BAB VI F. ANALISA KRITIS

dokumen-dokumen yang mirip
G. RENCANA TINDAK LANJUT

BAB V E. HASIL KAMPANYE

F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

6.1. Tinjauan Kritikal

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

IV. METODE PENELITIAN

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

STRATEGI TINDAK LANJUT

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

Bogor 5 : Fase Pelatihan Pertama (Minggu 4 : June 2012)

Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah. Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G. RENCANA TINDAK LANJUT

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

Rosita Tariola (Mona)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

Malam Rare Pride. pada Lokakarya Fish Forever Bali, Oktober Mengenal lebih jauh Program Pride di Indonesia

5. HASIL KAMPANYE. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

BAB IV METODE PENELITIAN

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

ANALISIS KRITIS. Tahap Perencanaan Proyek

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dari BAB IV yang telah

BAB I PENDAHULAUAN. A. Gambaran Umum Lokasi KKN

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun di dunia.

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperkenalkan produknya pada calon konsumen.

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dimaksud. Adapun kesimpulan dari peneliti adalah sebagai berikut :

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

MELANJUTKAN PERUBAHAN: BELAJAR DARI PENGGERAK KONSERVASI AKAR RUMPUT

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

BAB I PENDAHULUAN I.1.

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

D. Kegiatan Kampanye

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS KULIAH UMUM AKADEMI KOMUNITAS BENGKALIS BENGKALIS, 5 SEPTEMBER 2016

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat

I. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Langkah-Langkah Advokasi

Transkripsi:

BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang telah bergerak ke tahap Tindak Lanjut proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama atau menghadapi situasi yang serupa. Tinjauan Kritis Bab ini akan meninjau : (i) proses perencanaan dan (ii) proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (3C) Rare. Bab ini juga akan melihat beberapa kendaraan yang digunakan untuk menyampaikan pesan, menyoroti kendaraan-kendaraan yang efektif dan yang tidak efektif, serta pelaksanaan BROP. A. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek yang berakhir dengan Rencana Proyek Proses Perencanaan Proyek dimulai segera setelah fase universitas pertama dan mencakup periode dua puluh satu minggu yang dimulai dari 21 Desember 2008 sampai 24 Mei 2009. Proses multi-langkah tersebut melelahkan dan kadang-kadang berat, tapi akhirnya menghasilkan rencana langkah demi langkah yang berfungsi sebagai landasan untuk kampanye. Beberapa pelajaran penting yang bisa dipelajari : Sebanyak 20-an orang pemangku kepentingan berpartisipasi dalam pertemuan pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep awal untuk Kawasan Rawa Tripa ini. Mereka terdiri sejumlah perangkat desa mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Tokoh Masyarakat dan masyarakat biasa yang kesemuanya berasal dari masyarakat yang menetap disekitar kawasan tersebut, baik yang ada di Kec. Darul Makmur Kab. Nagan Raya maupun Kec. Babah Rot Kab. Aceh Barat Daya. Walaupun pada awalnya saya sangat sulit mengajak mereka untuk mengikuti pertemuan tersebut karena mengingat mereka sebelumnya ada lembaga-lembaga lain yang saat itu juga mengajak mereka mengikuti berbagai pertemuan serupa namun pada akhirnya tidak ada kelanjutannya. Belum lagi ada sebagian dari mereka malah mempertanyakan imbalan dari mengikuti pertemuan tersebut dan sebagian yang lain yang menilai pesimis dengan kegiatan pertemuan tersebut karena menilai bahwa persoalan mereka tidak akan selesai dengan hanya pertemuan seperti itu. Maka oleh karena kondisi masyarakat yang demikian, saya mencoba 49

