IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

I PENDAHULUAN Latar Belakang

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI JERUK KEPROK SOE DAERAH LAHAN KERING

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

VI. METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

IV. METODE PENELITIAN

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

II. BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini

II. BAHAN DAN METODE

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008) 1 & 2

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan pertimbangan bahwa Desa Pasirlangu merupakan sentra produksi paprika hidroponik di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2012. 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer dikumpulkan dari petani responden melalui pengamatan dan wawancara secara langsung dengan menggunakan kuisioner yang meliputi karakteristik petani responden dan karakteristik usahatani. Data primer berupa karakteristik petani responden seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani paprika, dan lain sebagainya digunakan untuk mendapat gambaran umum mengenai petani paprika di Desa Pasirlangu. Data mengenai karakteristik usahatani seperti penggunaan faktor produksi, produksi paprika dalam satu musim tanam, dan pertanyaan lain digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani paprika di tempat penelitian. Data sekunder digunakan sebagai data penunjang pada penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari artikel, jurnal, buku, literatur internet, serta dari berbagai instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Desa Pasirlangu, serta beberapa sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. 4.3. Metode Pengambilan Sampel Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 60 orang petani paprika hidroponik, berdasarkan aturan umum secara statistik yaitu 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat memprediksi populasi yang diteliti. Pengambilan responden untuk penelitian dilakukan dengan metode

purposive sampling. Purposive sampling dapat diartikan pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan dimana pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu (Soekartawi 2006). Penelitian ini berfokus untuk melihat efisiensi teknis petani pada tingkat teknologi tertentu sehingga petani yang menjadi sampel adalah petani yang menggunakan sistem fertigasi manual dan membudidayakan paprika dengan sistem hidroponik (menggunakan arang sekam sebagai media tanamannya). Penentuan sampel tidak dilakukan secara acak karena tidak tersedia sampel frame petani paprika di lokasi penelitian. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan sekunder yang diperoleh diolah dan dinalisis dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keragaan petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Pada pengolahan data, jumlah total sampel sebanyak 60 petani diseleksi menjadi 59 petani karena jumlah 59 petani inilah yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsoft Excel, Minitab 14, dan Frontier 4.1. 4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada kerangka pemikiran, dalam penelitian ini variabel dependen (produksi) dan seluruh variabel independen yang digunakan dibagi dengan luas lahan, sehingga dalam model sudah tidak terdapat variabel luas lahan. Model persamaan penduga fungsi produksi frontier dari usahatani paprika hidroponik adalah sebagai berikut: Ln Y = 0 + 1 ln B + 2 ln Nut + 3 ln Ins + 4 ln Fu + 5 ln Pd + 6 ln Pc + 7 ln TK + v i - u i dimana: Y = jumlah produksi paprika hidroponik per luas lahan (kg/m 2 ) B = jumlah benih per luas lahan (biji/m 2 ) 35

Nut = jumlah nutrisi per per luas lahan (liter/m 2 ) Ins = jumlah insektisida per luas lahan (liter/m 2 ) Fu = jumlah fungisida per luas lahan (liter/m 2 ) Pd = jumlah pupuk daun per luas lahan (kg/m 2 ) Pc = jumlah pupuk cair per luas lahan (liter/m 2 ) TK = jumlah tenaga kerja per luas lahan (HOK/m 2 ) 0 = intersep j = koefisien parameter penduga, dimana j= 1,2,3,...,7 0< j <1 (diminishing return) u i = efek inefisiensi teknis dalam model v i = variabel acak v i - u i = error term total Nilai koefisien yang diharapkan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 > 0. Nilai koefisien positif memiliki arti dengan meningkatnya jumlah input yang digunakan dalam produksi maka akan meningkatkan jumlah produksi paprika hidroponik. Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha (return to scale). Produksi berada pada kondisi decreasing return to scale jika j < 1, dan sebaliknya produksi berada pada kondisi increasing return to scale jika j > 1. Pada produksi yang memiliki kondisi contant return to scale, maka j = 1. Namun fungsi Cobb-Douglas hanya beroperasi pada daerah I (increasing return to scale) dan daerah II (decreasing return to scale) (Beattie et al. 1985). 4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis berikut: Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai TE i y i exp x i exp x i u i exp x i exp u i TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i, y i adalah fungsi output deterministik (tanpa error term), dan exp (-u i ) adalah nilai harapan (mean) dari u i. Nilai efisiensi teknis berkisar antara nol dan satu, berbanding terbalik dengan nilai 36

efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah ouput dan input tertentu (cross section data). Pada penelitian ini, model efek inefisiensi yang digunakan mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (2005). Variabel u i yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N ( i, 2 ). Parameter distribusi ( i ) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: i = δ 0 + δ 1 Z 1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 + δ 4 Z 4 + δ 5 Z 5 + δ 6 Z 6 + δ 7 Z 7 + δ 8 Z 8 + w it dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani paprika hidroponik adalah: Z 1 = umur petani (tahun) Z 2 = pengalaman usahatani paprika (tahun) Z 3 = pendidikan formal (tahun) Z 4 = umur bibit (hari) Z 5 = dummy keikutsertaan dalam kelompok tani Z 6 = dummy status usahatani Z 7 = dummy status kepemilikan lahan Z 8 = dummy kredit bank w it = error term Nilai koefisien parameter yang diharapkan δ 1 > 0 dan δ 2, δ 3, δ 4, δ 5, δ 6, δ 7, δ 8 < 0. Adapun hipotesis yang diajukan untuk model inefisiensi teknis adalah sebagai berikut: 1. Semakin tua umur petani diduga akan berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis karena dengan semakin bertambahnya umur, kondisi fisik akan semakin melemah. 2. Semakin lama pengalaman petani dalam menjalani usahatani paprika diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena pengalaman akan memberikan pembelajaran bagi para petani dalam melakukan usahatani. 3. Semakin lama pendidikan formal petani diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena petani dengan tingkat pendidikan yang lebih 37

tinggi diduga akan lebih mudah dalam mengadopsi teknologi dan menyerap informasi tentang input-input produksi. 4. Semakin tua umur bibit diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena bibit berumur tua akan mencegah peluang terjadinya kematian pada tanaman. 5. Dummy keikutsertaan dalam kelompok tani diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Nilai satu untuk petani anggota kelompok dan nol untuk petani bukan anggota kelompok. Petani anggota kelompok akan memperoleh banyak informasi melalui penyuluhan sehingga diduga akan lebih efisien. 6. Dummy status usahatani diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Nilai satu untuk petani dengan status usahatani paprika sebagai pekerjaan utama dan nol untuk petani dengan status usahatani paprika sebagai pekerjaan sampingan. Petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama akan memiliki curahan waktu yang lebih banyak untuk mengelola usahataninya sehingga diduga akan lebih efisien. 7. Dummy status kepemilikan lahan diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam menjalankan usahatani. Nilai satu untuk petani dengan lahan bagi hasil dan nol untuk petani dengan lahan milik sendiri. Petani dengan status kepemilikan lahan bagi hasil diduga akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi sehingga akan lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan petani dengan lahan bagi hasil. 8. Dummy kredit bank diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Nilai satu untuk petani yang memperoleh kredit bank dan nol untuk petani yang tidak memperoleh kredit bank. Petani yang memperoleh kredit bank akan memiliki kemampuan menggali modal yang lebih banyak untuk membiayai faktor produksi sehingga diduga akan lebih efisien. Pengujian inefisiensi teknis dapat dilakukan dengan metode statistik. Hasil pengujian Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter dalam bentuk sebagai berikut: s 2 = v 2 + u 2 dan = u 2 / s 2 38

dimana s 2 adalah varians dari distribusi normal, v 2 adalah varians dari v i, dan u 2 adalah varians dari u i. Nilai parameter ( ) merupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam residual error ( ) yang nilainya berkisar antara nol dan satu. 4.4.3. Uji Hipotesis Pengujian parameter fungsi produksi stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis model dilakukan dengan dua tahap. Tahap yang pertama dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga parameter input-input produksi ( i ). Tahap kedua dilakukan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimated (MLE) untuk menduga keseluruhan parameter 2 faktor produksi ( i ), intersep ( 0 ), serta varians dari kedua komponen error ( v dan u 2 ) pada taraf nyata sebesar. Hipotesis pertama : H 0 : = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =... δ 8 = 0 H 1 : = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =... δ 8 > 0 Hipotesis nol berarti efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterima maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji yang digunakan adalah uji chi-square, dengan persamaan : LR = -2 {ln[l(h 0 )/L(H 1 )]} Dimana L(H 0 ) dan L(H 1 ) masing-masing adalah nilai fungsi likelihood dari hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Kriteria uji : LR galat satu sisi > 2 restriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H 0 LR galat satu sisi < 2 restriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H 0 Hipotesis Kedua : H 0 : δ 1 = 0 H 1 : δ 1 0 ; i = 1,2,3,...,n Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masingmasing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap inefisiensi di dalam proses produksi. 39

