TEHNIK MENYUSUN INDIKATOR KINERJA UTAMA ORGANISASI



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gagalnya sebuah organisasi dalam melayani masyarakat?. Berikutnya, bagiamana standar dan proses

Telah diterbitkan dalam Manajemen Pembangunan No. 57/I/Tahun XVI, 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB. I PENDAHULUAN. Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

I K U D P R K P P. I K U Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman & Pertanahan DPR K P P K a b u p a t e n L a h a t 1-1

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, tentang. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

2.1 Rencana Strategis

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

SASARAN REFORMASI BIROKRASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Sasaran Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDA ACEH NOMOR: / /SK/TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LAMPIRAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN BADUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Review INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Utama dari Penelitian

WALIKOTA TEBING TINGGI

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KEPUTUSAN KEPALA BIRO ORGANISASI DAN PENDAYAGUNAAN APARATUR SETDA PROVINSI PAPUA NOMOR : 061 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kementerian Agama, sebagai salah satu satuan kerja pemerintah memiliki tugas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap kinerja Kantor

WALIKOTA TEBING TINGGI

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting. RS swasta maupun milik organisasi nirlaba (publik/pemerintah)

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

Transkripsi:

TEHNIK MENYUSUN INDIKATOR KINERJA UTAMA ORGANISASI Oleh : Drs. Mahmun Syarif Nasution, M.AP* Abstact The Ministry of Administrative Reform has set the rules of Administrative Reform Minister Number: PER/09/M.PAN/5/2007, dated May 31, 2007, the General Guidelines for Determination of Environmental Key Performance Indicators in Government Agencies. Each government agency under these regulations shall establish Key Performance Indicators (IKU) formally to the strategic goals and objectives for each level (level) in stages. Key Performance Indicators (IKU) government agencies should be consistent between different levels of performance indicators covering organizational unit output (outputs) and results (outcomes). In the budget planning process each year per each head of organization / next set of IKU in a performance agreement in accordance with Government Regulation No. 8 of 2006 on the Integration of Systems Planning, Finance, Accounting and Performance Accountability. How-step preparation langlangkah IKU, the following article tries to explain the details furnished dengaoh secarinstance examples. Pendahuluan Sering kita dengar seorang pimpinan di suatu instansi pemerintah mengatakan; kita berhasil meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, ataupun kita sukses meningkatkan kinerja organisasi. Kalimat tersebut bagi pimpinan organisasi pemerintah tentu punya alasan. Tetapi, apakah ada ukuran ataupun indikator yang menjadi dasar pengukuran sukses atau gagalnya sebuah organisasi dalam melayani masyarakat?. Berikutnya, bagaimana standar dan proses penetapannya? Sesungguhnya bila seorang leader mengatakan berhasil mengembangkan kinerja organisasi ataupun meningkatkan pelayanan, tentu ada alasan logis dan normative yang dapat diterima bahwa organisasi tersebut meningkat kinerjanya. Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dituntut untuk lebih mengedepankan aspek hasil (result) dibandingkan dengan sekedar control terhadap pembelanjaan anggaran dan kepatuhan terhadap prosedur (Akizuki, 2004). Penekanan terhadap hasil merupakan kritik dan perbaikan

atas konsep lama dari public management yang kurang relevan, untuk diterapkan pada masyarakat yang menuntut perbaikan kinerja. Dalam perspektif NPM, konsep lama birokrasi cenderung sentralistik dan lebih berorientasi input dan proses, dinilai telah menjauhkan pelayanan birokrasi dari kebutuhan masyarakat. Salah satu konsep NPM tersebut adalah indikator kinerja keberhasilan lembaga public.tulisan berikut mencoba menelusuri langkahlangkah penyusunan indikator kinerja di lingkungan instansi pemerintah sebagai dasar pijakan pengukuran kinerja oranisasi. Konsep Pengukuran Kinerja Kinerja ataupun performance dari organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan organisasi sebagai penjabaran dari visi, misi, yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Kinerja organisasi adalah sejumlah keluaran (output) berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari kegiatan dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Wujud kinerja organisasi dapat berwujud meningkatnya jumlah pelanggan, barang persediaan dan investasi dan sebagainya. Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja organisasi diperlukan suatu indikator atas keberhasilan yang diraih. Konsep-konsep pengukuran kinerja organisasi (key performance indicators) telah berkembang sejalan dengan semangat perubahan untuk memperbaiki kinerja organisasi, Semangat perubahan dimaksud adalah pola orientasi manajemen dari pola yang berorientasi pada masukan (input) kepada pola yang berorientasi hasil, manfaat dan dampak kegiatan (output, outcomes dan benefit) Artinya, sukses sebuah organisasi tidaklah terletak pada banyaknya jumlah program dan tersedianya sejumlah dana maupun sumberdaya yang ada. Prinsip yang berorientasi pada hasil merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) prinsip reinventing government, sebagaimana dicanangkan Osborne dan Gabler (1992); bahwa organisasi publik diharapkan mampu mengembangkan paradigma kewirausahaan yang berorientasi pada hasil yang dicapai; membiayai hasil bukan masukan (funding outcome not input) Konsepsi tersebut diatas, sejalan dengan landasan filosofis bangsa kita, dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bahwa tujuan Negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan alasan ini, dapat

