan pengukuran kandungan Pb dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 283,3 nm. Analisis Data Data hasil pengukuran konsentrasi Pb di udara ambien dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk menganalisis hubungan antara konsentrasi timbal dengan kepadatan kendaraan digunakan analisis model regresi sederhana dan diolah dengan komputer menggunakan Program Minitab 4

Penurunan Polusi Timbal dengan model rancangan pendugaan yang digunakan H : terdapat hubungan antara konsentrasi Pb dan adalah : kepadatan kendaraan. y=a+pixi Keterangan : y = respon yang diukur (konsentrasi timbal) HASL DAN PEMBAHASAN a = koefisien intersep (perpotongan) dengan sumbu tegak pi = koefisien regresi antara peubah y dan xi Kandungan Timbal (Pb) Udara Ambien di Tepi Jalan xi = variabel penjelas (kepadatan kendaraan). berdasarkan Kepadatan Kendaraan Berdasarkan hasil pengukuran, jumlah kendaraan yang Uji keragaman dilakukan pada taraf uji 5 %. Hasil melintas selama pengukuran di sekitar Taman Monas analisis keragaman (ANOVA) dinyatakan berbeda nyata Jakarta (Jalan Medan Merdeka Barat) dari pukul 0:30- apabila P<0,05 dengan kriteria pengujian yaitu jika P<0,05 7:OO WB berjumlah 6.687 kendaraan pada pengukuran maka terima H dan tolak HO dimana: pertama dan 7.848 kendaraan pada pengukuran ke dua. HO : tidak terdapat hubungan antara konsentrasi Pb dan kepadatan kendaraan Jumlah tersebut terdiri dari mobil dan motor yang melintasi lokasi penelitian. Jumlah kendaraan bermotor dan konsentrasi Pb berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Jumlah kendaraan bermotor dan konsentrasi Pb di udara ambien Frekuensi Pengukuran Waktu Pengarnbilan Pengukuran l Pengukuran Sampel Konsentrasi Pb Konsentrasi Pb Jumlah Kendaraan Jumlah Kendaraan ( Jg/m3) (pg/m3) Pagi 5.403 0,35 3.707 0,25 Siang 5.497 0,30 5.870 0,49 Sore 6.948 0,53 7. 0 0,58 Keterangan: Pagi ( 0:30-:30), Siang ( 2:30-3:30), Sore ( 6:OO- 7:OO). Semakin tinggi kepadatan kendaraan bermotor menyebabkan semakin tinggi pula konsentrasi Pb di udara ambien. Hubungan tersebut dipertegas dengan hasil uji korelasi dan analisis regresi yang dilakukan. Berdasarkan uji korelasi didapatkan angka sebesar 0,92. Nilai korelasi tersebut bernilai positif dan tingkat hubungan antara konsentrasi Pb di udara ambien dengan kepadatan kendaraan sangat erat karena nilai korelasinya mendekati satu. nformasi ini memperkuat kesimpulan bahwa pola hubungan antara kepadatan kendaraan dan konsentrasi Pb di udara arnbien membentuk persamaan linear. Persamaan linear yang diperoleh adalah: y = - 0,55 + 9,9. 0'~ x, dimana: y = konsentrasi Pb, x = jumlah kendaraan. Dari persarnaan tersebut, diperoleh hasil pengujian bahwa kepadatan kendaraan berpengaruh nyata terhadap konsentrasi Pb dengan peluang nyata 0,Ol. Hasil ini dikatakan berpengaruh nyata karena peluang nyata tersebut sangat kecil yaitu jauh lebih kecil dari taraf nyata (a) 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan linear yang nyata antara konsentrasi Pb di udara ambien dengan kepadatan kendaraan, yakni semakin tinggi kepadatan kendaraan maka konsentrasi Pb di udara ambien juga akan meningkat. Kemudian dari koefisien determinasi yang dihasilkan yaitu sebesar 83,% dapat dianggap bahwa persamaan yang diperoleh relatif baik untuk digunakan. Model ini masih mempunyai kelemahan karena belum mempertimbangkan faktor lain terutama angin yang mempunyai peran cukup besar dalam pengenceran. Apabila model ini digunakan untuk menduga besarnya konsentrasi Pb di udara, bahwa pada jumlah kendaraan sebesar 566 menghasilkan konsentrasi Pb di udara ambien sebesar no (0). Kenyataan di lapangan tentunya tidak demikian, karena dengan penambahan satu kendaraan pun diduga akan ada penambahan konsentrasi Pb di udara ambien sehingga nilainya lebih dari no (0). Oleh karena itu model ini masih bersifat spesifik artinya hanya dapat digunakan dengan kondisi data seperti pada saat penelitian. Kemampuan Jalur (Mimusops elengi Linn.) dalam Meredusir Timbal (Pb) Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi Pb di udara ambien di beberapa titik pengamatan, dapat diketahui perubahan konsentrasi Pb udara ambien sebelum dan setelah melalui jalur hijau. Tingkat penurunan konsentrasi Pb disajikan pada Tabel 2.

