BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tingkat Adversity Quotient Peserta Didik MTs Darul Karomah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PAUD Sahabat Ananda berada di Perumahan Puncak Permata Sengkaling blok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pengelolaan diri atau regulasi diri adalah upaya individu untuk

Lampiran 1. Skala Adversity Quotient NIS : Kelas : Jenis Kelamin :

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Latar Belakang Berdirinya MAN Pamekasan. 27 januari 1992 sampai sekarang. 2. Meningkatkan kualitas lulusan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. variabel yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Variabel dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sekolah Menengah Aatas Negeri 1 Grati Pasuruan

BAB IV ANALISIS DATA. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase. Laki-Laki % Perempuan % Total %

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No. 17 Turen, kecamatan Turen, kabupaten malang, provinsi Jawa timur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable- variabel yang digunakan penelitian ini adalah Variabel (X) : kecerdasan emosional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di MA Negeri Kandat Kediri yang dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 3 Metode Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. expost facto, karena bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menghafalkan al-qur an. Awal mula berdirinya PPTQ Nurul Furqon ini

BAB III METODE PENELITIAN. model deskriptif korelatif, dengan menggunakan pendekatan croos sectional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam rangka menampung minat siswa-siswi dan santriwansantriwati

BAB III METODELOGI PENELITIAN. penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. 64

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang. Madrasah ini memiliki visi Mewujudkan insan yang teguh dalam beriman, cerdas dalam berilmu pengetahuan dan profesional dalam beramal sholeh. 2. Identitas MA Darussalam Agung Kota Malang 1. Nama Sekolah : MA DARUSSALAM AGUNG 2. Alamat : Jalan K.H. Malik Dalam RT. 07 RW. 04 3. Kecamatan : Kedungkandang 4. Kota : Malang 5. Propinsi : Jawa Timur 6. Status Sekolah : Terakreditasi B 7. SK Kelembagaan : 421.5/241/108.09/2002 8. NSS : 342015826041 B. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang di Jalan KH. Malik Dalam Malang yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2014 dengan menyebarkan skala adversity quotient dan 56

57 regulasi diri kepada 50 siswa kelas X, XI, XII MA Darussalam Agung Buring Kota Malang. 2. Uji Hasil Validitas Standart validitas yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,30 sehingga sebuah aitem valid apabila melebihi = 0,30 (>0,30) tersebut dianggap sahih, sebaliknya jika didapatkan koefisien validitas kurang dari 0,30 (<0,30) maka butir-butir tersebut tidak valid dan dianggap gugur (Azwar, 2009). Karena bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2011). Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Skala Adversity Quotient No Dimensi Nomor Item Jumlah Valid 1 Kendali/control 1, 2, 4, 6, 7, 9, 11, 14, 16, Gugur 29 13 19, 21, 23 2 Daya Tahan 3, 8, 13, 20, 26, 30, 33, 34-8 3 Jangkauan 5, 10, 12, 15, 17, 18, 24, 27, - 10 31, 36 4 Kepemilikan 22, 25, 28, 35, 37, 38, 39, 32 9 40 Jumlah 40

58 Dari hasil uji validitas instrumen dalam skala adversity quotient dapat diketahui bahwa terdapat 2 aitem yang gugur, sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 38 aitem. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Skala Regulasi Diri No Aspek Nomor Item Jumlah Valid Gugur 1 Kemampuan 1, 2, 3, 4, 5, - 9 metakognitif 6, 7, 8, 9, 2 Manajemen diri 10, 11, 12, 17 9 dan minat dalam pengerjaan tugastugas akademik 13, 14, 15, 16, 18 3 Strategi kognitif 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25-7 Jumlah 25 Dari hasil uji validitas instrumen dalam skala regulasi diri dapat diketahui bahwa terdapat 1 aitem yang gugur, sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 24 aitem. 3. Uji Hasil Reliabilitas Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20.0 for windows. Koefisien keandalannya bergerak antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2009). Adapun uji reliabilitas terhadap skala adversity quotient dengan regulasi diri sebagai berikut :