disampaikan bahwa sukses atau gagalnya penyelenggara pelayanan publik dalam melayani masyarakat diukur berdasarkan tujuan dibentuknya organisasi tersebut sebagaimana tertuang dalam nomenklatur pendirian organisasi itu. Indikator Kinerja Utama Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator Kinerja Utama (IKU) atau yang dikenal dengan Key Performance Indicators (KPI). IKU pada awalnya berkembang di lingkungan dunia bisnis. IKU merupakan indikator keberhasilan dengan perspektif finansial dan non-finansial. Ukuran finansial dikenal dengan apa yang sering disebut sebagai total balanced scorecard (BSC). BSC digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan perusahaan dalam sebuah kartu skor dengan memetakan keseimbangan antara performance keuangan dan nonkeuangan, performance jangkan pendek dan jangka panjang, antara performance internal dan eksternal. Dengan catatan kinerja dalam BSC, perusahaan mengaitkan strategi perusahaan dengan proses dan outputnya. BSC juga digunakan untuk memantau kemajuan pencapaian strategi perusahaan dilihat dari perspektif finansial, pelanggan, prospek bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sementara dalam ukuran non-finansial dikenal dengan apa yang disebut sebagai Personal Balanced Scorecard (PBSC; Hubert K.Rampersad; PPM, 2006). Teknik ini merupakan bagian integral dari BSC. Contoh penggunaan teknik ini adalah bagaimana perubahan perilaku individu berpengaruh pada efektivitas organisasi, peningkatan kinerja, dan peningkatan kesadaran diri. Setiap organisasi tentu memiliki IKU yang berbeda-beda, tergantung pada jenis, sifat, tujuan dan strategi masing-masing. Lembaga pendidikan tinggi misalnya menetapkan IKU antara lain jumlah yang lulus, indeks prestasi akademik, dan berapa lulusan yang dapat diserap pasar kerja, jumlah hasil penelitian yang memiliki hak paten,jurnal ilmiah setiap tahunnya, tingkat akreditasi nasional dan seterusnya. Sementara di dunia bisnis dapat dilihat antara lain dari perkembangan kinerja karyawan, jumlah dan kualitas produksi, omzet penjualan, dan keuntungan persatuan waktu. Kebijakan Penyusunan IKU Kebijakan penyusunan IKU di lingkungan instansi pemerintah pada dasarnya terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Stratejik, Rencana Kinerja Tahunan, Penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja dan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Dalam SAKIP indikator kinerja merupakan salah satu sub sistem yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Mengenai penyusunan IKU dalam SAKIP Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal 31 Mei 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Setiap Instansi pemerintah menurut peraturan ini wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome). (format penusunan IKU selanjutnya dapat dilihat dalam Kepmenpan ini). Dalam proses perencanaan setiap tahun anggaran setiap pimpinan unit kerja/organisasi selanjutnya menetapkan IKU dalam sebuah perjanjian kinerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Integrasi Sistem Perencanaan, Keuangan, Akuntansi dan Akuntabilitas Kinerja. Adapun yang menjadi tujuan dalam penetapan IKU adalah untuk; 1. Untuk memperoleh inforrnasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik; 2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Langkah-Langkah Menyusun IKU Dalam menyusun IKU langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari dokumendokumen yang berkaitan dengan perencanaan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Ada beberapa dokumen yang berkaitan dengan penyusunan indikator, yaitu; 1. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Daerah, Rencana Strategis, kebijakan umum dan atau dokumen strategis lainnya yang relevan; 2. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi, serta peran lainnya; 3. Kebutuhan inforrnasi kinerja untuk penyelenggaraan akuntabilitas kinerja; 4. Kebutuhan data statistik pemerintah; 5. Kelaziman pada bidang tertentu dan perkembangan ilmu pengetahuan

