GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA. Syaloom, Salam sejahtera bagi kita semua, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI HUKUM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF AHLI GUBERNUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR PAPUA PADA FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TANGGAL, 7 MARET 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN HUKUM ATAS PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA

SAMBUTAN PADA ACARA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 13 DESEMBER

CATATAN PENUTUP REFLEKSI AKHIR TAHUN PAPUA 2010 : MERETAS JALAN DAMAI PAPUA OLEH: LAKSAMANA MADYA TNI (PURN) FREDDY NUMBERI

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

Pokok-Pokok Pikiran DPRD Provinsi Jawa Tengah Untuk Pembangunan Jawa Tengah Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... RESUME HASIL PEMERIKSAAN... 1 BAB I PENDAHULUAN Dasar Pemeriksaan...

PENGATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS PADA PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK)

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF KHUSUS GUBERNUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PERHUBUNGAN

KEBIJAKAN OTONOMI KHUSUS PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 925/417/TAHUN 2015 TENTANG

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KHUSUS DALAM RANGKA PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT DI PROVINSI PAPUA 1. Oleh Yusak E.

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBAGIAN PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DANA OTONOMI KHUSUS

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG OTSUS DAN PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENANDATANGANAN PAKTA INTEGRITAS BAGI KEPALA DESA DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 925/411/ TAHUN 2015 TENTANG

Laporan Kepala Bidang Perencanaan selaku Pejabat Pembuat Komitmen

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA HARI SENIN 26 SEPTEMBER Senin, 26 September 2016

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

PRAKTIK CERDAS DANA INISIATIF: SPM Bidang Kesehatan: Satuan Beban Pelayanan (unit cost) dan Bantuan Keuangan Khusus Kesehatan. Tantangan atau Peluang

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

LAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT

Undangan serta Hadirin yang berbahagia,

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan berbagai masalah di daerah. Hasil dari sumber daya alam yang

Kepada yang terhormat, Wakil Ketua DPRD dan Bupati Biak Numfor dan Undangan yang kami hormati

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian,

DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI GORONTALO

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

Transkripsi:

GUBERNUR PAPUA Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat Sorong, 27 Agustus 2015 Yth. Bpk Ketua Badan Pemeriksa Keuangan R.I; Ysh.Bpk Menteri Dalam Negeri; Ysh.Bpk Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Ysh.Bpk Wakil Ketua DPR RI; Ysh. Bpk Ketua Komisi XI DPR RI; Ysh. Bpk Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Ysh. Sdr. Gubernur Papua Barat; Ysh. Bpk. Rektor Universitas Cenderawasih Ysh. Bpk. Rektor Universitas Papua Ysh.Ketua DPR Papua dan Papua Barat ; Ysh.Ketua MRP Papua dan Papua Barat; Ysh. Sdr. Bupati/Walikota se Papua dan Papua Barat; Ysh. Sdr. Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi Papua dan Papua Barat; Ysh. Ketua DPRD Kabupaten/Kota se Papua dan Papua Barat ; Serta Undangan dan hadirin yang saya hormati, Salam sejahtera untuk kita semua, Syaloom... Sebagai Gubernur Papua, saya menyambut baik inisiatif BPK RI untuk melaksanakan Seminar yang mendiskusikan efektifitas penggunaan dan pengelolaan dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan terkait penggunaan dan pengelolaan dana Otsus di Provinsi Papua. 1

1. Kebijakan Otonomi Khusus merupakan kebijakan publik (public policy) yang bernilai strategis dalam rangka peningkatan pelayanan, akselerasi pembangunan, dan pemberdayaan seluruh rakyat di Provinsi Papua, terutama orang asli Papua. 2. Selain urusan kesejahteraan, kebijakan Otonomi Khusus Papua juga memuat kebijakan untuk menyelesaikan berbagai urusan politik, Hak Asasi Manusia (HAM), dan sumber daya alam. 3. Khusus yang terkait dengan kesejahteraan, kebijakan yang diusung Otonomi Khusus diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar Provinsi Papua dengan daerah lain dalam wadah NKRI. 4. Konsekuensi pemberian kebijakan Otonomi Khusus bagi Tanah Papua, Pemerintah menyerahkan 2 jenis dana yaitu (1) dana yang dihitung setara 2 % DAU Nasional (lebih lanjut disebut Dana Otsus), dan (2) Dana Tambahan Infrastruktur. 5. Total Dana Otsus yang diterima Provinsi Papua dalam periode 2002-2015 adalah Rp. 42 trilyun lebih, sedang Dana Tambahan Infrastruktur sebesar Rp.10 trilyun lebih untuk periode TA 2006 2015. Jadi total dana selama 14 tahun sebesar Rp. 52 trilyun lebih. Lihat buku Penerimaan dan Pengalokasian Dana Otonomi Khusus Papua Tahun 2002-2015 seperti terlampir. 6. Pemberian dana Otsus belum dapat menyelesaikan masalah yang diusung oleh UU21/2001. Masih dibutuhkan pengaturan dan persiapan SDM dan perangkat oleh Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Selain itu afirmasi dan pemberdayaan warga dan masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat atas tanah dan sumber daya alam perlu mendapat perhatian. Tanpa kebijakan afirmasi dan keberpihakan orang asli Papua, dalam mengelola SDA, tingkat ketergantungan akan tetap tinggi. 7. Dana Otsus yang diterima Provinsi Papua diatur peruntukannya untuk berbagai urusan yang diamanatkan UU21/2001 seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan, pembangunan infrastruktur dasar, pengembangan ekonomi rakyat, dan bantuan afirmasi bagi lembaga keagamaan, adat dan kelompok masyarakat. Dana Tambahan Infrastruktur, sesuai ketentuan dan peraturan digunakan untuk pembangunan infrastuktur jalan dan jembatan, dermaga/pelabuhan dan lapangan terbang untuk menyelesaikan sebagian masalah keterisolasian daerah. Kedua jenis dana ini telah beberapa kali diperiksa oleh BPK RI. 2