Media Konservasi Vol. 3, No. April 2008 : 6-20 Tabel 2. Konsentrasi Pb di udara ambien sebelum dan sesudah melalui jalur hijau tanjung Waktu Pengukuran 3 Konsentrasi Pb (pg/m ) Pengukuran Pengambilan A B Penurunan Prosentase A B Penurunan Prosentase Sampel (% ( %> Pagi 0,35 <0,04 0,3 32 0,25 <0,04 0,2 22 Siang 0,30 <0,04 0,26 27 0,49 0,5 0,34 35 Sore 0,53 0,2 0,4 4 0,58 0,7 0,4 43 Keterangan: Pagi (0:30-:30), Siang (2:30-3:30), Sore (6:OO-7:00), A: tepi jalan, B: di belakang tegakan tanjung; Konsentrasi <0,04 g/m3 tidak terbaca karena kurang lamanya waktu pengambilan sampel. Tabel 2 menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi Secara keseluruhan, penurunan terbesar terjadi pada a Pb di tegakan tanjung berkisar antara 22-43%. Tingginya sore hari. Hal ini diduga pada sore hari kecepatan angin tingkat penurunan konsentrasi Pb di udara ambien selain relatif tinggi seperti tercantum pada Tabel 3. Semakin karena terdapat pohon tanjung yang memiliki kemampuan tinggi kecepatan angin mengakibatkan semakin tinggi untuk menjerap dan menyerap polutan tetapi juga dapat pengenceran dan penyebaran partikel Pb dari sumber emisi disebabkan oleh faktor lainnya seperti kecepatan angin pada dan semakin rendah kecepatan angin maka akan rendah pula saat pengambilan sampel, pengenceran dan penyebaran partikel Pb dari sumber emisi. Tabel 3. Kecepatan angin pada saat dilaksanakan penelitian Frekuensi Pengukuran Waktu Pengambilan Pengukuran (mldetik) Pengukuran (mldetik) Sampel Di belakang Jalur Di belakang Jalur Tepi Jalan Tepi Jalan Pagi 0,43 0,35 0,46 0,29 0,37 0,32 0,75 0,36 Sore,25 0,54,3 0,37 Pengaruh Jalur Hijau Jalan terhadap Suhu dan matahari tersebut langsung memanaskan suhu udara di Kelem ba ban atasnya. Pada lokasi pengukuran di tegakan tanjung, suhu udara Suhu udara di tepi jalan lebih tinggi dibandingkan lebih rendah karena tumbuhan mampu memantulkan dengan suhu udara di tegakan tanjung (Tabel 4). Hal ini kembali radiasi mataharia Menurut Dahlan (2004, daun dapat terjadi karena di tepi jalan merupakan beraspal mempunyai kemampuan unfuk memantulkan kembali sinar yang lebih banyak menyerap radiasi matahari dibandingkan infra rnerah sebesar 70 %, sedangkan untuk cahaya tampak dengan yang di~antulkan kembali. Hal ini jugs (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu) dengan mengakibatkan kondisi udara menjadi lebih kering. Selain berbagai panjang gelombang (380-780 nm) hanya berkisar itu, kondisi di tepi jalan yang memiliki ruang relatif terbuka 6-2%. menyebabkan radiasi matahari langsung sampai ke permukaan tanpa ada penghalang. Kemudian radiasi Tabel 4. Pegukuran suhu udara selama pelaksanaan penelitian 0 Suhu Udara ( C) Waktu Pengambilan Pengukuran Pengukuran Sampel Tepi Jalan Di Belakang Jalur Tepi Jalan Di Belakang Jalur Hijau ~ anjun~ Hijau ~ anjun~ Pagi 32,5 32,3 34,5 33,O Siang 32,O 3,3 34,4 32,6 Sore 3,O 29,5 3,6 29,3 Keterangan : Pagi (0:30-:30), Siang (2:30-3:30), Sore (6:OO-7:OO).