meyakinkan mereka untuk dapat mengikuti pertemuan tersebut dan mencoba bersama-sama menyelesaikan persoalan mereka dengan mengajak mereka terlbat penuh didalamnya dan saya hanya menjadi fasilitator saja. Akhirnya sebanyak 20-an dari masyarakat disana mengikuti pertemuan tersebut walaupun saya sadar bahwa mereka tidak bisa mewakili komunitas masyarakat yang lain yang lebih besar yang menetap sekitar Tripa tersebut, namun begitu dengan sedikit masyarakat yang berhadir memenuhi undangan saya setidaknya sebagian dari mereka sudah sedikit tau dimana letak Rawa Tripa karena mereka tinggal langsung disana. Jadi mereka sudah saling tahu satu dengan yang lainnya sehingga dinamika kelompok tidak menjadi masalah yang berarti. Sepanjang sesi itu sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif. Saya berusaha keras untuk menjadi fasilitator yang netral dan tidak bersikap menghakimi. Bila dipikirkan lagi, akan sangat menguntungkan lagi apabila saat dapat menghadirkan perwakilan dari Pemerintah dan pihak Perusahaan Sawit dalam pertemuan itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan untuk berpartisipasi. Belum lagi saat itu tidak ada satu pun keterwakilan kaum perempuan yang mengikuti pertemuan tersebut dalam, walaupun sebelumnya sudah diberitahukan kepada kaum perempuan sekitar kawasan tersebut. Bagi sebagian peserta, pertemuan itu adalah kali pertama pertama mereka dimintai masukannya sehingga dapat memberikan gambaran-gambaran yang menarik tentang apa yang mereka alami selama ini. Rasa kepemilikan untuk Model Konsep dan proyek diyakini tumbuh, yang kemudian muncul dalam kesediaan mayoritas peserta untuk mendukung tim penggerak kampanye. Mereka bertemu setiap bulan selama tahap pelaksanaan kampanye, dan terbukti sangat berguna. Sebagai contoh, Bapak Mukim setempat selalu dapat berpartisipasi dalam setiap pertemuan masyarakat apabila dilaksanakan dalam masyarakat sekitar kawasan tersebut. A. Pengembangan Konsep Model Terkait dengan Model Konsep awal, Direktur Pendidikan di Lembaga saya, Imum Mukim Seueneuam di Kec. Darul Makmur, Dua orang wakil rakyat di Kab. Nagan Raya dan Kepala Unit Kehutanan Alue Bilie dan Tokoh Masyarakat setempat yang kemudian mengkaji dan memberi masukan setelah sebelumnya dikembangkan bersama para pemangku kepentingan melihat Model Konsep awal itu mewakili secara meluas bagaimana mereka melihat situasi yang ada dan sejumlah kecil perubahan yang mereka ajukan dengan mudah dapat diintegrasikan ke dalam model yang direvisi. Walaupun piranti lunak miradi ini pada awalnya sangat sulit bagi saya untuk menggunkannya, karena bagi saya ini merupakan sebuah software baru yang memerlukan sebuah adaptasi dalam penggunaannya, sehingga benar-benar bisa saya gunakan setelah dituntun oleh tim Rare dalam penggunaan software tersebut. Tapi penggunaan miradi ini hanya sebatas saya bisa menggunakannya sendiri dan saya juga menyadari bahwa saya belum bisa membagi cara penggunaan sofware miradi ini ke teman-teman yang lain dilembaga saya. Sejauh yang saya ketahui bahwa lembaga saya juga belum mengadopsi software miradi ini sebagai salah satu software yang digunakan dalam program lain. Setelah saya merasa nyaman dengan penggunaan software ini, baru proses analisa Peringkat Ancaman yang dibangun berdasarkan Model Konsep berlangsung dengan baik. Akhirnya piranti lunak miradi ini dengan mudah digunakan dan pengerjaannya pun dapat diselesaikan di hadapan 50