Uji Statistik yang digunakan : Kriteria uji : t-rasio = i 0 S i t-tabel = t (α, n-k-1) t-rasio > t-tabel t (α, n-k-1) : tolak H 0 t-rasio < t-tabel t (α, n-k-1) : terima H 0 dimana: k n = jumlah variabel bebas = jumlah pengamatan (responden) S (δ i ) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi 4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu pendapatan yang diperoleh atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang memperhitungkan semua input milik keluarga yang juga dianggap sebagai biaya (Soekartawi 2002). Secara matematis, penerimaan total, biaya, dan pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut: TR = P y x Y TC = TFC + TVC dimana : π tunai π total TR total = TR total TC tunai = TR total (TC tunai + Bd) = Total penerimaan usahatani (Rupiah) TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rupiah) π = Pendapatan (Rupiah) Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah) P y Y TVC TFC = Harga output (Rupiah) = Jumlah output (Kg) = Total biaya variabel (Rupiah) = Total biaya tetap (Rupiah) 40

Analisis R/C digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani paprika hidroponik. R/C membandingkan penerimaan kotor dengan pengeluaran usahataninya. Perhitungan R/C dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C atas Biaya Tunai = Total Penerimaan Total Biaya Tunai = TR TC tunai R/C atas Biaya Total = Total Penerimaan Total Biaya = TR TC tunai Bd Analisis R/C digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan kotor yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu usahatani. Apabila R/C > 1, berarti usahatani dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, jika R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak efisien. 4.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran Variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahatani paprika hidroponik yang diusahakan oleh petani. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini: 1. Produksi paprika hidroponik per luas lahan atau produktivitas paprika hidroponik (Y) adalah jumlah panen total paprika hidroponik (paprika hijau, merah, dan kuning) dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu kilogram per meter persegi (kg/m 2 ). Harga hasil produksi paprika (P y ) adalah harga rata-rata di tingkat petani pada saat panen berdasarkan jenis paprika. 2. Benih per luas lahan (B) adalah jumlah benih paprika yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu biji per meter persegi (biji/m 2 ). 3. Nutrisi per luas lahan (Nut) adalah jumlah cairan nutrisi campuran (larutan pekat dengan air) yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter persegi (liter/m 2 ). 4. Insektisida per luas lahan (Ins) adalah jumlah racun pencegah hama tanaman paprika yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu 41

musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter persegi (liter/m 2 ). 5. Fungisida per luas lahan (Fu) adalah jumlah racun pencegah penyakit tanaman paprika yang disebabkan oleh jamur yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter persegi (liter/m 2 ). 6. Pupuk daun per luas lahan (Pd) adalah jumlah pupuk daun yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu kilogram per meter persegi (kg/m 2 ). 7. Pupuk cair per luas lahan (Pc) adalah jumlah pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter persegi (liter/m 2 ). 8. Tenaga kerja per luas lahan (TK) adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam kegiatan usahatani paprika hidroponik dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu Hari Orang Kerja per meter persegi (HOK/m 2 ). Perhitungan HOK mengabaikan jenis tenaga kerja yang digunakan apakah dari dalam keluarga atau luar keluarga. 9. Umur petani (Z 1 ) adalah usia petani paprika hidroponik pada saat penelitian berlangsung yang diukur dalam satuan tahun. 10. Pengalaman berusahatani (Z 2 ) adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani paprika yang diukur dalam satuan tahun. 11. Pendidikan formal (Z 3 ) adalah lamanya pendidikan formal yang pernah diperoleh petani yang diukur dalam satuan tahun. 12. Umur bibit (Z 4 ) adalah umur bibit paprika hidroponik yang digunakan petani pada saat dipindahkan di greenhouse tanam yang diukur dalam satuan hari. 13. Keikutsertaan dalam kelompok tani (Z 5 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani anggota kelompok dan nol untuk petani yang bukan anggota kelompok. 14. Status usahatani (Z 6 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama dan nol 42

untuk petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan. 15. Status kepemilikan lahan (Z 7 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang mengusahakan paprika hidroponik pada lahan bagi hasil dan nol untuk petani yang mengusahakan paprika hidroponik pada lahan milik sendiri. 16. Kredit bank (Z 8 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang memperoleh kredit bank dan nol untuk petani yang tidak memperoleh kredit bank. 43