BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yatu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistim budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosial kultural. 1) John Gordon menggambarkan adanya interaksi antara tiga faktor yaitu faktor lingkungan, pejamu dan penyebab peyakit. Timbulnya penyakit bila terjadi ketidakseimbangan diantara ketiga faktor tersebut, misalnya penyakit terjadi karena faktor lingkungan jelek, atau perkembangan kuman penyakit atau daya tahan tubuh yang rendah untuk melawan infeksi kuman penyakit. 1) Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita ke sarana pelayanan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Tuberkulosis Paru, penyakit diare, malaria, Demam Berdarah Dengue, keracunan makanan, kecacingan, serta gangguan kesehatan / keracunan karena bahan kimia dan pestisida. 2) 1
2 Penderita diare dapat mengeluarkan tinja yang mengandung kuman penyebab diare, bila buang air besar tidak pada tempatnya tinjanya akan dapat menjadi sumber penularan bagi orang lain. Kuman pada tinja dapat langsung ditularkan pada orang lain melalui makanan yang tercemar melalui tangan saat memegang atau lewat serangga. Kuman dapat juga mencemari air yang digunakan orang lain untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk berkumur, menggosok gigi, mencuci sayuran dan lain-lain. 3) Bakteri E. coli ditemukan dalam tubuh manusia pada tahun 1985 oleh ahli bakteri Jerman bernama Theodor Esherich. Esherich ini lalu menunjukkan jaringan tertentu bakteri yang menyebabkan terjadinya diare pada anak. Bermula dari ini kemudian dikenal sebagai penyebab diare, atau bisa juga mengarah ke muntaber. 4) Kasus penderita penyakit diare di Semarang lebih banyak menyerang anak-anak, berkaitan dengan itu masyarakat perlu mewaspadai menyebarnya penyakit muntaber dan diare. 5) Jumlah penderita diare Kota Semarang tahun 2005 sebanyak 22.308 orang (1.635/100.000 penduduk). 5) Sedangkan jumlah penderita diare di Puskesmas Ngaliyan tahun 2004 sebanyak 364 orang (1.347/100.000 penduduk) dan tahun 2005 dari bulan Januari sampai dengan Bulan Desember sebanyak 253 orang. 8) Daftar Registrasi Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ngaliyan tahun 2004 didapatkan data jumlah jamban sebanyak 3.586 buah, yang terdiri dari jumlah jamban leher angsa sebanyak 3.228 buah dan jamban tanpa leher angsa sebanyak 358 buah dengan angka cakupan jamban 66,39 % dan target cakupan jamban tahun 2004 sebesar 80 %. 6) Sedangkan cakupan jamban
3 Puskesmas Ngaliyan sampai Bulan Desember 2005 mencapai 72 % dan dengan target cakupan masih tetap sebesar 80 %. 7) Penularan agen infeksius diare infektif biasanya melalui jalur fecal oral, terutama karena : menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air, kontak dengan tangan yang terkontaminasi). Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut : tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup) ; kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja. Penyiapan dan penyimpan makanan tidak semestinya, tindakan penyapihan yang jelek (penyapihan ASI yang terlalu dini, susu botol, pemberian ASI yang di selang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama) 4) Hasil kunjungan inspeksi sanitasi terhadap 10 orang penderita diare, penyebabnya adalah delapan buah jamban yang tidak memenuhi syarat kebersihan terdiri dari empat buah jamban leher angsa dan empat buah jamban tanpa leher angsa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan kondisi sanitasi jamban keluarga dan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
4 Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi jamban keluarga dan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kondisi sanitasi jamban. b. Mendeskripsikan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. c. Mendeskripsikan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. d. Menganalisis hubungan kondisi sanitasi jamban dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. e. Menganalisis hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sebelum makan, sesudah buang air besar dan sebelum menyuapi balita dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Ngaliyan) Dapat menjadi bahan masukkan yang berguna dalam mencegah penyakit diare pada balita dan promosi kesehatan sebagai usaha kesehatan pokok puskesmas khususnya Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. 2. Bagi Masyarakat (Kader Kesehatan) Menambah informasi dan pengetahuan bagi para ibu anak balita.
5 E. Ruang Lingkup Penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya tentang penyakit diare.