Direktur Pendidikan di Lembaga saya, Imum Mukim Seueneuam di Kec. Darul Makmur, Dua orang wakil rakyat di Kab. Nagan Raya dan Kepala Unit Kehutanan Alue Bilie dan Tokoh Masyarakat setempat. Dengan target konservasi hutan Rawa Tripa sebagai habitat Orangutan Sumatera, alih Fungsi lahan atau pembukaan lahan adalah satu-satunya ancaman dengan peringkat "tinggi". Piranti lunak Miradi tak hanya membuat Penjajakan Peringkat Ancaman dapat dibuat dengan mudah, tetapi juga sangat visual sehingga beberapa peserta bersemangat untuk menggunakannya pada proyek-proyek mereka sendiri. Perangkat lunak Miradi juga memudahkan untuk mengisolasi rantai-rantai faktor yang bersangkutan dan untuk mengeditnya kembali dengan penambahan wawasan yang diperoleh dari percakapan terarah (wawancara mendalam) yang kami laksanakan untuk mengkaji dan memberi masukan langkah-langkah awal proses perencanaan. B. Strategi Penyingkiran Halangan Pilihan pengelolaan dan proses penyusunan BRAVO yang saya buat pada tahun lalu untuk menelaah Barrier Removal (BR) atau penyingkiran halangan yang akan dirancang sebagai salah satu strategi dalam mencapai tujuan akhir konservasi. Dalam penyusunan konsep BRAVO ini dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya baik itu dari aspek ekonomi, sosial politik, budaya dan hukum yang nantinya dalam menggagas penyingkiran halangan tersebut tidak menggunakan mempengaruhi ke-empat aspek diatas dalam penerapan dalam masyarakat. Setelah dilakukan dengan penelahan dari ke empat aspek tersebut maka baru diambil sebuah langkah dalam menyusun turunan kegiatan penyingkiran halangan yang nantinya dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan kampanye itu sendiri. Penyingkiran halangan yang telah kami pilih sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam model konsep yaitu alih fungsi lahan secara besar-besaran yang berdampak pada kerusakan kawasan Tripa yang sangat luas sehingga diperlukan sebuah pencegahan melalui penyingkiran halangan dengan penerapan tata ruang wilayah propinsi dan kabupaten yang diyakini dapat mengatasi permasalahan perusakan kawasan secara terus-menerus yang terjadi dalam kawasan selama ini. Maka oleh karena itu konsep penyingkiran halangan yang telah saya susun tahun lalu sudah sedikit banyak membantu upaya penyelamatan Rawa Tripa dimasa yang akan datang. C. Pelaksanaan Pra Survey dan Analisa Hasil Pada tahapan berikutnya saya harus melakukan kegiatan pengumpulan data awal melalui kegiatan pra survey yang dilakukan pada bulan April 2009 lalu yang diawali dengan menentukan wilayah pengumpulan data yang dibagi kepada dua wilayah yaitu kawasan kec. Darul Makmur dan kawasan Kec. Babah Rot. Setelah sudah diketahui wilayah pengumpulan data yang mencakup kawasan desa target sebanyak 20 Desa dan desa pembanding sebanyak 4 desa, baru kemudian menentukan jumlah populasi yang akan dijadikan sampel data dalam hal pengumpulan data tersebut nantinya. Metodelogi yang digunakan dalam pengambilan sampel data adalah dengan sistem acak random. Setelah didapatkan sampel survey tersebut maka kemudian dilanjutkan dengan merancang pertanyaan demi pertanyaan yang mengacu dengan kondisi yang sedang terjadi dilapangan 51

sesuai dengan hasil yang didapat dalam konsep model yang telah disusun sebelumnya sehingga diharapkan dapat ditemukan data yang mendukung keberlangsungan program nantinya. Selanjutnya baru kemudian dilakukan dengan perekrutan tim enemurator yang dapat membatu menginput data pra survey dimana mereka saya ambil dari rekan-rekan mahasiswa yang kuliah dikota sekitaran kawasan Rawa Tripa tersebut. Maka dengan dibantu oleh tenaga relawan tersebut akhirnya data survey tersebut dapat dikumpulkan untuk selanjutnya diverifikasi dengan baik sehingga dapat di entry datanya oleh tim enumerator itu sendiri sehingga dengan demikian semua data entry tersebut dapat selesai dientry data. Selanjutnya data yang telah dientry tersebut baru diolah dengan menggunakan software survey pro untuk kemudian dianalisa guna mengetahui hasil data tersebut sehingga dapat diputuskan hasilnya guna menunjang rancangan kegiatan pada masa implementasi program kedepan. B. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 13 Juli 2009 selama setahun kedepan sampai pada tahapan universitas ketiga pada tanggal 28 Juli 2010. Saya akan meninjau tahapan demi tahapan dalam konteks yang mengacu pada 3K (3C) sebagai berikut : A. Kapasitas (Capacity) Pada tahap awal sekali ketika YEL merekrut saya untuk menjalankan program kampanye Pride di Rawa Tripa, saat itu saya masih memiliki keraguan apakah saya dapat melakukan program ini sesuai harapan selama dua tahun pula, mengingat saat itu saya tidak mempunyai latar belakang ilmu konservasi sedikitpun. Menyadari hal tersebut saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya harus belajar dan mencari ilmu sebanyak mungkin agar perjalanan kampanye Pride ini dapat saya lalui dengan baik. Perjalanan saya awali dengan mengajak secara persuasif masyarakat untuk iku terlibat dalam kegiatan saya, kemudian saya mencoba mempersiapkan setiap kegiatan dengan melibatkan tenaga sukarela dari anak-anak mahasiswa lokal yang mau membantu kegiatan secara penuh yang dimulai dari kegiatan pra survey sampai kegiatan selama pelaksanaan program. Mereka terdiri dari beberapa orang yang sebelumnya saya bekali mereka pengetahuan mengenai program Pride ini sendiri kemudian pemahaman konservasi, dll. Setelah mereka cukup paham dengan alur program ini baru mereka diberikan delegasi kegiatan tertentu sebagai langkah mentrasfer kemampuan yang saya miliki untuk mereka lakukan bersama masyarakat. Sementara untuk berbagai kegiatan yang melibatkan pihak mitra semisal radio dan pihak perusahaan sawit, saya mencoba mendekati pihak radio untuk bisa membangun kerjasama dengan mereka terkait penyiaran ILM dan Talkshow radio dimana saya bisa menegosiasikan pembiayaan yang sewajarnya dengan banyak mendapatkan bonus spot ILM dan Spot iklan untuk Talkshow. 52