8. Terkait dengan Dana Otsus, Provinsi Papua telah menetapkan sejumlah peraturan untuk penggunaan dan pengelolaannya. Pada tahun 2013 telah ditetapkan Perdasus 25 Tahun 2013 tentang Pembagian Penerimaan dan Pengelolaan Keuangan Dana Otonomi Khusus, yang mengatur bagian dana yang dikelola Provinsi dan bagian dana yang dikelola kabupaten/kota. Melalui Perdasus ini diatur 5 program lintas kabupaten/kota yang wajib dilaksanakan di daerah yaitu PROSPEK, KPS, GERBANGMAS HASRAT Papua, Perumahan Rakyat, dan Pendidikan dan Pengembangan SDM Papua. Selain Perdasus telah ditetapkan beberapa Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur sebagai peraturan pelaksanaan dari Perdasus ini. Semua peraturan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perencana dan SKPD Provinsi dan kabupaten/kota dalam merencanakan dan melaksanakan program/kegiatan, dan pedoman bagi pengawas/pemeriksa keuangan dalam melakukan pembinaan/pemeriksaan keuangan. 9. Efektifitas penggunaan dana Otsus di Provinsi Papua dapat dilihat dari capaian kinerja program/kegiatan yang dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Semua pihak diajak untuk melihat dan menilai kinerja Otsus Papua dari hasil yang dikerjakan, dan bukan semata-mata hanya mempertanyakan besaran dana yang telah diterima Papua. Perlu diinformasikan bahwa dalam bidang pendidikan banyak siswa dan mahasiswa telah menerima dan memanfaatkan dana Otsus. Sebagian besar pelayanan kesehatan bagi Orang Asli Papua telah diberikan pembebasan biaya pengobatan melalui Program Jaminan Kesehatan Papua (JAMKESPA), yang juga dikenal dengan Program Kartu Papua Sehat (KPS). Banyak lembaga keagamaan dan organisasi kemasyarakatan telah menerima dana Otsus. Demikian juga banyak keluarga dan warga masyarakat telah menerima bantuan untuk pengembangan ekonomi pertanian, peternakan, dan perikanan. 10. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan dana Otsus di Kabupaten/Kota, sejak tahun 2014 ditetapkan porsi alokasi dana Otsus sebesar 80%, yang dialokasikan untuk bidang prioritas Otsus: pelayanan pendidikan minimal 30%, kesehatan minimal 15%, ekonomi rakyat minimal 25%, infrastruktur kampung minimal 20%, bantuan afirmasi maksimal 6%, perencanaan, MONEV dan pengawasan maksimal 2%, dan program priotas Otsus lainnya maksimal 2%. 3