59 Tabel 4.3 Reliabilitas Adversity Quotient dan Regulasi Diri Variabel Alpha Keterangan Adversity Quotient 0,916 Reliabel Regulasi Diri 0,889 Reliabel Hasil Uji reliabilitas kedua skala tersebut dapat dikatakan reliabel karena mendekati 1,00. Sehingga kedua skala tersebut layak untuk dijadikan instrumen pada penelitian yang dilakukan. 4. Kategori Persentase Adversity Quotient dan Regulasi Diri a) Kategorisasi Adversity Quotient Penentuan norma penilaian dilakukan setelah nilai Mean (M) dan Standar Deviasi (SD) diketahui. Berikut ini norma penilaian yang diperoleh: a. Mean ( = = 120.8600 b. Standar Deviasi = 11.87178 Setelah diketahui mean dan standar deviasi, data dibagi menjadi tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah untuk mengetahui tingkat dan menentukan jarak pada masing-masing kelompok dengan pemberian skor standar. (Azwar, 2009). Pemberian skor dilakukan dengan mengubah skor kasar ke dalam bentuk penyimpanan dari mean dalam suatu standar deviasi dengan menggunakan norma-norma sebagai berikut:

60 Tabel 4.4 Rumus Kategorisasi Tingkat Variabel Rumus X M + 1 SD M 1 SD X < M + 1 SD X < M 1 SD Kategori Tinggi Sedang Rendah Tabel 4.5 Kategori Tingkat Adversity Quotient Nilai Kategori Jumlah Prosentase X 133 Tinggi 6 12% 110 X < 132 Sedang 39 78% X < 109 Rendah 5 10% Total 50 100 Gambar 4.1 Grafik Tingkat Adversity Quotient 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Adversity Quotient 39 6 5 Tinggi Sedang Rendah Berdasarkan grafik di atas menunjukkan frekuensi dan prosentase mengenai tingkat adversity quotient yang dimiliki siswa Madrasah Aliyah

61 Darussalam Agung Buring Malang adalah 6 siswa (12 %) memiliki adversity quotient yang tinggi, 39 siswa (78 %) memiliki tingkat adversity quotient yang sedang, dan 5 siswa (10 %) memiliki tingkat adversity quotient yang rendah. Prosentase tertinggi mayoritas terletak pada tingkat adversity quotient yang sedang. b) Kategorisasi Regulasi Diri Penentuan norma penilaian dilakukan setelah nilai Mean (M) dan Standar Deviasi (SD) diketahui. Berikut ini norma penilaian yang diperoleh: a. Mean ( = = 73.26 b. Standar Deviasi = 7.7323 Setelah diketahui mean dan standar deviasi, maka data dibagi menjadi tiga kategori untuk mengetahui tingkat dan menentukan jarak pada masing-masing kelompok dengan pemberian skor standar. Pemberian skor dilakukan dengan mengubah skor kasar ke dalam bentuk penyimpanan dari mean dalam suatu standar deviasi dengan menggunakan norma-norma (rumus seperti pada tabel 6), hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.6 Kategori Tingkat Regulasi Diri Nilai Kategori Jumlah Prosentase X 82 Tinggi 7 14% 67 X < 81 Sedang 38 76% X < 66 Rendah 5 10% Total 50 100%

62 Adapun grafik tingkat regulasi diri siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.2 Grafik Tingkat Regulasi Diri 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Regulasi Diri 38 7 5 Tinggi Sedang Rendah Berdasarkan grafik di atas menunjukkan frekuensi dan persentase mengenai tingkat regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang. Grafik tersebut juga menggambarkan dari 50 siswa, 7 orang (14 %) memiliki tingkat regulasi diri yang tinggi, 38 orang (76%) memiliki tingkat regulasi diri yang sedang, dan 5 orang (10 %) memiliki tingkat regulasi diri yang rendah. Persentase mayoritas terletak pada tingkat regulasi diri siswa yang sedang. 5. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan (korelasi) antara adversity quotient dengan regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang. Oleh sebab itu, dilakukan berupa analisa korelasi product moment dari Karl Pearson dengan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows kedua variabel