Penumnan Polusi Timbal Kelembaban udara di tepi jalan lebih rendah di belakang plot penelitian yang terdapat tumbuhan. dibandingkan dengan kelembaban udara di tegakan tanjung Tumbuhan tersebut mampu meningkatkan kelembaban (Tabel 5). Rendahnya kelembaban udara di tepi jalan udara melalui evapotranspirasi sehingga meningkatkan dibandingkan di tegakan tanjung terjadi karena di tepi jalan kenyamanan sekitar dan menyebabkan terbentuknya iklim lokasinya relatif lebih terbuka dibandingkan dengan lokasi mikro. Tabel 5. Pengukuran kelembaban udara selama pelaksanaan penelitian Kelembahan (?A) Waktu Pengambilan Sampel Pengukuran Pengukuran Tepi Jalan Di Belakang Jalur Tepi Jalan Di Belakang Jalur H ijau Tanjung Pagi 45 48 46 48 Siang 50 55 47 5 Sore 56 58 53 55 Keterangan : Pagi (0:30-:30), Siang (2:30-3:30), Sore (6:OO-7:OO). KESMPULAN DAFTAR PUSTAKA. Tegakan tanjung (Mimusops elengi Linn) yang [BPLHD] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah berjumlah 4 pohon dengan jumlah baris sebanyak 3 Provinsi DK Jakarta. 2007. Pencemaran udara. baris mampu meredusir konsentrasi Pb dengan http://bplhd.jakarta.go.idlppu.php. [5 Juli 2007. penurunan rata-rata pada pa hari sebesar 0,26 )drn3, 5 Bematzky A. 978. Tree ecology and siang hari sebesar 0,30 pg/m dan sore hari sebesar 0,4 Amsterdam: Elsevier Scie. Co. vg/m3. 2. Model regresi hubungan antara kepadatan kendaraan Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) dengan konsentrasi Pb di udara ambien, adalah y = - Bernuansa Hutan Kota. Bogor: PB Press. 0,55 + 9,9. x. Model regresi tersebut berarti Damanik R. 2004. pencemaran udara. bahwa semakin tinggi kepadatan kendaraan maka konsentrasi timbal (Pb) di udara ambien juga akan http://www.walhi.or.id. [29 Juni 2007. semakin meningkat. Harahap H. 2004. Pengaruh pencemaran timbal dari 3. Jalur hijau jalan di Taman Monas dapat memperbaiki kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan iklim mikro yaitu dengan menurunkan suhu lingkungan mutu teh. (Disertasi). Bogor: Program Pascasarjana. dan meningkatkan kelembaban. lnstitut Pertanian Bogor. Lestari P. 2006. Penelitian kadar timbal dalam darah anak sekolah di Kota Bandung. Bandung: Departemen Teknik Lingkungan. nstitut Teknologi Bandung.