11. Efektifitas penggunaan dana Otsus telah berhasil memperbaiki indikator makro pembangunan yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 60,1 di awal tahun pelaksanaan Otsus (Tahun 2002) menjadi 66,25 di tahun 2014. Walaupun IPM ini masih rendah dibanding rata-rata nasional, namun capaian ini masih dapat diterima mengingat berbagai keterbatasan dan hambatan pembangunan yang ada di Papua. Angka kemiskinan juga berhasil diturunkan dari 31,52% di tahun 2013 menjadi 27,80 % di tahun 2014. Angka Harapan Hidup juga mengalami peningkatan dan mencapai 69 tahun pada tahun 2014. 12. Dengan Dana Tambahan Infrastruktur telah berhasil dibangun : a. Jalan dan jembatan untuk membuka isolasi dan membangun konektifitas daerah seperti jalan Nabire Enarotali, Merauke Mindiptanah, Wamena Tolikara, Jayapura Sarmi, Jayapura Keerom, Wamena Yalimo, Wamena Lanni Jaya, Wamena Mamberamo Tengah. Jalan yang telah dibangun dari dana tambahan infrastruktur mencapai 1.452 kilometer, atau 30,58% dari total panjang jalan yang menjadi target konektifitas kewenangan Provinsi Papua. b. Lapangan terbang perintis sebagai prasarana penunjang angkutan udara untuk sejumlah daerah yang belum terjangkau angkutan jalan darat. Peran lapangan terbang perintis ini sangat strategis untuk mendukung angkutan udara berupa barang dan orang, khususnya wilayah pegunungan; c. Pelabuhan laut perintis di sejumlah kabupaten dan kampung-kampung untuk mendukung transportasi laut dan penyeberangan perintis antar pulau dan kampung-kampung pesisir pantai; d. Sarana angkutan laut dan penyeberangan seperti kapal perintis dan kapal penyeberangan, sarana angkutan darat berupa bus yang dibeli dan dibagikan kepada lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi; lembaga pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit; dan perusahaan DAMRI untuk menambahan armada untuk pelayanan warga seperti di Kota. 13. Pengelolaan dana Otsus dimulai dari tahap perencanaan sampai pelaporan dan pemeriksaan. Pada tahap perencanaan Bappeda mengkoordinir rencana penggunaan dana Otsus dengan melibatkan SKPD teknis. Setelah rencana selesai, ditindaklanjuti dengan penyusunan anggaran yang dikoordinir oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Peraturan keuangan negara/ daerah tetap 4

menjadi perhatian dan pedoman dalam penyusunan anggaran Otsus, dengan pengecualian dan pertimbangan khusus pada beberapa aspek seperti kebijakan bantuan afirmasi. Setiap kabupaten/kota menyusun laporan penggunaan dana Otsus yang disampaikan kepada Provinsi Papua, untuk selanjutnya melalui BPKAD disusun laporan konsolidasi penggunaan dana Otsus untuk disampaikan ke Kemendagri dan Kemenkeu. 14. Masih ada beberapa kekurangan dan kelemahan yang perlu terus diperhatikan dan diperbaiki antara lain: a. Penyusunan aturan baru atau revisi peraturan yang ada untuk mengoptimalkan pengalokasian, pelaksanaan, pengawasan dana Otonomi Khusus; b. Perbaikan kualitas data perencanaan pembangunan, khususnya data yang terkait dengan pelayanan Orang Asli Papua; c. Penyusunan regulasi dan pelaksananan MONEV program/kegiatan yang dibiayai dana Otsus Papua; d. Peningkatan peran pengawasan internal, pengawasan legislatif dan MRP sampai ke tingkat kabupaten/kota; e. Peningkatan keterbukaan informasi dan pengawasan warga terhadap program/kegiatan yang dibiayai dana Otsus Papua; f. Peningkatan kualitas dan ketepatan waktu pelaporan dan pertanggungjawaban; g. Peningkatan koordinasi antar unit kerja untuk tindak lanjut rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan BPK; h. Koordinasi dan kerjasama Provinsi dengan Kemendagri untuk merencanakan dan melaksanakan MONEV secara bersama dan terjadwal, misalnya untuk setiap 2 tahun. 15. Untuk menjawab wacana yang diinformasikan ke ruang publik tentang besaran dana yang dialokasikan ke Provinsi Papua dari Pemerintah Pusat, saya sebagai Gubernur ingin memberi penjelasan kepada Pemerintah dan warga masyarakat bahwa dana sebesar Rp. 37 trilyun yang masuk ke Papua tidak sepenuhnya diterima Pemda Provinsi Papua. Dana tersebut masuk ke Papua melalui sejumlah entitas (satuan) organisasi pemerintah baik vertikal maupun otonom. Daerah otonom yang mendapatkan dana transfer dari pemerintah bukan hanya Provinsi Papua, tetapi juga kabupaten/kota. Nilai riel dana yang dikelola Provinsi 5

Papua selama kepemimpinan saya dan wakil Gubernur pada tahun anggaran 2013 2015 sebagai berikut: - Tahun anggaran 2013 sebesar Rp 8.184.736.386.000 - Tahun anggaran 2014 sebesar Rp. 10.489.109.379.000 - Tahun anggaran 2015 sebesar Rp. 11.987.595.808.455 Pada periode yang sama, instansi vertikal mengelola dana : - Tahun anggaran 2013 sebesar Rp 12.584.411.773.049 - Tahun anggaran 2014 sebesar Rp. 13.783.111.088.000 - Tahun anggaran 2015 sebesar Rp. 15.450.248.505.000 Data ini menjelaskan bahwa bagian dana yang masuk ke Papua lebih banyak dikelola oleh Instansi Vertikal dibanding Pemerintah Daerah Provinsi Papua. Demikian beberapa pokok pikiran yang saya sampaikan, dengan harapan dapat menjadi masukan dan dibahas dalam Seminar ini. Terima kasih... selamat berseminar. Tuhan memberkati kita semua. Sorong, 27 Agustus 2015 GUBERNUR PAPUA, LUKAS ENEMBE, SIP, MH 6