63 tersebut. Setelah dilakukan analisis data diketahui hasil korelasi sebagai berikut : Tabel 4.7 Korelasi Adversity Quotient dengan Regulasi Diri Siswa MA Darussalam Agung Buring Malang Adv ersity Quotient Regulasi Diri Correlati ons Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Adv ersity Quotient Regulasi Diri 1.662**.000 50 50.662** 1.000 **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed). 50 50 Berdasarkan tabel di atas, terlihat angka koefisien korelasi pearson sebesar 0.662**, berarti besar korelasi antara adversity quotient dengan regulasi diri siswa adalah 0,662 atau kuat karena mendekati angka 1,00. Juga catatan di bawah tabel ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed) artinya adalah korelasi adversity quotient dengan regulasi diri signifikan pada taraf signifikansi 0,01 (taraf penerimaan 99%). Selain itu nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,01 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara adversity quotient dengan regulasi diri. Begitu pula interpretasi menggunakan tabel nilai Product Moment, dikatakan korelasi signifikan apabila empirik > teoritik dan sebalik dikatakan tidak signifikan apabila empirik < teoritik (Winarsunu, 2012). Koefisien korelasi sebesar 0,662 ( empirik) sedangkan teoritik sebesar 0,361 (dilihat pada tabel nilai Product Moment) pada taraf

64 signifikansi 1% (taraf penerimaan 99%) menunjukkan bahwa sebesar 0,662 lebih besar dari pada 0,361 (0,662 > 0,361) empirik pada taraf signifikansi 1%. Maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel adversity quotient dengan regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang kuat dan signifikan. Sehingga hipotesis diterima bahwa ada hubungan positif antara adversity quotient dengan regulasi diri pada siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Malang. C. Pembahasan 1. Tingkat Adversity Quotient Siswa MA Darussalam Agung Buring Malang Tingkat adversity quotient pada siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam distribusi kategori tinggi terletak pada adversity quotient siswa yang memiliki persentase yang sedang sebesar 78 % atau 39 siswa, yang memiliki kategorisasi tinggi ada sebesar 12 % atau 6 siswa, sedangkan untuk kategori rendah memiliki persentase 10 %, atau 5 siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa adversity quotient siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang berada pada tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka cukup mampu mengendalikan diri ketika menghadapi berbagai macam kesulitan. Mereka mampu bangkit dan memaksimalkan kemampuannya untuk bertindak saat berada dalam situasi yang sulit.

65 Siswa MA Darussalam Agung Buring Malang meskipun dalam sekolahnya tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya, mereka tetap memiliki pendirian yang kuat tentang pentingnya bersekolah karena mereka memiliki impian dan cita-cita yang akan mereka wujudkan ke depannya. Selain kurangnya dukungan orang tua, faktor guru juga menghambat proses belajar-mengajar. Karena guru kurang memfokuskan diri terhadap siswa, walaupun seperti itu, siswa tetap mempunyai semangat belajar yang tinggi. Menurut Stoltz (2007), kelompok ini disebut camper. Camper ini sudah mencapai tingkat tertentu. Perjalanan mereka cukup mudah dan mereka telah mengorbankan banyak hal. Campers setidaknya telah melangkah dan menanggapi tantangan, tetapi setelah mencapai tahap tertentu mereka berhenti. campers berhenti meskipun masih ada kesempatan untuk lebih berkembang lagi. Kelompok ini merasa puas dan tidak mau mengembangkan diri lagi terhadap apa yang sudah diperolehnya. Siswa juga memiliki harapan dan sikap optimis dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Tantangan dijadikan sebagai pelecut semangat untuk meraih hasil yang lebih baik. Dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi untuk menghadapi masa-masa yang akan. Didapati pula 12 % siswa (6 siswa) berkategori tinggi. Mereka ini termasuk golongan climber. mereka yang selalu optimis, melihat peluang-peluang, melihat harapan dan selalu bergairah untuk maju. Climber merupakan kelompok orang yang selalu berupaya mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri pada skala hierarki Maslow. Climber