Walaupun hal ini tidak mudah dimana radio swasta sangat berorientasi pada keuntungan yang besar namun saya bisa meyakinkan mereka untuk bisa dinegosiasikan dengan pembiayaan yang murah dengan alasan bahwa program radio akan saya lakukan dengan terus menerus. Hal yang tidak saya harapkan terkait dengan kerjasama radio pun pernah terjadi dimana saat itu saya telah membangun kerjasama dengan salah satu radio swasta untuk penyiaran ILM, namun ditengah jalan pihak radio tidak lagi menjalankan kontrak spot ILM sesuai dengan kesepakatan yang telah kita bangun bersama, maka saya harus dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit saat itu dimana saya harus memutuskan kontrak yang telah terbangun sebelumnya walaupun masa kontrak belum selesai. Mengingat demi sebuah kerja profesional maka saya harus mengesampingkan sementara hubungan interpersonal saya dengan pihak radio tersebut yang sudah terbina baik dengan mengambil sebuah keputusan secara sepihak yang kemudian melahirkan hubungan yang tidak akur lagi sehingga mendorong saya kembali mencoba membangun komunikasi yang baik di kemudian hari. Hal lain yang juga pernah saya lakukan dengan pihak perusahaan sawit terkait dengan negosisasi adalah dengan melobby pihak perusahaan sawit yang ada disekitar Tripa untuk mengikuti kegiatan Talkshow radio yang mengupas tentang upaya penyelamatan Tripa. Padahal sebagaimana semua pihak tahu bahwa saya sangat sulit meyakinkan mereka tapi setelah saya coba komunikasikan dengan sebuah draft tertulis dalam ToR kegiatan Talkshow tersebut baru kemudian mereka secara meyakinkan mau mengikuti kegiatan saya tersebut. padahal sebelumnya sangat sulit membangun komunikasi dengan pihak perusahaan tersebut. maka oleh karena itu, perjalananan kampanye Pride selama dua tahun ini telah memberikan kapasitas kepada saya dalam banyak hal terutama dalam hal memobilisir masyarakat dimana sebelumnya saya belum pernah lakukan ini sehingga setelah kejadian ini menjadi kebanggaan tersendiri terhadap apa yang telah saya lakukan selama ini. Saya melihat bahwa dengan program kampanye Pride ini telah merubah hidup saya menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan masyarakat dampingan dikawasan kerja saya. Melihat ke konteks lembaga saya sendiri bahwa program Pride telah memberikan capaian peningkatan dukungan dalam mengisi sebuah capaian besar yang sedang diusung dikawasan Tripa saat ini. Lembaga saya pun telah mampu mengadopsi dan mengintegrasikan pendekatan sosial marketing dalam program pendidikan dan penjangkauan yang dilakukan selama ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa program Pride ini mampu menyokong program lain yang dengan mudah dapat direplikasi kedalam pencapaian program lainnya. Makanya program Pride ini telah dengan serta merta membantu saya dan lembaga saya untuk mencapai sebuah kapasitas dalam bidang konservasi. Walaupun terkadang tidak lazim menurut sebagaian orang tapi saya telah membuktikan itu dengan tumbuh sebagai pribadi yang telah berbuat untuk konservasi walaupun masih sangat kecil. Maka oleh karena program Pride sudah dapat membuktikan bahwa capaian dari segi kapasitas manager kampanye sangat cepat dalam hitungan program yang hanya dalam jangka waktu dua tahun ini. 53