Biasanya setiap organisasi telah memiliki dokumen Rencana Stratejik dan Rencana Kinerja Tahunan. Dalam Dokumen tersebut Visi dan Misi satuan organisasi telah ditetapkan dengan memperhatikan isu-isu stratejik baik secara internal dan eksternal. Berikutnya visi dan misi dijabarkan kepada beberapa tujuan yang sejalan dengan tugas, fungsi dan kewenangan dalam organisasi. Untuk mencapai tujuan, selanjutnya telah dilakukan seleksi sasaran yang merupakan prioritas capaian lima tahunan dalam rangka meningkatkan eksistensi organisasi. Setiap sasaran dalam rencana stratejik ditetapkan pula indikator kinerja, yang menggambakan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan.. Indikator yang ditetetapkan bisa dengan indikator kualitatif atau kuantitatif. Indikator kualitatif bisa dengan menggunakan skala nilai misalnya baik, cukup kurang dan sebagainya. Sedangkan indikator kuantitatif bisa menggunakan Jumlah, persentase, rasio rata-rata dan indeks. Contoh; Jumlah peserta diklat yang dilatih, persentase alumni diklat yang lulus dengan kriteria memuaskan, rasio jumlah guru dibandingkan dengan jumlah siswa, indeks pembangunan manusia dan sebagainya. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja utama harus memenuhi karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang bersangkutan yaitu: spesifik; dapat dicapai; relevan; menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur; dapat dikuantifikasi dan diukur. Atau dengan criteria yang memiliki makna yang hampir sama indikator tersebut menurut Sciapo-Campo (1999) harus SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relistic dan Timely. Proses seleksi dan penetapan IKU secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut; 1. Kaji ulang tujuan dan sasaran organisasi. Dalam hal ini tujuan dan sasaran organisasi harus dirumuskan dengan jelas, tidak bias dan tidak melenceng dari dari tugas pokok dan fungsi organisasi. 2. Definisikan indikator untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran. Indikator yang disusun harus mencerminkan pencapaian sasaran, sehingga indikator yang ditetapkan mampu menjadi ciritical success factors atau berbagai factor yang dianggap penting bagi keberhasilan organisasi dimasa yang akan datang. 3. Identifikasi target untuk masing-masing capaian sesuai dengan kemampuan sumberdaya organisasi. 4. Rencanakan metode yang digunakan untuk menentukan apakah indikator telah tercapai sasaran.

Sebagai perbandingan langkah-langkah penyusunan IKU, Dinas Informasi dan Komunikasi Provinsi Jawa Barat merumuskan langkah-langkah penyusunan IKU sebagai berikut; Dalam perumusan IKU selanjutnya dapat dipakai indikator-indikator yang sudah ada seperti; Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Harga Saham, Produk Domestik Regional Bruto, Angka Harapan Hidup dan lain-lain. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun IKU contohcontohnya dapat dilihat dari buku yang disusun oleh USAID dalam buku Contoh-Contoh Indikator Kinerja untuk SKPD yang diterbitkan oleh Local Governance Support Program Finance & Budgeting Team 2009. Penutup Instansi pemerintah sebagai lembaga pelayanan public berkewajiban menyusun IKU sebagai suatu ukuran atau patokan keberhasilan kinerja organisasi. Dengan adanya rumusan indikator bagi keberhasilan organisasi maka berdasarkan ketercapaian indikator tersebut dilakukan pengukuran kinerja organisasi, yang akan menjelaskan tingkat kemajuan kinerja organisasi dala memberikan pelayanan kepadamasyarakat. Penyusunan IKU dengan demikian merupakan suatu konsensus bersama dalam memajukan organisasi guna menghindari interpretasi sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Namun demikian menyusun sebuah IKU bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak factor yang menjadi tantangan dalam proses menyusun IKU seperti perbedaan karakter dasar antara karakter pelayanan public

dibandingkan dengan organisasi bisnis dan mind setting penelenggara pelayanan public yang cenderung pada old public management dan karakter IKU yang tidak mudah dikenali. Referensi; 1. Asropi, SIP,MSi, Membangun Key Performance Indicator Lembaga Pelayanan Publik dalam Jurnal Manajemen Pembangunan No. 57/I/Tahun XVI, 2007. 2. David Osborne dan Ted Gabler, Reinventing Government- How to Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector, Addison Wesley Publishing Inc, 1992 3. USAID, Contoh-Contoh Indikator Kinerja untuk SKPD,Local Governance Support Program Finance & Budgeting Team, 2009 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Integrasi Sistem Perencanaan, Keuangan, Akuntansi dan Akuntabilitas Kinerja. 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal 31 Mei 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama 6. Indikator Kinerja Dinas Komunikasi dan Informasi,Dinas Informasi dan Komunikasi Provinsi Jawa Barat, Bandung 2009 7. Indikator Kinerja Utama Sumberdaya Manusia TB.Syafri Mangkuprawira- Http// Ronawajah/Wordpress.Com *Penulis adalah Widyaiswara Madya di Balai Diklat Keagamaan Medan