66 adalah tipe manusia yang berjuang seumur hidup, tidak peduli sebesar apapun kesulitan yang datang. Climber tidak dikendalikan oleh lingkungan, tetapi dengan berbagai kreatifitasnya tipe ini berusaha mengendalikan lingkungannya. Climber akan selalu memikirkan berbagai alternatif permasalahan dan menganggap kesulitan dan rintangan yang ada justru menjadi peluang untuk lebih maju, berkembang, dan mempelajari lebih banyak lagi tentang kesulitan hidup. Tipe ini akan selalu siap menghadapi berbagai rintangan dan menyukai tantangan yang diakibatkan oleh adanya perubahanperubahan. 2. Tingkat Regulasi Diri Siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang Tingkat regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam distribusi kategori mayoritas terletak pada tingkat regulasi diri sedang yang memiliki persentase sebesar 76 % atau 38 dari 50 subyek. Sedangkan untuk regulasi diri kategori tinggi memiliki persentase 14% atau 7 dari 50 subyek. Untuk regulasi diri kategori rendah sebesar 10 % atau sebanyak 5 siswa dari 50 subyek. Hal ini menunjukan bahwa tingkat regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang berada dalam kategori sedang. Ini dapat dikatakan siswa cukup mampu mengatur dan mengontrol dirinya. Siswa yang memiliki regulasi diri yang baik, berarti akan menujukkan

67 pribadi yang tangguh, mampu membuat target dalam aktifitasnya, mampu membuat perencanaan dengan cara kreatifitas berpikirnya, serta melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan. Pribadi ini juga memiliki tingkat manajemen diri yang baik sehingga tidak mudah menyerah dalam menjalankan tugas. Siswa yang berada dalam kategori ini memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu serta menilai tantangan atau hambatan yang dihadapi akan membuat individu semakin matang. Siswa di MA Darussalam Agung Buring Malang memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya serta memanajemen waktunya dalam mengerjakan tugas sehingga siswa tetap bisa mengikuti alur pelajaran yang diberikan oleh guru, sekalipun siswa tetap sibuk bekerja di saat selesai sekolah. Dalam proses belajar siswa tidak lepas dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bandura (1986) bahwa terdapat tiga aspek yang terlibat dalam regulasi diri yaitu personal, perilaku, dan lingkungan. 1. Personal a. Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam pengetahuan yang dimiliki individu akan semakin membantu individu dalam melakukan pengelolaan diri.

68 b. Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang semakin tinggi akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri dalam diri individu. c. Tujuan yang ingin di capai, semakin banyak dan kompleks tujuan yang ingin di raih, semakin besar kemungkinan individu melakukan pengelolaan diri. 2. Perilaku Perilaku mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang di kerahkan individu dalam mengatur dan mengorganisasi suatu aktivitas akan meningkatkan regulation pada diri individu. 3. Lingkungan Lingkungan terbagi menjadi dua lingkungan sekolah dan lingkungan sosial dimana individu tinggal. Hal ini bergantung pada bagaimana lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung. Keberhasilan pengajaran di sekolah, ditentukan oleh pengaturan diri (regulasi diri) siswa. Siswa yang mampu mengatur dirinya dalam melakukan berbagai aktivitas akan lebih berhasil daripada yang tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Menurut Pintrich & Groot, terdapat tiga aspek regulasi diri, yakni: a. Kemampuan metakogntif untuk membuat perencanaan, monitoring, dan memodifikasi cara berpikir.