B. Konstituen (Constituent) Perjalananan kampanye Pride yang telah saya jalankan selama dua tahun ini pada awalnya tidak begitu didukung oleh masyarakat karena barangkali belum bisa saya jelaskan secara lebih spesifik apa yang sebenarnya saya sedang lakukan ditengah-tengah mereka. Hal ini sangat wajar terjadi mengingat pada awalnya sebagian masyarakat masih menaruh kecurigaan kepada saya dan mereka ingin melihat apa yang sebenarnya sedang saya lakukan di desa mereka. Pada mulanya saya memang mencoba mendekati tokoh kunci di desa seperti Imum Mukim, Kepala desa dan tokoh masyarakat serta pemuka agama dengan langsung mengunjungi rumah mereka masing-masing untuk berbincang-bincang mengenai segala persoalan yang mereka hadapi selama ini dengan harapan nantinya saya bisa dengan jelas mengetahui apa yang terjadi di desa mereka sebagai contoh Desa Kuala Seumanyam dan sebagaian besar desa yang lainnya. Dengan berbekal kerja keras dan keyakinan bahwa upaya meyakinkan masyarakat dengan mengikuti program ini dapat dilakukan dengan baik sehingga seiring perjalanan waktu masyarakat secara serta merta memahami program kampanye Pride ini. Sekarang ini telah terbangun dukungan yang besar terhadap program kampanye ini dengan senantiasa masyarakat mau menggabungkan diri dalam berbagai kegiatan pertemuan desa dan mereka memberi harapan besar terhadap capaian yang sedang diusung oleh program ini. Maka oleh karena itu sebagian masyarakat didesa target sudah bisa menjadi pioner yang dapat membantu terlaksananya program ini, belum lagi sejumlah volunteer lokal yang siap kapan pun untuk melakukan koordinasi dengan saya dalam mensukseskan sejumlah kegiatan dalam masyarakat. Malah ada lagi beberapa perwakilan masyarakat yang baru-baru ini terpilih sebagai utusan masyarakat guna melaksanakan penyerahan petisi dari kabupaten hingga ke propinsi. Mereka sudah sangat mendukung program ini dan mereka secara nyata mengharapkan agar program ini turut memberikan andil yang besar nantinya buat keselamatan Rawa Tripa didaerah mereka. C. Konservasi (Conservation) Pencapaian konservasi selama dua tahun ini dalam upaya penyelamatan Rawa Tripa adalah perwakilan masyarakat sebanyak 21 desa yang secara sadar dan meyakinkan mau menadatangani petisi mengenai percepatan penyelamatan Rawa Tripa yang ada disekitar mereka. Capaian konservasi sesuai dengan sasaran SMART perubahan perilaku masyarakat dengan telah terkumpulnya sebanyak 42 buah tanda tangan perwakilan masyarakat berikut stempelnya yang ada di 21 desa sekitar Rawa Tripa. Hasil capaian ini terjadi secara tidak mudah, banyak fase yang harus dilewati mulai dari pertemuan pra petisi di salah satu kemukiman dan diikuti lagi dengan pertemuan lanjutan dengan pembahasan final sehingga mengantarkan masyarakat pada sebuah titik perubahan perilaku mereka untuk menandatangani petisi percepatan penyelamatan Rawa Tripa tersebut. Sebagai sebuah langkah terobosan yang saya ambil untuk meyakinkan perubahan perilaku masyarakat tersebut adalah dengan meyakinkan mereka akan sebuah perubahan yang dapat memberikan secercah harapan yang nyata akan sebuah keadilan yang dapat dinikmati oleh semua orang. 54