69 b. Manajemen diri dan minat dalam pengerjaan tugas-tugas akademik, seperti kemampuan bertahan dalam menyelesaikan tugas yang sulit. c. Strategi kognitif yang digunakan siswa untuk belajar, mengingat, dan mengerti materi-materi pembelajaran. Dengan memiliki ketiga aspek di atas maka siswa akan menjadi pribadi yang kuat dan memiliki pemikiran dan tindakan yang positif. Siswa memiliki regulasi diri yang baik apabila siswa mampu aktif dalam bidang akademik, secara kognitif memiliki motivasi internal dan eksternal yang tinggi untuk menjadi pribadi yang terus berkembang. 3. Hubungan antara Adversity Quotient dengan Regulasi Diri pada Siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang Adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan sehingga mampu mengubah hambatan menjadi peluang bagi dirinya untuk mengasah kemampuan agar individu dapat memecahkan masalahnya (Stoltz, 2007). Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa-siswi tidak menutup kemungkinan bagi mereka tidak bisa mengatur dirinya sendiri sehingga tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Hal inilah yang berhubungan adversity quotient dengan regulasi diri. Adler (dalam Alwisol, 2007) berpendapat bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri. Manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan bagaimana ia bertingkah laku. Manusia memiliki kekuatan kreatif untuk

70 mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara memperjuangkan mencapai tujuan itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. Kekuatan diri kreatif itu membuat setiap manusia menjadi manusia bebas, bergerak maju menuju tujuan terarah. Pendapat Adler tersebut menunjukkan setiap individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya, tergantung dari individu tersebut mengatur kehidupannya dan bertanggungjawab terhadap tingkahlakunya sendiri yang disesuaikan dengan tujuan hidupnya. Dalam hasil uji korelasi dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai signifikansi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,662 dan berada pada level signifikansi 0,00 berada dalam taraf penerimaan 99 %. Disini dapat diartikan bahwa adversity quotient memiliki hubungan dengan regulasi diri siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Malang. Jika tingkat adversity quotient tinggi maka semakin tinggi pula regulasi diri dan sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Stoltz (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan segenap kemampuan serta mengatur dirinya sendiri (self regulation) agar kesulitan tersebut dapat diatasi. Dari hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian dilakukan oleh Hairatussani Hasanah (2010) dengan subjek penelitian siswa SMAN 102

71 Jakarta Timur yang hasilnya menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa SMAN 102 Jakarta Timur. Dari penelitian ini menunjukkan tingkat adversity quotient yang tinggi tidak menjamin prestasi belajar juga tinggi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Dwi Wahyu Sho imah (2005), yang menghubungkan adversity quotient dengan toleransi stres terhadap mahasiswa yang berkesimpulan bahwa adversity quotient mahasiswa Psikologi UNS termasuk dalam kategori sedang cenderung tinggi. Adversity quotient mampu membuat individu mengelola situasi sulit menjadi sesuatu yang positif. Individu yang memiliki adversity quotient yang baik akan terhindari kegagalan dalam menghadapi stres dan berhasil meghadapi stres secara terus menerus yang akhirnya membentuk toleransinya terhadap stres. Hal ini mencerminkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang yang memiliki adversity quotient tinggi cenderung memiliki regulasi diri yang tinggi pula yakni mampu mengatur dirinya sendiri di tengah mendapatkan kesulitan. Keberhasilan pembelajaran di sekolah, ditentukan oleh pengaturan diri (regulasi diri) siswa. Siswa yang mampu mengatur dirinya dalam berbagai aktifitas akan lebih berhasil daripada yang tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Sebagai seorang siswa tentunya mereka memiliki sebuah kewajiban yang harus dijalani selama proses belajar mereka, seperti membaca,

72 merangkum, dan mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya. Namun dalam kenyataannya terkadang siswa tidak bisa mengatur dirinya sendiri sehingga mereka mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai seorang siswa. Fenomena ini bisa terjadi disebabkan kurangnya kesadaran siswa akan kewajibannya sendiri.