Jadi dengan adanya sebuah impian yang mereka dambakan itu maka saya masuk dengan sebuah harapan besar guna meyakimkan lagi bahwa apa yang mereka lakukan sekarang ini tidak berdampak secara politis maupun keamanan yang dapat mengancam kehidupan mereka. Berangkat hal tersebut maka saya ajak mereka untuk bersikap demi kehidupan anak cucu mereka dimasa yang akan datang. Walaupun tak mudah tapi saya telah menjalaninya dengan penuh dinamika yang sulit tapi berjalan dengan baik. C. Hasil Akhir Pelaksanaan Kampanye Dalam fase menjalani program Pride selama dua tahun ini, telah ada capaian sedikit banyak dari segi pengetahuan maupun sikap dan interpersonal komunikasi khalayak sasaran yang dapat dilihat dari tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami fungsi dan manfaat Rawa Tripa tersebut yang mencapai angka 61,5% dari sebelumnya hanya 15,8% dan begitu juga dengan capaian dalam bentuk sikap khalayak sasaran yang mencapai angka 40% dari sebelumnya hanya 34,4%. Namun tidak demikian dengan capaian dari segi komunikasi interpersonal khalayak sasaran yang justru menurun angkanya dari sebelumnya 30,1% menjadi 13,2%. Hal ini sangat berbanding terbalik dari sisi pengetahuan masyarakat yang justru cukup tinggi capaiannya dibanding tingkat komunikasi masyarakat itu sendiri. Hal ini menjadi salah satu hal yang justru menjadi perhatian saya mengingat relevansi pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal yang saling berhubungan. Untuk itu saya mencoba menganalisa hasil tersebut kepada dua hal yaitu pertama, bahwa proses pelaksanaan kegiatan pra dan pasca survey yang dilakukan tahun ini dengan tahun lalu tidak tidak serta merta menggunakan sampel individu masyarakat yang sama, melainkan diambil sampel kelompok masyarakat secara umum, dimana individu pada masa pra survey dengan pasca survey tidak sama karena survey ini menggunakan sampel acak random. Kemudian yang kedua, bahwa pra dan pasca survey masih menggunakan pertanyaan yang sama dalam draf kuisioner pra maupun pasca survey yang lalu, sehingga dari sana diketahui bahwa pertanyaan pada bagian komuniksi interpersonal tidak menggunakan pertanyaan yang terbuka sehingga sulit dipahami oleh responden dan menyebabkan muncul jawaban yang ambigu. Maka dari kedua hasil analisa tersebut dapat ditelaah bahwa kemunculan hasil yang menurun pada pasca survey merupakan sebuah kesalahan teknis dari pertanyaan dalam kuisioner tersebut, sehingga nantinya diharapkan dapat diperbaiki pada survey berikutnya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi hasil dari angka yang didapat untuk komunikasi interpersonal yang menurun tersebut tidak disebabkan oleh penggunaan pesan media yang kurang tepat sehingga sulit dipahami oleh masyarakat melainkan ada kesalahan teknis dari pertanyaan yang ada dalam survey itu. 55

Hasil Teori Perubahan Kampanye Bangga Penyelamatan Rawa Tripa yang telah berjalan pada masa implementasi selama setahun terakhir ini telah berhasil meningkatkan Pengetahuan khalayak sasaran mengenai fungsi dan manfaat Rawa. Tripa sebesar (61,5%), Sikap dan Komunikasi Khalayak sasaran untuk mendukung upaya penyelamatan Rawa Tripa sebesar (40,0%). Pencapaian ini diperoleh setelah YEL bekerja sama dengan masyarakat lokal dan pemerintah daerah setempat untuk dapat melakukan berbagai kegiatan dan penyebarluasan seluruh media kampanye baik melalui poster, stiker, papan informasi, kalender, ILM Radio dan lain sebagainya agar semua media informasi tersebut dapat melekat kepada masyarakat. Dengan adanya peningkatan Pengetahuan dan Sikap dan Komunikasi Interpersonal khalayak sasaran tersebut, maka masyarakat mulai berani menentukan sikap guna mendorong para pihak untuk melakukan percepatan penyelamatan kawasan Rawa Tripa di daerah mereka. Hal ini ditunjukkan dengan telah terlaksananya pada awal Juni 2010 yang lalu penandatanganan sebuah petisi oleh perwakilan masyarakat di 21 gampong yang ada disekitar kawasan Rawa Tripa yang mendorong pemerintah Propinsi maupun Kabupaten untuk mempercepat langkah penyelamatan Rawa Tripa. Sehingga dengan penandatangan petisi ini diharapkan ke depan ada langkah pasti dari pemerintah utuk menindaklanjuti petisi masyarakat dengan memasukkan kawasan lindung sebagai bagian dari butir petisi ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi maupun Kabupaten agar Rawa Tripa yang masih tersisa ikut terselamatkan dengan tutupan luasan hutan yang masih ada. 56